Dalam pembahasan ini, peneliti mencoba menjawab pertanyaan peneliti yaitu
adakah hubungan mutu pelayanan kebidanan dengan tingkat kepuasan ibu nifas di
Rumah Sakit Ibu dan Anak Sri Ratu Medan Tahun 2014.
4. Interprestasi dan Diskusi Hasil
a. Mutu Pelayanan Kebidanan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Sri Ratu Medan
Dari hasil penelitian mengenai mutu pelayanan kebidanan di RSIA Sri Ratu
menunjukkan bahwa dari 67 responden, mayoritas yang mendapatkan mutu
pelayanan kebidanan dengan kategori baik yaitu sebanyak 43 orang (64,2%).
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Roberts dan Prevost (1987), bahwa
mutu pelayanan kebidanan dapat dikatakan baik karena lebih terkait pada kelancaran
melayani pasien, dan kesembuhan penyakit yang diderita pasien, dan dapat diketahui
apabila sebelumnya telah dilakukan penilaian (Juliana, 2006, hlm. 62).
Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Corsby (1984), pelayanan yang
dikatakan bermutu merupakan kepatuhan pasien terhadap standar yang telah
ditetapkan, yaitu mutu pelayanan yang baik dapat diketahui apabila sebelumnya
dilakukan penilaian, baik dalam tingkat kesempurnaan, sifat, wujud serta pasien
dalam ikut serta pelayanan kesehatan atau kebidanan, dan ataupun terhadap
kepatuhan standar pelayanan (Azwar, 2010, hlm. 55).
Hal ini juga sependapat dengan pernyataan yang mengatakan bahwa,
pelayanan yang baik tidak selalu harus berupa pendekatan yang mencolok,
sebenarnya dapat berupa hal sederhana seperti melakukan suatu pekerjaan dengan
lebih baik terus-menerus, dan seperti memberikan layanan yang tepat dan sesuai
keperluan klien layanan kesehatan yang membutuhkan melalui cara yang paling
efesien, dengan menggunakan sumber daya yang tersedia saat itu (Al-Assaf, 2009,
hlm 17).
Berdasarkan asumsi peneliti bahwa mutu pelayanan yang baik yaitu berupa
pendekatan petugas kesehatan yang tepat dan sesuai dengan harapan pasien, yaitu
seperti perhatian, keramahan, dan pelayanan yang diberikan dalam melayani pasien.
Di Rumah Sakit Sri Ratu Medan pelayanan yang diberikan petugas sudah cukup
baik, karena peneliti melihat petugas memberikan perhatian dan keramahan yang
penuh kepada pasien.
b. Tingkat Kepuasan Ibu Nifas di Rumah Sakit Ibu dan Anak Sri Ratu Medan
Dari hasil penelitian mengenai tingkat kepuasan ibu nifas di RSIA Sri Ratu
pelayanan kebidanan dengan tingkat kepuasan kategori puas yaitu sebanyak 46 orang
(68,7%).
Hasil penelitian tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh
Fitria Asrina (2008) di RSU Sigli Nangroe Aceh Darussalam yang menunjukkan
bahwa dari 85 responden, mayoritas responden yang mendapatkan pelayanan
kategori puas yaitu sebanyak 54 responden (63,5%). Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian ibu nifas yang mendapatkan pelayanan adalah merasa puas.
Hal ini sejalan dengan IBI (1996), pasien merasakan puas dan tidak puas
terhadap pelayanan apabila seseorang bidan merugikan pasien dan dituntut oleh
pasien, dan hal itu menjadi suatu permasalahan yang perlu diperhatikan, dan untuk
itu dibutuhkan suatu pedoman yang menyeluruh dan integratif tentang sikap dan
perilaku yang harus dimiliki oleh seorang bidan, dan bidan diharapkan mampu
memberi pelayanan yang memuaskan khususnya dalam melakukan tindakan dan
salah satunya pada postnatal atau masa nifas (Sofyan, 2006, hlm. 77).
Menurut Pohan (2006, hlm. 9), dikatakan puas yaitu tingkat perasaan
seseorang atau masyarakat setelah membandingkan hasil yang dirasakan dengan
harapannya, dan apabila hasil yang dirasakannya sama atau melebihi harapannya,
akan timbul perasaan puas, sebaliknya akan timbul perasaan kecewa atau
ketidakpuasan apabila hasil yang dirasakannya tidak sesuai dengan harapannya.
Hal ini juga sesuai dengan pernyataan yang mengatakan bahwa, pasien akan
merasa puas apabila membandingkan tingkat keadaan yang dirasakan dengan hasil
penampilan atau outcome yang dirasakannya, kepuasan pasien sangat dipengaruhi
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, pendekatan perilaku petugas, serta prosedur
dan informasi dari petugas yang diberikan kepada pasien, serta kenyamanan yang
Berdasarkan asumsi peneliti bahwa perasaan puas merupakan hasil yang
dirasakan pasien dengan pelayanan yang diberikan, pasien merasa puas bila
pelayanan yang diterima sesuai dengan harapannya. Hal ini sesuai dengan penilaian
kepuasan pasien di Rumah Sakit Sri Ratu Medan yang terlihat setelah petugas
melayani pasien, peneliti melihat bahwa apabila pelayanan yang diberikan sesuai
dengan harapan maka pasien akan terlihat puas.
c. Hubungan Mutu Pelayanan Kebidanan dengan Tingkat Kepuasan Ibu Nifas di
Rumah Sakit Ibu dan Anak Sri Ratu Medan
Pada penelitian ini mutu pelayanan kebidanan dikaitkan hubungannya dengan
tingkat kepuasan ibu nifas. Untuk menghubungkan mutu pelayanan kebidanan
dengan tingkat kepuasan ibu nifas peneliti menggunakan uji chi-square. Dari analisis
statistika diperoleh nilai significance (p value) sebesar 0,000 sehingga lebih kecil
dari (α) = 0,05. Ini berarti Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan ada hubungan
mutu pelayanan kebidanan dengan tingkat kepuasan ibu nifas.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sudian
(2013) di Rumah Sakit Cut Mutia Kabupaten Aceh Utara, bahwa dari analisis
statistika diperoleh nilai signifikan(p value) sebesar 0,000 sehingga lebih kecil dari
nilai (α) = 0,05. Hal ini menunjukkan Ho ditolak sehingga disimpulkan ada
hubungan antara mutu pelayanan dengan kepuasan pasien.
Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Smith dan Metzner
(1970), yang menyatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan pasien,
yang apabila berhasil dipenuhi akan menimbulkan rasa puas terhadap pelayanan
kebidanan yang diselenggarakan, dan yang dimaksud dengan mutu pelayanan
menimbulkan rasa puas pada diri pasien, makin sempurna kepuasan tersebut, makin
baik pula mutu pelayanan yang diberikan (Azwar, 2010, hlm. 57).
Sejalan dengan IBI (1996), pelayanan kebidanan yang bermutu merupakan
pelayanan kebidanan yang dapat memuaskan setiap pasien atau pemakai jasa
pelayanan kebidanan yang sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata, serta
penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang
telah ditetapkan, dan khususnya pelayanan antenatal, intranatal, postnatal dan
perawatan bayi baru lahir (Sofyan, 2006, hlm. 103).
Hal ini juga sependapat dengan pernyataan yang mengatakan bahwa, pasien
melihat layanan yang bermutu sebagai layanan yang dapat memenuhi kebutuhan
yang dirasakannya, karena pasien yang merasa puas akan mematuhi peraturan. Mutu
layanan yang berhubungan dengan kepuasan pasien dapat mempengaruhi kesehatan
dan kesejahteraan masayrakat (pasien) (Pohan, 2006, hlm. 14).
5. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti merasakan masih banyak keterbatasan yang
dihadapi dalam melaksanakan penelitian, dari proses pengumpulan data hingga
penyajian hasil. Beberapa kesulitan saat pengumpulan data yaitu adanya responden
yang tidak bersedia untuk menjawab pertanyaan yang dianggap tabu untuk
diungkapkan, dan dari hasil data di dapat bahwa dari nilai odds ratio yaitu 15,2
berarti dinyatakan bahwa sebanyak 15,2 % ibu nifas merasakan ketidakpuasan
terhadap pelayanan kebidanan yang diberikan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Sri ratu
Medan.
Bagi pelayanan kebidanan diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai bahan informasi bagi tenaga kesehatan khususnya bidan dalam memberikan
perhatian terhadap pelayanan kebidanan kepada ibu nifas. Setelah mengetahui bahwa
pelayanan sangat mempengaruhi kepuasan yang dirasakan pasien, maka diharapkan
tenaga kesehatan yang memberi pelayanan agar memberikan pelayanannya kepada
pasien dengan baik, dan benar-benar dengan teliti agar pasien mendapatkan kepuasan
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN