• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PERSIAPAN PENELITIAN, PELAKSANAAN PENELITIAN,

E. Pembahasan Hasil Penelitian

2 192 574  .

E. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Hasil Belajar Siswa

Metode pembelajaran berbasis proyek pada materi aritmetika dikatakan berhasil atau tidak dilihat dari hasil belajar siswa yang meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

a. Hasil Belajar Siswa Aspek Pengetahuan

Keberhasilan metode pembelajaran berbasis proyek pada materi aritmetika dilihat dari ketercapaian hasil belajar siswa pada aspek pengetahuan berdasarkan nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditentukan oleh sekolah. KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) untuk mata pelajaran matematika kelas VII SMP Negeri 2 Gedangsari, Gunungkidul adalah 72. Berdasarkan Tabel 4.9, terdapat 14 siswa sudah memenuhi KKM dan 18 siswa belum memenuhi KKM, dengan persentase masing-masing dan . Dari Tabel 4.9, diperoleh rata-rata hasil belajar 32 siswa kelas VII A pada aspek pengetahuan adalah 60,05. Dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang tuntas tidak mencapai 75%, bahkan tidak mencapai 50%.

Pembelajaran berbasis proyek pada materi aritmetika untuk siswa kelas VII A dapat dikatakan efektif jika persentase

ketuntasan siswa mencapai minimal 75%. Berdasarkan hasil belajar siswa pada aspek pengetahuan, pembelajaran berbasis proyek pada materi aritmetika di kelas VII A belum efektif untuk diterapkan. Hal ini terlihat dari jumlah siswa yang berhasil memenuhi KKM lebih sedikit daripada yang belum memenuhi KKM. Bahkan, siswa yang tuntas tidak mencapai 50% siswa. Selain itu, rendahnya rata-rata hasil belajar siswa merupakan bukti kurang efektifnya pembelajaran berbasis proyek pada materi aritmetika untuk kelas VII A. Kelompok siswa yang memiliki nilai belum memenuhi KKM adalah kelompok B, D, F, dan G.

Nilai proyek dan nilai tes lisan untuk kelompok B sangat rendah, yaitu 33,33 untuk nilai proyek dan setiap anggota kelompok memperoleh nilai yang homogen pada saat tes lisan yaitu 33,33. Seperti yang telah dijelaskan pada analisis logbook siswa, peneliti meragukan proses wawancara kelompok B karena tidak adanya tanda verifikasi dari narasumber, yaitu petani. Berdasarkan laporan proyek, jawaban wawancara yang ditulis kelompok B juga tidak konsisten. Selain itu, Kelompok B tidak menjawab semua pertanyaan diskusi yang tertera pada tugas proyek, padahal pertanyaan diskusi itu memuat penilaian pada aspek pengetahuan. Pada saat dilakukan konfirmasi, setiap anggota kelompok B tidak mampu memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan saat tes lisan. Peneliti menduga, kelompok B tidak

dapat menjawab pertanyaan tes lisan karena proses wawancara yang dilakukan kelompok B tidak jelas, sehingga hasil wawancara sulit dipahami. Dengan demikian, pertanyaan tes lisan yang diajukan berkaitan dengan hasil wawancara tidak dapat dijawab dengan baik. Hal inilah yang menyebabkan perolehan nilai tes lisan yang homogen pada aspek pengetahuan. Kasus serupa juga dialami oleh kelompok G, dengan perolehan nilai proyek dan tes lisan sama, yaitu 33,33.

Seperti halnya dengan kelompok B dan G, nilai proyek dan nilai tes lisan untuk kelompok D juga sangat rendah, yaitu 33,33 untuk nilai proyek dan setiap anggota kelompok memperoleh nilai yang homogen pada saat tes lisan yaitu 33,33. Namun, kelompok D memiliki kasus yang berbeda dengan kelompok B dan G. Kelompok D adalah kelompok yang salah mengerjakan tugas proyek karena narasumber yang dipilih untuk kegiatan wawancara tidak sesuai dengan ketentuan penugasan. Berdasarkan laporan proyek, kelompok D menuliskan jawaban dari pertanyaan diskusi yang terdapat pada tugas proyek, tetapi jawaban yang diberikan tidak tepat. Saat berlangsungnya tes lisan, setiap anggota kelompok D tidak mampu menjawab pertanyaan. Peneliti menduga, kelompok D kesulitan memberikan jawaban saat tes lisan karena kelompok D salah mengerjakan tugas proyek. Hal inilah yang

menyebabkan perolehan nilai tes lisan yang homogen pada aspek pengetahuan.

Berbeda dengan kelompok B, D, dan G, nilai proyek dan nilai tes lisan untuk kelompok F tidak terlalu rendah, yaitu 66,67 untuk nilai proyek dan setiap anggota kelompok memperoleh nilai yang homogen pada saat tes lisan yaitu 50. Berdasarkan logbook siswa, peneliti meragukan jawaban dari pertanyaan diskusi pada tugas proyek karena kelompok F tidak memberikan catatan kegiatan diskusi pada logbook siswa. Berdasarkan laporan proyek, kelompok F telah menjawab pertanyaan diskusi namun jawaban yang diberikan kurang tepat. Pada saat tes lisan, setiap anggota kelompok memberikan kontribusi yang sama saat menjawab pertanyaan tes lisan, tetapi jawaban yang diberikan kurang tepat dan saat diminta untuk memperbaiki jawaban, tak seorang pun yang memberikan pendapat. Hal inilah yang menyebabkan perolehan nilai tes lisan yang homogen pada aspek pengetahuan.

b. Hasil Belajar Siswa Aspek Keterampilan

Selain berdasarkan aspek pengetahuan, keberhasilan pembelajaran berbasis proyek pada materi aritmetika juga dilihat dari ketercapaian hasil belajar siswa pada aspek keterampilan. Berdasarkan Tabel 4.10, ada 8 siswa yang mendapatkan nilai A, ada 15 siswa yang mendapatkan nilai B, dan ada 9 siswa

mendapatkan nilai C, dengan masing-masing persentase , , dan . Dari Tabel 4.10, diperoleh rata-rata hasil belajar 32 siswa pada aspek keterampilan adalah 62,21 dan kualifikasi nilai 2,49 dengan keterangan B.

Pembelajaran berbasis proyek pada materi aritmetika untuk siswa kelas VII A dapat dikatakan efektif jika persentase ketuntasan siswa mencapai minimal 75%. Berdasarkan hasil belajar siswa pada aspek keterampilan, pembelajaran berbasis proyek pada materi aritmetika di kelas VII A kurang efektif untuk diterapkan. Hal ini terlihat masih ada siswa yang mendapatkan nilai C untuk aspek keterampilan yaitu sebanyak , sedangkan persentase siswa yang mendapatkan nilai A dan B masih di bawah , yaitu . Dari laporan proyek, presentasi, tes lisan dan logbook siswa terdapat 9 siswa yang memiliki nilai C, yaitu 4 siswa di kelompok B, 1 siswa di kelompok D, dan 4 siswa di kelompok G.

Dilihat dari perolehan nilai proyek, terdapat 3 kelompok yang memiliki nilai sangat rendah pada aspek keterampilan, yaitu kelompok B, D, dan G. Rendahnya nilai pada aspek keterampilan yang diperoleh kelompok B dan G dikarenakan kelompok B dan G tidak menyelesaikan laporan proyek dengan maksimal, terutama dalam penyusunan laporan proyek yang tidak rapi dan tidak memberikan jawaban atas pertanyaaan diskusi yang berkaitan

dengan aspek keterampilan, yaitu menuliskan langkah-langkah penyelesaian sebuah permasalahan dari hasil wawancara, sedangkan kelompok D sudah memberikan jawaban tetapi tidak menuliskan langkah-langkah memperoleh jawaban tersebut, padahal langkah-langkah inilah yang menjadi penilaian pada aspek keterampilan.

Dilihat dari perolehan nilai tes lisan yang homogen, ada satu anggota kelompok B yang sama sekali tidak memberikan pendapatnya, sedangkan 3 anggota lainnya memberikan pendapat, namun pendapat yang diberikan oleh 3 anggota tersebut sama-sama kurang maksimal dan secara garis besar jawaban yang diberikan memiliki inti yang sama, sehingga peneliti memberikan nilai yang sama untuk ketiga anggota tersebut, yaitu 50. Kasus yang serupa juga dialami kelompok E, ada satu anggota kelompok E yang sama sekali tidak memberikan pendapatnya, sedangkan 4 anggota lainnya memberikan pendapat. Pendapat yang diberikan oleh 4 anggota kelompok E cukup maksimal, meskipun secara garis besar jawaban yang diberikan memiliki inti yang sama, sehingga peneliti memberikan nilai yang sama untuk keempat anggota tersebut, yaitu 66,67. Berbeda dengan kelompok B dan E, pada saat tes lisan hanya ada satu anggota kelompok G yang memberikan pendapat meskipun jawaban yang diberikan kurang maksimal, sedangkan anggota kelompok G yang lainnya tidak memberikan pendapat.

Oleh karena itu, peneliti memberikan nilai yang homogen kepada ketiga anggota kelompok G yaitu 33,33.

c. Hasil Belajar Siswa Aspek Sikap

Selain berdasarkan aspek pengetahuan dan keterampilan, keberhasilan pembelajaran berbasis proyek pada materi aritmetika juga dilihat dari ketercapaian hasil belajar siswa pada aspek sikap. Berdasarkan Tabel 4.11, ada 10 siswa yang mendapatkan nilai A, ada 21 siswa yang mendapatkan nilai B, dan ada 1 siswa mendapatkan nilai C dengan masing-masing persentase , , dan . Dari Tabel 4.11, diperoleh rata-rata hasil belajar 32 siswa pada aspek sikap adalah 70,25 dan kualifikasi nilai 2,81 dengan keterangan B.

Pembelajaran berbasis proyek pada materi aritmetika untuk siswa kelas VII A dapat dikatakan efektif jika persentase ketuntasan siswa mencapai minimal 75%. Berdasarkan hasil belajar siswa pada aspek sikap, pembelajaran berbasis proyek pada materi aritmetika di kelas VII A sudah efektif untuk diterapkan. Hal ini terlihat dari jumlah persentase siswa yang mendapatkan nilai A dan B lebih dari yaitu .

Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis proyek pada materi aritmetika sosial aspek pengetahuan dan

keterampilan belum efektif diterapkan untuk siswa kelas VII A di SMP Negeri 2 Gedangsari, Gunungkidul.

2. Minat Belajar Siswa

a. Karakteristik Perhatian terhadap Pelajaran Matematika

Berdasarkan hasil analisis, rata-rata skor minat belajar pada karakteristik ini adalah 3,14 dan menurut tabel 3.10, tingkat minat belajar siswa pada karakteristik ini berada pada kriteria berminat. b. Karakteristik Perhatian terhadap Pembelajaran Berbasis Proyek

Berdasarkan hasil analisis, rata-rata skor minat belajar pada karakteristik ini adalah 3,18 dan menurut tabel 3.10, tingkat minat belajar siswa pada karakteristik ini berada pada kriteria berminat. c. Karakteristik Rasa Senang

Berdasarkan hasil analisis, rata-rata skor minat belajar pada karakteristik ini adalah 3,31 dan menurut tabel 3.10, tingkat minat belajar siswa pada karakteristik ini berada pada kriteria sangat berminat.

d. Karakteristik Bersemangat

Berdasarkan hasil analisis, rata-rata skor minat belajar pada karakteristik ini adalah 3,08 dan menurut tabel 3.11, tingkat minat belajar siswa pada karakteristik ini berada pada kriteria berminat.

e. Karakteristik Rasa Puas

Berdasarkan hasil analisis, rata-rata skor minat belajar pada karakteristik ini adalah 3 dan menurut tabel 3.11, tingkat minat belajar siswa pada karakteristik ini berada pada kriteria berminat. f. Karakteristik Faktor Internal

Berdasarkan hasil analisis, rata-rata skor minat belajar pada karakteristik ini adalah 3,25 dan menurut tabel 3.11, tingkat minat belajar siswa pada karakteristik ini berada pada kriteria berminat g. Karakteristik Faktor Eksternal

Berdasarkan hasil analisis, rata-rata skor minat belajar pada karakteristik ini adalah 2,99 dan menurut tabel 3.10, tingkat minat belajar siswa pada karakteristik ini berada pada kriteria berminat

Dari paparan di atas, dapat dilihat bahwa minat belajar siswa berbanding terbalik dengan hasil belajar siswa. Hal ini dikarenakan pembelajaran berbasis proyek pada materi aritmetika sosial belum efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII A di SMP Negeri 2 Gedangsari, Gunungkidul, tetapi efektif untuk meningkatkan minat belajar siswa.

Dokumen terkait