• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan temuan penelitian yang telah dipaparkan di atas, dapat ditarik pemahaman bahwa pendidik khusus bimbingan agama Islam adalah suatu profesi seseorang yang dianggap mampu dan diberi wewenang oleh orang tua anak untuk membantu mengarahkan, mendorong, memandu, dan mengembangkan potensi spiritual anak melalui bantuan pengajaran, bimbingan dan latihan-latihan keagamaan yang dilakukan secara pribadi.

Mencermati hasil temuan penelitian tersebut, dapat penulis analisis bahwa secara teori pemahaman 5 (lima) orang pendidik khusus tentang profesinya sebagai seorang pendidik khusus yang memberikan bimbingan agama Islam sudah cukup baik. Hal ini sudah selaras dengan pendapat Kafradi yang menyatakan bahwa, “pendidik khusus/guru privat adalah guru yang didatangkan atau yang diberi mandat untuk memberikan pengajaran agama Islam di rumah-rumah, baik untuk seluruh keluarga maupun untuk anak-anak mereka”.61

Bimbingan agama Islam yang dilakukan secara khusus juga bisa diartikan sebagai suatu proses usaha individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang tampak dalam penguasaan pola-pola respon yang baru terhadap lingkungan, antara lain berupa keterampilan, kebiasaan, sikap, kecakapan, pengetahuan, dan pengamalan agama anak. Dengan kata lain, peran pendidik khusus dalam memberikan bimbingan agama Islam bisa dikatakan aktivitas pemberian bantuan yang menghasilkan perubahan positif pada individu yang dibimbing baik aktual maupun potensial, sebagai hasil dari pemberian pemahaman dan bimbingan pengamalan ajaran agama Islam melalui usaha bimbingan yang sifatnya privat yang dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minat yang dimilikinya.

Berpijak pada hasil temuan penelitian tentang peranan pendidik khusus dalam memberikan bimbingan agama Islam kepada anak pedagang muslim, dapat ditarik suatu pemahaman bahwa peranan pendidik khusus dalam memberikan bimbingan agama Islam adalah sebagai berikut:

61

Ahmad Kafradi, Pendidikan Islam di Lingkungan Keluarga, Jakarta: Bulan Bintang, 1999, h. 54

1. Pendidik khusus berperan sebagai sumber belajar, artinya pemahaman dan pengamalan agama anak diinspirasi oleh kemampuan penguasaan materi bimbingan yang diberikan oleh seorang pendidik khusus kepada anak yang dibimbingnya;

2. Pendidik khusus berperan sebagai pengajar, yakni keberadaan pendidik khsus di tengah-tengah keluarga berperan untuk membantu memberikan pengajaran sesuai kebutuhan yang diperlukan anak yang dibimbingnya;

3. Pendidik khusus berperan sebagai pembimbing, yakni keberadaan pendidik khusus berperan untuk membantu memberikan bimbingan dan mengarahkan potensi keagamaan anak, sehingga potensi tersebut dapat berkembang lebih baik;

4. Pendidik khusus berperan sebagai organisator, yakni pendidik khusus berperan mengelola dan menciptakan suasana bimbingan yang nyaman dan kondusif sehingga memudahkan terlaksananya bimbingan;

5. Pendidik khusus berperan sebagai motivator, yakni pendidik khusus juga memiliki peran sebagai orang yang membantu memberikan dorongan, semangat dan sosok yang inspiratif bagi anak.

Berpijak pada temuan penelitian tersebut dapat dipahami bahwa, peran pendidik khusus bimbingan agama Islam adalah membantu untuk memberikan pemahaman, mengendalikan bimbingan, mengarahkan, dan mengembangkan potensi anak, serta menyelaraskan pemahaman dan pengamalan agama Islam dalam bentuk pengajaran, bimbingan, dan latihan keagamaan.

dalam suatu kerja dan dalam proses penampilan itu ia tampil sebagai suatu yang dimainkan.62 Maka, mencermati hasil temuan penelitian dan teori peranan tersebut, dapat dianalisis bahwa peranan pendidik khusus dalam bimbingan agama Islam merupakan keterlibatan aktif pendidik khusus yang diberikan wewenang dan kepercayaan oleh orang tua sebagai guru pribadi anak yang secara khusus membantu mengenalkan, mengajarkan, mendorong, membina, dan melatih perkembangan potensi kegaamaan anak yang dibimbingnya.

Peranan yang dimainkan pendidik khusus dalam memberikan bimbingan agama Islam pada dasarnya memiliki peran yang hampir sama dengan peran guru-guru di lembaga formal, namun yang membedakan hanya pada waktu, tempat, materi, dan situasi pelaksanaan bimbingannya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh al Rasyidin dan Nizar menyatakan bahwa peranan guru adalah sebagai berikut:

1. Sebagai pengajar (instruksional) yang bertugas merencanakan program pengajaran, melaksanakan program yang disusun, dan akhirnya dengan melaksanakan penilaian program tersebut dilaksanakan;

2. Sebagai pendidik (educator), yang mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan kepribadian sempurna (insan kamil) seiring dengan tujuan penciptaannya;

3. Sebagai pemimpin (managerial), yang memimpin, mengabdikan diri, upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan, dan partisipasi atas program yang dilakukan.63

Mengingat sifat keagamaan pada masa anak-anak adalah sifatnya tidak mendalam, egosentris, anthopomorphis, verbalis dan ritualis, imiatif, dan rasa

62

Piet A. Sahertian dan Ida Aleida Suhartian, Supervisi Pendidikan, Jakarta: Mutiara, 1994, h. 26

63

al Rasyidin dan Samsul Nizar, Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis Filsafat

kagum.64 Perkembangan beragama pada anak, salah satunya ditentukan oleh peranan pendidik khusus dalam memberikan pengajaran, pendidikan, bimbingan, dan pengalaman yang dilaluinya. Oleh karena itu, pendidik khusus hendaknya berperan sebagai pemberi bantuan sesuai kebutuhan anak, mendiagnosis kesulitan dan kebutuhan anak, sebagai sumber belajar bagi anak, sebagai organisator kegiatan bimbingan, dan pendorong semangat agama anak.

Menurut analisis penulis, ada beberapa komponen yang harus diperhatikan oleh seorang pendidik khusus untuk menunjang perannya memberikan bimbingan agama Islam kepada anak, yaitu pendidik khusus harus mampu menciptakan hubungan interpersonal yang sehat dan akrab dengan orang tua dan juga anak yang dibimbing, anak dibimbing sesuai dengan kecepatan, kemampuan, kebutuhan dan minatnya sendiri, pendidik khusus berperan sebagai penasehat dan motivator anak, anak dilibatkan dalam penentuan cara bimbingan, materi dan alat yang akan digunakan dan bahkan tujuan yang akan dicapainya, serta berusaha semaksimal mungkin mengendalikan situasi bimbingan sehingga anak merasa aman, penuh pemahaman, merasa dibantu serta merasa menemukan alternatif penyelesaian masalah yang dihadapinya. Sehingga peran pendidik khusus dalam memberikan bimbingan agama Islam dapat berfungsi sebagai mana mestinya, yakni pendidik khusus sebagai pemberi pemahaman, sebagai pencegah, pembimbing pengentasan masalah, memelihara, dan mengembangkan potensi agama anak dapat terlaksana secara maksimal.

64

Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, h. 55

Pada dasarnya setiap anak manusia yang dilahirkan sudah memiliki potensi untuk beragama. Namun bentuk keyakinan yang dianut anak sepenuhnya tergantung dari bimbingannya. Karena tumbuh dan berkembang potensi anak berdasarkan pengalaman-pengalaman yang dilaluinya. Berkembangnya potensi, pemantapan pemahaman dan pengalaman keagamaan anak, salah satunya ditentukan dengan cara pendidik khusus memberikan bimbingan. Cara memberikan bimbingan agama Islam memiliki peranan penting, karena nilai-nilai ajaran yang datang dari agama tidak berubah-ubah oleh waktu dan tempat, tetapi cara yang dilakukannya dapat berkembang sesuai kebutuhan dan keadaannya.

Berdasarkan temuan penelitian tentang cara pendidik khusus melaksanakan bimbingan agama Islam pada anak pedagang muslim yang ada di Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya yang telah dipaparkan dalam hasil penelitian di atas, dapat ditarik pemahaman bahwa pada dasarnya fokus utama dari 5 (lima) orang pendidik khusus agama Islam adalah memberikan bimbingan ibadah anak, khususnya bimbingan mengaji al Qur’an yang dilakukan dengan cara menyuruh anak mengaji, menyimak bacaannya, mencontohkan bacaannya, menjelaskan makharijul huruf, dan menjelaskan hukum bacaannya. Meski demikian, pendidik khusus tersebut juga memberikan bimbingan tambahan yakni bimbingan shalat yang dilakukan dengan cara membimbing bacaan dan gerakan shalat, serta mengajak anak mengerjakan shalat berjamaah. Selain itu, pendidik khusus juga memberikan hafalan surah-surah pendek, memberikan

hafalan do’a sehari-hari, serta memberikan nasehat sebagai upaya pemantapan pemahaman anak terhadap materi bimbingan agama Islam yang telah diberikan.

Sederhananya bimbingan agama Islam yang dilakukan 5 (lima) orang pendidik khusus yang melaksanakan bimbingan agama Islam pada anak pedagang muslim yang ada di Kecamatan Jekan Raya dilakukan dengan cara mengajar dan membimbing anak mengaji al Qur’an, melatih bacaan dan tata cara shalat, mengajak anak shalat berjamaah, memberikan hafalan surah-surah pendek, do’a sehari-hari, dan memberikan nasehat keagamaan sebagai upaya pemantapan pemahaman dan pengamalan ajaran agama Islam anak.

Berdasarkan temuan penelitian di atas dapat dianalisis bahwa memberikan bimbingan agama Islam berarti merelakan diri memberikan bantuan pengajaran, mengarahkan dan membina potensi anak, agar anak dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam yang meliputi akidah, ibadah dan akhlak mulia anak. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Yusuf dan Norihsan, bahwa:

Bimbingan Islam merupakan proses bantuan yang diberikan kepada individu (baik secara perorangan maupun kelompok) agar memperoleh pencerahan diri dalam memahami dan mengamalkan nilai-nilai agama (akidah, ibadah, dan akhlak mulia) melalui uswah hasanah, pembiasaan atau pelatihan, dialog, dan pemberian informasi yang berlangsung sejak usia dini sampai usia tua dalam upaya mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.65

Berpijak pada pendapat ahli di atas dapat dipahami bahwa bimbingan agama Islam merupakan proses pemberian bantuan untuk mengarahkan, membimbing, mengelola, membina kecakapan dan keterampilan anak dalam memahami dan mengamalkan nilai-nilai agama Islam yang mencakup

65

Syamsu Yusuf dan A. Juntika Norihsan, Landasan Bimbingan & Konseling, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009, h. 70

bimbingan akidah, ibadah, dan akhlak mulia agar anak dapat meyakini, memahami dan mampu mengamalkan ajaran agama Islam dengan optimal.

Bimbingan agama Islam merupakan satu kesatuan antara bimbingan akidah, bimbingan ibadah, dan bimbingan akhlak. Namun dalam realisasinya di lapangan, pelaksanaan bimbingan agama Islam yang diberikan 5 (lima) orang pendidik khusus lebih dominan pada aspek bimbingan ibadah anak. Hal ini terjadi karena sebelum guru privat melaksanakan perannya sebagai pendidik khusus, antara pendidik khusus dengan orang tua anak yang dibimbing telah membuat kesepakatan ataupun kontrak kerja tentang bentuk bimbingan yang akan dilaksanakan. Tetapi, sebenarnya hal itu tidak menutup kemungkinan untuk diberikannya bimbingan yang lainnya, tergantung keprofesionalan seorang pendidik khusus dalam memberikan bimbingan.

Pendidik khusus bimbingan agama Islam harus jeli dan terampil dalam mengintegrasikan antara bimbingan ibadah, bimbingan akidah dan bimbingan akhlak. Misalnya, selain anak diajarkan dan dibimbing dalam membaca atau mengaji al Qur’an, anak juga dilatih untuk menulis ayat al Qur’an, setidaknya menulis yang sedang dipelajarinya, atau ayat yang dibaca ataupun yang dihafal anak tersebut diberikan penjelasan tentang makna kandungannya, sehingga akan tumbuh suatu pemantapan dan keyakinan anak terhadap agamanya.

Menurut al Ghazali yang dikutip oleh Tafsir dkk mengemukakan bahwa, bimbingan akidah pada anak dapat dilakukan dengan cara:

Langkah pertama yang bisa diberikan kepada anak dalam menanamkan akidah/keimanan adalah dengan memberi hafalan. Sebab proses pemahaman harus diawali dengan hafalan terlebih dahulu. Ketika menghafal akan sesuatu kemudian memahaminya, akan tumbuh dalam

dirinya sebuah keyakinan dan akhirnya anak akan membenarkan apa yang telah dia yakini sebelumnya.66

Dengan kata lain, cara sederhana dalam mensinergikan bimbingan akidah, ibadah, dan akhlak kepada anak dapat dilakukan dengan cara mengajarkan mengaji al Qur’an, menghafal ayat al Qur’an atau hafalan surah-surah pendek, memberikan penjelasan makna kandungannya, dan anak dilatih menulisnya. Misalnya, apabila ayat yang dibaca oleh anak menyangkut akidah, maka berikan pencerahan tentang akidah Islamiyah kepada anak. Apabila menyangkut pada akhlak, maka anak diberikan pencerahan tentang bagaimana cara berakhlakul karimah. Sehingga bimbingan yang diberikannya akan lebih berkesan dan membekas dibenak anak. Selain anak terampil dalam membaca al Qur’an, anak terampil dalam menulis, anak juga memahami makna kandunganya dan akhirnya dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-harinya.

Mengajarkan dan membimbing mengaji al Qur’an kepada anak yang dibimbingnya, pada dasarnya tidak semata-mata hanya menyuruh anak membacakan ayat demi ayat. Tetapi, ada hal penting yang harus diperhatikan dan seharusnya dilakukan oleh seorang pendidik khusus yang membimbing ajaran agama Islam, yakni hendaknya pendidik khusus mengenalkan tata cara membaca seperti mengenalkan makharijul hurufnya dan hukum bacaannya, mengecek kefasihan bacaan anak, mengajarkan cara menulisnya, menjelaskan makna kandungnya, dan juga mengamalkan isi kandungannya. Sebagaimana

66

Ahmad Tafsir dkk., Cakrawala Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung: Mimbar Pustaka, 2004, h. 114

dikemukakan Muchtar, bahwa bimbingan dalam mengajarkan al Qur’an kepada anak seyogyanya dilakukan dengan cara:

1. Mengenalkan huruf-huruf dan tata cara membaca al Qur’an dengan baik serta benar;

2. Mengajarkan tata cara menulis huruf dan bacaan al Qur’an;

3. Menyuruh anak membaca dan menghafalkan bacaan ayat-ayat al Qur’an;

4. Mengecek mengenai benar tidaknya anak-anak dalam membaca serta menulis ayat al Qur’an;

5. Membiasakan seluruh anggota keluarga untuk membaca al Qur’an secara berjamaah setiap selesai shalat Maghrib sampai Isya, kemudian diberi penjelasan mengenai makna atau tafsir dari ayat-ayat yang baru selesai dibaca;

6. Melatih dan membiasakan untuk mengamalkan isi al Qur’an secara bertahap dan sesuai dengan kemampuan masing-masing.67

Sederhananya, membimbing anak mengaji al Qur’an dapat dilakukan dengan cara menyuruh anak membacakan ayat demi ayat al Qur’an, memberikan contoh bacaan yang baik dan benar, menjelaskan makharijul hurufnya, hukum bacaannya, mengecek kefasihan anak, menghafal ayat-ayat al Qur’an, membimbing anak menulis ayat-ayat al Qur’an, memberikan penjelasan tentang makna kandungannya yang dilakukan secara bertahap sesuai kebutuhan dan kemampuan anak yang dibimbingnya.

Membimbing anak dalam melaksanakan ibadah shalat, secara garis besar sudah cukup baik, karena selain anak diajarkan tentang bacaan dan praktik shalat, 5 (lima) orang pendidik khusus juga membiasakan dan mengajak anak untuk mengerjakan shalat. Hal ini selaras dengan pendapat Muchtar yang menyatakan bahwa peran seorang pendidik/pembimbing dalam mengajarkan ibadah shalat kepada anak bisa dilakukan dengan cara:

67

1. Mengajak anak shalat bersama-sama;

2. Mengajarkan bacaan dan tata cara shalat yang benar; 3. Mengecek dan memantau bacaan serta tata cara shalat anak; 4. Mengingatkan anak untuk senantiasa mendirikan shalat; 5. Membiasakan mereka untuk melaksanakan shalat berjamaah;

6. Selain shalat anak juga harus diajarkan, dilatih dan dibiasakan melaksanakan ibadah-ibadah lain dalam Islam, misalnya puasa, zakat, dzikir, do’a, tata cara ibadah haji, dan sebagainya.68

Hal lain yang perlu diperhatikan oleh pendidik khusus dalam memberikan bimbingan ibadah shalat adalah hendaknya selalu mengingatkan, memberikan pencerahan dengan nasehat-nasehat tentang pentingnya shalat. Artinya, seorang pendidik khusus harus memberikan pemahaman tentang pentingnya shalat kepada anak sesuai perkembangan usianya. Dengan begitu, maka anak merasa aktivitasnya tidak sia-sia dan cenderung senang untuk mengamalkannya.

Cara memberikan bimbingan agama Islam hendaknya dilakukan secara bertahap dan berorientasi pada kebutuhan dan taraf usia anak, bukan memaksakan kehendak dari sang pembimbingnya. Eksistensi pendidik khusus pada dasarnya hanya memberikan bantuan bimbingan untuk meminimalisir kesulitan anak, memberikan solusi penyembuhannya, memelihara, menyalurkan, dan mengembangkan potensi yang ada pada diri anak. Dengan begitu, maka tidak menutup kemungkinan tumbuh dan berkembangnya agama anak selaras dengan ajaran agama Islam, yakni intelek secara teoritis dan aplikatifnya. Dengan kata lain, apabila seorang pendidik khusus dapat memainkan perannya dengan cara-cara yang baik, maka akan membantu terbentuknya pribadi generasi muslim yang beriman, intelek, bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

68

Dokumen terkait