• Tidak ada hasil yang ditemukan

Refleksi Siklus II Pelaksanaan Pengamatan

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Setelah melihat hasil penelitian yang telah dianalisis dapat diketahui bahwa bahwa hasil belajar siswa kelas X SMA Neegeri 1 Tinggimoncong Kabupaten Gowa setelah diterapkan model pembelajaran Cooperative Learning ternyata meningkat. Hal ini bisa dilihat dari skor rata-rata hasil belajar sosiologi siswa dari siklus I ke siklus II dari 72,43 meningkat menjadi 80.76 pada siklus II. Selain itu ketuntasan belajar siswa juga meningkat dimana pada siklus I siswa yang tuntas belajar sebanyak 24 orang (61.53) dan pada siklus II meningkat menjadi 35 orang (89.74).

Dari hasil analisis lembar observasi keaktifan siswa, maka dapat diketahui bahwa aktivitas siswa pada saat pemberian tindakan dari siklus I ke siklus II cenderung meningkat kearah positif. Hal ini bisa dilihat dari aktivitas siswa dimana siswa yang menyimak tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh peneliti (guru) berada pada kategori baik sekali, siswa yang menyimak penjelasan dari peneliti (guru) tentang materi yang akan diajarkan berada pada kategori sangat baik, siswa yang menyimak peneliti (guru) tentang pembagian kelompok diskusi berada pada kategori baik, siswa yang duduk berdasarkan kelompok yang telah dibagi berada pada kategori sangat baik, Siswa yang sungguh-sungguh dalam mengikuti diskusi berada pada kategori sangat baik dan Siswa yang memperoleh penghargaan dari peneliti (guru) berdasarkan hasil diskusi dan evaluasi baik individu maupun kelompok berada pada kategori sangat baik. Hal ini menandakan bahwa dengan diterapkannya model pembelajaran Cooperative Learning, siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran.

Rendahnya aktivitas hasil belajar siswa pada siklus I disebabkan karena pada siklus I, siswa masih belum dapat beradabtasi dengan suasana kelas dan model pembelajaran yang digunakan hal ini disebabkan adanya beberapa faktor yang menghambat penerapan model pembelajaran Cooperative Learning pada siklus I adalah sebagai berikut:

1. Pada umumnya siswa susah diatur pada saat penentuan dan pembagian kelompok pada siklus I karena masih ada kelompok yang anggotanya kurang sepaham sehingga pada awal pertemuan sampai pertemuan ketiga mereka masih kurang begitu kompak.

2. Dalam hal belajar ada siswa yang hanya bertindak pasif dan hanya mendengarkan saja apa yang dijelaskan oleh guru sehingga dalam hal ini peneliti kebingungan dalam memprediksi siswa tersebut apakah telah mengerti atau tidak.

3. Pada siklus I yakni dalam hal diskusi sesama anggota kelompok kurang terarah kareana meraka kurang memahami model pembelajaran Cooperative Learning. Hal ini disebabkan karena pembelajaran ini masih tergolong baru sehingga mereka belum terbiasa dengan model ini.

4. Adanya beberapa siswa yang ingin dibimbing secara langsung oleh guru dalam memahami materi dan menyelesaikan soal sehingga menyita waktu untuk membimbing siswa yang lain. Hal ini disebabkan pengelolaan kelas menjadi kurang teratur karena sebagaian siswa mengadakan aktivitas lain bila peneliti berfokus kepada siswa yang sedang bertanya.

Setalah diadakan refleksi kegiatan pada siklus I, maka dilakukan beberapa perbaikan kegiatan yang dianggap perlu untuk meningkatkan kemampuan belajar sosiologi dengan model pembelajaran Cooperative Learning pada siklus II. Pada siklus ini siswa memperlihatkan perubahan karena siswa mulai memahami maksud dari model pembelajaran Cooperative Learning sehingga suasana berubah menjadi lebih baik.

Menyikapi berbagai masalah yang terjadi dalam siklus I, maka diperoleh suatu gambaran tindakan yang akan yang akan dilaksanakan pada siklus II, sebagai perbaikan dari tindakan yang telah dilakukan pada siklus I. Pelaksanaan siklus II memberikan dampak yang positif terhadap aktivitas siswa, secara umum

hasilnya semakin sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat adanya peningkatan jumlah siswa yang hadir pada saat proses belajar berlansung, terjadi peningkatan jumlah siswa dalam mengajukan pertayaan dan menjawab pertayaan yang diajukan oleh guru maupun teman kelasnya, hal ini menandakan bahwa ada kesungguhan siswa untuk belajar.

Peningkatan hasil belajar sosiologi siswa pada siklus II menunjukkan peningkatan dari siklus I. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari tes siklus II diperoleh informasi bahwa jumlah siswa yang tuntas dalam pembelajaran meningkat dari 24 orang menjadi 35 orang siswa. Selain itu, skor rata-rata siswa meningkat pada siklus ini dari 61.53 menjadi 89.74

Ini menunjukkan hasil yang positif karena skor perolehan dan ketuntasan siswa selama kegiatan pembelajaran meningkat pada siklus II. Dari data yang diperoleh maka dapat dikatakan bahwa model pembelajaran Cooperative learning dapat memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan hasil belajar sosiologi siswa kelas X SMA Negeri 1 Tinggimoncong Kabupaten Gowa.

Oleh karena itu, keaktifan selama proses pembelajaran sangat diperlukan Proses pembelajaran diskusi dapat menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan dan menumbuhkan keberanian siswa untuk mengeluarkan pendapatnya sehingga siswa dapat menjadi aktif dalam proses pembelajaran yang lebih memotivasi siswa untuk belajar.

Semakin besar motivasi dan keinginan siswa untuk berhasil dalam belajar maka semakin besar pula usaha yang dilakukan untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran menyebabkan siswa

menjadi lebih memahami pembelajaran dan berdampak pada peningkatan prestasi belajar siswa.Dengan demikian, dapat di simpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning dapat meningkatkan hasil belajar sosiologi pokok bahasan penyimpangan sosial pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Tinggimoncong Kabupaten Gowa.

59 A. Simpulan

Berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh dalam peneltian ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar sosiologi siswa kelas X SMA Negeri 1 Tinggimoncong Kabupaten Gowa mengalami peningkatan setelah diadakan pembelajaran dengan menggunkan model pembelajaran Cooperative Learning.

Peningkatan yang dimaksud adalah:

1. Peningkatan hasil belajar sosiologi siswa, yang ditunjukkan oleh skor rata-rata hasil belajar sosiologi pada siklus I sebesar 72,43 dan pada siklus II mengalami penigkatan sebesar 80.76. Pada siklus I tingkat ketuntasan yang dicapai oleh siswa sebesar 61.53% atau 24 orang siswa dari 39 orang siswa.

Sedangkan pada siklus II siswa yang mencapai ketuntasan belajar meningkat menjadi 89.74.% dari 35 orang siswa dari 39 orang siswa. Model pembelajara Cooperative Learning dalam pembelajaran sosiologi dapat memberikan perubahan terhadap aktivitas siswa yang ditandai dengan adanya peningkatan frekuensi kehadiran siswa, keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, semakin banyaknya siswa yang mampu merumuskan masalah, semakin banyak siswa yang bertanya, mengacungkan tangan dan menjawab soal-soal dengan benar.Karena terjadi peningkatan kualitas hasil dan kualitas proses maka dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning dalam pembelajaran sosiologi pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Tinggimoncong Kabupaten Gowa cukup efektif untuk meningkatkan kualitas

hasil belajar sosiologi siswa.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan diatas dan implementasinya dalam upaya meningkatkan hasil belajar sosiologi siswa, maka penulis menyarankan:

1. Sebagai seorang guru hendaknya harus mengetahui macam-macam model pembelajaran dan mampu menyesuaikan model-model tersebut dengan topik-topik yang akan diajarkan sehingga dalam menyampaikan materi akan lebih bervariasi dan siswa tidak merasa bosan.

2. Guru hendaknya memberikan motivasi dan menciptakan interaksi yang harmonis antara guru dan siswa. Siswa diarahkan untuk menyelesaikan soal.

3. Memberikan umpan balik positif terhadap tanggapan siswa dan menekankan konsep dari materi yang diberikan.

61

Adi Rukmianto Isbandi,2008. Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat, Jakarta : Rajawali

Aqib Zainal, 2006. Penelitian Tindakan Kelas, Bandung : Yrama Widya Faulks Keith, 2012. Sosiologi Politik, bandung : Nusa Media

Kahmad Dadang, 20 07. Soiologi Agama, Bandung : PT Remaja Rosdakarya Bandung

Lauer, Robert. H, 1993 Perspektif Tentang Perubahan Sosial. Jakarta : PT.

Rhineka cipta

L, Zulkifli. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Maryati kun dan Juju Suryawati, 2007. Sosiologi Untuk SMA Kelas X, Jakarta :Pt

Gelora Aksara Utama

Muin Idianto, 2006. Sosiologi Untuk SMA dan MA Kelas X, Jakarta : Penerbit Erlangga

Rusman, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Beriorentasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta : Kencana Prenada Media Grup

Ritzer, George. 2007. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Ganda. Jakarta PT. Raja Grafindo Persada

Sanjaya Wina, 2006 Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Bandung : Fajar Interpratama Offset

Siregar G. 2005. Fenomenologi Dalam Konteks Arsitektur, Ul-press. Jakarta Sulaiman umar. 2012. Perilaku meneyimpang remaja dalam prespektif sosiologi.

Makassar : Alauddin Unerversity Press

Suprijono Agus, 2009. Cooperative Learning Teori Dan Aplikasi Paikem, Surayabaya : Pustaka Belajar

Tirtarahardja umar, sulo la. L. S. 2008 pengantar pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta

Uno Hamazah B.2006. Perencanaan Pembelajaran, Gorongtalo : Bumi Aksara

http://www.pasar kreasi.com/news/detail/music/123/sejarah-kelahiran-punk

http://www.waingapu.com/sejarah-punk-jangan-ngaku-anak-punk-sebelum-baca-tulisan-ini.html

http://andesmario91.blogspot.com/2012/10/makalah-2-perilaku-sosial-anak-punk.html http://id.wikipedia.org/wiki/Punk

jakarta.kompasiana.com/sosial-budaya/2012/06/11/fenomena-punkers-di-jakarta/

Lampiran

Dokumen terkait