BAB IV PEMBAHASAN
F. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang ada pada variabel
gaya kepemimpinan transformasional dan kecenderungan perilaku kerja
kontraproduktif pada perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Abepura. Peneliti
menggunakan metode analisis korelasi Spearman dengan menggunakan bantuan
program SPSS versi 21.0.
Berdasarkan hasil uji hipotesis didapat r = 0,125. Nilai r = 0,125
mempunyai tingkat hubungan yang sangat lemah. Menurut Priyatno jika nilai
signifikansi (p) < 0,05makahipotesis diterima, sebaliknya jika signifikansi
(p) > 0,05 maka hipotesis ditolak.
p = 0,193 (> 0,05). Korelasi positif yang didapatkan pada tabel tersebut
menunjukkan bahwa semakin tinggi gaya kepemimpinan transformasional maka
semakin tinggi pula kecenderungan perilaku kerja kontraproduktif. Demikian
pula sebaliknya, semakin rendah gaya kepemimpinan transformasional maka
semakin rendah pula kecenderungan perilaku kerja kontraproduktif.
Korelasi positif yang didapat antara gaya kepemimpinan
transformasional dan kecenderungan perilaku kerja kontraproduktif
menunjukkan bahwa hipotesis penelitian ditolak. Hal ini bisa terjadi karena
jumlah sampel yang kecil (50 subjek), topik yang diangkat oleh peneliti sensitif
sehingga subjek penelitian bisa melakukan faking ketika mengisi kuisioner.
Selain itu menurut penuturan seorang perawat, kuisioner yang dibagikan diisi
disela-sela waktu kosong sehingga memungkinkan subjek mengisi kuisioner
dengan asal-asalan (NN, komunikasi pribadi 25 Agustus 2014). Selain itu,
peneliti tidak memperhitungkan lingkungan kerja subjek. Menurut Thomas
(2012), lingkungan kerja mempunyai hubungan yang kuat dengan perilaku kerja
kontraproduktif, dimana lingkungan kerja yang negatif dapat mengakibatkan
karyawan merasa stres dan sakit. Sehingga peneliti menganggap hal ini menjadi
Berdasarkan scatter plot (bagan 2) terlihat bahwa ada pola kuadratik
yang terbentuk. Hal ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan
transformasional pada awalnya memberikan dampak yang positif dimana
kecenderungan perilaku kerja kontraproduktif rendah, namun kemudian
kecenderungan perilaku kerja kontraproduktif ini meningkat lagi dan akhirnya
menurun lagi namun perilaku ini tidak hilang. Menurut penuturan salah satu
perawat bahwa kedisiplinan di rumah sakit tempatnya bekerja tidak ketat
sehingga ketika perawat melakukan perilaku kerja kontraproduktif maka perawat
tersebut tidak akan mendapatkan sanksi. Selain itu, sebagai seorang pegawai
negeri sipil datang terlambat ketika bekerja atau melakukan perilaku kerja kontra
produktif tidak akan membuat perawat kehilangan pekerjaannya (NN,
komunikasi pribadi, 25 Agustus 2014).
Berdasarkan tabel 12, terdapat korelasi positif antara gaya kepemimpinan
transformasional dan kecenderungan perilaku kerja kontraproduktif. Hal ini
berarti semakin tinggi gaya kepemimpinan transformasional maka semakin
tinggi pula kecenderungan perilaku kerja kontraproduktif. Menurut Yukl (1999),
gaya kepemimpinan transformasional tidak sepenuhnya memberikan dampak
positif bagi pengikutnya. Gaya kepemimpinan transformasional juga dapat
dasarnya gaya kepemimpinan transformasional menekankan pada sebuah
perubahan dan pengikut yang tidak siap dengan perubahan akan mengalami
stress dan pada akhirnya akan mengarahkan perbuatannya pada perilaku kerja
kontraproduktif, seperti datang terlambat dan sengaja menjauhi pekerjaan
(Bowling & Eschleman, 2010 ; Aftab & Javeed, 2012).
Menurut penuturan salah satu kepala ruangan, ketika dirinya menjabat
sebagai kepala ruangan banyak perubahan atau perbaikan-perbaikan yang
dilakukannya agar pelayanan di ruangan yang dipimpinnya membaik. Salah satu
yang dilakukan oleh beliau adalah mengubah kebiasaan perawat yang sering
datang terlambat ketika bekerja dengan menerapkan metode absen dua kali.
Selain itu, beliau menuturkan bahwa beliau sering mengadakan evaluasi untuk
mengetahui kesulitan yang sedang dihadapi oleh perawat yang dipimpinnya.
Namun meskipun metode tersebut telah dilakukan, perawat di ruangannya yang
datang terlambat ketika bekerja masih banyak. Perawat yang datang terlambat
selalu beralasan bahwa mereka harus mengurus keluarga terlebih dahulu
sehingga mereka tidak dapat datang tepat waktu. Namun, metode ini pun kurang
berhasil untuk mengubah kebiasaan buruk dari perawat. Beliau menuturkan
bahwa, tidak adanya sanksi yang diterapkan membuat perawat bebas melakukan
Menurut penuturan beberapa perawat, terkadang jam kerja yang panjang
dan sistem shift sering membuat mereka merasa jenuh dan lelah pada pekerjaan
mereka. Jika sudah merasa lelah maka biasanya mereka akan menghindari tugas
mereka (komunikasi pribadi, 24 Agustus 2014). Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Trinkoff (dalam Berry & Curry, 2012) bahwa jam kerja
yang panjang dapat mempengaruhi kinerja perawat. Menurut Gruys (dalam
Andrson et all, 2001) kebiasaan para perawat ini termasuk salah satu perilaku
kerja kontraproduktif karena dapat mempengaruhi kualitas kerja. Kualitas kerja
perawat akan rendah dan bisa menyebabkan terjadinya kesalahan-kesalahan
ketika perawat bekerja.
Berdasarkan hasil uji one sample t-test, didapatkan hasil mean empirik
dari gaya kepemimpinan transformasional lebih besar dari mean teoritiknya
(111,28 > 94,5). Tingginya mean empirik pada gaya kepemimpinan
transformasional menandakan bahwa subjek merasa nyaman dengan gaya
kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpin mereka atau kepemimpinan
transformasional memberikan pengaruh yang positif kepada para subjek
penelitian. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Spector (2007) bahwa
pemimpin transformasional memimpin dengan menginspirasi orang lain. Selain
meningkatkan motivasi dan semangat dari pengikutnya. Seperti yang
diungkapkan oleh beberapa perawat bahwa terkadang kata-kata motivasi dari
kepala ruangan dapat menjadi semangat buat mereka ketika bekerja (NN, RT,
dan SP, komunikasi pribadi, 23 Agustus 2014).
Hasil uji coba one sample t-test pada variabel kecenderungan perilaku
kerja kontraproduktif, didapati hasil bahwa mean empirik lebih kecil dari mean
teoritisnya (45,28 < 84). Hal ini menandakan bahwa kecenderungan perilaku
kerja kontraproduktif di lingkungan subjek cenderung rendah. Rendahnya
kecenderungan perilaku kerja kontraproduktif di kalangan subjek bisa
disebabkan karena adanya kecenderungan faking good dari subjek. Hal ini
terlihat dari 24 aitem kecenderungan perilaku kerja kontraproduktif, 23
90 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji korelasi
Spearman, didapati r = 0,125 dan p = 0,193 dengan taraf signifikansi 5%. Nilai r
= 0,125 menunjukkan bahwa ada hubungan antara gaya kepemimpinan
transformasional dan kecenderungan perilaku kerja kontraproduktif perawat di
Rumah Sakit Abepura yang berada pada kategori sangat rendah. Nilai p = 0,193
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara gaya
kepemimpinan transformasional dan kecenderungan perilaku kerja
kontraproduktif. Dari penelitian ini juga dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang positif antara gaya kepemimpinan transformasional dan
kecenderungan perilaku kerja kontraproduktif. Hal ini berarti semakin tinggi
gaya kepemimpinan transformasional maka semakin tinggi pula kecenderungan
perilaku kerja kontraproduktif. Selain itu, hasil dari penelitian ini hanya bisa