• Tidak ada hasil yang ditemukan

Distribusi Penilaian Klinis terhadap Pasien Pemakai Gigi Tiruan Penuh di RSGMP FKG USU

HASIL PENELITIAN

5.1 Distribusi Penilaian Klinis terhadap Pasien Pemakai Gigi Tiruan Penuh di RSGMP FKG USU

Pada tabel 6 menunjukkan distribusi penilaian klinis yang terdiri dari dimensi vertikal, estetis, stabilitas rahang atas dan rahang bawah, serta denture-bearing area rahang atas dan rahang bawah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penilaian klinis terhadap dimensi vertikal GTP menunjukkan bahwa dimensi vertikal GTP paling banyak dinilai sangat baik. Perubahan dimensi vertikal pada pemakai GTP adalah disebabkan oleh keausan anasir gigi tiruan. Keausan anasir gigi tiruan terdiri dari dua jenis yaitu, abrasi yang sering terjadi pada gigi posterior akibat abrasi makanan dan atrisi yang sering terjadi pada gigi anterior akibat gigi anterior rahang atas dan rahang bawah yang saling berkontak. Keausan anasir gigi tiruan biasanya terjadi beberapa tahun setelah pemakaian gigi tiruan penuh. Penelitian Hoad-Reddick G dkk. menunjukkan bahwa hampir 50% daripada GTP pasien harus diganti setelah pemakaian selama 5 tahun.43 Pada penelitian ini dimensi vertikal GTP paling banyak dinilai sangat baik kemungkinan karena pasien baru memakai GTP 1-2 tahun sehingga keausan anasir gigi tiruan tidak terjadi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penilaian klinis terhadap estetis GTP menunjukkan bahwa estetis GTP paling banyak dinilai baik. Hal ini kemungkinan disebabkan karena GTP dalam penelitian ini dikerjakan oleh mahasiswa kepaniteraan Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU di bawah bimbingan dokter gigi. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Celebic A dkk. (2000) yang menunjukkan penilaian klinis yang dilakukan terhadap estetis pada GTP yang paling banyak adalah sangat baik.6 Perbedaan ini kemungkinan terjadi karena parameter yang digunakan untuk menilai estetis dalam penelitian ini berbeda daripada parameter yang digunakan untuk menilai estetis dalam penelitian Celebic A dkk. (2000). Parameter yang digunakan dalam penelitian Celebic A dkk. (2000) tidak diketahui untuk memastikan keobjektifan penilaian. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini untuk menilai estetis adalah dukungan bibir, garis senyum, dataran oklusal, dan kontur gingiva.44 Selain itu, penilaian dalam hal estetis GTP bersifat lebih subjektif. Persepsi setiap individu terhadap estetis berbeda.33

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penilaian klinis terhadap stabilitas GTP rahang atas menunjukkan bahwa stabilitas GTP rahang atas paling banyak dinilai sangat baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Celebic A dkk. (2000) yang menunjukkan penilaian klinis yang dilakukan terhadap stabilitas GTP rahang atas yang paling banyak adalah sangat baik.

Hal ini kemungkinan menjadi penyebab terjadi perbedaan antara hasil penelitian ini dan penelitian Celebic A dkk.

6 Hal ini kemungkinan disebabkan karena adaptasi yang baik antara permukaan basis gigi tiruan penuh dengan jaringan pendukung yang memperkuatkan daya kohesi sehingga meminimalisasi mobilitas yang terjadi saat ada tekanan.12,14 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penilaian klinis terhadap stabilitas GTP rahang bawah menunjukkan bahwa stabilitas GTP rahang bawah yang paling banyak dinilai sedang dan sangat baik. Kebanyakkan stabilitas GTP dinilai sedang kemungkinan karena luas permukaan pendukung rahang bawah yang lebih kecil dibandingkan dengan luas permukaan pendukung rahang atas sehingga daya kohesi yang terbentuk antara permukaan basis gigi tiruan penuh dengan jaringan pendukung relatif kecil sehingga terjadi mobilitas pada gigi tiruan

penuh saat diberikan tekanan. Sebagian besar stabilitas GTP rahang bawah juga dinilai sangat baik walaupun luas permukaan pendukung rahang bawah yang kecil kemungkinan karena didukung oleh otot oral dan wajah.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penilaian klinis terhadap denture-bearing area GTP rahang atas yang paling banyak dinilai baik dan penilaian klinis terhadap denture-bearing area GTP rahang bawah yang paling banyak dinilai baik. Hal ini kemungkinan disebabkan karena mahasiswa kepaniteraan Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU mengerjakan kasus GTP sederhana yaitu pasien dengan bentuk linggir alveolar yang “U” dan “V”. Bentuk “U” adalah bila permukaan labial atau bukal sejajar dengan permukaan lingual atau palatal sehingga dapat mencapai retensi yang optimal.

14

22 Bentuk linggir alveolar rahang atas dan rahang bawah paling banyak adalah baik, yaitu bentuk “V”. Bentuk “V” dikategorikan sebagai baik karena linggir alveolar yang berbentuk “V” mempunyai tinggi yang optimal tetapi lebar yang kurang optimal sehingga dapat mengganggu kenyamanan pasien jika tidak ditangani dengan benar.23

5.2 Distribusi Tingkat Kepuasan Pasien Pemakai Gigi Tiruan Penuh di RSGMP FKG USU

Pada tabel 7 menunjukkan distribusi tingkat kepuasan pasien yang terdiri dari fonetik, estetis, mastikasi, dan kenyamanan GTP rahang atas dan rahang bawah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pasien terhadap fonetik paling banyak merasa puas dan sangat puas. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Celebic A dkk. (2003) yang menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pasien terhadap fonetik paling banyak merasa sangat puas.7 Hal ini kemungkinan karena kehilangan seluruh gigi sering menyebabkan terjadinya gangguan bicara. Pemakaian GTP menyebabkan pasien bisa mengucap dan berbicara dengan lebih baik sehingga pasien merasa sangat puas terhadap GTP. Sebagian besar pasien juga hanya merasa puas kemungkinan karena gigi tiruan yang ditempatkan pada jaringan yang bergerak seperti mukosa oral akan menimbulkan kesulitan khususnya dalam penghasilan bunyi saat bicara. Walaupun GTP telah beradaptasi baik dengan mukosa oral, tetapi masih

akan bergerak saat berfungsi. Oleh karena itu, pasien kemungkinan hanya merasa puas dengan GTP mereka. Penggunaan GTP secara terus menerus serta latihan dapat membantu pasien mengatasi gangguan bicara. Hal ini sejalan dengan penelitian Bhat VS dkk. (2014) menyatakan paling banyak pasien hanya merasa puas (43%) terhadap fonetik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pasien terhadap estetis paling banyak merasa puas. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Memon MR dkk. (2013) yang menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pasien terhadap estetis paling banyak merasa puas.

28

13 Hal ini kemungkinan disebabkan faktor psikologis mempengaruhi kepuasan pasien khususnya estetis. Masalah psikologis seperti cemas, malu, dan pemarah mempunyai pengaruh yang negatif terhadap tingkat kepuasan pasien dari segi estetis.45 Pada penelitian ini, sampel yang diteliti tidak mempunyai masalah psikologis sehingga pasien merasa puas dengan estetis GTP mereka. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Ghani F dkk. (2013) yang menyatakan rata-rata pasien merasa puas dengan penampilan mereka saat memakai GTP dan tidak mempunyai keluhan.13 Pasien hanya merasa puas kemungkinan karena pasien biasanya mempunyai harapan yang tinggi terhadap GTP mereka khususnya dalam hal estetis.4

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pasien terhadap mastikasi paling banyak dinilai sangat puas. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Celebic A dkk. (2000) yang menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pasien terhadap mastikasi paling banyak merasa sangat puas.

Harapan yang tinggi menyebabkan pasien bersifat kritis terhadap penampilan mereka saat memakai GTP sehingga mereka hanya merasa puas dengan GTP yang dibuat.

6 Hal ini karena gangguan mastikasi merupakan penyebab utama yang mendorong pasien untuk mendapatkan perawatan GTP. Kehilangan seluruh gigi menyebabkan pasien tidak dapat mengkonsumsi makanan yang digemari serta meminimalisasi konsumsi makanan sehingga menganggu asupan nutrisi dan kesehatan umum pasien. Pemakaian GTP membantu memperbaiki fungsi mastikasi sehingga pasien dapat mengkonsumsi makanan tanpa kesulitan.9 Oleh karena itu, pasien merasa sangat puas terhadap GTP

dalam hal mastikasi. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Faruqui S dkk. (2015) yaitu hanya sebagian kecil pasien yang menyatakan ketidakpuasan saat menggunakan GTP untuk mastikasi.45

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pasien terhadap kenyamanan GTP rahang atas paling banyak merasa puas. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Celebic A dkk. (2000) bahwa tingkat kepuasan pasien terhadap kenyamanan GTP rahang atas paling banyak merasa puas dan sangat puas.

6 Penelitian Ogimoto dkk (2002) menyatakan ketidaknyamanan pasien pemakai GTP adalah disebabkan oleh nyeri akibat tekanan yang tidak terdistribusi secara sama rata akibat kualitas denture-bearing area yang tidak baik.46 Pasien paling banyak merasa puas dengan kenyamanan GTP rahang atas kemungkinan karena bentuk linggir alveolar rahang atas sering lebih baik dan tidak teresorpsi dibandingkan dengan linggir alveolar rahang bawah. Oleh karena itu, tekanan yang didapatkan dari GTP rahang atas dapat terdistribusi secara merata sehingga tidak menimbulkan ketidaknyamanan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pasien terhadap kenyamanan GTP rahang bawah paling banyak merasa tidak puas. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Mardan NA dkk. (2013) bahwa GTP rahang bawah sering menimbulkan masalah dibandingkan dengan GTP rahang atas.

6

39 Hal ini disebabkan karena level dan arah resorpsi tulang yang berbeda antara rahang atas dan rahang bawah sehingga menyebabkan terjadinya perubahan pada hubungan rahang atas dan rahang bawah. Level resorpsi tulang rahang bawah lebih cepat dibandingkan rahang atas. Hal ini karena luas denture-bearing area rahang bawah yang relatif kecil menyebabkan tekanan tidak dapat terdistribusi secara rata sehingga memicu terjadinya peningkatan level resorpsi linggir alveolar. Resorpsi tulang pada rahang atas berjalan secara sama rata di sepanjang lengkung rahang dalam arah horizontal, tetapi lebih parah di bagian labial dan bukal dibandingkan dengan bagian palatal. Resorpsi tulang pada rahang bawah lebih parah di bagian labio-lingual dalam arah vertikal.23 Selain itu, tulang cancellous berfungsi mengabsorpsi tekanan yang dikenakan. Linggir alveolar rahang atas sering lebih lebar, rata, dan lebih cancellous dibandingkan dengan linggir alveolar rahang bawah. Hal ini menyebabkan level

resorpsi tulang alveolar rahang bawah lebih cepat daripada rahang atas sehingga pasien merasa tidak puas dengan kenyamanan GTP rahang bawah.23

5.3 Hubungan Penilaian Klinis terhadap Tingkat Kepuasan Pasien Pemakai Gigi Tiruan Penuh di RSGMP FKG USU

Pada tabel 8 menunjukkan distribusi penilaian klinis berdasarkan tingkat kepuasan pasien pemakai GTP di RSGMP FKG USU. Berdasarkan tingkat kepuasan pasien dalam hal fonetik, pasien paling banyak merasa sangat puas, yaitu 8 orang (26,7%) dan menurut penilaian klinis GTP juga dinilai sangat baik dalam hal dimensi vertikal, sedangkan beberapa pasien hanya merasa sedang terhadap GTP dalam hal fonetik, yaitu 2 orang (6,7%), namun menurut penilaian klinis GTP dinilai sangat baik dalam hal dimensi vertikal. Hal ini menunjukan terdapat persamaan antara skor fonetik dan skor dimensi vertikal pada sebagian besar pasien, namun terdapat perbedaan antara skor fonetik dan skor dimensi vertikal pada sebagian kecil pasien. Perbedaan ini kemungkinan karena kebanyakkan pasien yang memakai GTP terdiri dari pasien lansia dini dan pasien lansia yang biasanya mempunyai toleransi yang rendah terhadap perubahan sehingga mereka belum merasa terbiasa memakai GTP sehingga mereka hanya merasa sedang walaupun dimensi vertikal GTP dinilai sangat baik. Pemakaian GTP secara menerus akan membantu pasien merasa lebih puas dengan GTP mereka khususnya dalam hal fonetik.

Berdasarkan tingkat kepuasan pasien dalam hal estetis, pasien paling banyak merasa sangat puas, yaitu 8 orang (26,7%), namun menurut penilaian klinis GTP hanya dinilai baik dalam hal estetis, sedangkan beberapa pasien hanya merasa puas terhadap GTP dalam hal estetis, yaitu 6 orang (20%), namun menurut penilaian klinis GTP dinilai sangat baik dalam hal estetis. Hal ini menunjukan pasien memberikan skor yang lebih tinggi atau lebih rendah dari skor yang diberikan berdasarkan penilaian klinis terhadap GTP dalam hal estetis. Perbedaan ini terjadi karena estetis merupakan suatu penilaian yang subjektif sehingga persepsi setiap individu terhadap estetis berbeda dipengaruhi oleh budaya dan citra diri.48 Selain itu, perbedaan antara tingkat kepuasan pasien dan penilaian klinis dalam hal estetis kemungkinan terjadi

karena penilaian klinis dalam hal estetis adalah lebih berdasarkan parameter standar, namun tingkat kepuasan pasien dalam hal estetis adalah lebih berdasarkan perasaan pasien akan penampilan mereka saat memakai GTP.

Berdasarkan tingkat kepuasan pasien dalam hal mastikasi, pasien paling banyak merasa sangat puas, yaitu 9 orang (30%), dan menurut penilaian klinis GTP juga dinilai sangat baik dalam hal stabilitas rahang atas, sedangkan beberapa pasien merasa tidak puas terhadap GTP dalam hal mastikasi, yaitu 2 orang (6,7%), namun menurut penilaian klinis GTP dinilai baik dalam hal stabilitas rahang atas. Hal ini menunjukkan terdapat persamaan antara skor mastikasi dan skor stabilitas rahang atas pada sebagian besar pasien, namun terdapat perbedaan antara skor mastikasi dan skor stabilitas rahang atas pada sebagian kecil pasien. Perbedaan ini kemungkinan terjadi karena tingkat kepuasan pasien dalam hal mastikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti oklusi, kekuatan gigitan maksimum, dan saliva. Sebagian kecil pasien merasa tidak puas terhadap GTP dalam hal mastikasi, walaupun GTP dinilai baik dalam hal stabilitas rahang atas kemungkinan karena kehilangan seluruh gigi dapat mengganggu asupan nutrisi sehingga terjadinya penurunan kadar saliva yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan mastikasi.37 Berdasarkan tingkat kepuasan pasien dalam hal mastikasi, pasien paling banyak merasa sangat puas, yaitu 5 orang (16,7%), dan menurut penilaian klinis GTP juga dinilai sangat baik dalam hal stabilitas rahang bawah, sedangkan beberapa pasien merasa puas terhadap GTP dalam hal mastikasi, yaitu 2 orang (6,7%), namun menurut penilaian klinis GTP hanya dinilai sedang dalam hal stabilitas rahang bawah. Hal ini menunjukkan terdapat persamaan antara skor mastikasi dan skor stabilitas rahang bawah pada sebagian besar, namun terdapat perbedaan antara skor mastikasi dan skor stabilitas rahang bawah pada sebagian kecil pasien. Pasien merasa puas dalam hal mastikasi walaupun stabilitas GTP rahang bawah hanya dinilai sedang kemungkinan karena pasien sudah memakai GTP selama 1-2 tahun sehingga rongga mulut pasien telah beradaptasi dengan GTP.

Berdasarkan tingkat kepuasan pasien dalam hal kenyamanan rahang atas, pasien paling banyak merasa sangat puas, yaitu 7 orang (23,3%), dan menurut penilaian klinis GTP juga dinilai sangat baik dalam hal denture-bearing area rahang

atas, sedangkan beberapa pasien merasa sangat tidak puas dalam hal kenyamanan rahang atas, yaitu 1 orang (3,3%), namun menurut penilaian klinis GTP dinilai baik dalam hal denture-bearing area rahang atas. Hal ini menunjukkan terdapat persamaan antara skor kenyamanan rahang atas dan skor denture-bearing area rahang atas pada sebagian besar pasien, namun terdapat perbedaan antara skor kenyamanan rahang atas dan skor denture-bearing area rahang atas pada sebagian kecil pasien. Sebagian kecil pasien merasa sangat tidak puas dalam hal kenyamanan rahang atas walaupun denture-bearing area rahang atas dinilai baik kemungkinan karena faktor lain seperti pengalaman memakai GTP sebelumnya. Pasien dengan pengalaman memakai GTP sebelumnya yang positif dapat beradaptasi dengan GTP baru tetapi pasien dengan pengalaman memakai GTP sebelumnya yang negatif mengalami kesulitan beradaptasi dengan GTP baru.4 Sebagian kecil pasien kemungkinan mempunyai pengalaman mengalami GTP sebelumnya yang negatif sehingga tetap merasa tidak puas dalam hal kenyamanan rahang atas walaupun denture-bearing area rahang atas dinilai baik. Berdasarkan tingkat kepuasan pasien dalam hal kenyamanan rahang bawah, pasien paling banyak merasa tidak puas, yaitu 4 orang (13,3%), namun menurut penilaian klinis GTP dinilai baik dalam hal denture-bearing area rahang bawah, sedangkan beberapa pasien merasa sangat puas dalam hal kenyamanan rahang bawah, yaitu 2 orang (6,7%), namun menurut penilaian klinis GTP hanya dinilai sedang dalam hal denture-bearing area rahang bawah. Beberapa pasien juga merasa sangat tidak puas dalam hal kenyamanan rahang bawah, yaitu 1 orang (3,3%), namun menurut penilaian klinis GTP dinilai baik dalam hal denture-bearing area rahang bawah. Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan antara skor kenyamanan rahang bawah dan skor denture-bearing area rahang bawah. Perbedaan ini terjadi kemungkinan karena pasien langsung mendapatkan perawatan GTP setelah mengalami kehilangan seluruh gigi sehingga tidak mengalami masalah adaptasi neuromuskular dan adaptasi otot bibir, pipi, dan lidah dengan sayap gigi tiruan penuh.7 Oleh karena itu, pasien tetap merasa nyaman dengan GTP rahang bawah mereka walaupun denture-bearing area rahang bawah dinilai tidak baik. Selain itu, beberapa pasien merasa sangat tidak puas walaupun denture-bearing area dinilai baik

kemungkinan karena GTP pasien longgar sehingga menimbulkan rasa nyeri saat berfungsi akibat tekanan yang tidak terdistribusi secara merata. Rasa nyeri menyebabkan pasien merasa tidak nyaman walaupun denture-bearing area rahang bawah pasien baik.39

Pada tabel 9 menunjukkan hubungan penilaian klinis terhadap tingkat kepuasan pasien pemakai GTP. Uji Fisher menunjukkan ada hubungan yang signifikan (p < 0,05) antara dimensi vertikal terhadap tingkat kepuasan pasien pemakai GTP berdasarkan fonetik dengan nilai p = 0,006. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin baik dimensi vertikal GTP, semakin baik tingkat kepuasan pasien terhadap fonetik. Hal ini terjadi karena penurunan dimensi vertikal yang sering terjadi karena resorpsi linggir alveolar atau keausan anasir gigi dapat menyebabkan terjadinya peningkatan closest speaking space.

8 Peningkatan closest speaking space dapat menggangu pengucapan saat berbicara sehingga pasien merasa kurang puas dari segi fonetik dengan GTP mereka.31 Hal ini juga sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Ravuri RL dkk. (2013) yang menyatakan bahwa pasien dengan dimensi vertikal yang terlalu rendah akan menghasilkan bunyi berdesis saat pengucapan bunyi ‘s’.

Berdasarkan estetis, uji Fisher menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan (p > 0,05) antara estetis yang dinilai berdasarkan penilaian klinis dan estetis yang dinilai berdasarkan tingkat kepuasan pasien dengan nilai p = 0,267. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara estetis yang dinilai berdasarkan penilaian klinis dan estetis yang dinilai berdasarkan tingkat kepuasan pasien. Hal ini kemungkinan karena hubungan dokter gigi (mahasiswa kepaniteraan klinik) dan pasien yang baik. Berbagai penelitian menyatakan bahwa tingkat kepuasaan pasien lebih tinggi bila dokter gigi merawat pasien menggunakan perasaan pasien sebagai penuntun. Penelitian Hirsch dkk. (2005) menunjukkan bahwa variabel yang penting dalam penerimaan GTP oleh pasien adalah melibatkan pasien dalam proses pemilihan gigi tiruan bukan nilai estetis gigi tiruan yang dibuat.

31

47 Oleh karena itu, tidak ada perbedaan antara estetis yang dinilai berdasarkan penilaian klinis dan tingkat kepuasan pasien kemungkinan karena adanya faktor lain yang mempengaruhi

kepuasan pasien dalam hal estetis, sebagai contoh hubungan mahasiswa kepaniteraan klinik dan pasien yang baik sehingga dapat mencapai kesepakatan bersama dalam hal estetis. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Celebic A dkk. (2000) yang menyatakan ada perbedaan yang signifikan antara estetis yang dinilai berdasarkan penilaian klinis terhadap estetis yang dinilai berdasarkan tingkat kepuasan pasien.6

Berdasarkan stabilitas GTP rahang atas, uji Fisher menunjukkan ada hubungan yang signifikan (p < 0,05) antara stabilitas GTP rahang atas terhadap mastikasi dengan nilai p = 0,012. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin baik stabilitas GTP rahang atas, semakin baik tingkat kepuasan pasien terhadap mastikasi. Hal ini terjadi karena stabilitas gigi tiruan penuh berperan penting dalam menempatkan GTP pada posisinya. Mobilitas GTP mempengaruhi kepuasan pasien terhadap mastikasi. Gigi tiruan penuh dengan stabilitas yang tidak baik akan bergerak saat diberikan tekanan horizontal khususnya saat mastikasi sehingga menganggu proses mastikasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Stunic MK dkk. (2012) yang menyatakan bahwa stabilitas GTP yang baik memengaruhi kepuasan mastikasi pasien secara positif.

14 Hal ini juga sama dengan penelitian Brunello dan Mandikos (1998) yang menunjukkan hubungan yang signifikan antara stabilitas GTP dengan efisiensi mastikasi dan pilihan makanan.14 Berdasarkan stabilitas GTP rahang bawah, uji Fisher menunjukkan ada hubungan yang signifikan (p < 0,05) antara stabilitas GTP rahang bawah terhadap mastikasi dengan nilai p = 0,029. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin baik stabilitas GTP rahang bawah, semakin baik tingkat kepuasan pasien terhadap mastikasi. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Celebic A dkk. (2000) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara stabilitas GTP rahang bawah terhadap mastikasi.6 Hal ini kemungkinan karena mastikasi adalah proses yang melibatkan kedua-dua rahang yaitu rahang atas dan rahang bawah. Oleh karena itu, stabilitas rahang bawah juga penting untuk mencapai tingkat kepuasan pasien terhadap mastikasi yang baik.

Berdasarkan denture-bearing area rahang atas, uji Fisher menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan (p > 0,05) antara denture-bearing area rahang atas terhadap kenyamanan rahang atas dengan nilai p = 0,051. Hasil ini menunjukkan bahwa kenyamanan rahang atas tidak dipengaruhi oleh denture-bearing area rahang atas. Hal ini mungkin karena denture-bearing area yang dinilai di penelitian ini adalah hanya bentuk linggir alveolar. Kompresibilitas mukosa pada linggir edentulus tidak dinilai dalam penelitian ini. Penelitian Ribeiro JAM dkk. (2014) menyatakan bahwa kompressibilitas mukosa pada linggir edentulus sangat berhubungan dengan retensi gigi tiruan. Mukosa linggir edentulus yang flabby menyebabkan gigi tiruan penuh bergerak saat ada tekanan sehingga mengganggu kenyamanan pasien.22 Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Celebic A dkk. (2003) yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara denture-bearing area rahang atas terhadap kenyamanan rahang atas.7 Berdasarkan denture-bearing area rahang bawah, uji Fisher menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan (p > 0,05) antara

Dokumen terkait