BAB I PENDAHULUAN
C. Perawat
1. Definisi Perawat
Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
HK.02.02/MENKES/148/1/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik
perawat, definisi perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan
perawat baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Revalicha, 2013). Menurut College of Nurses of Ontario (2011), perawat adalah sebuah profesi yang difokuskan pada hubungan kolaboratif atau kerjasama untuk mempromosikan hasil yang terbaik bagi klien. Hubungannya dapat terjadi baik secara interprofessional
dengan melibatkan berbagai professional kesehatan yang bekerjasama untuk memberikan perawatan yang berkualitas maupun secara intraprofessional
dengan melibatkan beberapa anggota dengan profesi yang sama untuk memberikan perawatan yang berkualitas.
Ellis dan Harley (dalam Pratopo, 2001, dalam Almasitoh, 2011)
mendefinisikan perawat sebagai orang yang merawat, memelihara, dan
menjaga orang yang sakit. Sementara Gunarsa (dalam Almasitoh, 2011)
mengartikan perawat sebagai individu yang telah dipersiapkan melalui
pendidikan untuk turut serta merawat dan menyembuhkan orang yang sakit
yang dilaksanakan sendiri atau di bawah pengawasan supervise dokter atau
penyelia.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perawat ialah seseorang
yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan dan bertugas untuk
merawat serta memelihara orang yang sakit di rumah sakit.
2. Tugas, Fungsi, dan Peran Perawat
Menurut Yulmawati, Manjas, dan Bachtiar (2011) tugas utama yang
dimiliki oleh perawat adalah memberikan pelayanan keperawatan kepada
pasien, baik untuk kesembuhan ataupun pemulihan status fisik dan mental
pasien. Perawat juga bertugas memberikan pelayanan lain bagi kenyamanan
perawat juga mempunyai tugas-tugas administratif seperti
mendokumentasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelayanan
keperawatan.
Organization of Nursing (dalam manajemen keperawatan, 2003)
menjabarkan peran, tugas, serta fungsi dari perawat. Dalam manajemen
keperawatan seorang perawat mempunyai peran sebagai berikut:
a. Pelaksana Pelayanan Keperawatan
Perawat mempunyau tanggung jawab untuk memberikan pelayanan
dari yang bersifat sederhana hingga kompleks.
b. Pengelola dalam bidang pelayanan keperawatan
Tenaga keperawatan secara fungsional mengelola pelayanan
keperawatan termasuk perlengkapan, peralatan, dan lingkungan.
Selain itu, perawat juga membimbing tenaga kesehatan yang
berpendidikan lebih rendah dan bertanggung jawab dalam hal
administrasi.
c. Pendidik pelayanan keperawatan
Tenaga Keperawatan bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan
pengajaran ilmu keperawatan dasar bagi tenaga kesehatan lainnya dan
Menurut Organization of Nursing (dalam manajemen keperawatan, 2003)
tenaga keperawatan juga diharapkan dapat melaksanakan fungsi (khususnya
pada pasien yang dirawat) sebagai berikut :
a. Menentukan kebutuhan kesehatan pasien dan mendorong pasien
untuk berperan serta di dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya.
b. Memberikan penyuluhan kesehatan mengenai kebersihan perorangan,
kesehatan lingkungan, kesehatan mental, gizi, kesehatan ibu dan
anak, pencegahan penyakit dan kecelakaan.
c. Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien yang meliputi
perawatan darurat, serta bekerjasama dengan dokter dalam program
pengobatan.
d. Melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang tidak dapat
ditanggulangi dan menerima rujukan dari organisasi kesehatan
lainnya.
e. Melaksanakan pencatatan asuhan keperawatan.
Menurut Organization of Nursing (dalam manajemen keperawatan, 2003)
seorang perawat bertugas untuk memelihara kebersihan dan kerapihan di
dalam ruangan; menerima pasien baru; melaksanakan asuhan keperawatan
keluar; membimbing dan mengawasi pekarya kesehatan dan pekarya rumah
tangga; mengatur tugas jaga; mengelola peralatan medis dan keperawatan,
bahan habis pakai dan obat; mengelola administrasi.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa perawat
mempunyai tugas untuk memberikan pelayanan perawatan, kenyamanan, dan
keamanan kepada pasien dan peran sebagai pelaksana, pengelola, dan
pendidik dibidang pelayanan kesehatan. Selain itu, perawat juga
melaksanakan fungsinya untuk merawat dan memenuhi kebutuhan pasien
selama masa perawatan.
3. Tuntutan Bagi Seorang Perawat
Menurut Revalicha (2013) seorang perawat dituntut untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Oleh sebab itu, seorang
perawat dituntut untuk lebih professional. Selain itu seorang perawat juga
dituntut untuk memiliki kemauan dan kemampuan untuk mengembangkan
keterampilan dan pengetahuannya dalam usaha untuk memberikan pelayanan
yang berkualitas kepada pasien.
Perawat juga dituntut untuk mampu memberikan pelayanan yang ramah,
dalam diri perawat sangat diperlukan misalnya melakukan tugas lainnya
apabila dibutuhkan oleh rumah sakit (Koesmono, 2007).
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa perawat
dituntut untuk dapat meningkatkan dan memberikan pelayanan kesehatan
yang berkualitas kepada masyarakat
4. Penelitian Tentang Perawat
The Institute of Medicine (IOM) (dalam Olds dan Clarke, dalam Bae,
2012) merekomendasikan kepada perawat untuk tidak bekerja lebih dari 12
jam perhari dan tidak lebih dari 60 jam perminggu. Olds dan Clarke
menemukan bahwa perawat yang bekerja lebih dari 40 jam perminggu
berhubungan dengan kesalahan-kesalahan medis. Menurut Trinkoff (dalam
Bae, 2012 ) jam kerja yang panjang pada perawat juga berhubungan dengan
kematian pasien
Penelitian yang dilakukan oleh Trinkoff (dalam Berry & Curry, 2012)
menemukan bahwa jadwal kerja perawat berpengaruh pada hasil pasien.
Peluang kematian pasien pneumonia di rumah sakit naik menjadi 31% ketika
perawat melaporkan jadwal kerja dengan jam kerja yang panjang dan 24%
pasien dengan penyakit jantung akut, peluang kematian naik hingga 33%
ketika perawat bekerja dengan jam kerja yang panjang dan peluang kematian
pada pasien dengan penyakit gagal jantung naik hingga 39% ketika perawat
bekerja dalam keadaan sakit
Penelitian yang dilakukan oleh Schwartz, Spencer, Wilson, dan Wood
(2011) mendapati bahwa kepuasan kerja diantara perawat memiliki
hubungan yang kuat dengan gaya kepemimpinan transformasional. Selain itu
penelitian yang dilakukan oleh Bass dan Avolio (dalam Scwartz et all, 2011)
memperlihatkan bahwa komitmen pada organisasi di antara perawat
meningkat ketika pemimpin mereka menggunakan gaya kepemimpinan
transformasional. Casida dan Pinto-Zipp (dalam Scwartz et all, 2011)
menemukan bahwa gaya kepemimpinan transformasional berhubungan
positif dengan budaya organisasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Poghosyan, Clarke, dan Finlayson (dalam
Berry & Curry, 2012) pada 55.000 perawat di enam Negara, menemukan
hubungan yang sangat tinggi antara burnout dengan rendahnya kualitas
lainnya yaitu, turnover. Turnover yang terjadi diantara perawat berhubungan
signifikan dengan sistem kesehatan dan kepuasan kerja perawat.
Perawat juga sering merasa kelelahan. Berdasarkan survei yang
dilakukan oleh Canadian Nurses Association (CNA) dan Registered Nurses
Association of Ontario (RNAO) menemukan bahwa kelelahan yang
dirasakan oleh perawat mempunyai pengaruh negatif dalam keterlibatan
perawat, pengambilan keputusan, kreativitas dan kemampuan pemecahan
masalah, dan semua aspek-aspek keamanan pasien. Selain itu, setiap minggu
ditemukan perawat yang tidak masuk kerja dengan alasan sakit. Absensi
yang terjadi diantara perawat berkaitan dengan kepuasan kerja, komitmen
organisasi, dan lingkungan kerja (Davey, Cummings, Newburn-Cook & Lo,
2009, dalam Berry & Curry, 2012).
D. Dinamika Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Perilaku Kontraproduktif pada Perawat
Perawat adalah salah satu tenaga medis yang bekerja di rumah sakit.
Perawat bertugas untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
masyarakat, perawat dituntut untuk dapat bersikap professional, ramah, sopan,
loyal, serta dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya
(Revalicha, 2013).
Di antara semua tenaga medis, perawat merupakan pekerja yang
rentan terkena stres. Hal ini disebabkan karena perawat mempunyai tuntutan
yang sangat banyak (Revalicha, 2013). Selain itu adanya konflik dengan
dokter, diskriminasi, beban kerja yang tinggi, menghadapi pasien, kematian pasien dan keluarga pasien juga dapat menyebabkan perawat mengalami stres (Perancis, Lenton, Walters, & Eyles, dalam Mark & Smith, 2011, dalam Revalicha, 2013).
Dalam dunia kesehatan, gaya kepemimpinan sangat penting karena
lingkungan kesehatan secara terus menerus mengalami perubahan. Menurut
Govier (2009), gaya kepemimpinan transformasional merupakan gaya
kepemimpinan yang cocok untuk diterapkan pada lingkungan kesehatan
karena seorang pemimpin di lingkungan kesehatan harus mampu untuk
mengajar, menginspirasi, meningkatkan performasi, memimpin dan
mengembangkan pelayanan, serta mendukung organisasi (Oliver, 2006). Hal
ini sama dengan ciri utama dari kepemimpinan transformasional yaitu
Gaya kepemimpinan adalah sebuah cara yang dipakai oleh pemimpin
untuk mencapai tujuan organisasi. Ada beberapa macam gaya kepemimpinan
yang dipakai, salah satunya adalah gaya kepemimpinan transformasional.
Gaya kepemimpinan transformasional sendiri diartikan sebagai sebuah proses
perubahan yang terjadi dalam sebuah organisasi yang dapat meningkatkan
motivasi diantara pengikutnya.
Gaya kepemimpinan transformasional yang diterapkan oleh seorang
pemimpin mempunyai empat kriteria yaitu karisma atau pengaruh ideal
dimana pemimpin menjadi model/teladan bagi bawahannya, inspirasi yang
memotivasi dimana pemimpin mampu untuk memotivasi bawahannya,
rangsangan intelektual dimana pemimpin merangsang kreativitas dari
pegikutnya dan perhatian individu dimana pemimpin lebih memperhatikan
dan menghargai bawahannya (Warrilow, dalam James & Ogbonna, 2013, dan
Riggio, 2008).
Gaya kepemimpinan transformasional mempunyai efek atau dampak
positif bagi pengikutnya. Hal ini disebabkan karena pemimpin
transformasional akan membuat bawahannya merasa yakin, menghormati,
dihargai dan setia kepada pemimpinnya dan mereka akan termotivasi untuk
dengan penelitian yang dilakukan oleh Givens (2008) yang menyatakan
bahwa gaya kepemimpinan transformasional secara signifikan berpengaruh
positif terhadap OCB, budaya organisasi, dan visi organisasi Selain itu,
menurut Schwartz, Spencer, Wilson, dan Wood (2011) kepemimpinan
transformasional juga berhubungan dengan kepuasan kerja, komitmen
organisasi, dan budaya organisasi.
Namun, gaya kepemimpinan transformasional juga dapat memberikan
efek negatif bagi pengikutnya. Karena pada dasarnya gaya kepemimpinan
transformasional merupakan sebuah gaya kepemimpinan yang berusaha untuk
merubah perilaku, budaya dan individu di dalam organisasi (Suresh dan
Renini, 2013).
Perubahan yang terjadi akan membuat perawat merasa cemas dan
tidak senang sehingga pada akhirnya perawat mengalami stres kerja (Salami,
2010). Stres kerja yang dialami perawat dapat mendorong dan
mengarahkannya kepada perilaku kontra produktif (Bowling & Eschleman,
2010; Aftab & Javeed, 2012). Beberapa perilaku kontra produktif yang dapat
terjadi antara lain datang terlambat, absen tanpa alasan yang jelas, mencuri,
Yukl (1999) gaya kepemimpinan transformasional juga dapat memberikan