• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI HASIL PENELITIAN

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama di atas menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan return saham antara sebelum dan sesudah stock split. Return saham mengalami penurunan yang tidak signifikan setelah stock split. Hal ini menunjukkan bahwa stock split tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2004 sampai 2008. Hasil analisis tentang rata-rata return saham pada periode sebelum dengan periode sesudah stock split ini memberikan dugaan bahwa kemungkinan informasi

stock split belum mempunyai kandungan informasi yang cukup signifikan untuk dapat mempengaruhi investor dalam pengambilan keputusannya atau informasi mengenai keputusan stock split sudah diketahui oleh para emiten sejak dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sehingga pasar secara keseluruhan sudah mengantisipasi saat listing dengan nominal harga yang baru. Hasil pengujian hipotesis pertama ini tidak berhasil mendukung signaling theory. Dalam kegiatan pemecahan saham signaling theory menyatakan bahwa stock split memberikan sinyal yang positif karena manajer perusahaan akan menginformasikan prospek masa depan yang baik dari perusahaan kepada publik yang belum mengetahuinya. Alasan sinyal ini didukung dengan adanya kenyataan bahwa perusahaan yang melakukan stock split

adalah perusahaan yang mempunyai kondisi kinerja yang baik. Selain itu dalam pemecahan saham signalling theory memberikan informasi kepada investor tentang prospek peningkatan return masa depan yang substantial. Return yang meningkat tersebut dapat diprediksi dan merupakan sinyal tentang laba jangka pendek dan laba jangka panjang. Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ewijaya dan Indriantoro (1999) yang menyatakan bahwa pemecahan saham (stock split) berpengaruh secara negatif terhadap perubahan harga saham secara signifikan. Meskipun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan

signalling theory dan penelitian yang dilakukan oleh Ewijaya dan Indriantoro (1999), namun hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Diky Irmansyah (2003) yang menyatakan bahwa kebijakan pemecahan saham yang dikeluarkan oleh perusahaan ternyata tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham di Bursa Efek Jakarta.

Berdasarkan hasil pengolahan data untuk pengujian hipotesis kedua dan ketiga, ternyata diperoleh bukti bahwa likuiditas saham di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2004 sampai 2008 menurun setelah dikeluarkannya kebijakan stock split. Hal ini terlihat dari pengujian hipotesis kedua dan ketiga yang menunjukkan kenaikan bid-ask spread yang signifikan dan penurunaan volume perdagangan yang tidak signifikan. Dari pengujian hipotesis kedua dengan bid-ask spread sebagai variabel yang mencerminkan biaya transaksi mengalami kenaikan yang signifikan setelah stock split, hal ini mempunyai implikasi pada terjadinya penurunan likuiditas secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa pemecahan saham (stock split) berpengaruh negatif terhadap likuiditas saham secara signifikan. Dari pengujian hipotesis ketiga dengan volume perdagangan yang tercermin dalam Trading Volume Activity mengalami penurunan yang tidak signifikan setelah stock split. Hal ini menunjukkan bahwa stock split tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap naik turunnya likuiditas (Trading Volume Activity) saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2004 sampai 2008. Volume perdagangan justru meningkat pada hari sebelum dilakukan stock split. Informasi stock split lebih direspon oleh publik pada hari sebelum dilakukan oleh stock split. Hal ini disebabkan karena informasi stock split sudah diketahui oleh sebagian investor sejak RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). Stock split mengindikasikan prospek bagus dari perusahaan karena mampu menanggung biaya yang terjadi dari stock split, sehingga investor sudah mulai berekasi sebelum dilakukan stock split. Hipotesis ketiga tidak berhasil mendukung Trading Range Theory, yang

menyatakan bahwa stock split dilakukan karena memandang harga saham yang terlalu mahal dan frekuensi perdagangan yang rendah. Dengan harga saham yang rendah, akan menambah kemampuan saham tersebut untuk diperjual belikan setiap saat, dan akan membuat saham semakin likuid, dan ini akan menambah frekuensi perdagangan saham setelah dilakukan stock split. Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Agus Setiyanto (2006) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara volume perdagangan saham sebelum dan sesudah aktivitas stock split. Namun, hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nining Susanti (2009) yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata volume perdagangan saham atau Trading Volume Activity sebelum dan sesudah pengumuman stock split.

Bursa Efek Indonesia sebagai pasar modal yang sedang berkembang, yang ditandai dengan masih banyaknya investor yang belum bertindak rasional dalam kegiatan investasinya, adanya kebijakan stock split sebagai sebuah informasi yang pada dasarnya tidak memiliki nilai ekonomis ditafsirkan oleh investor sebagai dua kemungkinan yaitu kabar baik dan kabar buruk. Ketidakseimbangan informasi (information asymetry) ini mengindikasikan adanya ketidakpastian yang lebih tinggi yang dialami investor setelah adanya informasi stock split yang ditandai dengan meningkatnya bid-ask spread. Hal ini mengakibatkan investor ragu-ragu untuk melakukan transaksi yang lebih tinggi dari biasanya dan justru melakukan transaksi yang lebih kecil daripada dalam kondisi normal yang tercermin dengan hasil temuan menurunnya volume perdagangan setelah stock split.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dikemukakan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan return saham antara sebelum dan sesudah stock split. Hal ini berarti pemecahan saham (stock split) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga saham.

Hal ini didukung oleh bukti empiris berikut: Nilai t

hitung= 0,5744149; ttabel = ± 2,12; dan p-value = 0,5736751.

Return saham mengalami penurunan yang tidak signifikan setelah stock split. Hal ini menunjukkan bahwa informasi stock split memberikan sinyal negatif kepada pasar yang dicerminkan dengan turunnya return saham setelah dilakukan stock split. Hasil penelitian ini memberikan dugaan bahwa kemungkinan informasi stock split belum mempunyai kandungan informasi yang cukup signifikan untuk dapat mempengaruhi investor dalam pengambilan keputusannya atau informasi mengenai keputusan stock split sudah diketahui oleh para emiten sejak dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sehingga pasar secara keseluruhan sudah mengantisipasi saat listing dengan nominal harga yang baru. Dengan demikian, stock split tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2004 sampai 2008.

2. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan bid ask spread antara sebelum dan sesudah stock split. Hal ini berarti pemecahan saham (stock split) berpengaruh negatif terhadap likuiditas saham secara signifikan.

Hal ini didukung oleh bukti empiris berikut: Nilai t

hitung= 2,4137122; ttabel = ± 2,12; dan p-value = 0,0290357

Bid ask spread mengalami kenaikan yang signifikan setelah stock split. Bid-ask spread sebagai variabel yang mencerminkan biaya transaksi mengalami kenaikan yang signifikan setelah stock split, hal ini mempunyai implikasi pada terjadinya penurunan likuiditas secara signifikan. Dengan demikian, pemecahan saham (stock split) berpengaruh negatif terhadap likuiditas saham secara signifikan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2004 sampai 2008.

3. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan Trading Volume Activity antara sebelum dan sesudah (stock split). Hal ini berarti stock split tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas saham (Trading Volume Activity). Hal ini didukung oleh bukti empiris berikut:

Nilai t

hitung= 1,1454716; ttabel = ± 2,12; dan p-value = 0,2688589

Trading Volume Activity mengalami penurunan yang tidak signifikan setelah stock split. Volume perdagangan justru meningkat pada hari sebelum dilakukan stock split. Informasi stock split lebih direspon oleh publik pada hari sebelum dilakukan oleh stock split. Hal ini disebabkan karena tingkat penyebaran informasi lebih rendah pada periode setelah stock split, dimana tingkat yang lebih tinggi sudah terjadi pada periode sebelum split, informasi stock split

sudah diketahui oleh sebagian investor sejak RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). Dengan demikian, stock split tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas saham (Trading Volume Activity) perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2004 sampai 2008.

B. Keterbatasan Penelitian

Ada beberapa hal yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Tahun pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini relatif sedikit yaitu

tahun 2004-2008. Karena dengan jumlah periode tersebut jumlah sampel yang di dapat sedikit. Dengan demikian hasil penelitian ini masih diragukan tingkat generalisasinya, dalam arti, hasil penelitian ini belum tentu berlaku umum atau sembarang waktu.

2. Dalam penelitian ini pengumumam stock split dilihat dari tanggal listing dengan nominal harga yang baru, sehingga dimungkinkan investor sudah lama mendapatkan informasi adanya stock split sejak diadakannya Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

C. Saran

1. Bagi investor

Bagi para investor yang akan mengambil keputusan jual atau beli saham di Bursa Efek Indonesia, hendaknya keputusan tidak hanya didasarkan pada ada tidaknya peristiwa stock split yang dilakukan emiten. Hal ini disebabkan bahwa

stock split ternyata terbukti secara empiris tidak memberikan dampak positif yang signifikan baik terhadap perubahan harga saham dan likuiditas saham. Sebaliknya, perubahan harga saham dan likuiditas saham menurun setelah dilakukan stock split.

2. Bagi peneliti lain

a. Pemilihan sampel dalam penelitian ini hanya mempertimbangkan perusahaan yang melakukan right issue selama periode pengamatan 5 tahun. Penelitian mendatang diharapkan menambah tahun pengamatan agar dapat memberikan jumlah sampel yang lebih banyak dan hasil penelitian yang lebih baik.

b. Bagi penelitian berikutnya sebaiknya menambahkan variabel lainnya seperti abnormal return, volume turnover, dll.

c. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan mengelompokkan perusahaan berdasarkan jenis industrinya sehingga industy effect dapat dihindari.

d. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan mengelompokkan perusahaan berdasarkan ukuran perusahaan sehingga size effect dapat dihindari.

e. Dalam penelitian berikutnya pengumumam stock split dapat dilihat dari tanggal pada saat diadakannya Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang mengumumkan kebijakan stock split dengan nominal lama sehingga dimungkinkan para investor pada saat itu mendapatkan informasi adanya stock split.

DAFTAR PUSTAKA

Arianti, Desi Farida, 2005. ”Pengaruh stock split: Analisis Likuiditas Saham di Bursa Efek Jakarta”, Skripsi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Erlina, 2008. Metodologi Penelitian Bisnis : Untuk Akuntansi dan Manajemen, Cetakan Pertama, USU Press, Medan.

Ewijaya dan Nur Indriantoro, 1999. “Analisis Pengaruh Pemecahan Saham terhadap Perubahan Harga Saham”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia

Bambang, Riyanto, 1995, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, BPFE, Yogyakarta.

, Vol, 2,No, 1:53-65.

Hadi, Syamsul, 2006. Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Akuntansi dan Keuangan, Edisi Pertama, Ekonisia, Yogyakarta.

Hartono, Jogiyanto, 2000. Teori Portofolio dan Analisa Investasi, Edisi Kedua, BPFE UGM, Yogyakarta.

Husnan, Suad, 1993. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi Ketiga, Yogyakarta.

Irmansyah Diky, 2003. “Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) terhadap Perubahan Harga Pasar Saham”, Skripsi

Jogiyanto, HM, 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Ketiga, : BPFE, Yogyakarta.

, Universitas Widyatsama, Bandung.

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, 2004. Buku Petunjuk Teknis Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi USU, Medan.

Margaretha, 2004. “Analisis Pemecahan Saham: Dampaknya Terhadap Likuiditas Perdagangan dan Pendapatan Saham”, Balance, Maret

Mulyanti, Endah Lestari Dwi, 2006. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stock Split Pada Perusahaan yang Go Public Di BEJ Periode 2000-2003”,

, 1: 73-86.

Skripsi

Samsul, Muhammad, 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, Edisi Pertama, Erlangga, Surabaya.

, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Sekaran, Uma, 2000. Research Methods for Business, Southern, Illionis University at Caroonadale.

Setiyanto, Agus, 2006.

Analisis Likuiditas Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split di Bursa Efek Jakarta Periode 2003-2005”, Skripsi

Sugiyono, 2004. Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Ketujuh, C,V Alfabeta, Bandung, hal 3.

, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Sukardi, 2000. “Reaksi Pasar Modal Terhadap Stock Split” , Jurnal Aplikasi Bisnis

Sukardi, 2003. “Pengaruh Pemecahan Saham Terhadap Abnormal return dan Likuiditas Saham: Analisis di Bursa Efek Jakarta”,

, Vol,1, No,1:24-29.

Jurnal Aplikasi Bisnis

Susanti, Nining, 2009. “Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman Stock Split Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”,

, Vol 4, No 5: 328-346.

Skripsi

Widayanto, Wiwit dan Sunarjanto, 2005. “Analisis Pengaruh Pengumuman Pemecahan Saham (Stock Split) terhadap harga saham, volume perdagangan saham dan likuiditas saham yang diukur dengan Bid-ask Spread pada Beberapa Perusahaan Go Public di Bursa Efek Jakarta”,

, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Fokus Manajerial, Vol, 3, No, 2:154-164.

Dokumen terkait