BAB III: PENELITIAN TENTANG UPAYA MEMBANGUN
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Pada bagian ini penulis akan membahas hasil penelitian yang telah
dilaksanakan pada tanggal 18 Desember 2012 sampai 18 Januari 2013 di Paroki
Kunjungan Santa Maria Peniung seperti tertuang pada tabel 2 sampai 7 yakni
tentang: identitas responden, pemahaman responden tentang keluarga kristiani,
keaktifan responden dalam mengikuti pelaksanaan pendampingan keluarga, upaya
responden dalam membangun keluarga kristiani, faktor pendukung dan
penghambat pelaksanan pendampingan keluarga dan harapan responden untuk
meningkatkan pelaksanaan pendampingan keluarga.
1. Identitas Responden
Responden dalam penelitian ini ada 32 orang laki-laki dan 15 orang
perempuan, pekerjaan responden sangat beragam, paling banyak mereka bekerja
sebagai pekerja swasta. Umur responden mulai dari 20 sampai 50. Sedangkan
dari segi usia pernikahan dimulai dari di bawah 5 tahun sampai di atas 30 tahun
tapi paling banyak adalah usia perkawinan 20-25 tahun.
2. Pemahaman Responden Tentang Keluarga Kristiani
Dari hasil penelitian yang sudah dipaparkan oleh penulis pada tabel 3,
dapat ketahui bahwa responden sangat memahami tentang keluarga kristiani.
Responden juga sudah sangat memahami tentang pengertian keluarga kristiani,
dasar-dasar dan ciri-ciri keluarga kristiani serta tujuan pelaksanaan pendampingan
membangun persekutuan hidup berdasarkan persaudaraan iman akan Yesus
Kristus. Keluarga kristiani dapat terwujud dengan baik dengan adanya peran
serta responden dalam membangun keluarganya menjadi keluarga kristiani,
semua responden menyatakan setuju. Dari sini dapat terlihat bahwa para
responden mampu dan mengerti akan keluarga kristiani sehingga mereka dapat
menyadari bahwa melalui pelaksanaan pendampingan keluargalah keluarga
mereka dapat dibangun menjadi keluarga kristiani yang rukun hidup dan rukun
iman.
Selain pengertian keluarga kristiani responden juga memahami dasar dari
perkawinan adalah Sakramen Perkawinan karena Sakramen Perkawinan menjadi
lambang perjanjian dalam sebuah perkawinan. jika pasangan suami istri selalu
menjadikan sakramen perkawinan ini adalah lambang dari perjanjian perkawinan
mereka maka responden dapat dikatakan berhasil dalam membangun keluarganya
menjadi keluarga kristiani.
Sakramen Perkawinan menjadi dasar keluarga kristiani. Kebiasaan
keluarga kristiani adalah adalah berdoa, mengikuti perayaan Ekaristi, membaca
dan merenungkan Kitab Suci serta mengikuti pembinaan iman adalah suatu hal
yang takkal pentingnya bagi responden karena sangat membantu dalam
mengembangkan iman dalam keluarga. perkembangan iman dalam keluarga
tergantung pada responden. Jadi arti dari mengembangkan iman keluarga sangat
penting bagi responden, ini adalah dasar hidup bagi keluarga kristiani. semua
responden sangat memahami pernyataan ini 47 (100%) dan mereka menyatakan
dalam keluarga perkembangan iman selalu diperhatikan dan dikembangkan maka
responden dapat dikatakan berhasil dalam menumbuh kembangkan iman
keluarganya.
Responden juga memahami ciri-ciri dari keluarga kristiani yang selalu
membangun relasi yang baik antara pasangan suami istri, orang tua, keluarga,
masyarakat dan Tuhan. Relasi ini tergantung dari setiap pasangan suami istri
bagaimana mereka tetap bisa menjaga dan menjalin relasi itu dengan baik. Jadi
arti dari relasi bagi keluarga sangatlah penting karena merupakan ciri dari
keluarga kristiani. Semua responden menyatakan setuju atas pertyataan ini 47
(100%). Hal ini menjadi ciri yang baik dalam keluarga agar mereka tetap menjaga
relasinya dengan baik.
Dalam membangun sebuah keluarga tidak hanya relasi yang perlu dijaga
dan diperhatikan namun memilihara cinta kasih antar pasangan suami istri, orang
tua, keluarga, masyarakat dan Tuhan juga perlu diperhatikan dan dijaga karena
memelihara cinta kasih juga adalah kewajiban bagi setiap keluarga, tanpa adanya
cinta kasih maka sebuah keluarga tidak akan bisa dibangun dengan baik. Semua
responden menyatakan setuju dengan pemahaman ini 47 (100%). Hal ini menjadi
ciri dalam memelihara cinta kasih, jika cinta kasih dapat dijaga dan diperhatikan
maka responden dapat dikatakan berhasil dalam memelihara cinta kasih dalam
keluarganya.
Keluarga kristiani juga adalah keluarga yang terbuka akan keturunan. Di
mana keturunan tersebut adalah suatu hal yang sangat diharapakan dalam sebuah
mempunyai generasi yang baru. Responden yang mengerti dan memahami
pernyataan ini sebanyak 42 (89%) yang menyatakan setuju dan 5 (10%)
menyatakan ragu-ragu.
Maksud dan tujuan dari dilaksanakanya pendampingan keluarga adalah
agar tercapainya kesejahteraan dan berkembangnya iman dalam keluarga yang
didampingi. Responden yang menyatakan setuju dengan tujuan dilaksanakannya
pendampingan keluarga ini sebanyak 38 (80%). ada 5 (10%) responden yang
menyatakan ragu-ragu dengan tujuan dari dilaksanakannya pendampingan
keluarga. dan ada 3 (6%) responden yang bahkan kurang setuju serta ada 1 (2%)
responden yang sama sekali tidak setuju karena selain responden paham akan
tujuan dari dilaksanakannya pendampingan keluarga responden juga belum
melihat tercapainya tujuan dari dilaksanakannya pendampingan keluarga.
3. Keaktifan Responden Dalam Mengikuti Pelaksanaan Pendampingan Keluarga
Belum semua responden mengikuti pelaksanaan pendampingan keluarga
hanya ada 22 (46%) responden di Paroki Kunjungan Santa Maria Peniung sering
mengikuti pendampingan keluarga yang dilaksanakan oleh pihak paroki. ada 13
(27%) responden yang tidak sering mengikuti pelaksanaan pendampingan
keluarga. Bahkan ada 8 (17%) responden yang kurang sering mengikuti
pelaksanaan pendampingan. Dan yang lebih memprihatikan sekali ada 4 (2%)
responden yang ragu-ragu dalam mengikuti pelaksanaan pendampingan keluarga
Motivasi responden dalam mengikuti pelaksanaan pendampingan keluarga
adalah membantu responden dalam membangun keluarganya sebagai keluarga
kristiani 5 (10%), membantu responden dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang
ada dalam kehidupan responden sehari-hari 25 (53%) serta membantu responden
dalam mendapatkan pengetahuan baru 3(6%) dalam membangun keluarga juga
memperkembangkan iman responden 14 (29%) tabel 4. item 12.
Bentuk pendampingan keluarga yang banyak diikuti responden adalah
kunjungan keluarga 22 (46%) di mana dalam kunjungan keluarga tersebut
responden merasa diperhatikan oleh pihak paroki sehingga mereka tidak merasa
sendirian dalam membangun keluarganya dan mengatasi kesulitan-kesulitannya.
rekoleksi keluarga 6 (12%) juga sering diikuti oleh responden di mana dalam
rekoleksi tersebut sejenak responden dapat menghilangkan rasa tegang yang ada
dipikirannya karena dalam rekoleksi tersebut responden dapat bertemu dan
bertukar pengalaman dengan pasangan suami istri lainya, katekese keluarga
17(36%) yang dilaksanakan pihak paroki juga sering diikuti oleh responden
namun yang kurang sering diikuti oleh responden adalah retret keluarga 2 (4%)
mungkin dikarenakan oleh waktu pelaksanaan dari retret ini tidak sesuai dengan
waktu yang dimiliki oleh para responden.
Responden sebanyak 37 (78%) menganggap bahwa pendampingan
keluarga yang dilaksanakan oleh paroki sangat membantu mereka dalam
membangun keluarga kristiani. Tapi ada 6 (12%) responden yang menyatakan
kurang membantu mereka dalam membangun keluarga kristiani hal ini
pendampingan keluarga tersebut. Selain itu juga ada 3 (6%) responden yang
merasa ragu-ragu untuk memberikan pernyataan bahwa pendampingan keluarga
membantu responden dalam membangun keluarga kristiani. Responden yang
merasa bahwa pendampingan keluarga tidak membantu responden dalam
membangun keluarga kristiani ada 1(2%). Dari tabel 4. item 14 dapat dilihat jelas
bahwa masih ada responden yang merasa bahwa pendampingan keluarga belum
begitu membantu responden dalam membangun keluarga kristiani ini di
karenakan bahwa responden belum memahami tujuan dari dilaksanakannya
pendampingan keluarga.
Pelaksanaan pendampingan keluarga yang dilaksanakan oleh paroki
membantu responden dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang ada. Sebanyak 45
(95%) responden yang menyatakan membantu dan 2 (4%) responden yang
menyatakan ragu-ragu. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya pelaksanaan
pendampingan keluarga responden semakin tahu bagaimana cara mengatasi
kesulitan-kesulitan yang ada dalam kehidupan berumah tangga. menurut 23
(48%) responden pelaksanaan pendampingan keluarga sering dilaksanakan oleh
paroki. tapi ada 14 (29%) responden yang menyatakan bahwa pelaksanaan
pendampingan keluarga tidak sering dilaksanakan oleh paroki dan 9 (19%)
responden menyatakan kurang sering dilaksanakan. Bahkan ada 1(2%) responden
yang ragu-ragu. Responden menyatakan bahwa pendampingan keluarga yang
mereka ikuti diberikan oleh katekis, kaum religius dan tim khusus pendamping.
Menurut responden mereka ini sangat membantu responden dalam membangun
4. Upaya-upaya Dalam Membangun Keluarga Kristiani
Membangun keluarga kristiani dapat dilakukan responden dari luar
maupun dari dalam .Upaya dari luar adalah dengan mengikuti kursus persiapan
perkawinan. semua responden setuju 47(100%) bahwa salah satu upaya yang
harus dilakukan untuk membangun keluarga agar menjadi keluarga yang bahagia,
sejahtera dan harmonis adalah dengan mengikuti kursus persiapan perkawinan
yang dilaksanakan oleh Paroki. Selain kursus upaya dari luarnya adalah dengan
selalu menanamkan kesetiaan dan menjaga keutuhan keluarga serta tetap menjalin
komunikasi yang baik dalam keluarga 46(97%) responden menyatakan setuju
karena mereka sudah menanamkan kesetiaan dan menjaga keutuhan dalam
keluarga mereka masing-masing sedangkan responden yang merasa ragu-ragu ada
1(2%) karena mereka belum menanamkan kesetiaan dan menjaga keutuhan yang
ada di dalam keluarga mereka hal ini disebabkan oleh kurang pahamanya mereka
akan upaya yang harus mereka lakukan dalam membangun keluarga kristiani.
Sedangkan upaya dari dalam adalah responden selalu berupaya untuk tetap
menjaga komunikasi dalam keluarga karena dengan adanya komunikasi yang baik
maka sebuah keluarga dapat dibangun dengan baik pula. responden yang setuju
dengan pernyataan tersebut ada 45(95%) responden ini terbukti bahwa
responden yang setuju sudah menjaga komunikasi yang baik dalam keluarganya
sedangkan responden yang merasa ragu-ragu ada 1(2%) dan responden yang
tidak setuju 1(2%). Responden yang ragu-ragu dan tidak setuju ini belum
mengerti akan pentingnya menjaga komunikasi dalam keluarga dan belum
Pemahaman mengenai menjaga komunikasi ini yang masih perlu diberikan lebih
lanjut kepada responden.
Responden juga menyatakan bahwa pendampingan keluarga juga
merupakan upaya untuk membangun keluraga kristiani, ada 42(89%) responden
yang setuju dengan pernyataan tersebut, responden merasa setuju karena selain
mendapatkan teori responden juga ingin adanya praktek langsung yaitu dengan
pendampingan keluarga tersebut. Ada 5(10%) responden yang ragu-ragu dengan
pernyataan tersebut.
5. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pelaksaan Pendampingan Keluarga.
Menurut 22 (46%) responden faktor pendukung utama dalam
pendampingan keluarga adalah pastor paroki. Namun ada 9(19%) responden
yang menyatakan bahwa proses pendampingan yang menarik, dan ada 4(8%)
responden yang menyatakan materi yang sesuai serta tim pendamping yang
berpengalaman 12(25%) responden.
Sedangkan faktor penghambat dalam pelaksaan pendampinagn keluarga
adalah kesibukan responden dalam berkerja yakni 9(19%) responden.
Kurangnya tenaga pendamping juga menjadi faktor yang menghambat kelancaran
kegiatan pendampingan ini yakni ada 16(34%) responden. Proses pendampingan
yang belum baik membuat responden yakni 3(6%) responden merasa tidak perlu
untuk mengikuti pendampingan keluarga ini serta materi yang tidak sesuai juga
6. Harapan Responden dalam Meningkatkan Pelaksanaan Pendampingan Keluarga
Responden di wilayah Paroki Kunjungan Santa Maria Peniung ini
mengharapkan agar pelaksanaan pendampingan keluarga lebih ditingkatkan lagi
ada 45(95%) responden yang mengharapkan peningkatan tersebut karena dengan
adanya pendampingan keluarga itulah para responden merasa terbantu dalam
mengatasi kesulitan-kesulitan yang ada dalam kehidupan keluarga mereka.
Responden di wilayah Paroki Kunjungan Santa Maria Peniung ini
mengharapkan pendampingan keluarga seperti kunjungan keluarga 19(40%),
retret keluarga 12(25%), rekoleksi keluarga7(14%), sampai katekese keluarga
9(19%) perlu untuk ditingkatkan lagi karena bentuk pelaksanaan pendampingan
ini membantu responden dalam membangun keluarga responden menjadi keluarga
kristiani.
Tidak hanya pelaksanaan dan bentuk pendampingan keluarga saja yang
menjadi harapan responden, materi pendampingan mengenai upaya dalam
membangun keluarga kristiani juga menjadi harapan responden yakni 36(76%)
agar lebih ditingkatkan juga, 6(12%) responden juga mengharapakan agar
pemahaman mengenai keluarga kristiani selalu diberikan kepada responden,
dalam memberikan pemahaman mengenai dasar-dasar keluarga kristiani
responden sebanyak 3(6%) mengharapakan agar diberikan lebih detail lagi, materi
mengenai ciri-ciri keluarga kristiani turut menjadi harapan responden 2(4%). Dari
harapan responden ini dapat diketahui bahwa para responden ini menginginkan
tersebut dapat membuka pikiran responden untuk membangun keluarganya agar
menjadi lebih baik.
Harapan responden dalam memilih waktu pelaksanaan pendampingan
keluarga sangatlah bervariasi mulai sebulan sekali 15(31%), satu minggu sekali
8(17%), satu tahun dua kali 12 (25%) sampai satu tahun sekali 12 (25%).
Responden memilih waktu pelaksanan tersebut karena responden membutuhkan
pendampingan tersebut hanya waktunya saja yang menurut responden perlu
disesuaikan dengan waktu responden .
Demi kelancaran proses pelaksanaan pendampingan keluarga responden
mengharapkan pembentukan tim pendamping ada 21(44%) responden yang
mengharapkan agar dewan paroki membentuk tim khusus untuk mendampingi
keluarga-keluarga yang ada di wilayah Paroki Kunjungan Santa Maria Peniung
ini, 12(25%) responden mengharapakan agar pihak paroki membuat program
pendampingan khusus keluarga, 14 (29%) responden sangat mengharapkan
pelaksanaan pendampingan keluarga sesering mungkin 14(29%). Harapan
responden ini tampak bahwa responden merasa perlu untuk didampingi dalam
membangun keluarganya agar keluarga yang responden bangun dapat menjadi
keluarga yang kristiani.