• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI POKOK BAHASAN PENYIMPANGAN SOSIAL (ANAK PUNK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI POKOK BAHASAN PENYIMPANGAN SOSIAL (ANAK PUNK"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

KELAS X SMA NEGERI 1 TINGGIMONCONG KABUPATEN GOWA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Sosiologi

pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh;

HAERUL KUSUMA JAYA 10538 01859 10

JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2014

(2)

Lampiran

Perangkat pembelajaran (RPP dan Silabus)

Nilai Observasi awal

Persuratan

Daftar Nama Guru

Nama kelompok

Tes Siklus Siswa

Nilai dan Kehadiran

Denah sekolah

Denah kelas

Lembar observasi guru dan siswa

Dokumentasi

(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Haerul Kusumajaya

Nim : 10538 01859 10

Jurusan : Pendidikan Sosiologi

Judul Skripsi : Peningkatan Hasil Belajar Sosiologi Pokok Bahasan Penyimpangan Sosial (Anak Punk) melalui Model Pembelajaran Cooperative learning pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Tinggimoncong Kabupaten Gowa

Setelah skripsi ini diperiksa dan diteliti ulang, akhirnya telah memenuhi persyaratan untuk diseminarkan Pada Jurusan Pendidikan Sosiologi S-1 Fukultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Skripsi telah diseminarkan dengan teliti dan dinyatakan dan disetujui untuk di gunakan dalam kompleks sendiri.

Disetujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Hj. St. Fatimah Tola, M.Si Dra. Hj. Rahmiah Badaruddin, M.Si

Mengetahui

Dekan FKIP Ketua Jurusan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Pendidikan Sosiologi

Dr. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum Dr. H. Nursalam, M.Si

NBM. 858 625 NBM. 951 829

(4)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul : Peningkatan Hasil Belajar Sosiologi Pokok Bahasan Penyimpangan Sosial (Anak Punk) melalui Model Pembelajaran Cooperative learning pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Tinggimoncong Kabupaten Gowa

Mahasiswa yang bersangkutan:

Nama : Haerul Kusumajaya NIM : 10538 01959 10 Jurusan : Pendidikan Sosiologi

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Setelah diperiksa dan diteliti ulang oleh dosen pembimbing, maka dianggap Telah memenuhi syarat untuk dapat di ajukan dalam ujian.

Disetujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Hj. St. Fatimah Tola, M.Si Dra. Hj. Rahmiah Badaruddin, M.Si

Mengetahui

Dekan FKIP Ketua Jurusan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Pendidikan Sosiologi

Dr. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum Dr. H. Nursalam, M.Si

NBM. 858 625 NBM. 951 829

(5)

iv

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Haerul Kusumajaya

Nim : 10538 01859 10

Jurusan : Pendidikan Sosiologi

Judul skripsi : Peningkatan Hasil Belajar Sosiologi Pokok Bahasan Penyimpangan Sosial (Anak Punk) melalui Model Pembelajaran Cooperative learning pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Tinggimoncong Kabupaten Gowa

Dengan ini Menyatakan bahwa :

Skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah ASLI hasil karya sendiri bukan hasil jiplakan atau dibuatkan oleh siapapun.

Demikian peryataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila peryataan ini tidak benar.

Makassar, Oktober 2014 Yang Membuat Pernyataan

Haerul Kusumajaya Disetujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Hj. St. Fatimah Tola, M.Si Dra. Hj. Rahmiah Badaruddin, M.Si

(6)

v

SURAT PERJANJIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Haerul Kusumajaya

Stambuk : 10538 01859 10 Jurusan : Pendidikan Sosiologi

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut :

1. Mulai penyusunan proposal sampai dengan selesainya skripsi ini, saya akan menyusunya sendiri ( tidak dibuatkan oleh siapapun ).

2. Dalam penyusunan skripsi ini, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapakan oleh pimpinan fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penciplakan ( plagiat ) dalam penyusunan skripsi ini.

4. Apabila saya melanggar perjanjian di atas, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai atuaran yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, oktober 2014 Yang Membuat Pernyataan

Haerul Kusumajaya Diketahui oleh:

Ketua Jurusan Pendidikan Sosiologi

Dr. H. Nursalam, M.Si NMB. 951829

(7)

vi

Setiap usaha, kerja keras dan kesabaran Akan membuahkan hasil

Sebab sesungguhnya sesudah kesulitan Itu ada kemudahan

Jangan mengucap janji disaat kamu senang, Jangan menjawab disaat kamu sedih, Jangan mengambil keputusasn disaat kamu marah, Berfikir dua kali, bersikap hati-hati

Dan jangan kamu memalingkan wajah dari Manusia(karena sombong) dan janganlah berjalan dimuka

Bumi yang angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.

(QS. Lukman:18)

(8)

vii

Kuperuntukkan karya sederhana ini sebagai tanda

Baktiku dan rasa bangga sebagai anak

Kepada ayahanda dan ibunda tercinta,

Dan seluruh keluarga yang senang tiasa

memberikan motivasi dan doa

telah meneteskan keringatnya di dalam

mencari segenggam rejeki demi keberhasilanku

serta ungkapan terima kasih

sedalam-dalamnya kepada yang menyayangiku.

(9)

viii

Haerul kusumajaya 2014.” Peningkatan Hasil Belajar Sosiologi Pokok Bahasan Penyimpangan Sosial (Anak Punk) Melalui Model Pembelajaran Cooperative Learning Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Tinggimoncong Kabupaten Gowa dan”.Skripsi. Jurusan Pendidikan Sosiologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan , Universitas Muhammadiyah Makassar, Dibimbing oleh St. Fatimah tola dan Rahmiah B.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang bertujuan untuk meningkakan hasil belajar siswa Melalui model pembelajaran Cooperative Learning Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Tinggimoncong Kabupaten Gowapenelitian, yaitu model pembelajaran Cooperative Learning, maka subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Tinggimoncong Kabupaten Gowa, yang terdiri dari 39 siswa. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus dengan proses penelitian (a). Merencanakan tindakan, (b). Melaksanakan tindakan pada siklius I dan siklus II, (c).

Mengadakan penelitian / pengamatan selama berlangsungnya siklus I dan siklus II, (d). Mengadakan evaluasi akhir tahap siklus, (e). Menganalisis data hasil evaluasi dan hasil pengamatan, (f). Mengadakan refleksi berdasarkan hasil analisis dan tanggapan siswa.

Hasil penelitian menunjukkan Hasil yang diperoleh yaitu: (1)Nilai rata- rata yang diperoleh siswa pada tes akhir siklus I adalah 72,43 dan nilai rata-rata pada tes akhir siklus II adalah 80.76 . (2) hasil belajar siswa meningkat tiap siklus, hal ini dapat dilihat dari presentae perubahan nilai rata-rata tiap siklus. (3) pembelajaran Melalui model Cooperative Learning sangat efektif untuk meningkatkan hasil belajar sosiologi siswa kelas X SMA Negeri 1 Tinggimoncong Kabupaten Gowa. Diperoleh kesimpulan bahwa dengan diterapkannya model pembelajaran Cooperative Learning di SMA Negeri 1 Tinggimoncong Kabupaten Gowa kelas X prestasi belajar pada mata pelajaran Sosiologi dapat ditingkatkan.

Kata kunci: Penelitian Tindakan Kelas dan Hasil Belajar.

(10)

ix Assalamu ‘Alaikum Wr.Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “Peningkatan Hasi Belajar Sosiologi Pokok Bahasan Penyimpangan Sosial (Anak Punk) melalui Model Pembelajaran Cooperative Learning pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Tinggimoncong Kabupaten Gowa”, disusun guna menyelesaikan studi Strata I untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan di Jurusan Pendidikan Sosiologi Universitas Muhammadiyah Makassar.

Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi terkadang kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Kesempurnaan bagaikan fatamorgana yang semakin dikejar semakin menghilang dari pandangan, bagai pelangi yang terlihat indah dari kejauhan, tetapi menghilang jika didekati.

Demikian juga tulisan ini, kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan, tetapi kapasitas penulis dalam keterbatasan. Segala daya dan upaya telah penulis kerahkan untuk membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya dalam ruang Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.

Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam perampungan tulisan ini. Segala rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada

(11)

ayahanda Saleh.L dan ibunda Hasnah yang telah berjuang, berdoa, mengasuh, membesarkan, mendidik, dan membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu.

Demikian pula, penulis mengucapkan kepada para keluarga yang tak hentinya memberikan motivasi dan selalu menemaniku dalam suka maupun duka, kepada Dra. Hj. St Fatimah tola, M.Si pembimbing 1 dan Dra. Hj. Rahmiah Badaruddin, M.Si pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan serta motivasi sejak awal penyususnan proposal hingga selesainya skripsi ini.

Dengan penuh kerendahan hati tak lupa penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik langsung maupun tidak langsung, dalam penyusunan skripsi ini kepada: Dr. H.Irwan Akib, M.Pd. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Dr. Andi Syukri Syamsuri, M. Hum Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Dr. H. Nursalam, M.Si.

Ketua Jurusan Pendidikan Sosiologi FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar, Muhammad Akhir, S.Pd.,M.Pd. selaku Sekertaris Program Studi Pendidikan Sosiologi. yang telah meluangkan waktunya diselah kesibukan beliau untuk memberikan bimbingan, arahan dan perhatiannya dalam menyusun Skripsi ini dan Dosen-dosen Jurusan Pendidikan Sosiologi Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah bersedia membagi ilmunya buat penulis.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada kepala sekolah, guru, staf SMA Negeri 1 Tinggimoncong Kabupaten Gowa, dan Lutfi Alam, S.Pd., selaku guru sosiologi di sekolah tersebut yang telah memberikan izin dan bantuan untuk melakukan penelitian. Penulis juga

(12)

mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat terbaikku Abdullah Said, Abdurrahim Zain, Arfa Sambe, Muhtadin, Ali, Hamdan, Anugrah, Mirza Pujawati Utami, Masrina Arty, Jusmalia, Firman, Hardianti, Erni Rahma, Mira, Lestiana, Fauziah, Tutin Hardianti, Kasma, erwin, Ardiansyah, Fauzi, Sri Handayani, Umi kalsum, Nurul fahmi, Erni, Jumriani, Nurhidayah, Masniati, Kahar, fadlul, atas kebersamaan, motivasi, saran dan bantuannya kepada penulis yang telah memberikan pelangi dalam hidupku.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan tersebut sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat memberi manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Amin.

Sungguminasa, September 2014

Penulis

(13)

xii

Halaman

Halaman Judul………... i

Halaman pengesahan………. ii

Persetujuan Pembimbing………... iii

Surat Pernyataan………... iv

Surat Perjanjian………. v

Moto………. vi

Persembahan………. vii

Abstrak………. Viii Kata Pengantar………... ix

Daftar Isi………... xii

Daftar Tabel……….. xv

Daftar Gambar……….. xvi

Daftar Grafik……… xvii

BAB I PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang Masalah……….. 1

B. Masalah Peneliitian………... 4

1. Identifikasi Masalah……….. 4

2. Rumusan Masalah……….. 4

3. Alternatif Pemecahan Masalah……….. 4

C. Tujuan Penelitian……… 4

D. Manfaat Penelitian………. 4

(14)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA FIKIR,

HIPOTESIS TINDAKAN ………. 6

A. Kajian Pustaka………. 6

1. Pengertian Belajar……….. 6

2. Pengertian Hasil belajar………..….... 7

3. Peningkatan Hasil Belajar Sosiologi……….. 8

4. Model Pembelajaran Cooperative learning……… 9

5. Tinjauan Materi……….. 14

6. Fakta Sosial………. 21

B. Kerangka berfikir……….…….. 28

C. Hipotesis Tindakan……… 29

BAB III METODE PENELITIAN……… 30

A. Jenis Penelitian……….. 30

B. Lokasi dan Subjek penelitian………. 30

C. Faktor-Faktor Yang Diselidiki……….. 30

D. Prosedur Pelaksanaa Penelitian………... 31

E. Instrimen Penelitian ………. 35

F. Tehnik Pengumpulan Data………... 35

G. Tehnik Analisis Data……….... 35

H. Indikator Keberhassilan……… 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…. 37 A. Deskripsi Hasil Proses Pembelajaran Siklus I………. 37

1. Tahap Perencanaan……….. 37

(15)

2. Tahap Pelaksanaan……….. 37

3. Tahap Observasi dan Evaluasi……… 40

4. Tahap refleksi Siklus I……… 44

B. Deskripsi Proses pembelajaran Siklus II………. 45 4 44 1. Tahap Perencanaan………... 46

2. Tahap pelaksanaan……… 46

3. Tahap Observasi dan Evaluasi………. 48

4. Tahap Refleksi Siklus II……….. 53

C. Pembahasan Hasil Penelitian………. 54

BAB V SIMPULAN DAN SARAN……….. 59

A. Simpulan……… 59

B. Saran……….. 60

DAFTAR PUSTAKA………... 61 LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(16)

xv

Halaman Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Cooperative Learning……. 12 Tabel 3.1 Tingkat penguasaan dan kategori hasil belajar siswa………... 36 Tabel 4.1 Lembar Observasi keaktifan Siswa Kelas X SMA Negeri 1

Tinggimoncong Kabupaten Gowa Pada Siklus I………..… 40 Tabel 4.2 Statistika Hasil Belajar Sosiologi Siswa Kelas X SMA

Negeri 1 Tinggimoncong Kabupaten Gowa Pada Siklus I…..… 42 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar

Sosiologi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Tinggimoncong

Kabupaten Gowa Siklus I………. 42

Tabel 4.4 Deskripsi Ketuntasan Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1

Tinggimoncong Kabupaten Gowa pada Siklus I………. 44 Tabel 4.5 Lembar Observasi keaktifan Siswa Kelas X SMA Negeri 1

Tinggimoncong Kabupaten Gowa Pada Siklus II……….. 49 Tabel 4.6 Statistika Hasil Belajar Sosiologi Siswa Kelas X SMA Negeri

1 Tinggimoncong Kabupaten Gowa Pada Siklus II…………... 50 Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar

Sosiologi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Tinggimoncong

Kabupaten Gowa Siklus II……….. 51 Tabel 4.8 Deskripsi Ketuntasan Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1

Tinggimoncong Kabupaten Gowa pada Siklus II………. 52

(17)

xvi

Halaman Gambar. 2.1 Alur Kerangka Pikir………. 28

Gambar. 3.1 Alur PTK………. 31

(18)

xvii

1. Grafik 4.1 Distribusi frekuensi siklus I hasil belajar sosiologi siswa kelas X SMA Negeri 1 Tinggimoncong

Kabupaten Gowa……….. 43 2. Grafik 4.2 Deskripsi Ketuntasan Belajar Siklus I siswa kelas

X SMA Negeri 1 Tinggimoncong Kabupaten Gowa….. 44 3. Grafik 4.3 Distribusi frekuensi siklus I hasil belajar sosiologi

siswa kelas X SMA Negeri 1 Tinggimoncong

Kabupaten Gowa……….. 51

4. Grafik 4.4 Deskripsi Ketuntasan Belajar Siklus I siswa kelas

X SMA Negeri 1 Tinggimoncong Kabupaten Gowa…. 52

(19)

1 A. Latar Belakang

Belajar adalah istilah kunci yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan.

Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakann unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada belajar yang dilalui siswa.

Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan identitasnya siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran.

Pengembangan model pembelajaran pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memunginkinkan siswa dapat belajar secara efektif dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar dan prestasi yang optimal.

Dunia pendidikan memerlukan berbagai inovasi, hal ini penting dilakukan untuk kemajuan kualitas pendidikan yang tidak hanya menekankan pada teori, tetapi juga harus bisa diarahkan pada hal yang bersifat praktis.

Diakui atau tidak, walaupun belum ada penelitian khusus tentang pembelajaran banyak yang merasa bahwa sistem pendidikan terutama proses belajar mengajar terasa sangat membosankan. Fenomena yang terjadi pada saat ini, siswa menganggap bahwa aktivitas yang mengasikkan justru berada diluar jam

(20)

pelajaran. Hal ini dikarenakan bahwa selama ini merasa terbebani ketika berada di dalam kelas, Mereka akan senang jika mendengar pengumuman pulang pagi karena ada rapat guru atau guru tidak mengajar karena sakit, dan lain sebagainya.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 25 juni 2014 diperoleh informasi dari guru sosiologi di SMA Negeri 1 Tinggimoncong Kabupaten Gowa, bahwa dikalangan siswa SMA Negeri 1 Tinggimoncong Kabupaten Gowa masih banyak yang menganggap sosiologi itu sulit dan rumit untuk dipahami, bahkan beberapa siswa menganggap pembelajaran sosiologi itu membosankan. Selain itu, siswa kurang memperhatikan pembelajaran dan banyak melakukan aktifitas lain diluar kegiatan belajar mengajar. Hal ini mengakibatkan nilai rata-rata sosiologi yang diperoleh siswa kelas X SMA Negeri 1 Tinggimoncong Kabupaten Gowa pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 sebagian besar masih berada dibawah criteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan. Adapun kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan sekolah tersebut 70. Gambaran ini menunjukkan randahnya hasil belajar sosiologi siswa kelas X SMA Negeri 1 Tinggimoncong Kabupaten Gowa.

Dimana para guru seringkali menyampaikan meteri sosiologi apa adanya (konfensional) seperti ceramah dan sistem menulis sehingga pembelajaran sosiologi cenderung membosankan dan kurang menarik minat para siswa yang pada gilirannya hasil belajar siswa kurang memuaskan.

Berdasarkan hal tersebut diatas dibutuhkan inovasi pembelajaran agar para siswa menjadi bersemangat, mempunyai inovasi untuk belajar, atau antusias menyambut pealajaran disekolah. Jika mereka senang saat memasuki kelas maka

(21)

mereka pasti akan mudah dalam mengikuti pembelajaran.

Inti dari proses pendidikan di kelas adalah bagaimana para siswa bisa bersemangat, antusias dan merasa senang dalam mengikuti pelajaran di kelas, bukannya menjadikan pelajaran di kelas sebagai hal yang membosankan dan menakutkan. Dengan begitu mereka bisa mendapatkan pengetahuan dengan baik, mengikuti pelajaran dengan nyaman, dan mampu menjadikan pengetahuan tersebut sebagai bagian dari kehidupan mereka. Salah satu alternatif yangt digunakan dalam proses pembelajaran agar siswa dapat bersemangat dan antusias dalam mengikuti pelajaran kususnya pada pembelajaran sosiologi dikelas yang sering dianggap sebagai pelajaran yang membosankan yaitu melalui model pembelajaran cooperatve learning.

Salah satu model pembelajaran yang dipilih dan akan diterapkan oleh penulis dalam proses pembelajaran, khususnya pada pembelajaran sosiologi adalah model pembelajaran cooperatve learning. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Panitz (dalam Agus Suprijono, 2014:54) Bahwa model pembelajaran cooperative learning adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.

Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Sosiologi Pokok Bahasan Penyimpangan Sosial (Anak Punk) melalui Model Pembelajaran Cooperative Learning Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Tinggimoncong Kabupaten Gowa”.

(22)

B. Masalah Penelitian 1. Identifikasi masalah

Dari latar belakang masalah di atas, masalah yang dapat di identifikasi adalah pembelajaran sosiologi di kelas masih berjalan monoton dan kebanyakan siswa manganggap mata pelajaran sosiologi sangat membosankan, rendahnya kualitas pembelajaran sosiologi dan rendanya prestasi siswa untuk mata pelajaran sosiologi.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : “Apakah dengan penerapan model pembelajaran Cooperative Learning dapat meningkatkan hasil belajar sosiologi siswa kelas X SMA Negeri 1 Tinggimoncong Kabupaten Gowa?”.

3. Masalah Penelitian

Masalah tentang rendahnya hasil belajar sosiologi siswa akan di pecahkan dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang di kemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran Cooperative Learning.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat Teori, Manambah dan mengembangkan khasanah ilmu pendidikan dan pembelajaran khususnya mengenai penggunaan Model Cooperative

(23)

Learning dalam proses pengajaran Sosiologi.

2. Manfaat Praktis

Manfaat yang di harapkan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagi siswa

1) Siswa memiliki kemampuan secara bertahap,

2) Sikap percaya diri dan bersikap positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap pelajaran sosiologi

3) Menumbuhkan rasa puas atau rasa bangga dengan apa yang dikerjakannya.

b. Bagi guru

1) Sebagai bahan masukan dalam usaha penguasaan konsep sosiologi

2) Melalui konsep ini diharapkan guru dapat mengetahui strategi pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dikelas.

c. Bagi sekolah

Sebagai masukan dalam upaya perbaikan pembelajaran sehinga dapat meningkatkan hasil belajar khususnya penguasaan konsep sosiologi dan menunjang tercapainya target kurikulum sesuai dengan yang diharapkan. Serta sebagai bahan rujukan untuk pengembangan ilmu dan tori-teori pembelajaran, serta bahan informasi bagi pengembangan peneliti selanjutnya.

(24)

6 A. Kajian Pustaka

1. Pengertian belajar

Defenisi toeri belajar berbeda-beda menurut teori yang dianut seseorang.

Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan lingkungannnya.

Belajar adalah suatu perubahan dalam diri seseorang yang disebabkan oleh pengalaman yang dapat dipengaruhi dari tingkah laku seseorang . Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.

Menurut Morgan (dalam Agus Suprijono, 2014:3) bahwa “Belajar adalah setiap perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman. Perubahan yang dimaksud tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan tetapi bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, minat dan penyesuaian diri pribadi seseorang.

Berdasarkan pembahaan di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses atau kegiatan yang dilakukan oleh individu secara sadar yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku pada diri seseorang

Dengan demikian, inti dari belajar adalah adanya perubahan tingkah laku karena adanya pengalaman. Perubahan tingkahlaku tersebut dapat berupa perubahan keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi. Adapun pengalaman dalam proses belajar ialah bentuk interaksi antara individu dengan lingkungan.

Sebagian terbesar dari proses perkembangan berlangsung melalui kegiatan belajar. Belajar yang disadari atau tidak, sederhana atau kompleks, belajar sendiri

(25)

atau dengan bantuan guru, belajar dari buku atau dari media elektronika, belajar di sekolah di rumah, di lingkungan kerja atau di masyarakat.

Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai.Untuk meningkatkan hasil belajar yang baik perlu diperhatikan kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal adalah kondisi atau situasi yang ada dalam diri siswa, seperti kesehatan, keterampilan, kemampuan dans ebaginya. Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi manusia, misalnya ruang belajar yang bersih, saranadanprasaranbelajar yang memadai.

2. Pengertian Hasil Belajar

Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan.

Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subjek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai pengajar. Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduannya itu terjadi interaksi dengan guru. Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja harus bisa mendapatkan hasil bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya intervensi orang lain sebagai pengajar. Oleh karena itu hasil belajar yang dimaksud di sini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelahiamenerimaperlakukandaripengajar (guru),

Hasil belajar terangkai dalam dua kata, yaitu hasil dan belajar. Pengertian hasil adalah “sesuatu yang di adakan oleh usaha” Kemudian belajar memiliki arti

“Berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu” Defenisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu.

(26)

Disini, usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dimiliki sebelumnya. Sehingga dengan belajar itu manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu

Selanjutnya, pengertian hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Pada dasarnya hasil merupakan suatu yang di peroleh dari suatu kegiatan atau aktivitas. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa dapat diketahui setelah mengikuti proses belajar.

Menurut Bloom (dalam Agus Suprijono, 2014:6) “ hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, efektif, dan psikomotor. Atau perubahan tingkah laku secara keseluruhan bukan hanya pada salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasikan oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut diatas tidak terlihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensip”.

Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu yang tercipta karena adanya usaha, artinya setiap apa yang kita lakukan baik itu dalam mengikuti proses pembelajaran atau melakukan suatu kegiatan, maka apa yang diperoleh dari kegiatan tersebut itulah yang dinamakan hasil.

3. Peningkatan Hasil Belajar Sosiologi

Sosiologi merupakan ilmu yang berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat yang menjadi objek kajiannya. Sosiologi pada dasarnya mempunyai dua pengertian dasar yaitu sebagai ilmu dan sebagai metode.

Sebagai ilmu, Sosiologi merupakan kumpulan pengetahuan tentang masyarakat dan kebudayaan yang disusun secara sosiologi sistematis berdasarkan analisis berpikir logis. Sebagai metode, sosiologi adalah cara berpikir untuk

(27)

mengungkapkan realitas sosial dan budaya yang ada dalam masyarakat dengan prosedur dan teori yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

Pengajaran sosiologi di sekolah menengah berfungsi untuk meningkatkan kemampuan siswa mengaktualisasikan potensi diri mereka dalam mengambil dan mengungkapkan status dan peran masing-masing dalam kehidupan sosial dan budaya yang terus mengalami perubahan dan tujuan pengajaran sosiologi di sekolah menengah pada dasarnya mencakup dua sasaran yang bersifat kognitif dan bersifat praktis. Secara kognitif pengajaran sosiologi dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan dasar sosiologi agar siswa mampu memahami dan menelaah secara rasional komponen-komponen dari individu, kebudayaan dan masyarakat sebagai suatu sistem. Sementara itu sasaran yang bersifat praktis dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan sikap dan perilaku siswa yang rasional dan kritis dalam menghadapi kemajemukan masyarakat, kebudayaan, situasi sosial serta berbagai masalah sosial yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

4. Model Pembelajaran Cooperative Learning a. Pengertian Cooperative Learning

Model pembelajaran Cooperative Learning dikembangkan dari teori belajar konstruktivisme yang lahir dari gagasan Piaget dan Vigotsky. Berdasarkan penilitian piaget yang pertama dikemukakan bahwa pengetahuan itu di bangun dalam pikiran anak ( Agus suprijono 2009:55).

Menurut pandangan Piaget dan Vigotsky ( dalam Agus suprijono 2009:56) adanya hakikat sosial dari sebuah proses belajar dan juga tentang penggunaan kelompok - kelompok belajar dengan kemampuan anggotanya yang beragam

(28)

sehingga terjadi perubahan konseptual.

Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen yang memiliki tingkat kemampuan kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran.

b. Tujuan Pembelajaran Cooperative Learning

Pengembangan pembelajaran cooperative learning bertujuan untuk mencapai hasil belajar, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Masing-masing tujuan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Pencapaian Hasil Belajar. Memusatkan perhatian pada kelompok pembelajaran kooperatif dapat mengubah norma budaya anak muda dan membuat budaya lebih dapat menerima prestasi menonjol dalam berbagai tugas pembelajaraan akademik. Disamping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan pada siswa yang bekerja sama menyelesaikan tugas akademik, baik kelompok bawah maupun kelompok atas.

2) Penerimaan terhadap keberagaman. Efek penting yang kedua dari model pembelajaran cooperative learning ialah penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, tingkat sosial, kemampuan, maupun ketidak mampuan.

(29)

3) Pengembangan Keterampilan Sosial. Tujuan penting ketiga ialah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi.

Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat, banyak kerja orang dewasa dilakukan dalam organisasi yang bergantung satu sama lain dalam masyarakat meskipun beragam budayanya. Selain unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit, model ini sangat berguna untuk membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerja sama.

c. Prinsip Utama Pembelajaran Cooperative Learning

Model pembelajaran cooperative learning adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada 4 unsur penting dalam model pembelaajaran cooperative learning, yaitu:

1) Adaya peserta dalam kelompok, peserta adalah siswa yang melakukan proses pembelajaran dalam setiap kelompok belajar.

2) Adanya aturan kelompok, segala sesuatu yang menjadi kesepakatan semua pihak yang terlibat, baik siswa sebagai peserta didik maupun siswa sebagai anggota kelompok.

3) Adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, segala aktivitas siswa untuk meningkatkan kemampuannya yang telah dimiliki maupun meningkatkan

kemampuan baru, baik dalam aspek pengetahuan, sikap, maupun keterampilan.

4) Adanya tujuan yang ingin dicapai, aspek tujuan untuk memberikan arah perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Berikut ini langkah-langkah pembelajaran Cooperative Learning diuraikan

(30)

pada tabel 2.1 berikut ini.

Tabel langkah-langkah model pembelajaran Cooperative Learning

Langkah-Langkah Kegiatan Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi siswa belajar.

Fase 2

Menyajikan informasi.

Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melaui bahan bacaan.

Fase 3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelasakan kepada siswa bagaimana membentuk kelompok

kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efisien

Fase 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar.

Guru membimbing kelompok- kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

(31)

Langkah-Langkah Kegiatan Guru Fase 5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase 6

Memberika penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil kerja individu dan kelompok.

(Rusman,2011: 211) d. Kelebihan dan kelemahan Cooperative learning

Keunggulan pembelajaran Cooperative learning sebagai suatu strategi pembelajaran di antaranya ;

1) Siswa dapat meningkatkan kemampuan berfikir sendiri, menemukan informasi dari beerbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain

2) Membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasan serta menerima segala perbedaan.

3) Membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.

4) Siswa dapat berpraktik dalam menyelesaikan masalah tanpa takut berbuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya

Kelemahan pembelajaran Cooperative learning, di antaranya :

1) Untuk siswa yang dianggap memiliki kemampuan, akan terhambat dengan siswa yang tidak memiliki kemampuan. Akibatnya keadaan semacam ini

(32)

Dapat menganggu iklim kerja sama dalam kelompok

2) Penilaian dalam pembelajaran Coopeerative Learning di dasarkan pada hasil kerja kelompok, namun terkadang dalam suatu kelompok hanya beberapa orang yang aktif.

5. Tinjauan materi penyimpangan sosial a. Pengertian perilaku menyimpang

Perilaku menyimpang dapat didefenisikan sebagai suatu perilaku yang diekspresikan oleh seorang atau berapa orang anggota masyarakat yang secara sadar atau tidak disadari tidak menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku dan telah diterima oleh sebagian besar anggota masyarakat. Dengan kata lain, semua bentuk perbuatan seseorang yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku.

Menurut Robert M.Z Lawang (dalam Idianto Muin, 2006: 153) penyimpangan sosial adalah tindakan yang menyimpang dari norma- norma yang berlaku dalam suatu system sosial dam menimbulkan usaha dari pihak berwenang untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang atau perilaku abnormal.Menurut W, Van der Zenden (dalam Kun Maryati dan Juju Suryawati 2006 : 121) penyimpangan sosial yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan diluar batas toleransi,

Dari beberapa defenisi diatas dapat kita mengambil kesimpulan bahwa Perilaku menyimpang dapat didefinisikan sebagagai suatu perilaku yang dideskripsikan oleh seorang atau beberapa orang dalam masyarakat secara sadara atau tidak, dengan tidak menerima norma dan nilai yang berlaku di masyarakat secara umum.

b. ciri perilau menyimpang

Menurut Paul B. Merton (dalam idianto muin 2006 : 153) penyimpangan sosial memiliki 6 ciri sebagai berikut;

(33)

1) penyimpangan harus dapat didefenisikan

Tidak ada satu perbuatan yang begitu saja dinilai menyimpang. Suatu perbuatan dikatakan menyimpang jika memang didefenisikan menyimpang.perilaku menyimpang bikanlah semata-mata cirri tndakan yang dilakukan orang, malainkan akibat dari adanya peraturan dan penerapan sangsi yang dilakukan orang lain terhadap perilaku tersebut.

2) Penyimpangan bisa diterima atau bisa juga ditolak

Penyimpangan sosial tidak selalu merupakan hal yang negative. Ada beberapa penyimpangan yang diterima bahkan dipuji dan dihormat, seperti pahlawan yang gagah berani yang serinng terlibat peperangan. Sedangkan perampokan, pembunuhan terhadap etnis tertentu dan menyebarkan toror dengan bom atau gas beracun termasuk dalam penyimpangan yang ditola masyarakat.

3) Penyimpanga relative dan penyimpangan mutlak

Pada kebanyakan masyarakat modern, tidak ada seorang pun yang termasuk dalam kategori sepenuhna penurut (konformitas) ataupun yang sepenuhnya menyimpang. Alassanyan, orang termasuk dalam kedua kategori tersebut akan kesulitan dalam kehidupannya.oleh sebab itu, pada dasarnya semua orang normalpun sesekali pernah melakukan kegiatan menyimpang tetapi pada batas-batas tertentu yang bersifat relative untuk setiap orang.

4) Penyimpangan terhadap budaya nyata atau budaya ideal

Budaya ideal disini adalah segenap peraturan hukum yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat. Tetapi dalam kenyataannya, tidak ada

(34)

seorang pun yang petuh terhadap segenap peraturan tersebut. Antara budaya yang nyata dan budaya yang ideal selalu terjadi kesenjangan. Artinya, peraturan yang telah menjadi pengetahuan umum dalam keenyataan kehidupan sehari-hari banyak dilanggar.

5) Terdapat norma-norma pnghindar dalam penyimpangan

Apabila pada suatu masyarakat terdapat nilai dan norma yang melarang suatu perbuatan ingin sering kali diperbuat oleh banyak orang, maka akan muncul “norma-norma pnghindar”. Norma penghindaran adalah pola perbuatan yang dilakukan orang untuk memenuhi keinginan mereka tanpa haus menantang nilai-nilai tata kelakuan secara terbuka.

6) Penyimpanga sosial bersifat adaktif (menyesuaikan)

Penyimpanga sosial tidak selalu menjadi ancaman karena kadang dapat dianggap sebagai suatu pemelihara stabilitas sosial. I satu pihal, masyarakan memerlukan peraturan dan kepastian dalam kehidupan.

c. Bentuk perilaku menyimpang

Berbagai penyimpangn yang terjadi di masyarakat dapat di bagi menurut sifatnya (primer dan sekunder) dan menurut pelakunya (individu dan kelompok) 1) Penyimpangan primer dan sekunder

a) Penyimpangan primer adalah Individu yang melakukan penyimpangan masih bisa ditolerir. Contohnya pelanggaran peraturan lalu lintas, menyontek atau membolos.

b) Penyimpangan sekunder, dalam penyimpangan sekunder, seseorang secara khas memperlihatkan perilaku menyimpang dan secara umum dikenal sebagai orang yang menyimpang. Dikatakan sebaigai penyimpangan

(35)

sekunder karenaorang tersebut mengulangi lagi perilaku menyimpang,dan masyarakat tidak mrngiginkan individu yang seperti ini. Contohnya minum- minuman keras dan berjudi di lingkungan yang mengharankan perilaku tersebut.

c) Penyimpangan individu dan kelompok

(1) Penyimpangan individu, penyimpangan ini merupakan bentuk penyimpangan yang dilakukan seseorang atau seorang individu secara perorangan, dengan melakukn tindakan-tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku. Contohnya pencurian yang dilakukan sendiri atau membolos saat pelajaran berlangsung.

(2) Penyimpangan kelompok, merupakan penyimpangan yang dilakukan secara berkelompok dengan melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang dari norna-norma yang ada di dalam masyarakat. Misalnya kelompok mafia.

d. Faktor penyebab perilaku menyimpang

Beberapa faktor penyebab terjadinya perilaku menyimpang antara lain sebagai berikut:

1) Sikap mental yang tidak sehat,

Perilaku menyimpang dapat pula disebabkan karena mental yang tidak sehat. Sikapp itu ditunjukkan dengan tidak mera bersalah atau menyesal atas perbuatannya, bahkan merasa senang.

2) Ketidak harmonisan dalam keluarga,

Tidak adanya keharmonisan dalam keluarga dapat menjadi penyebab terjadinya perilaku menyimpang. Contohnya kenakalan remaja - remaja yang

(36)

menggunakan obat terlarang. Karena faktor broken home.

3) Pelampiasan rasa kecewa,

Seseorang yang mengalami kekecewaan apabila tidak dapat mengalihkannya ke hal positif, maka ia akan berusaha mencari pelarian untuk memuaskan rasa kecewanya.

4) Dorongan kebutuhan ekonomi,

Perilaku menyimpang juga terjadi karena dorongan kebutuhan ekonomi.

Contohnya mencuri, atau merampok.

5) Pengaruh lingkungan dan media massa,

Seorang yang melakukan tindakan menyimpang dapat disebabkan karena terpengaruh oleh lingkungan kerjanya atau teman sepermainannya. Begitu juga peran media massa, sangat berpengaruh terhadap penyimpangan perilaku.

6) Keingunan untuk dipuji,

Seseorang dapat bertindak menyimpang karena keinginan untuk mendapatkan pujian, seperti uang banyak,selaku berpakaian mahaldan perhiasan yang mewah atau gaya hidup yang mewah. Agar keinginan ini tewujud ia rela melakukan perbuatan menyimpang, seperti korupsi, menjual diri, dan merampok.

7) Proses belajar yang menyimpang,

Hal ini terjadi melalui interaksi sosial dengan orang-orang yang berperilaku menyimpang. Misalnya seorang anak yang sering bergaul dengan kelompok remaja pengguna obat-obatan terlarang atau terlibat perkelahian.

8) Ketidak sanggupan menyerap norma,

Ketidaksanggupan menyerap norma ke dalam kepribadian seseorang

(37)

diakibatkan karena ia menjalani proses sosialisasi yang tidak sempurna, sehingga ia tidak mampu menjalankan peranya sesuai dengan perilaku yang diharapkan oleh masyarakat.

9) Adanya ikatan sosial yang berlainan,

Seorang individu cenderung mengidentifikasi dirinya dengan kelompok itu dari pada dengan kelompokn lainya. Dalm proses ini, individu akan memperoleh pola-pola sikap dan perilaku kelompoknya

10) Kegagalan dalam proses sosialisasi.,

Proses sosialisasi bisa dianggap tidak berhasil jika individu tersebut tidak berhasil mendalami norma-norma masyarakat. Keluarga adalah lembaga yang paling bertanggung jawab atas penanaman norma-norma masyarakat dalam diri anggota keluarga.

e. Teori-teori perilaku menyimpang 1). Teori Labeling (labelling theory)

Menurut teori ini, masyarakat cenderung untuk memberikan reaksi terhadap orang-orang ynga melakukan pelanggaran dan memberikan label-label perilaku sebagai orang yang melakukan penyimpangan sosial. Menurut teori ini, penyimpangan sosial tidak menekankan pada tindakan dari seseorang, melaikan pada label yang dilekatkan terhadap tindakan tersebut.

Apa bila seorang telah dicap atau telah diberi label sebagai seorang pencuri atau pemabuk, ia akan dikaitkan dengan label tersebut sepanjang hidupnya. Sebagai akibatnya, orang tersebut mungkin ditolak dan diisolasi oleh anggota masyarakat lainnya. Mereka akan mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan atau dalam bergaul dalam masyarkat. Mereka mungkin menerima label

(38)

tersebut dan melakukan lebih banyak perilaku menyimpang. Dengan kata lain, memberi label pada seorang yang melakukan perilaku menyimpang dapat mendorong mereka untuk berbuat menyimpang lebih banyak lagi.

2). Teori konflik

Dalam teori konflik kelas sosial, para penganut teori konflik kelas sosial tidak mengaitkan penyimpangan dengan perbedaan norma di antara kelas-kelas sosial yang berlainan, tetapi dengan kepentingan kelas-kelas sosial. Menurut teori konflik, penyimpangan akan tetap berlangsung selama tidak adanya kesamarataan dan eksploitasi kelas sosial masih tetap ada.

3). Teori anomie

Teori ini dikemukakan oleh Robert. K. Merton dan berorientasi pada kelas.

Konsep anomi sendiri diperkenalkan oleh seorsng sosiolog Perancis yaitu Emile Durkheim 1893(dalam umar sulaiman 2012: 119) yang mendefenisikan sebagai keadan tanpa norma (diregulation) di dalam masyrakat.

Teori ini lebih memfokuskan pada kesalahan atau penyakit dalam struktur sosial sebagai penyebab terjadinya kasus peerilaku menyimpang remaja. Teori ini juga menjelaskan adanya tekanan-tekanan yang terjadi dalam masyarakat sehingga menyebabkan munculnya perilaku menyimpang (deviance)

4). Teori kontrol

Teori ini beranggapan bahwa individu dalam masyarakat mempunyai kecendeerungan yang sama kemungkinannya yakni tidak melakukan penyimpangan perilaku (baik) dan perilaku menyimpang (tidak baik). Baik tidaknya perilaku individu sangat tergantung pada kondisi masyarakatnya. Artinya perilaku baik dan tidak baik diciptakan oleh masyarakat sendiri Hagan, 1987

(39)

(dalam umar sulaiman 2012: 123)

6. Fakta Sosial “Anak Punk”

Punk berasal dari Bahasa Inggris, yaitu: “Public United Not Kingdom”

yang berarti kesatuan suatu masyarakat di luar kerajaan. Pada awalnya, punk adalah sebuah cabang dari musik rock dimana musik rock merupakan sebuah genre musik yang berasal dari musik rock and roll yang telah lahir lebih dahulu yaitu pada tahun 1955. Subkultur Punk muncul sekitar tahun 1970 an di Inggris

Memandang punk adalah sebuah subkultur yang menghadapi dua bentuk perubahan yaitu:

1. Bentuk komoditas, dalam hal ini segala atribut maupun aksesoris yang dipakai oleh komunitas punk telah dimanfaatkan industri sebagai barang dagangan yang didistribusikan kepada konsumen untuk mendapatkan keuntungan. Dulu aksesoris dan atribut yang hanya dipakai oleh anak punk sebagai simbol identitas, namun kini sudah banyak dan mudah kita jumpai di toko yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat umum.

2. Bentuk ideologis, komunitas punk mempunyai ideologi yang mencakup pada aspek sosial dan politik. Dan ideologi mereka dahulu sering dikaitkan dengan perilaku menyimpang yang dilakukan oleh anak punk. Ada beberapa perilaku menyimpang itu telah didokumentasikan dalam media massa, sehingga membuat identitas punk menjadi buruk dipandang sebagai seorang yang bahaya dan berandalan. Namun walaupun begitu, nilai-nilai dan eksistensi punk masih dipertahankan sampai sekarang.

Dalam “Philosopi Of Punk”, Craig O’Hara (1999) menyebutkan 3 (tiga)

(40)

pengertian punk (http://www.pasarkreasi.com/news/detail/music/123/sejarah- kelahiran-punk)

1. Punk sebagai trend remaja dalam feshion dan music

2. Punk sebagai pemula yang punya keberanian memberontak, memperjuankan kebebasan dan melakukan perubahan.

3. Punk sebagai bentuk perlawanan yang “hebat” karena menciptakan music, gaya hidup, komunitas dan kebudayaan sendiri

Perilaku kehidupan Punk di indonesia bagi masyarakat luas di anggap sebagai perilaku yang menyimpang identik dengan sebuah kekerasan, pengacu, brandal, dan sebagainya. Punk kemudian dikenal sebagai tata cara hidup sehari- hari, dengan ekspresi yang menjurus pada gaya hidup bebas seperti Free Sex, nongkrong di jalan, ngamen, mengkonsumsi alcohol, dan gaya busana yang nyeleneh.

Faktor yang berasal dalam diri seseorang yang menyebabkan seseorang tertarik mengikuti komunitas punk :

1. Rasa seni yang kental, dan mereka ingin mengeksprsikan seni tersebut 2. Mereka ingin dianggap sebagai bagian dari masyarakat dan agar diakui

keberadaannya

3. Sebagai suatu bentuk apresiasi trend remaja dalam bidang fashion dan music Faktor yang berasal dari dari luar diri seseorang yang menyebabkan dirinya tertarik mengikuti punk

1. Lingkungan keluarga, ketika orang tua mengajarkan perilaku sopan santun terhadap anak mulai dari usia dini dana memperhatikan serta melakukan

(41)

control terhadap kehidupan mereka. Maka seorang anak akan terbiasa melakukan hal yang diajarkan orang tuannya.

2. Faktor pertemanan, pada usia remaja anak akan lebih sering bersama teman karena masa ini adalah mereka mulai mengerti indahnya memiliki teman.

Sehingga mereka mulai merasa ada rasa kenyamanan dan timbul kepercayaan tentang apa yang dikatakan seorang teman dari pada keluarga. Karena kadang orang tua kurang bisa mengerti apa yang anak inginkan. Maka mereka lebih percaya teman yang biasanya bisa lebih mengerti keadaannya. Namun disinilah akan timbul sisi positif atau negatif, sebab tidak semua yang dianggap teman oleh anak memberikan suatu solusi positif.

3. Lingkungan sekolah, merupakan rumah kedua bagi para remaja yang untuk memperoleh pendidikan formal dan dididik oleh para guru. Lingkungan ini merupakan tempat untuk mencari ilmu dan belajar meningkatkan kemampuan daya fikirnya. Sehingga dalam lingkungan sekolah guru memegang peranan yang penting, sebab guru bagaikan pengganti orang tua. Karena itu diperlukan guru yang arif bijaksana, mau membimbing dan mendorong anak didik untuk aktiv dan maju, memahami perkembangan remaja serta seorang yang dapat dijadikan tauladan.

4. Faktor lingkungan sekitar, sebagian besar seorang anak akan terbentuk karakternya karena faktor lingkungan mereka tinggal. Karena secara tidak disengaja maupun disengaja perilaku anak akan meniru apa yang mereka lihat yang biasa dilakukan pada lingkungan sekitar mereka tinggal. Contoh anak yang hidup di lingkungan para pecandu narkoba, maka tanpa ada kontrol dari 5. beberapa pihak seperti keluarga ataupun dari kesadaran diri mereka sendiri

(42)

akan mudah untuk terjun pada dunia itu

Pengaruh Positif dan Negatif Adanya Komunitas Punk

Komunitas Punk di dalam masyarakat biasanya dianggap sebagai sampah masyarakat. Tetapi yang sebenarnya, mereka sama dengan anak-anak lain yang ingin mencari kebebasan. Dengan gaya busana yang khas, simbol-simbol, dan tata cara hidup yang dicuri dari kelompok-kelompok kebudayaan lain yang lebih mapan, merupakan upaya membangun identitas berdasarkan simbol-simbol.

Pengaruh positif dan negatif dari komunitas ini, kembali lagi ke cara pandang masyarakat itu sendiri. Memang, sebagian komunitas Punk memberikan dampak negatif bagi seseorang, terutama remaja yang jiwanya masih labil dan belum mengerti makna Punk itu sendiri. Sebenarnya anak Punk adalah bebas tetapi bertanggung jawab. Artinya mereka juga berani bertanggung jawab secara pribadi atas apa yang telah dilakukannya. Karena aliran dan gaya hidup yang dijalani para Punkers memang sangat aneh, maka pandangan miring dari masyarakat selalu ditujukan pada mereka. Padahal banyak diantara Punkers yang mempunyai kepedulian sosial.

Pengaruh positif adanya komunitas Punk tersebut, antara lain :

1. Adanya tempat untuk mengekspresikan diri, adanya kecocokan terhadap lingkungan pergaulan.

2. Sebagai wadah untuk menyalurkan aspirasi (protes dan kritik terhadap pengekangan, baik dari pihak masyarakat maupun pemerintah) dan jiwa seni yang mereka miliki, bahkan mereka

3. Di bidang musik misalnya, banyak band punk yang mampu mendapat tempat

(43)

di hati remaja Indonesia, mereka tidak kalah dengan band-band papan atas.

4. Selain di bidang musik, komunitas punk juga bergerak di bidang fashion, mereka membuat T-shirt, kaos, aksesoris dengan jumlah yang lebih banyak dan juga desain yang lebih variatif. Wadah untuk pakaian dan aksesoris yang diproduksi sendiri oleh anak-anak punk sendiri biasa disebut distro, di industri ini pun komunitas punk mampu bersaing dengan produk-produk terkenal yang sudah akrab dengan remaja Indonesia.

5. Dengan adanya komunitas ini (terutama bagi Punkers yang memiliki keterampilan), mungkin saja dapat membantu pemerintah mengurangi pengangguran dan dapat meningkatkan ekonomi khususnya bagi komunitas Punk ini.

6. Komunitas Punk bukan hanya berasal dari kalangan bawah, tapi ada yang berasal dari kalangan pejabat. Sehingga dapat mempererat jalinan silaturahmi dan memperbanyak saudara.

Sedangkan pengaruh negatifnya adalah :

1. Gaya dandanan yang tidak sesuai dengan etika dan budaya Indonesia sehingga mendapat pandangan sebelah mata dan negatif dari masyarakat.

2. Sering terjerumus pada hal – hal yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain, misalnya : Narkoba, freesex, mabuk – mabukan. Dan akhirnya malah mengantarkan diri dibalik jeruji besi.

3. Mengganggu ketentraman malam karena kebanyakan dari komunitas ini beraktifitas diwaktu malam yang seharusnya digunakan untuk beristirahat.

Beberapa poin yang dianggap nilai positif dari komunitas punk diantaranya:

(44)

1. Mereka ( anak punk ) menganggap bahwa semua anak punk adalah kawan dan kawan dan bersaudar tanpa ada senioritas dan junioritas. Semua sama dan sejajar / setara, punk menganggap kebersamaan sesama anak punk satu sama lain akan membuat mereka bersatu dan lebih kuat.

2. Kebebasan bagi anak punk adalah kebebasan untuk mengatur dan mengontrol dari dirinya sendiri. Jadi segala sesuatu muncul dari kesadaran diri sendiri untuk bertindak dan berbuat sesuatu. Biasanya jika mereka sudah berfikir seperti itu anak punk akan bekerja berdasarkan inisiatif dari diri sendiri dan tidak perlu diatur dan mengatur orang lain.

Beberapa poin yang menjadi nilai negatif dari komunitas punk : 1. Gaya mereka cenderung menyeramkan sehingga terkadang membuat

masyarakat takut bila bertemu anak punk

2. Pergaulan bebas mereka rentan terhadap gaya hidup yang merusak, seperti Free Sex, Narkoba, Minuman keras.

3. Ada sebagian anak punk yang memanfaatkan “ keseraman” mereka untuk melakukan kriminalitas.

Pemecahan Atau Penyelesaian Yang Bijak Didalam Menyelesaikan Masalah Adanya Komunitas Punk

Persebaran komunitas Punk yang sangat marak di kota-kota di Indonesia yang kebanyakan terdapat di kota-kota besar, salah satunya di Jakarta, dengan gaya hidup bebas, tanpa ada aturan yang mengatur segala aktivitas serta perilaku mereka, menjadi salah satu masalah patologi sosial yang perlu diselesaikan.

Karena jika kita abaikan begitu saja, komunitas Punk yang cenderung berperilaku

(45)

negatif itu akan meluas menjadi suatu kenakalan remaja dan menyebabkan suatu penyimpangan sosial.

Sebenarnya tidak semua anak punk itu berperilaku negatif,ada beberapa anak punk yang bergabung dalam suatu komunitas karena menyukai gaya punk yang identik dengan model rambut Mohawk, body piercing, tato, gelang spike, dan aksesoris nyentrik lainnya. Gaya hidup negative yang kerap terjadi di dalam komunitas anak punk biasanya disebabkan karena mendapatkan terpengaruh teman sesama anak punk lainnya yang melakukan hal-hal menyimpang seperti memalak, meminum minuman keras, melakukan kekerasan atau penganiayaan,

“ngelem”, narkoba, free sex, dan sebagainya.

Masalah gaya hidup negatif pada anak punk tersebut dapat diselesaikan dengan beberapa cara seperti ;

1. Menjauhkan anak dari lingkungan teman-teman sepermainan yang berperilaku menyimpang. Disini peran keluarga sangat dibutuhkan untuk bisa menyadarkan anak agar tidak kembali lagi menjadi anak punk dengan perilaku negatif. Salah satu cara yaiutu bagaimana peran orang tua menjauhkan anak dari lingkungan teman-teman yang sering melakukan penyimpanan social.

2. Memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada para anak punk juga dapat menjadi salah satu alternative pemecahan masalah. Karena dengan pemberian bimbingan dan penyuluhan, oleh para psikolog khususnya, dapat merubah pola pikir (belief) anak punk tersebut untuk menghentikan perilaku negative yang dilakukannya sebelumnya.

3. Didirikannya panti sosial atau panti rehabilitasi juga menjadi alternatif

(46)

pemecahan lainnya karena dalam panti rehabilitasi, anak punk yang bermasalah akan diberikan suatu shock therapy agar anak tersebut menjadi jera dan menyesal telah melakukan hal-hal negatif dan menyimpang sehingga nantinya ia tidak akan menjadi anak punk dengan gaya hidup yang merugikan dirinya sendiri maupun orang lain

B. Kerangka Fikir

Pelaksanaa proses belajar mengajar (KBM) guru biasanya memberikan pelayanan pembelajaran yang sama untuk semua siswa, baik yang memiliki kemampuan tinggi, kemampuan sedang dan kemampuan rendah. Dengan perlakuan seperti ini, siswa yang berbeda kecepatan belajarnya belum mendapatkan pelayanan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Siswa yang terlambat tetap saja tertinggal dari kelompok sedang.

Sementara siswa yang cepat belun mendapatkan layanan yang optimal dalam pembelajaran. Sehingga proses pembelajaran yang berlangsung dikelas cenderung belum bisa mendorong mereka maju dan berkembang sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Kurangnya pemahaman dan keberanian siswa siswa dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya mengakibatkan hasil belajar siswa relative tidak meningkat. Di samping siswa dalam kegiatan belajar sosiologi mudah melupakan suatu materi pelajaran meskipun materi itu baru diajarkan. OLeh sebab itu, perlu diterapkan model pembelajaran dalam prorses pembelajaran sosiologi dikelas sehingga siswa dapat belajar secara aktif dalam meningkatkan hasil belajar sosiologi. Model pembelajaran yang dimaksud adalah Cooperarive learning yang

(47)

bertitik tolak dari hal-hal rill bagi siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Apun alur kerangka fikir dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini Bagan kerangka pikir

Gambar 2.1 Alur Kerangka Pikir

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir diatas maka diajukan hipotesis sebagai berikut :”Dengan penerapan model pembelajaran Cooperative Learning dapat meningkatkan hasil belajar sosiologi siswa kelas X SMA Negeri 1 Tinggimoncong.

Kondisi akhir siswa

Tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar sosiologi

Guru menerapkan model pembelajaran cooperative learning dengan pokok bahasan penyimpangan sosial (anak punk)

Hasil belajar sosiologi meningkat

Kondisi awal siswa

Guru : belum menerapkan model pembelajaran cooperative learning.

Siswa : hasil belajar sosiologi rendah

(48)

30 A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang pelaksanaannya direncanakan dalam 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II. Kemudian setiap siklus terdiri atas 4 tahap, yaitu perencanaan tindakan pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi serta refleksi.

B. Lokasi dan subjek Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA N 1 Tinggimoncong Kabupaten Gowa dengan subjek subjek penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Tinggimoncong Kabupaten Gowa ddengan jumlah siswa 39 orang 27 laki-laki dan 17 perempuan.

C. Faktor-Faktor Yang Diselidiki

Faktor yang ingin diselidiki dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Faktor proses

Faktor proses yaitu akan diselidiki apakah terjadi interaksi antara guru dengan siswa, serta antara siswa dengan siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.

2. Faktor hasil

Fktor hasil yaitu akan diselidiki hasil belajar dan rasa tanggung jawab serta sikap positif siswa terhadap mata pelajaran sosiologi dengan cermat dan teliti dalam menyelesaikan soal yang diberikan.

(49)

D. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri atas beberapa siklus. Penelitian ini di rencanakan, dilaksanakan dengan 2 siklus yang terdiri dari 4 tahap/fase yaitu, perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Setelah dilakukan refleksi berupa analisis, sintesis dan penilaian terhadap hasil pengamatan biasanya muncul permasalahan atau pemikiran baru sehingga perlu dilakaksanakan perencanaan ulang, tindakan ulang, pengamatan ulang, serta observasi ulang.

Untuk lebih jelasnya secara sistematis keterkaitan antara setiap komponen dengan komponen lainnya. Dalam satu siklus dan antara siklus awal dan lanjutan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Perencanaan

Refleksi Siklus I Pelaksanaan Pengamatan

Perencanaan

Refleksi Siklus II Pelaksanaan Pengamatan

?

Gambar 2.2. Gambaran umum skema penelitian tindakan Hopkins (dalam Aqib Zainal, 2006 : 31)

(50)

Berdasarkan skema di atas, maka prosedur kerja penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

Siklus I

a. Tahap perencanaan

1) Menelaah kurikulum SMA untuk bidang studi sosiologi.

2) Mempersiapkan perangkat pembelajaran yakni, berupa rencana pelaksanaan pembelajaran.(RPP)

3) Mempersiapkan tes pengetahuan awal untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa.

4) Mempersiapkan lembar observasi kegiatan siswa pada saat penelitian berlangsung.

5) Mempersiapkan tes hasil belajar berupa tes hasil belajar sosiologi untuk melihat peningkatan hasil belajar sosiologi siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Cooperarive learning

b. Tahap pelaksanaan tindakan

1) Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa

2) Mengelompokkan siswa berdasarkan tingkat kemampuannya, masing-masing tingkatan dibagi menjadi empat kelompok kecil, jadi kelompok yang terbetuk sebanyak 8 kelompok.

3) Memberikan perlakuan kepada siswa yang berkempuan rendah.

c. Tahap observasi dan evaluasi

1) Pelaksanaan observasi dilakukan pada saat tindakan berlangsung.

2) Peneliti dan observer melakukan pengamatan dengan menggunakan lembar

(51)

observasi untuk melihat dan mencatat hal-hal yang menyangkut aktivitas belajar siswa baik yang berkemampuan tinggi maupun yang berkemampuan rendah.

3) Pelaksanaan observasi dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung.

4) Perilaku yang diamati dan dicatat dalam pengamatan ini adalah suasana kelas pada saat penyampaian pembelajaran dan tingkat pemahaman siswa.

d. Refleksi

Pada tahap ini dilakukan refleksi terhadap hasil-hasil yang diperoleh dari pengamatan terhadap tiap-tiap kelompok dikumpulkan serta dianalisis baik berupa hasil evaluasi maupun data hasil observasi yang diperoleh pada saat pelaksanaan kegiatan pengajaran sebagai acuan bagi untuk melaksanakan siklus berikutnya.

Siklus II

a. Tahap perencanaan

Rencana kegiatan yang akan dilakukan pada siklus II relative sama dengan siklus I, yaitu:

1) Mempersiapkan perangkat pembelajaran, yakni berupa rencana pelaksanaan pembelajaran.

2) Mempersiapkan alat dan bahan praktikum atau bahan lain yang sesuai dengan materi yang diajarkan

3) Mempersiapkan lembar observasi kegiatan siswa pada saat penelitian berlangsung

4) Mempersiapkan tes hasil belajar sosiologi untuk melihat peningkatan hasil

(52)

belajar sosiologi siswa setelah mengikuti pembelajaran model dengan model pembelajaran Cooperarive learning

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

1) Mengelompokkan siswa berdasarkan tingkat kemampuannya masing- masing menjadi lima kelompok.

2) Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa

3) Menyampaikan pelajaran dengan memberikan perlakuan kepada siswa yang berkemampuan rendah sama seperti siklus I

4) Mengecek pemahaman siswa dan memberikan umpan balik.

c. Tahap Observasi dan Evaluasi

1) Pelaksanaan observasi dilakukan pada saat tindakan berlangsung.

2) Peneliti dan observer melakukan pengamatan dengan menggunakan lembar observasi melakukan pengamatan dengan menggunakan lembar observasi untuk melihat dan mencatat hal-hal yang berhubungan dengan tingkat kemampuan siswa.

3) Pelaksanaan observasi dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung.

4) Perilaku yang diamati dan dicatat dalam pengamatan ini adalah siswa, suasana kelas pada saat proses belajar mengajar berlangsung dan partisipasi siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung.

d. Refleksi

Hasil yang didapatkan pada tahap observasi dan evaluasi dianalisis sehingga guru dapat merefleksikan diri apakah tindakan yang telah dilakukan telah dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Setelah data-data dianalisis peneliti

(53)

dapat menyimpulkan bahwa hasil belajar sosiologi siswa

E. Instrumen Penelitian

Instrumen Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dalah:

1. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar.

2. Lembar tes hasil belajar digunakan sebagai alat pengumpul data hasil belajar sosiologi setelah mengikuti proses belajar mengajar.

3. Angket digunakan untuk memperoleh informasi tentang respon siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning.

F. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diambil bersumber dari siswa yang meliputi:

1. Data hasil dari kemampuan belajar sosiologi yang diperoleh dari hasil tes formatif pada akhir siklus.

2. Data tentang partisipasi siswa dengan menggunakan lembar observasi. Data ini memuat kehadiran siswa, keaktifan siswa mengajukan pertanyaan, keaktifan siswa menjawab pertanyaan dan siswa yang keluar masuk pada saat proses belajar mengajar berlangsung.

G. Teknik analisis data

Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis dengan secara kuantitatif dan kualitatif yaitu:

1. Data partisipasi siswa dianalisis secara kualitatif

(54)

2. Data hasil tes (evaluasi) dianalisi secara kuantitatif dianalisis dengan menggunakan statistic deskriptif.

Untuk keperluan analisis deskriptif kuntiatif digunakan skala 5 berdasarkan ketegorisasi standar yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan sebagai berikut :

Tabel 2.2 Tingkat penguasaan dan kategori hasil belajar siswa.

No Nilai Kategori

1 0-54 Sangat rendah

2 55-64 Rendah

3 65-84 Sedang

4 85-95 Tinggi

5 96 – 100 Sangat tinggi

H. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini apabila terjadi peningkatan rata-rata skor hasil balajar sosiologi dan peningkatan jumlah siswa yang mengalami ketuntasan 85% hasil belajar dari siklus I ke siklus II. Indikator lain yang bisa digunakan dalam penelitian ini adalah terjadinya peningkatan jumlah siswa dalam melakukan aktivitas belajar yang diperoleh melalui observasi keaktifan siswa.

Gambar

Tabel 4.4 Deskripsi Ketuntasan Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1
1. Grafik 4.1  Distribusi frekuensi siklus I hasil belajar  sosiologi siswa kelas X SMA Negeri 1 Tinggimoncong
Tabel langkah-langkah model pembelajaran Cooperative Learning
Gambar 2.1 Alur Kerangka Pikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jika dilihat dari penjelasan di atas, kata al-Insan dapat dijelaskan mengenai proses kejadian manusia secara dinamis dan sempurna, yaitu manusia yang mempunyai tanggung

Carla adalah seorang perempuan yang bekerja di sebuah restoran dengan gaji yang sangat pas-pasan sementara dirinya memiliki satu anak perempuan yang masih kecil untuk terus

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan, yaitu Struktur Modal (DER) berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Dengan PXP Berdasarkan pertimbangan diatas, maka untuk merancang Sistem Informasi PKL Pendekatan model agile yang akan digunakan adalah metode PXP, dimana dengan metode

Sungai yang menjadi fokus penelitian ini adalah sungai di sepanjang jalan Veteran yang juga di kenal sebagai sungai Tapekong, sungai ini berfungsi sebagai saluran drainase

perusahaan memiliki berbagai pertimbangan, diantaranya adalah lokasi yang cukup strategis sehingga memudahkan dalam memperlancar aktivitas perusahaan, baik dalam hal penerimaan

Pergantian Auditor terhadap Kecurangan Laporan Keuangan dengan Perspektif Fraud Triangle. Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai

Sebuah Negara yang mengalami kurang penduduk akan menjadi penduduk berlebihan jika jumlah penduduknya bertambah dan sumber semula jadinya tidak dapat memenuhi keperluan