HUBUNGAN ANTARA KADAR HEMOGLOBIN DAN NILAI
RASIO JANTUNG TORAKS PADA PENDERITA
ANEMIA BERAT KRONIS
TESIS
FERA WAHYUNI 077103002/IKA
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK – SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HUBUNGAN ANTARA KADAR HEMOGLOBIN DAN NILAI RASIO JANTUNG TORAKS PADA PENDERITA ANEMIA BERAT KRONIS
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Kedokteran Klinik(Anak) dalam Program Magister Kedokteran Klinik
Konsentrasi Kesehatan Anak
Pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
FERA WAHYUNI 077103002/IKA
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK – SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : Hubungan Antara Kadar Hemoglobin dan Nilai Rasio Jantung Toraks Pada Penderita Anemia Berat Kronis
Nama Mahasiswa : Fera Wahyuni
NIM : 077103002/IKA
Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Kesehatan Anak
Menyetujui, Komisi Pembimbing
dr. Muhammad Ali, Sp.A(K) Ketua
Prof. dr. Hj. Bidasari Lubis, Sp.A(K) Anggota
Ketua Program Magister Ketua TK-PPDS
Prof. dr. H. Munar Lubis Sp.A(K) dr. Zainuddin Amir, Sp.P(K)
Telah diuji pada
Tanggal: 29 Juli 2010
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Muhammad Ali, SpA(K) ...
Anggota : 1. Prof. Dr. Hj. Bidasari Lubis, SpA(K) ...
2. Prof. Dr.H. Harris Hasan, SpPD, SpJP(K) ...
3. Dr. Tiangsa Sembiring, SpA(K) ...
UCAPAN TERIMA KASIH
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya serta telah memberikan kesempatan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas
akhir pendidikan Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Kesehatan Anak
di FK-USU / RSUP H. Adam Malik Medan.
Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari
kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan
segala kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang berharga
dari semua pihak di masa yang akan datang.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan
penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Pembimbing utama Dr. Muhammad Ali, SpA(K) dan Prof. Dr. Hj.
Bidasari Lubis, SpA(K), yang telah memberikan bimbingan, bantuan
serta saran-saran yang sangat berharga dalam pelaksanaan
penelitian dan penyelesaian tesis ini.
2. Dr. Tina L. Tobing, SpA yang telah sangat banyak membimbing serta
membantu saya dalam menyelesaikan penelitian serta tesis ini.
3. Prof. Dr. H. Munar Lubis, SpA(K), selaku Ketua Program Pendidikan
4. Prof. Dr. H. Guslihan Dasa Tjipta, SpA(K), selaku Kepala BIKA
Fakultas Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik Medan periode 2003
sampai 2006 dan Dr. H. Ridwan M Daulay, SpA(K), selaku Ketua
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran USU/RSUP
H. Adam Malik Medan periode 2006 sampai 2009, yang telah
memberikan bantuan dalam penelitian dan penyelesaian tesis ini.
5. Seluruh staf pengajar di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK USU /
RSUP H. Adam Malik Medan, yang telah memberikan sumbangan
pikiran dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini
6. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. DR. Dr. H. Syahril Pasaribu,
DTM&H, MSc (CTM), SpA(K) dan Prof. Dr. H. Chairuddin P Lubis,
DTM&H, SpA(K) sebagai rektor Universitas Sumatera Utara periode
2000 sampai 2010 selanjutnya kepada Dekan FK-USU yang telah
memberikan kesempatan untuk mengikuti program pendidikan Dokter
Spesialis Anak di FK- USU.
7. Dr. Netty D. Lubis, SpRad yang telah banyak membimbing serta
membantu saya dalam menyelesaikan penelitian serta tesis ini.
8. Teman-teman seangkatan yang tidak mungkin bisa saya lupakan,
Syarifah Julinawati, Fitri Yanti, Mahrani Lubis, Athaillah, Tri Faranita,
Anta yang selama empat tahun bersama-sama dalam suka dan duka,
terima kasih atas dukungan dan bantuannya selama ini.
9. Teman sejawat PPDS DIKA terutama Erlina M. Napitupulu, Astri N.
Zulkifli, Anna Triana, Olga Rasiyanti, Karina Sugih Arto, Fereza
Amalia, Naomi Riahta, Marlisye Marpaung, dan semua pihak yang
telah memberikan bantuan dalam terlaksananya penelitian serta
penulisan tesis ini.
Kepada yang tercinta orangtua, Basri Taher dan Rohani Lubis serta
kakak-kakak Faisal Riza, ST, Budi Mulia, ST, SE dan adik Ahmad Syarief
yang selalu mendoakan, memberikan dorongan, bantuan moril dan materil
selama penulis mengikuti pendidikan ini. Terima kasih atas doa,
pengertian, dan dukungan selama penulis menyelesaikan pendidikan ini.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kasih sayang dan
karuniaNya kepada kita semua dan segala budi baik yang telah
diberikan mendapat balasan yang setimpal dari Allah Yang Maha
Kuasa.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini
bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Medan, Mei 2010
DAFTAR ISI
2.2. Perubahan Kardiovaskular akibat Anemia 5
2.3. Hubungan Anemia dan RJT 8
2.4. Pengukuran RJT 8
2.5. Kerangka Konseptual 10
BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian 11
3.2. Tempat dan Waktu 11
3.3. Populasi dan Sampel 11
3.4. Besar Sampel 12
3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 13 3.6. Persetujuan 13
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 26
6.2. Saran 26
RINGKASAN 27
LAMPIRAN
1. Jadwal Penelitian
2. Lembar Penjelasan
3. Lembar Pernyataan Kesediaan
Tabel 2.1. Konsentrasi hemoglobin pada anak menurut WHO 4
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Grafik Frank-Starling 7
Gambar 2.2. Pengukuran RJT pada foto toraks 9
Gambar 2.3. Kerangka konseptual 10
Gambar 3.1. Alur kerja 17
Gambar 4.2. Hubungan kadar hemoglobin 19
WHO : World Health Organization RJT : Rasio Jantung Toraks
SPSS : Statistic Package for the Social Sciences PA : Postero Anterior
bb : berat badan cm : centi meter
IK : Interval Kepercayaan
kg : kilogram
mg : miligram
mmHg : milimeter air raksa
USU : Universitas Sumatera Utara n : Jumlah subyek/ sampel zα : tingkat kemaknaan untuk α zβ : kekuatan penelitian/ power
P : tingkat kemaknaan
r : perkiraan koefisien korelasi > : lebih besar dari
< : lebih kecil dari
ABSTRAK
Latar belakang Pada anemia berat kronis terjadi peningkatan cardiac output yaitu ketika kadar hemoglobin di bawah atau sama dengan 7 g/dL selama lebih dari tiga bulan berturut-turut. Anemia berat kronis dihubungkan dengan peningkatan kejadian pembesaran jantung dan gagal jantung.
Tujuan Untuk mengetahui hubungan antara kadar hemoglobin dengan rasio jantung toraks pada anak anemia berat kronis.
Metode Suatu penelitian cross sectional dilaksanakan di RS. Haji Adam Malik Medan, Indonesia pada bulan Oktober 2009 sampai dengan Desember 2009. Sampel diambil secara consecutive samples yaitu anak usia 1 tahun sampai 15 tahun yang menderita anemia berat kronis. Data hematologi diambil pada awal penelitian. Jantung dinyatakan membesar bila pada pemeriksaan foto toraks didapati rasio jantung toraks lebih dari 50 persen (0.50). Penelitian ini menggunakan analisa univariat dan regresi linier.
Hasil Tiga puluh sampel diikutkan pada penelitian ini. Rerata usia anak yaitu 115.7 bulan (SD 56.95). Kadar hemoglobin antara 2.1 sampai 6.9 g/dL. Rerata kadar hemoglobin adalah 4.7 g/dL (SD 1.48). Pembesaran jantung ditemukan pada 27 pasien (90%). Rasio jantung toraks bervariasi antara 0.52 sampai 0.69. Hubungan kadar hemoglobin dan rasio jantung toraks menunjukkan hasil yang bermakna dengan nilai P = 0.001 (P < 0.05). dan koefisien korelasi Pearson adalah r = - 0.612. Berdasarkan persamaan garis Y= 0.66 – 0.03 (hemoglobin), dengan nilai Y adalah mewakili RJT, dengan rumus tersebut dapat memperkirakan nilai RJT sesuai dengan kadar hemoglobin yang diketahui.
Kesimpulan Data penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kadar hemoglobin dan RJT pada anak penderita anemia berat kronis. Semakin rendah kadar hemoglobin, maka semakin besar pula nilai rasio jantung toraks. Hal ini memungkinkan bahwa kadar hemoglobin rendah sebagai tanda bahwa telah terjadi perubahan rasio jantung toraks.
Kata kunci: anemia berat kronis, pembesaran jantung, rasio jantung toraks
ABSTRACT
Background Chronic severe anemia usually increases cardiac output when the hemoglobin level is below or equal to 7 g/dL for more than three months. Chronic severe anemia is associated with a high incidence of cardiac enlargement and congestive heart failure.
Objective To determine the relationship between hemoglobin level and cardiothoracic ratio in children with chronic severe anemia.
Methods A cross-sectional study was conducted in Haji Adam Malik Hospital Medan, Indonesia in October 2009 to December 2009. Consecutive samples were 1 year to 15 years old chronic severe anemia children. Hematological data was collected at the beginning of the study. The heart is considered enlarged if the cardiothoracic ratio is more than 50 per cent (0.50) in chest roentgenogram. Univariate analysis and linear regression were performed.
Results Thirty samples were enrolled to study. The mean of age was 115.7 months (SD 56.95). The hemoglobin level values ranged from 2.1 to 6.9 g/dL. The mean of hemoglobin was 4.7 g/dL (SD 1.48). Enlargement of the heart was found in 27 patients (90%). The cardiothoracic ratio in these patients varied from 0.52 to 0.69. There was a significant association between hemoglobin and CTR with quite strong correlation (P < 0.05 and r = - 0.612). Based on the line equation, Y represent of CTR = 0.66 – 0.03(hemoglobin), with this equation we can predict cardiothoracic ratio if hemoglobin level is noted.
Conclusion We concluded there was a strong enough relation between hemoglobin level and cardiothoracic ratio in children with chronic severe anemia.
Lower hemoglobin level is associated with greater alteration in cardiothoracic ratio. It is also possible that low hemoglobin level is a marker of the alteration of cardiothoracic ratio.
Key words : chronic severe anemia, cardiac enlargement, cardiothoracic ratio
ABSTRAK
Latar belakang Pada anemia berat kronis terjadi peningkatan cardiac output yaitu ketika kadar hemoglobin di bawah atau sama dengan 7 g/dL selama lebih dari tiga bulan berturut-turut. Anemia berat kronis dihubungkan dengan peningkatan kejadian pembesaran jantung dan gagal jantung.
Tujuan Untuk mengetahui hubungan antara kadar hemoglobin dengan rasio jantung toraks pada anak anemia berat kronis.
Metode Suatu penelitian cross sectional dilaksanakan di RS. Haji Adam Malik Medan, Indonesia pada bulan Oktober 2009 sampai dengan Desember 2009. Sampel diambil secara consecutive samples yaitu anak usia 1 tahun sampai 15 tahun yang menderita anemia berat kronis. Data hematologi diambil pada awal penelitian. Jantung dinyatakan membesar bila pada pemeriksaan foto toraks didapati rasio jantung toraks lebih dari 50 persen (0.50). Penelitian ini menggunakan analisa univariat dan regresi linier.
Hasil Tiga puluh sampel diikutkan pada penelitian ini. Rerata usia anak yaitu 115.7 bulan (SD 56.95). Kadar hemoglobin antara 2.1 sampai 6.9 g/dL. Rerata kadar hemoglobin adalah 4.7 g/dL (SD 1.48). Pembesaran jantung ditemukan pada 27 pasien (90%). Rasio jantung toraks bervariasi antara 0.52 sampai 0.69. Hubungan kadar hemoglobin dan rasio jantung toraks menunjukkan hasil yang bermakna dengan nilai P = 0.001 (P < 0.05). dan koefisien korelasi Pearson adalah r = - 0.612. Berdasarkan persamaan garis Y= 0.66 – 0.03 (hemoglobin), dengan nilai Y adalah mewakili RJT, dengan rumus tersebut dapat memperkirakan nilai RJT sesuai dengan kadar hemoglobin yang diketahui.
Kesimpulan Data penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kadar hemoglobin dan RJT pada anak penderita anemia berat kronis. Semakin rendah kadar hemoglobin, maka semakin besar pula nilai rasio jantung toraks. Hal ini memungkinkan bahwa kadar hemoglobin rendah sebagai tanda bahwa telah terjadi perubahan rasio jantung toraks.
Kata kunci: anemia berat kronis, pembesaran jantung, rasio jantung toraks
ABSTRACT
Background Chronic severe anemia usually increases cardiac output when the hemoglobin level is below or equal to 7 g/dL for more than three months. Chronic severe anemia is associated with a high incidence of cardiac enlargement and congestive heart failure.
Objective To determine the relationship between hemoglobin level and cardiothoracic ratio in children with chronic severe anemia.
Methods A cross-sectional study was conducted in Haji Adam Malik Hospital Medan, Indonesia in October 2009 to December 2009. Consecutive samples were 1 year to 15 years old chronic severe anemia children. Hematological data was collected at the beginning of the study. The heart is considered enlarged if the cardiothoracic ratio is more than 50 per cent (0.50) in chest roentgenogram. Univariate analysis and linear regression were performed.
Results Thirty samples were enrolled to study. The mean of age was 115.7 months (SD 56.95). The hemoglobin level values ranged from 2.1 to 6.9 g/dL. The mean of hemoglobin was 4.7 g/dL (SD 1.48). Enlargement of the heart was found in 27 patients (90%). The cardiothoracic ratio in these patients varied from 0.52 to 0.69. There was a significant association between hemoglobin and CTR with quite strong correlation (P < 0.05 and r = - 0.612). Based on the line equation, Y represent of CTR = 0.66 – 0.03(hemoglobin), with this equation we can predict cardiothoracic ratio if hemoglobin level is noted.
Conclusion We concluded there was a strong enough relation between hemoglobin level and cardiothoracic ratio in children with chronic severe anemia.
Lower hemoglobin level is associated with greater alteration in cardiothoracic ratio. It is also possible that low hemoglobin level is a marker of the alteration of cardiothoracic ratio.
Key words : chronic severe anemia, cardiac enlargement, cardiothoracic ratio
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Anemia merupakan masalah kesehatan dalam masyarakat di dunia baik
negara miskin maupun negara berkembang.Prevalensi anemia pada anak
prasekolah di Indonesia, menurut World Health Organisation (WH0) pada
tahun 1993 sampai 2005 didapati sekitar 44.4%.1
Anemia dapat mempengaruhi fungsi miokardium, hal ini
berhubungan dengan beratnya anemia.2 Saat ini anemia berat
berhubungan dengan tingginya insidens pembesaran jantung dan
komplikasi terhadap gagal jantung.3
Kardiomegali adalah suatu keadaan dimana terjadi pembesaran
pada jantung.4 Beberapa penyebab kardiomegali pada anak antara lain
penyakit miokardium, penyakit arteri koroner, defek jantung kongenital
dengan gagal jantung ataupun beberapa keadaan lain seperti tumor
jantung, anemia berat, kelainan endokrin, malnutrisi, distrofi muskular dan
gagal jantung akibat penyakit paru.5
Suatu penelitian yang dilakukan pada anak sehat dengan
hemoglobin di bawah 6 gr/dL akibat defisiensi besi menunjukkan
terjadinya peningkatan preload dan penurunan afterload dari ventrikel kiri
jantung dibandingkan dengan kelompok kontrol, serta terjadi peningkatan
kardiak indeks secara signifikan pada pasien dengan anemia berat.6 Pada
jantung yang memanjang dan dilatasi ventrikel kiri yang mengakibatkan
pembesaran isi sekuncup sesuai dengan mekanisme Starling.7
Pembesaran jantung pada penderita anemia berat kronis pernah
dilaporkan. Suatu penelitian melaporkan hasil foto toraks yang
menunjukkan pembesaran jantung kemudian menghilang setelah
dilakukan perbaikan terhadapan anemia.3
Meskipun foto toraks sering digunakan untuk menilai pembesaran
jantung, tetapi penelitian yang menunjukkan adanya hubungan kadar
hemoglobin dengan nilai rasio jantung toraks pada anak penderita anemia
berat kronis masih sedikit dilaporkan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
pertanyaan: apakah ada hubungan kadar hemoglobin dengan nilai rasio
jantung toraks pada anak penderita anemia berat kronis?
1.3. Hipotesis
Terdapat hubungan kadar hemoglobin dengan nilai rasio jantung toraks
pada anak penderita anemia berat kronis.
1.4. Tujuan Penelitian
Untuk menilai apakah ada hubungan kadar hemoglobin dengan nilai rasio
3
1.5. Manfaat Penelitian
1. Di bidang akademik/ ilmiah: meningkatkan pengetahuan peneliti di
bidang kardiologi dan hematologi, khususnya dalam hal efek anemia
berat kronis terhadap nilai rasio jantung toraks.
2. Di bidang pelayanan masyarakat: dengan mengetahui kadar
hemoglobin dapat menduga nilai rasio jantung toraks.
3. Di bidang pengembangan penelitian: memberikan masukan terhadap
bidang kardiologi dan hematologi dalam hal perubahan nilai rasio
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anemia
Anemia adalah berkurangnya volume sel darah merah atau menurunnya
konsentrasi hemoglobin di bawah nilai normal sesuai usia dan jenis
kelamin.8,9 Sedangkan literatur lainnya mendefinisikan anemia yaitu bila
konsentrasi hemoglobin di bawah persentil tiga sesuai usia dan jenis
kelamin berdasarkan populasi normal.10,11 Klasifikasi anemia pada anak
menurut World Health Organisation (WHO) adalah berdasarkan usia
terlihat pada Tabel 2.1.1,8
Tabel 2.1. Konsentrasi hemoglobin pada anak menurut WHO1,8
Usia Hemoglobin (g/dL)
6 bulan - < 5 tahun < 11
≥ 5 tahun - 14 tahun < 12
Suatu penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa anemia yang
sering ditemukan sama dengan yang ditemukan di negara berkembang
lainnya yakni anemia oleh karena kekurangan gizi.8
Suatu anemia berat yang kronis dikatakan bila konsentrasi
hemoglobin ≤ 7 g/dL selama lebih dari tiga bulan berturut-turut.6 Beberapa
penyebab anemia kronis antara lain anemia defisiensi besi, sickle cell
5
Demikian pula pada keadaan infeksi kronis seperti tuberkulosis (TBC)
atau infeksi parasit yang lama (malaria, cacing dan lainnya).8
Berbeda dengan anemia yang terjadi secara akut, pada anemia
yang kronis penderita jarang mengalami perburukan yang tiba-tiba dari
anemia seperti krisis aplastik ataupun perdarahan.2,6
2.2. Perubahan Kardiovaskular akibat Anemia
Pada keadaan anemia dengan kadar hemoglobin < 7g/dL mengakibatkan
kapasitas pengangkutan oksigen oleh sel darah merah menurun.8,9 Suatu
proses pengantaran oksigen ke organ ataupun jaringan dipengaruhi oleh
tiga faktor di antaranya faktor hemodinamik yaitu cardiac output dan
distribusinya, kemampuan pengangkutan oksigen di darah yaitu
konsentrasi hemoglobin, dan oxygen extraction yaitu perbedaan saturasi
oksigen antara darah arteri dan vena.12-15
Pada keadaan anemia terjadi perubahan nonhemodinamik dan
hemodinamik sebagai kompensasi dari penurunan konsentrasi
hemoglobin. Mekanisme nonhemodinamik diantaranya yaitu peningkatan
produksi eritropoetin untuk merangsang eritropoesis dan meningkatkan
oxygen extraction. Ketika konsentrasi hemoglobin di bawah 10 g/dL, faktor
nonhemodinamik berperan dan terjadi peningkatan cardiac output serta
aliran darah sebagai kompensasi terhadap hipoksia jaringan.12-14
Kompensasi mekanisme hemodinamik bersifat kompleks, antara
sistemik, peningkatan preload akibat peningkatan venous return dan
peningkatan fungsi ventrikel kiri yang berhubungan dengan peningkatan
aktivitas simpatetik dan faktor inotropik. Pada anemia kronik, terjadi
peningkatan kerja jantung menyebabkan pembesaran jantung dan
hipertrofi ventrikel kiri.12-15
Data longitudinal menunjukkan bahwa anemia merupakan
predisposisi terjadinya dilatasi ventrikel kiri dengan kompensasi hipertrofi
yang dapat mengakibatkan terjadinya disfungsi sistolik.16,17
Manifestasi kardiovaskular pada pasien dengan anemia kronis yang
berat tidak terlihat jelas kecuali pada pasien mengalami gagal jantung
kongestif. Pasien biasanya mengalami pucat, bisa terlihat kuning, denyut
jantung saat istirahat cepat, prekordial aktif dan dapat terjadi murmur
sistolik. 2
Pada keadaan anemia, venous return jantung akan meningkat.16
Pada jantung dapat terjadi hipertrofi ventrikel kiri,7 dengan miofibril
jantung yang memanjang 7,16 dan ventrikel kiri dilatasi,7 akibatnya akan
memperbesar stroke volume sesuai dengan mekanisme Starling (Gambar
7
Gambar 2.1. Grafik Frank – Starling17
Secara fisiologis akibat dari hal ini terjadi dilatasi ventrikel
khususnya terjadi peningkatan tekanan dinding jantung yang
mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen dan percepatan kerusakan
miosit. Pada tahap terjadi dilatasi yang progresif dinding ventrikel kiri
menebal yang disebut dengan eccentric hipertrofi yang bermanfaat
sebagai mekanisme adaptasi untuk melindungi jantung dari peningkatan
tahanan dinding jantung.16,18-20
Pada tingkat jaringan, anemia menyebabkan hipoksia, vasodilatasi
dan peningkatan venous return. Dalam suatu penelitian, setiap penurunan
konsentrasi hemoglobin 1 g/dL berhubungan dengan dilatasi ventrikel kiri
yang dipantau dengan ekokardiografi, perkembangan menjadi gagal
jantung, kejadian gagal jantung berulang dan kematian. Penelitian ini
menyebabkan pembesaran ventrikel kiri maladaptif, dekompensasi
jantung, gagal jantung serta kematian.16,18,19
2.3. Hubungan antara Anemia dan RJT
Pada tahun 1927, penelitian pada seorang pasien hookworm yang anemis
dengan hemoglobin 2.9 g/dL didapati RJT 62%. Ukuran jantung kembali
menjadi RJT 49% ketika hemoglobin meningkat menjadi 14.6 g/dL.16,18,20
Pada tahun 1931, suatu penelitian pertama kali melaporkan sebuah kasus
anemia berat dengan bantuan roentgenogram mendapatkan bahwa
terjadinya penurunan ukuran jantung sejalan dengan perbaikan anemia.20
Penelitian lain pada tahun 1939 meneliti 47 pasien dengan berbagai
macam tipe dan derajat anemia. Tiga puluh delapan kasus diteliti dengan
x-ray, 20 kasus menunjukkan pembesaran jantung. Pengamatan
selanjutnya pada 20 pasien menunjukkan pengurangan ukuran jantung
yaitu sebanyak 18 pasien dengan sejalan perbaikan level hemoglobin 21
2.4. Pengukuran RJT
Pada foto toraks, ukuran jantung biasanya dinyatakan dengan rasio
jantung toraks (RJT) yaitu perbandingan antara diameter transversal
jantung dan diameter terbesar dinding dada bagian dalam (Gambar
9
Gambar 2.2. Pengukuran rasio jantung toraks (RJT) pada foto toraks
yaitu dengan cara perbandingan antara diameter transversal jantung
(A+B)dan diameter terbesar dinding dada bagian dalam (C)5,22,23
Umumnya RJT < 0.50 berarti tidak ada kardiomegali, namun hal
ini dipengaruhi oleh umur. Pada anak besar, RJT lebih besar dari 0.50
menandakan adanya kardiomegali, namun pada bayi kardiomegali
2.5. Kerangka Konseptual
Keterangan :
: yang diteliti
ANEMIA BERAT KRONIS
Hb
Eritrosit
Viskositas darah
Tahanan perifer
Pengantaran oksigen
Tonus vena
Aliran darah
Cardiac output Stroke Volume
Venous return
Resistance venous return
HR
Kontraktilitas miokardium
KARDIOMEGALI
Aktivitas simpatik
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan studi cross sectional untuk menilai hubungan
antara kadar hemoglobin dengan nilai rasio jantung toraks pada anak
penderita anemia berat kronis.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di RS. H. Adam Malik. Waktu penelitian dilaksanakan
selama tiga bulan mulai Oktober 2009 sampai Desember 2009 (jadwal
terlampir).
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi target adalah anak dengan usia 1 tahun sampai 15 tahun yang
menderita anemia berat kronis. Populasi terjangkau adalah populasi target
yang datang berkunjung ke RS. H. Adam Malik selama bulan Oktober
2009 sampai bulan Desember 2009. Sampel adalah populasi terjangkau
Besar sampel untuk meneliti korelasi antara kadar hemoglobin dengan
rasio jantung toraks dihitung dengan menggunakan koefisien korelasi (r)
menggunakan uji regresi linier sederhana untuk sampel tunggal :
2
n = (Zα + Zβ ) + 3
0.5 In (1+r) / (1-r)
= (1.96 + 0.842 ) 2 + 3
0.5 In (1+0.5) / (1- 0.5)
= 29
Keterangan :
n = besar sampel
power = 80%
Zα = 1.96
Tingkat kemaknaan = 95%
Zβ = 0.842
r = perkiraan koefisien korelasi (0.5)
Dari rumus di atas, didapat besar sampel yang diharapkan sebesar 29
13
3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.5.1. Kriteria Inklusi :
1. Anak usia 1 tahun sampai 15 tahun
2. Anemia berat kronis (Hemoglobin ≤ 7 g/dL berlangsung 3 bulan
berturut-turut atau lebih )
3. Orang tua bersedia mengisi informed consent
3.5.2. Kriteria Eksklusi :
1. Anemia karena perdarahan akut
2. Anemia yang telah mendapat transfusi reguler (talasemia)
3. Penyakit jantung didapat dengan atau tanpa gagal jantung
4. Penyakit jantung bawaan dengan atau tanpa gagal jantung
3.6. Persetujuan / Informed Consent
Semua sampel penelitian akan diminta persetujuan dari orang tua setelah
dilakukan penjelasan terlebih dahulu untuk pemeriksaan foto toraks pada
anak anemia berat kronis. Formulir penjelasan terlampir dalam usulan
penelitian ini.
3.7. Etika Penelitian
Penelitian ini disetujui oleh Komite Etik Penelitian Fakultas Kedokteran
3.8. Cara Kerja
1. Setelah mendapat izin dari Komisi Etika Penelitian FK USU dan
mendapat data anak usia 1 tahun sampai dengan usia 15 tahun.
2. Subjek dikumpulkan dengan cara melakukan consecutive sampling
sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
3. Orang tua/wali pasien diminta persetujuannya agar anaknya dapat
diikutkan dalam penelitian ini.
4. Pengambilan data demografi (nama, usia, jenis kelamin,
pengukuran berat badan, tinggi badan, frekuensi jantung, frekuensi
nafas dan tekanan darah).
5. Dilakukan pemeriksaan fisik lengkap mulai dari kepala, leher,
toraks, abdomen dan ekstremitas.
6. Pasien yang memenuhi kriteria anemia berat kronis (setelah
dilakukan pemeriksaan darah lengkap dengan menggunakan cyan
methode) dilakukan pemeriksaan foto toraks dengan posisi Postero
Anterior (PA) dan interpretasi terhadap hasil pemeriksaan foto
15
3.9. Alur Kerja
Gambar 3.1. Alur kerja Populasi terjangkau
Kriteria eksklusi :
1. Anemia karena perdarahan akut 2. Anemia yang telah
3.11. Defenisi Operasional
1. Anemia didefinisikan bila berkurangnya volume sel darah merah atau
menurunnya konsentrasi hemoglobin di bawah nilai normal sesuai
dengan usia.1,8
2. Anemia berat kronis bila konsentrasi hemoglobin ≤ 7 g/dL selama lebih
dari tiga bulan berturut-turut.6
3. Kardiomegali adalah suatu keadaan dimana terjadi pembesaran pada
jantung.4
4. Pada foto toraks, ukuran jantung dinyatakan dengan rasio jantung
toraks (RJT) yaitu perbandingan antara diameter transversal jantung
dan diameter terbesar dinding dada bagian dalam. RJT kurang dari
0.50 berarti tidak ada kardiomegali sedangkan lebih besar dari 0.50
menandakan adanya kardiomegali.22
3.12. Rencana Pengolahan dan Analisa Data
Pengolahan data yang terkumpul dilakukan dengan menggunakan
perangkat lunak SPSS versi 14.0 dengan tingkat kemaknaan P < 0.05 dan
interval kepercayaan (IK) 95%. Untuk melihat gambaran karakteristik
sampel, data disajikan dalam bentuk tabulasi dan dideskripsikan. Untuk
melihat hubungan kadar hemoglobin dengan rasio jantung toraks pada
anak penderita anemia berat kronis digunakan uji korelasi Pearson dan
BAB 4. HASIL
Penelitian dilaksanakan di RS. H. Adam Malik Medan mulai tanggal 1
Oktober 2009 sampai 30 Desember 2009. Pada penelitian ini terdapat 30
sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Populasi terjangkau
berjumlah 30 orang anak laki-laki yang terdiri dari 15 orang dan
perempuan sebanyak 15 orang.
4.1. Data Demografik dan Karakteristik Subyek
Data demografik dan karakteristik subyek penelitian seperti pada tabel
4.1.
Tabel 4.1. Data demografik subyek penelitian
Karakteristik Mean (SD)
Jenis kelamin, n (%)
Laki-laki 15 (50%) Perempuan 15 (50%)
Umur (bulan) 115.7 (56.95) Berat badan (kg) 24.1 (11.65) Tinggi badan (cm) 125.6 (27.37) Tekanan darah sistolik (mmHg) 106.2 (13.88) Tekanan darah diastolik (mmHg) 66.9 (10.50) Frekuensi jantung (x/menit) 122.5 (15.01) Frekuensi nafas (x/menit) 32.5 (5.85) Hemoglobin (g/dL) 4.7 (1.48)
Tiga puluh orang anak dengan anemia sedikitnya selama tiga bulan
dengan hemoglobin kurang dari 7 g/dL ikut dalam penelitian ini. Usia
bervariasi dengan usia rerata 115.7 bulan. Kadar hemoglobin pada
penelitian ini antara 2.1 g/dL sampai 6.9 g/dL. Umumnya anemia yang
terjadi akibat malnutrisi, defisiensi besi, penyakit kronis, kecacingan
maupun leukemia. Takikardia terjadi pada 23 sampel penelitian dengan
frekuensi jantung rerata yaitu 122.5 kali dalam satu menit. Tujuh orang
sampel penelitian lainnya didapati dengan frekuensi jantung yang normal.
Tekanan darah sistolik dan diastolik pada masing-masing individu
bervariasi dengan rerata tekanan darah sistolik adalah 106.2 mmHg (SD
13.88) sedangkan rerata tekanan darah diastolik 66.9 mmHg (SD 10.50).
Pembesaran jantung ditemukan pada 23 pasien (77%). Dua puluh
tiga orang anak mengalami rasio jantung toraks lebih dari 0.50 dan tujuh
anak lainnya tidak ditemukan pembesaran jantung. Insidensi pembesaran
jantung hampir sama pada anak perempuan dan laki-laki. Pada anak
perempuan terdapat 51.8% mengalami RJT lebih dari 0.50 sedangkan
pada anak laki-laki sebanyak 48.1%. Rerata RJT pada seluruh sampel
19
4.2. Hubungan Hemoglobin dengan RJT
HEMOGLOBIN
Gambar 4.2. Hubungan kadar hemoglobin dan RJT pada anemia berat
kronis
Hubungan antara kadar hemoglobin dan nilai Rasio Jantung Toraks (RJT)
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna (P < 0.05) seperti
terlihat pada Gambar 4.2. Sedangkan dengan menggunakan korelasi
Pearson terdapat korelasi antara kadar hemoglobin dan RJT dengan nilai
r = - 0.612. Tanda negatif di depan nilai r menunjukkan bahwa kadar
hemoglobin dan RJT berbanding terbalik. Artinya, semakin rendah nilai
hemoglobin maka semakin tinggi RJT, dengan kata lain semakin besar
Persamaan garis yang dihasilkan pada analisi korelasi dan regresi
linier didapati bahwa nilai Y = 0.66 – 0.03 (hemoglobin), tanda Y mewakili
RJT dengan R2 0.375. Berdasarkan persamaan garis tersebut nilai RJT
BAB 5. PEMBAHASAN
Anemia sering terjadi dan sering dihubungkan dengan penyakit infeksi
kronis pada anak.24,25 Untuk Indonesia, anemia yang terjadi umumnya
akibat kekurangan nutrien terutama zat besi. Menurut survei Rumah
Tangga pada tahun 2001 ditemukan prevalensi anemia defisiensi besi di
Indonesia sebesar 48.1% pada balita. Jadi, sekitar separuh penduduk
Indonesia menderita anemia, terutama disebabkan anemia defisiensi
besi.8 Anemia berat merupakan penyakit yang paling sering
menyebabkan peningkatan curah jantung dan merupakan salah satu
penyebab gagal jantung pada jantung yang sebelumnya normal.3,8
Untuk menilai hubungan kadar hemoglobin dan RJT pada anak
penderita anemia berat kronis, diperlukan beberapa pemeriksaan yaitu
pemeriksaan klinis, laboratorium, dan radiologi. Pada foto toraks, ukuran
jantung biasanya dinyatakan dengan RJT yaitu perbandingan antara
diameter transversal jantung dan diameter terbesar dinding dada bagian
dalam.5,22,23 Suatu Penelitian yang dilakukan pada 95 pasien anak dengan
usia rata-rata 5 tahun menunjukkan bahwa pembesaran jantung dengan
pemeriksaan foto toraks mempunyai spesifisitas dan negative predictive
value yang tinggi, akan tetapi mempunyai sensitivitas dan positive
predictive value yang rendah.26 Suatu penelitian menunjukkan bahwa
terhadap umur dan jenis kelamin serta lamanya atau faktor penyebab dari
anemia tersebut.3
Pada penelitian ini, dilakukan penilaian kadar hemoglobin dan RJT
pada anak penderita anemia berat kronis usia 1 tahun sampai 15 tahun.
Penelitian kami mendapati rata-rata usia anak penderita anemia berat
kronis adalah 115.7 bulan. Insidensi pembesaran jantung hampir sama
pada anak perempuan dan laki-laki. Pada anak perempuan terdapat
51.8% mengalami RJT lebih dari 0.50 sedangkan pada anak laki-laki
sebanyak 48.1%.
Seorang peneliti telah menemukan kira-kira satu abad yang lalu
bahwa terjadi pembesaran jantung pada beberapa pasiennya yang
menderita anemia.27 Di negara barat, gangguan kardiovaskular umumnya
terlihat pada penderita anemia kronis yang tidak mendapatkan
pengobatan yang baik.3 Suatu penelitian yang dilakukan pada 51 pasien
yang mengalami anemia selama 4 bulan dengan kadar hemoglobin antara
1.5 g/dL sampai 6.5 g/dL akibat ankilostomiasis ditemukan 80%
mengalami pembesaran jantung. Penelitian ini juga menyebutkan bahwa
perubahan stroke volume lebih mempengaruhi cardiac output
dibandingkan takikardia dan peningkatan kecepatan aliran darah.28 Pada
penelitian kami menggunakan 3 bulan atau lebih sebagai cut-off point dari
anemia kronis, dengan nilai rerata durasi pada penelitian ini adalah 3.9
bulan. Durasi anemia yang terjadi bervariasi yaitu antara 3 bulan sampai 1
23
Studi lainnya memperlihatkan bahwa peningkatan cardiac output
terjadi ketika kadar hemoglobin < 7 g/dL.27,29-33 Penelitian kami
mendapatkan kadar hemoglobin antara 2.1 g/dL sampai 6.9 g/dL. Nilai
rerata kadar hemoglobin adalah 4.7 g/dL (SD 1.48). Sebanyak 23 orang
(77%) mengalami pembesaran jantung (kardiomegali) dengan RJT yang
bervariasi yaitu 0.52 sampai 0.69 sedangkan tujuh anak lainnya tidak
ditemukan pembesaran jantung. Nilai rerata RJT yang terjadi pada
penelitian ini adalah 0.54. Umumnya anemia yang terjadi disebabkan oleh
malnutrisi dan defisiensi besi. Pada penelitian ini juga ditemukan
takikardia yang terjadi pada 23 sampel penelitian dengan frekuensi
jantung rerata yaitu 122.5 kali dalam satu menit. Tujuh orang sampel
penelitian lainnya didapati dengan frekuensi jantung yang normal.
Tekanan darah sistolik pada penelitian ini bervariasi dari 80 mmHg sampai
140 mmHg dan tekanan diastolik antara 50 mmHg sampai 90 mmHg
dengan rerata tekanan darah sistolik adalah 106.2 mmHg (SD 13.88)
sedangkan rerata tekanan darah diastolik 66.9 mmHg (SD 10.50).
Suatu penelitian memperlihatkan telah terjadinya peningkatan
ukuran jantung dengan menggunakan alat x-ray dan ukuran jantung
kembali normal setelah dilakukan perbaikan terhadap anemia.34 Peneliti
lain menemukan bahwa pada 12 pasien terjadi pembesaran jantung
selama anemia dan ukuran jantung kembali normal setelah mendapatkan
terjadi setelah dua sampai tiga minggu setelah dilakukan pengobatan
terhadap anemia.34,35
Penelitian yang dilakukan pada 36 anak anemia sickle sel usia 2
tahun sampai 17 tahun dengan kadar hemoglobin yang bervariasi antara
3.6 g/dL sampai 10.8 g/dL, 32 anak menunjukkan terjadinya pembesaran
jantung.36,37 Suatu penelitian yang dilakukan pada anemia defisiensi besi
dengan hemoglobin di bawah 6 gr/dL menunjukkan terjadi peningkatan
kardiak indeks secara signifikan pada pasien dengan anemia berat.6,38-40
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara kadar hemoglobin dengan rasio jantung toraks dengan
P = 0.001 (P < 0.05) dan korelasi Pearson diperoleh nilai r = - 0.612.
Artinya, semakin rendah nilai hemoglobin maka semakin tinggi RJT,
dengan kata lain semakin besar nilai kadar hemoglobin maka semakin
kecil pula RJT. Namun pada penelitian ini tidak dilakukan pemantauan
perbaikan ukuran jantung setelah dilakukan pengobatan terhadap anemia,
oleh karena keterbatasan waktu.
Pada hasil penelitian kami ini ditemukan rumus dari persamaan
garis yaitu Y = 0.66 – 0.03 (hemoglobin), dimana pada persamaan ini nilai
Y mewakili RJT. Berdasarkan persamaan garis tersebut nilai RJT dapat
dihitung sesuai dengan kadar hemoglobin yang diketahui.
Anak dengan penyakit jantung bawaan ataupun penyakit jantung
didapat tidak diikutsertakan dalam penelitian ini oleh karena dikhawatirkan
25
menilai seluruh faktor risiko yang dapat mempengaruhi kadar hemoglobin
dengan RJT sebenarnya diperlukan analisis univariat dan multivariat.
Pada penelitian ini hanya dilakukan uji regresi linier sederhana dan
korelasi Pearson dengan studi cross sectional. Beberapa faktor risiko
lainnya telah dilakukan restriksi yaitu berdasarkan kriteria inklusi dan
eksklusi yang bertujuan untuk menghindari bias penelitian.
Beberapa keterbatasan penelitian ini adalah tidak dilakukannya
analisis multivariat terhadap faktor risiko lainnya yang dapat
mempengaruhi RJT. Keterbatasan lainnya yakni jumlah sampel yang
sedikit. Dalam hal ini juga diperlukan penelitian yang bersifat prospektif
untuk menilai pengaruh perubahan hemoglobin terhadap RJT. Masih
diperlukan penelitian lebih lanjut yang mencakup semua aspek serta
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hubungan antara perubahan
kadar hemoglobin terhadap RJT pada anak penderita anemia berat kronis.
Beberapa faktor tersebut antara lain beratnya anemia, durasi anemia,
penyebab anemia serta status gizi. Suatu penelitian menunjukkan bahwa
pembesaran jantung disertai dengan gagal jantung hanya terlihat pada
pasien dengan hemoglobin < 5 gr/dl.3 Durasi terjadinya anemia sulit untuk
diketahui secara tepat. Untuk itu diperlukannya penelitian lebih lanjut,
apakah durasi terjadinya anemia merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi terhadap perubahan kadar hemoglobin dan nilai RJT,
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Data penelitian ini menunjukkan bahwa anemia berat kronis pada anak
dapat menyebabkan pembesaran jantung yang dapat terlihat dengan
menghitung nilai RJT. Semakin rendah kadar hemoglobin, maka semakin
besar pula nilai RJT. Hal ini memungkinkan bahwa kadar hemoglobin
rendah sebagai tanda bahwa telah terjadi perubahan RJT.
6.2. Saran
Masih diperlukan penelitian lebih lanjut yang mencakup semua aspek
dalam menentukan hubungan kadar hemoglobin dengan RJT pada anak
penderita anemia berat kronis. Sebaiknya dilakukan penelitian dengan
studi prospektif untuk menilai pengaruh perubahan hemoglobin terhadap
BAB 7. RINGKASAN
Pada anemia berat kronis terjadi peningkatan cardiac output yaitu ketika
kadar hemoglobin dibawah atau sama dengan 7 g/dL selama lebih dari
tiga bulan berturut-turut. Anemia berat kronis dihubungkan dengan
peningkatan kejadian pembesaran jantung dan gagal jantung. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kadar
hemoglobin dengan RJT pada anak anemia berat kronis.
Metode penelitian adalah cross sectional dilaksanakan di RS. Haji
Adam Malik Medan, Indonesia pada bulan Oktober 2009 sampai dengan
Desember 2009. Sampel diambil secara consecutive samples yaitu anak
usia 1 tahun sampai 15 tahun yang menderita anemia berat kronis. Data
hematologi diambil pada awal penelitian. Jantung dinyatakan membesar
bila pada pemeriksaan foto toraks didapati RJT lebih dari 50 persen
(0.50). Penelitian ini menggunakan analisis univariat dan regresi linier.
Tiga puluh sampel diikutkan pada penelitian ini. Rerata usia anak
yaitu 115.7 bulan (SD 56.95). Kadar hemoglobin antara 2.1 sampai 6.9
g/dL. Rerata kadar hemoglobin adalah 4.7 g/dL (SD 1.48). Pembesaran
jantung ditemukan pada 23 pasien (77%). RJT bervariasi antara 0.52
sampai 0.69. Hubungan kadar hemoglobin dan rasio jantung toraks
menunjukkan hasil yang bermakna dengan nilai P = 0.001 (P < 0.05) dan
koefisien korelasi Pearson adalah r = - 0.612. Berdasarkan rumus
mewakili RJT. Rumus tersebut dapat memperkirakan nilai RJT bila kadar
hemoglobin diketahui.
Data penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara kadar hemoglobin dan rasio jantung toraks pada anak
penderita anemia berat kronis. Semakin rendah kadar hemoglobin, maka
semakin besar pula nilai RJT. Hal ini memungkinkan bahwa kadar
hemoglobin rendah sebagai tanda bahwa telah terjadi perubahan RJT.
SUMMARY
Chronic severe anemia usually increases cardiac output when the
hemoglobin level is below or equal to 7 g/dL for more than three months.
Chronic severe anemia is associated with a high incidence of cardiac
enlargement and congestive heart failure. We aimed to determine the
relationship between hemoglobin level and cardiothoracic ratio in children
with chronic severe anemia.
A cross-sectional study was conducted in Haji Adam Malik Hospital
Medan, Indonesia in October 2009 to December 2009. Samples were 1
year to 15 years old chronic severe anemia children. Hematological data
was collected at the beginning of the study. The heart was considered
enlarged if the cardiothoracic ratio is more than 50 percent (0.50) in chest
roentgenogram. Univariate analysis and linear regression were performed.
Thirty samples were enrolled to study. The mean of age was 115.7
months (SD 56.95). The hemoglobin level values ranged from 2.1 to 6.9
g/dL. The mean of hemoglobin was 4.7 g/dL (SD 1.48). Enlargement of
the heart was found in 23 patients (77%). The cardiothoracic ratio in these
patients varied from 0.52 to 0.69. There was a significant relationship
between hemoglobin and CTR with quite strong correlation (P < 0.05 and r
= - 0.612). Based on the line equation Y = 0.66 – 0.03 (hemoglobin). Y
represent of CTR, with this equation we can predict cardiothoracic ratio if
We concluded there was a strong enough relation between
hemoglobin level and cardiothoracic ratio in children with chronic severe
anemia. Lower hemoglobin level is associated with greater alteration in
cardiothoracic ratio. It is also possible that low hemoglobin level is a
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization. Worldwide prevalence of anaemia 1993-2005. World Health Organization global database on anaemia. Atlanta, 2006.h. 1-39
2. Corrigan JJ. Hematologic aspects of cardiology. Dalam: Allen DH, Clark EB, Gutgesell HP, Driscoll DJ, penyunting. Moss and Adams’ heart disease in infants, children, and adolescents. Edisi ke-3. Volume 2. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2001.h.1447-57
3. Sanghvi LM, Misra SN, Banerjee K. Cardiac enlargement in chronic severe anemia. Circulation.1960; 12:412-8
4. Harjono RM, Oswari J, Ronardy DH, Santoso K, Setio M, Soenarno, dkk, penyunting. Kamus kedokteran Dorland. Edisi ke-26. Jakarta: EGC, 1994.h.313-4
5. Park MK, Troxler RG. Pediatric cardiology for practitioners. Edisi ke-4. St Louis: Mosby, 2002.h.267-80
6. Stone RM, Bridges KR, Peter L. Hematological oncological disorders and cardiovascular disease. Dalam: Braunwald E, penyunting. Heart disease. Edisi ke-4. Philadephia: Saunders, 1992.h.2223-7
7. Donne RL, Foley RN. Anaemia management and cardiomyopathy in renal failure. Nephrol Dial Transplant. 2002; 17:37-40
8. Wahidiyat I. Masalah anemia pada anak di Indonesia. Dalam: Abdulsalam M, Trijono PP, Kaswandani N dan Endyarni B. Pendekatan praktis pucat: masalah kesehatan yang terabaikan pada bayi dan anak. Jakarta: FKUI/RSCM, 2007.h.1-3
9. Glader B. The anemias. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson text book of pediatrics. Edisi ke-18. Philadelpia : Saunders, 2008. h. 2003-5.
10. Dreyer ZE, Mahoney DH, McClain KL, Poplack DG. Hematologic issues of importance for the pediatric cardiologist. Garson A, Bricker JT, Fisher DJ, Neish SR, penyunting. The science and practice of pediatric cardiology. Edisi ke-2. Baltimore: Williams & Wilkins, 1998.h.2733-57
11. Varat MA, Adolph RJ, Fowler NO. Cardiovascular effects of anaemia. Am Heart J. 1972; 83:415-20
12. Metivier F, Marchais SJ, Guerin AP, Pannier B, London GM. Pathophysiology of anaemia: focus on the heart and blood vessels. Nephrol Dial Transplant. 2000; 15:14-18
13. London GM, Fabiani F, Marchais SJ. Uremic cardiomyopathy: an inadequate left ventricular hypertrophy. Kidney Int. 1987; 31:973-80 14. Parfrey PS, Harnett JD, Barre PE. The natural history of myocardial
disease in dialysis patients. J Am Soc Nephrol. 1991; 2:2-12
Nephrol Dial Transplant. 2000; 15:19-22
17. Wikipedia. Frank-Starling law of the heart. Diunduh dari: http://www.en.wikipedia.org/wiki/Frank-Starling_law_of_the_heart. Diakses Mei 2010
18. Foley RN, Parfrey PS, Harnett JD. The prognostic importance of left ventricular geometry in uremic cardiomyopathy. J Am Soc Nephrol. 1995; 5:2024-31
19. Parfrey PS, Foley RN, Harnett JD, Kent GM, Murray DC, Barre RN. Outcome and risk factors for left ventricular disorders in chronic uraemia. Nephrol Dial Transplant. 1996; 11:1277-85
20. Foley RN, Parfrey PS, Kent GM. Long term evolution of cardiomyopathy in dialysis patients. Kidney Int. 1998; 54:1720-5
21. Porter WB, James GW. The heart in anemia. Circulation. 1953; 8:111-6
22. Putra ST, Sastroasmoro S, Siregar AA. Elektrokardiografi. Dalam: Sastroasmoro S, Madiyono B, penyunting. Buku ajar kardiologi anak. Jakarta: IDAI, 1994.h.27-86
23. Sumarna N, Djalil T. Radiologi. Dalam: Sastroasmoro S, Madiyono B, penyunting. Buku ajar kardiologi anak. Jakarta: IDAI, 1994.h.88-102 24. Yip R, Walsh KM, Goldfarb MG. Declining prevalence of anemia in
childhood in a middle class setting: a pediatric success story?. Pediatrics. 1987; 80:330-7
25. O’Brien RT. Hematologic manifestation of chronic systemic disease. Dalam: Miller DR, Baehner RL, Miller LP. Blood disease of infancy and childhood. Edisi ke-7. St. Louis: Mosby, 1995.h.539-52
26. Satou GM, Lacro RV, Chung T, Gauvreau K, Jenkins KJ. Heart size on chest x-ray as a predictor of cardiac enlargement by echocardiography in children. J Pediatr Cardiol. 2001; 3:218-22
27. Brannon ES, Merrill AJ, Warren JV, Stead EA. The cardiac output in patients with chronic anemias measured by the technique of right atrial catheterization. J Clin Investigation. 1945; 24:332-6
28. Roy SB, Bhatia ML, Marthur VS, Virmani S. Hemodynamic effects of chronic severe anemia. Circulation.1963; 28:346-56
29. Jalili MA and Hindawi AY. Cardiac output and blood Volume in severe hookworm anæmia. Heart.1962; 24:595-605
30. Neilsen HE. The circulation in anaemic conditions. Acta Med Scandinav. 1934; 81:571-9
31. Starr I, Collins lH, Wood FC. Studies of the basal work and output of the heart in clinical conditions. J Clin Investigation. 1933; 12:13-20 32. Sharpey SEP. Cardiac output in severe anaemia. Clin Sc. 1944;
5:125-9
33. Wintrobe MM. The cardiovascular system in anemia. Blood J. 1944; 5: 121-8
33
35. Blumgart HL, Altschule MD. Clinical significance of cardiac and respiratory adjustments in chronic anemia. J Hematol. 1948; 3:328-48
36. Soloff LA, Bello CT. Pericardial effusion mistaken for cardiac enlargement in severe anemia: report of two cases. Circulation. 1950; 2:298-303
37. Ng ML, Liebman J, Anslovar J, Gross S. Cardiovascular findings in children with sickle cell anemia. Dis Chest. 1967; 52:788-99
38. Misra, SS, Khorwal MC. Cardiacfunction in anemia. J Assoc Physicians India. 1954; 1:62-8
39. Shah PM. Heart and circulation in anemia. J Assoc Physicians India 1957; 5:128-30
Lampiran 1
1. Jadwal Penelitian
Kegiatan/ Waktu September 2009 1. Ketua Penelitian
Nama : dr. Fera Wahyuni
Jabatan : Peserta PPDS Ilmu Kesehatan Anak
FK-USU/ RSHAM
2. Anggota Penelitian
1. Dr. Muhammad Ali, SpAK
2. Prof. dr. Hj. Bidasari Lubis, SpAK 3. Dr. Erlina Napitupulu
4. Dr. Fitri Yanti 5. Dr. Naomi Riahta
3. Perkiraan biaya
1. Pemeriksaan laboratorium : Rp. 5.000.000 2. Pemeriksaan radiologi : Rp. 15.000.000 3. Penyusunan dan penggandaan hasil : Rp. 3.000.000 4. Seminar hasil penelitian : Rp. 2.000.000
Lampiran 2
Lembar Penjelasan Kepada Yth Bapak/ Ibu…
Sebelumnya kami ingin memperkenalkan diri, nama saya dokter Fera
Wahyuni, bertugas di Divisi Kardiologi Departemen Ilmu kesehatan Anak
FK USU/ RSUP H. Adam Malik Medan.
Bersama ini kami ingin menyampaikan kepada Bapak/ Ibu bahwa
Divisi Kardiologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUSU-RSHAM
Medan, bermaksud mengadakan penelitian mengenai kardiomegali,
karena kardiomegali dapat disebabkan oleh anemia berat yang bersifat
kronis.
Oleh karena itu kami akan melakukan pemeriksaan radiologi
berupa foto toraks pada setiap anak yang mengalami anemia berat
dengan hemoglobin ≤ 7 gr/dL dan akan dilakukan pengukuran tinggi
badan, penimbangan berat badan, pengukuran tekanan darah, laju
jantung dan pernafasan untuk melihat efek yang ditimbulkan oleh anemia
berat tersebut.
Jika Bapak/ Ibu bersedia maka kami mengharapkan bapak/ibu
menandatangani lembar persetujuan setelah penjelasan. Demikianlah
kami sampaikan. Atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima
kasih.
Bapak/ Ibu dapat menghubungi Peneliti setiap waktu bila ingin
menanyakan masalah kesehatan putra / putri anda atau masalah lain
seputar penelitian ini yang belum Anda pahami melalui:
Dr. Fera WAhyuni
Divisi Kardiologi - Dep. Ilmu Kesehatan Anak FKUSU-RS H.Adam Malik
Jl. Bunga Lau No. 17 Medan. Telp. 8365663
Lampiran 3
Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan Penelitian
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat :
Orang tua dari :
Setelah mempelajari dan telah menerima serta mengerti penjelasan
dokter mengenai penelitan “Hubungan antara kadar hemoglobin dengan
rasio jantung toraks pada anak anemia berat kronis”.
Dengan kesadaran serta kerelaan sendiri saya sebagai orang tua
menyatakan setuju dan bersedia bahwa anak saya menjadi peserta
penelitian tersebut.
Demikian pernyataan ini diperbuat dengan sebenarnya dengan
penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari siapapun juga.
Medan, ………2009
Yang membuat pernyataan,
( )
Saksi :
Perawat , Pemimpin Penelitian,
Lampiran 4
2. Apakah pucat dialami dalam waktu lebih dari tiga bulan ini?
3. Apakah pucat berlangsung terus-menerus dalam tiga bulan ini?
4. Apakah anak anda pernah mengalami pucat sebelumnya?
5. Apakah pucat muncul secara tiba-tiba?
6. Apakah anak anda mengalami perdarahan sebelumnya seperti
mimisan, gusi berdarah, muntah darah, lebam-lebam, BAB darah?
7. Apakah anak anda mengalami kelainan darah?
8. Apakah anak anda mendapatkan transfusi reguler setiap bulan?
9. Apakah ada riwayat pucat/ kelainan darah dalam keluarga anda?
10. Apakah anak anda menderita penyakit jantung bawaan/ didapat?
12. Apakah anak anda menderita penyakit kronis, seperti TBC,
cacingan, malaria?
13. Apakah anak anda pernah dilakukan pemeriksaan darah sebelum
mengalami sakit? Berapa kadar Hb sebelumnya?
Lampiran 5
Lampiran 6
RIWAYAT HIDUP Nama lengkap : dr. Fera Wahyuni Tanggal lahir : 24 Februari 1981
2. Sekolah Menegah Pertama di SMP Swasta Harapan - I Medan,
tamat tahun 1996
3. Sekolah Menegah Atas di SMU Swasta Harapan Medan, tamat
tahun 1999
4. S1 Sarjana Kedokteran (S.Ked), Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, selesai tahun 2003
5. Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara, selesai tahun 2005
6. S2 Magister Kedokteran Klinik Bidang Pediatrik (M.Ked-Ped)
dan Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak (PPDSA) Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, tahun 2006 sampai sekarang
Pendidikan Spesialis
1. Adaptasi di BIKA FK. USU : 01-12-2006 s/d 31-12-2006 2. Pendidikan Tahap I : 02-01-2007 s/d 31-12-2007 3. Pendidikan Tahap II : 02-01-2008 s/d 31-12-2008 4. Pendidikan Tahap III : 02-01-2009 s/d 31-12-2009 5. Pendidikan Tahap IV : 02-01-2010 s/d 31-12-2010 6. Penelitian : Oktober sampai Desember 2009
7. Tesis : Juni 2010