• Tidak ada hasil yang ditemukan

Anemia sering terjadi dan sering dihubungkan dengan penyakit infeksi kronis pada anak.24,25 Untuk Indonesia, anemia yang terjadi umumnya akibat kekurangan nutrien terutama zat besi. Menurut survei Rumah Tangga pada tahun 2001 ditemukan prevalensi anemia defisiensi besi di Indonesia sebesar 48.1% pada balita. Jadi, sekitar separuh penduduk Indonesia menderita anemia, terutama disebabkan anemia defisiensi besi.8 Anemia berat merupakan penyakit yang paling sering menyebabkan peningkatan curah jantung dan merupakan salah satu penyebab gagal jantung pada jantung yang sebelumnya normal.3,8

Untuk menilai hubungan kadar hemoglobin dan RJT pada anak penderita anemia berat kronis, diperlukan beberapa pemeriksaan yaitu pemeriksaan klinis, laboratorium, dan radiologi. Pada foto toraks, ukuran jantung biasanya dinyatakan dengan RJT yaitu perbandingan antara diameter transversal jantung dan diameter terbesar dinding dada bagian dalam.5,22,23 Suatu Penelitian yang dilakukan pada 95 pasien anak dengan usia rata-rata 5 tahun menunjukkan bahwa pembesaran jantung dengan pemeriksaan foto toraks mempunyai spesifisitas dan negative predictive value yang tinggi, akan tetapi mempunyai sensitivitas dan positive predictive value yang rendah.26 Suatu penelitian menunjukkan bahwa pembesaran jantung tidak mempunyai hubungan yang bermakna

terhadap umur dan jenis kelamin serta lamanya atau faktor penyebab dari anemia tersebut.3

Pada penelitian ini, dilakukan penilaian kadar hemoglobin dan RJT pada anak penderita anemia berat kronis usia 1 tahun sampai 15 tahun. Penelitian kami mendapati rata-rata usia anak penderita anemia berat kronis adalah 115.7 bulan. Insidensi pembesaran jantung hampir sama pada anak perempuan dan laki-laki. Pada anak perempuan terdapat 51.8% mengalami RJT lebih dari 0.50 sedangkan pada anak laki-laki sebanyak 48.1%.

Seorang peneliti telah menemukan kira-kira satu abad yang lalu bahwa terjadi pembesaran jantung pada beberapa pasiennya yang menderita anemia.27 Di negara barat, gangguan kardiovaskular umumnya terlihat pada penderita anemia kronis yang tidak mendapatkan pengobatan yang baik.3 Suatu penelitian yang dilakukan pada 51 pasien yang mengalami anemia selama 4 bulan dengan kadar hemoglobin antara 1.5 g/dL sampai 6.5 g/dL akibat ankilostomiasis ditemukan 80% mengalami pembesaran jantung. Penelitian ini juga menyebutkan bahwa perubahan stroke volume lebih mempengaruhi cardiac output dibandingkan takikardia dan peningkatan kecepatan aliran darah.28 Pada penelitian kami menggunakan 3 bulan atau lebih sebagai cut-off point dari anemia kronis, dengan nilai rerata durasi pada penelitian ini adalah 3.9 bulan. Durasi anemia yang terjadi bervariasi yaitu antara 3 bulan sampai 1 tahun.

23

Studi lainnya memperlihatkan bahwa peningkatan cardiac output terjadi ketika kadar hemoglobin < 7 g/dL.27,29-33 Penelitian kami mendapatkan kadar hemoglobin antara 2.1 g/dL sampai 6.9 g/dL. Nilai rerata kadar hemoglobin adalah 4.7 g/dL (SD 1.48). Sebanyak 23 orang (77%) mengalami pembesaran jantung (kardiomegali) dengan RJT yang bervariasi yaitu 0.52 sampai 0.69 sedangkan tujuh anak lainnya tidak ditemukan pembesaran jantung. Nilai rerata RJT yang terjadi pada penelitian ini adalah 0.54. Umumnya anemia yang terjadi disebabkan oleh malnutrisi dan defisiensi besi. Pada penelitian ini juga ditemukan takikardia yang terjadi pada 23 sampel penelitian dengan frekuensi jantung rerata yaitu 122.5 kali dalam satu menit. Tujuh orang sampel penelitian lainnya didapati dengan frekuensi jantung yang normal. Tekanan darah sistolik pada penelitian ini bervariasi dari 80 mmHg sampai 140 mmHg dan tekanan diastolik antara 50 mmHg sampai 90 mmHg dengan rerata tekanan darah sistolik adalah 106.2 mmHg (SD 13.88) sedangkan rerata tekanan darah diastolik 66.9 mmHg (SD 10.50).

Suatu penelitian memperlihatkan telah terjadinya peningkatan ukuran jantung dengan menggunakan alat x-ray dan ukuran jantung kembali normal setelah dilakukan perbaikan terhadap anemia.34 Peneliti lain menemukan bahwa pada 12 pasien terjadi pembesaran jantung selama anemia dan ukuran jantung kembali normal setelah mendapatkan pengobatan yang adekuat terhadap anemia. Perbaikan ukuran jantung

terjadi setelah dua sampai tiga minggu setelah dilakukan pengobatan terhadap anemia.34,35

Penelitian yang dilakukan pada 36 anak anemia sickle sel usia 2 tahun sampai 17 tahun dengan kadar hemoglobin yang bervariasi antara 3.6 g/dL sampai 10.8 g/dL, 32 anak menunjukkan terjadinya pembesaran jantung.36,37 Suatu penelitian yang dilakukan pada anemia defisiensi besi dengan hemoglobin di bawah 6 gr/dL menunjukkan terjadi peningkatan kardiak indeks secara signifikan pada pasien dengan anemia berat.6,38-40

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kadar hemoglobin dengan rasio jantung toraks dengan P = 0.001 (P < 0.05) dan korelasi Pearson diperoleh nilai r = - 0.612. Artinya, semakin rendah nilai hemoglobin maka semakin tinggi RJT, dengan kata lain semakin besar nilai kadar hemoglobin maka semakin kecil pula RJT. Namun pada penelitian ini tidak dilakukan pemantauan perbaikan ukuran jantung setelah dilakukan pengobatan terhadap anemia, oleh karena keterbatasan waktu.

Pada hasil penelitian kami ini ditemukan rumus dari persamaan garis yaitu Y = 0.66 – 0.03 (hemoglobin), dimana pada persamaan ini nilai Y mewakili RJT. Berdasarkan persamaan garis tersebut nilai RJT dapat dihitung sesuai dengan kadar hemoglobin yang diketahui.

Anak dengan penyakit jantung bawaan ataupun penyakit jantung didapat tidak diikutsertakan dalam penelitian ini oleh karena dikhawatirkan akan mempengaruhi RJT pada hasil pemeriksaan foto toraks. Untuk

25

menilai seluruh faktor risiko yang dapat mempengaruhi kadar hemoglobin dengan RJT sebenarnya diperlukan analisis univariat dan multivariat.

Pada penelitian ini hanya dilakukan uji regresi linier sederhana dan korelasi Pearson dengan studi cross sectional. Beberapa faktor risiko lainnya telah dilakukan restriksi yaitu berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang bertujuan untuk menghindari bias penelitian.

Beberapa keterbatasan penelitian ini adalah tidak dilakukannya analisis multivariat terhadap faktor risiko lainnya yang dapat mempengaruhi RJT. Keterbatasan lainnya yakni jumlah sampel yang sedikit. Dalam hal ini juga diperlukan penelitian yang bersifat prospektif untuk menilai pengaruh perubahan hemoglobin terhadap RJT. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut yang mencakup semua aspek serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hubungan antara perubahan kadar hemoglobin terhadap RJT pada anak penderita anemia berat kronis. Beberapa faktor tersebut antara lain beratnya anemia, durasi anemia, penyebab anemia serta status gizi. Suatu penelitian menunjukkan bahwa pembesaran jantung disertai dengan gagal jantung hanya terlihat pada pasien dengan hemoglobin < 5 gr/dl.3 Durasi terjadinya anemia sulit untuk diketahui secara tepat. Untuk itu diperlukannya penelitian lebih lanjut, apakah durasi terjadinya anemia merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terhadap perubahan kadar hemoglobin dan nilai RJT, demikian juga penyebab anemia serta status gizi.

Dokumen terkait