• Tidak ada hasil yang ditemukan

Struktur Perekonomian Provinsi Banten

Gambaran mengenai struktur perekonomian provinsi Banten diperoleh dari Tabel Input-Output Provinsi Banten tahun 2010. Struktur perekonomian regional Provinsi Banten yang ditinjau berdasarkan struktur permintaan, struktur konsumsi rumah tangga, struktur konsumsi pemerintah, struktur investasi, struktur surplus perdagangan, struktur nilai tambah bruto dan struktur tenaga kerja.

Struktur Permintaan

Total permintaan merupakan penjumlahan dari permintaan antara dan permintaan akhir dalam struktur tabel Input-Output. Permintaan antara menunjukkan jumlah permintaan barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi, sedangkan permintaan akhir merupakan output suatu sektor yang langsung dipergunakan oleh rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor. Total permintaan Provinsi Banten pada tahun 2010

24

adalah sebesar Rp 555 triliun, yang terdiri dari permintaan antara sebesar Rp 166 triliun dan permintaan akhir sebesar Rp 389 triliun (Tabel 11).

Tabel 11Struktur permintaan sektor ekonomi Provinsi Banten

Sektor ekonomi

Permintaan antara Permintaan akhir Total permintaan

Jumlah (Rp Juta) Persen (%) Jumlah (Rp Juta) Persen (%) Jumlah (Rp Juta) Persen (%) Pertanian 13039706 7.82 13428640 3.45 26468346 4.76 Pertambangan dan Penggalian 202466 0.12 170907 0.04 373374 0.07 Industri Pegolahan 51437565 30.86 201163313 51.69 252600877 45.44

Listrik, Gas dan Air Bersih 14912648 8.95 8793959 2.26 23706607 4.26 Konstruksi 5312228 3.19 37518398 9.64 42830627 7.70 Perdagangan, Hotel dan Restoran 35227216 21.13 46343063 11.91 81570278 14.67 Transportasi dan Komunikasi 29166193 17.50 39692321 10.20 68858514 12.39 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 12006731 7.20 14453778 3.71 26460510 4.76 Jasa-jasa 5374178 3.22 27641562 7.10 33015739 5.94 Total 166678932 100.00 389205941 100.00 555884872 100.00

Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 9 sektor (diolah)

Besarnya kontribusi setiap sektor terhadap permintaan antara dan permintaan akhir Provinsi Banten ditunjukkan pada tabel 11. Sektor industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar yaitu Rp 252 triliun atau sebesar 45.44 persen dari total permintaan Provinsi Banten. Kontribusinya terdiri dari permintaan antara sebesar Rp 51 triliun dan permintaan akhir sebesar Rp 201 triliun. Jumlah permintaan akhir yang lebih besar dari permintaan antara mengindikasikan bahwa output sektor industri pengolahan lebih banyak digunakan untuk konsumsi langsung bukan sebagai input pada sektor lain dalam perekonomian Provinsi Banten. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran dan sektor transportasi dan komunikasi menempati peringkat kedua dan ketiga dalam kontribusi total permintaan. Sektor Penggalian memiliki total permintaan terkecil yaitu Rp 373 miliar atau sebesar 0.07 persen dari total permintaan provinsi Banten.

Struktur Konsumsi Rumah Tangga

Total konsumsi rumah tangga Provinsi Banten berdasarkan Tabel Input- Output klasifikasi 58 sektor tahun 2010 mencapai Rp 78 triliun. Sektor industri pengolahan menghasilkan nilai konsumsi rumah tangga tertinggi, yaitu sebesar Rp 23 triliun atau sekitar 30.49 persen dari total konsumsi rumah tangga (Tabel 12). Kemudian pada posisi kedua ditempati oleh perdagangan, hotel, dan restoran dengan nilai konsumsi rumah tangga sebesar Rp 15 triliun atau sebesar

25 19.66persen dan ketiga sektor transportasi dan komunikasi sebesar Rp 14 triliun atau sebesar 18.29 persen.

Tabel 12Struktur konsumsi rumah tangga terhadap sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten

Sektor ekonomi Konsumsi rumah tangga

Jumlah (Rp juta) Persen (%)

Pertanian 3542865 4.54

Pertambangan dan Penggalian 66 0.00

Industri Pegolahan 23798507 30.49

Listrik, Gas dan Air Bersih 2476966 3.17

Konstruksi 845891 1.08

Perdagangan, Hotel dan Restoran 15340674 19.66

Transportasi dan Komunikasi 14271354 18.29

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 8271211 10.60

Jasa-jasa 9499966 12.17

Total 78047501 100.00

Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 9 sektor (diolah) Struktur Konsumsi Pemerintah

Jumlah konsumsi pemerintah berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Banten tahun 2010 adalah Rp 10.77 triliun. Tabel 13 menunjukkan bahwa konsumsi pemerintah terbesar dialokasikan pada sektor jasa yaitu sebesar Rp 7.28 triliun atau sekitar 67.62 persen dari total keseluruhan konsumsi pemerintah. Berdasarkan tabel Input-Output provinsi Banten klasifikasi 58 sektor, sekitar Rp 4.52 triliun dialokasikan pemerintah untuk jasa administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib. Alokasi untuk subsektor ini lebih besar dibandingkan alokasi untuk subsektor jasa lainnya.

Tabel 13 Struktur konsumsi pemerintah terhadap sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten

Sektor ekonomi Konsumsi pemerintah

Jumlah (Rp juta) Persen (%)

Pertanian 10167 0.09

Pertambangan dan Penggalian 0 0.00

Industri Pegolahan 184595 1.71

Listrik, Gas dan Air Bersih 79893 0.74

Konstruksi 932357 8.66

Perdagangan, Hotel dan Restoran 1398016 12.98

Transportasi dan Komunikasi 684233 6.35

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 198641 1.84

Jasa-jasa 7284201 67.62

Total 10772103 100.00

26

Struktur Investasi

Total investasi merupakan penjumlahan dari pembentukan modal tetap dan perubahan stok. Total keseluruhan investasi Provinsi Banten pada tahun 2010 adalah Rp 55.87 triliun. Pada tabel 14 ditunjukkan bahwa sektor konstruksi mempunyai investasi terbesar yaitu Rp 35.58 triliun atau 63.71 persen dari total investasi provinsi Banten. Sektor selanjutnya yaitu sektor industri pengolahan berkontribusi sebesar Rp 12.52 triliun atau sekitar 23.41 persen dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar Rp 4.05 triliun atau sekitar 7.26 persen dari total investasi provinsi Banten.

Tabel 14Investasi sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten

Sektor ekonomi Pembentukan modal tetap (Rp juta) Perubahan stok (Rp juta) Investasi (Rp Juta) Persen (%) Pertanian 617018 710332 1327350 2.38

Pertambangan dan Penggalian 63 1563 1626 0.01

Industri Pegolahan 6965691 5558239 12523930 22.41

Listrik, Gas dan Air Bersih 0 64335 64335 0.12

Konstruksi 35595792 0 35595792 63.71

Perdagangan, Hotel dan Restoran 2946124 1109157 4055281 7.26 Transportasi dan Komunikasi 1632048 531228 2163276 3.87 Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan

0 0 0 0.00

Jasa-jasa 142383 -100 142283 0.25

Total 47899120 7974754 55873874 100.00

Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 9 sektor (diolah) Struktur Ekspor dan Impor

Total ekspor bersih diperoleh dari selisih antara total ekspor dan total impor. Jumlah ekspor bersih Provinsi Banten berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Banten Tahun 2010 adalah sebesar Rp 244.51 triliun.

Tabel 15Net ekspor sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten

Sektor ekonomi Net ekspor (Ekspor - Impor)

Jumlah (Rp juta) Persen (%)

Pertanian 8548252 3.50

Pertambangan dan Penggalian 169214 0.07

Industri Pegolahan 164656264 67.34

Listrik, Gas dan Air Bersih 6172761 2.52

Konstruksi 144366 0.06

Perdagangan, Hotel dan Restoran 25549097 10.45

Transportasi dan Komunikasi 22573472 9.23

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 5983939 2.45

Jasa-jasa 10715114 4.38

Total 244512479 100.00

27 Sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap ekspor bersih Provinsi Banten adalah sektor industri pengolahan dengan nilai kontribusi sebesar Rp 164.65 triliun atau 67.34 persen dari total keseluruhan ekspor bersih (Tabel 15). Sektor perdagangan, hotel, dan restoran berada pada urutan kedua dalam dengan nilai Rp 25.54 triliun atau sebesar 10.45 persen dari total ekspor bersih Provinsi Banten. Sektor transportasi dan komunikasi menempati urutan ketiga dengan kontribusi sebesar Rp 22.57 triliun atau sebesar 9.23 persen dari total ekspor bersih Provinsi Banten.

Struktur Nilai Tambah Bruto

Nilai tambah bruto (NTB) adalah balas jasa terhadap faktor produksi yang tercipta karena adanya kegiatan produksi. Nilai tambah bruto (NTB) pada Tabel Input Output Provinsi Banten Tahun 2010 dirinci menurut upah dan gaji, surplus usaha, penyusustan, pajak tidak langsung dan subsidi. Pajak tidak langsung netto merupakan selisih antara pajak tidak langsung dengan subsidi. Besarnya nilai tambah setiap sektor ditentukan oleh besarnya output atau nilai yang diproduksi atau yang dihasilkan serta jumlah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Tabel 16 menunjukkan total NTB yang dihasilkan oleh Provinsi Banten Tahun 2010 adalah sebesar Rp 230.81 triliun dengan perincian dari upah dan gaji sebesar Rp 73.15 triliun, surplus usaha Rp 11.80 triliun, penyusutan sebesar Rp 30.85 triliun, dan pajak tidak langsung netto sebesar Rp 8.72 triliun.

Tabel 16 Struktur nilai tambah bruto sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten Sektor ekonomi Upah dan gaji (Rp juta) Surplus usaha (Rp juta) Ratio upah gaji dan surplus usaha Penyusutan (Rp juta) Pajak tak langsung (Rp juta) Jumlah (Rp juta) Pertanian 6907764 7748274 0.89 618229 383250 15657516 Pertambangan dan Penggalian 117656 125099 0.94 33165 7703 283622 Industri Pegolahan 23680580 50324857 0.47 12057278 3743495 89806210 Listrik, Gas dan

Air Bersih 1458901 3574545 0.41 1144638 722331 6900415 Konstruksi 6124161 6156194 0.99 1227830 643076 14151261 Perdagangan, Hotel dan Restoran 7615349 22455080 0.34 2089374 2025005 34184807 Transportasi dan Komunikasi 7910448 11054397 0.72 9548854 428408 28942106 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 3143905 14817888 0.21 1711554 672867 20346214 Jasa-jasa 16198408 1816252 8.92 2427115 100494 20542269 Total 73157170 118072586 13.89 30858036 8726628 230814421

Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 9 sektor (diolah)

Sektor penyusun upah dan gaji tertinggi adalah sektor industri pengolahan dengan nilai sebesar Rp 23.68 triliun, kedua adalah sektor jasa dengan nilai Rp 16.19 triliun dan ketiga adalah sektor transportasi dan komunikasi sebesar Rp 7.91

28

triliun. Sektor industri pengolahan adalah sektor dengan penyerapan tenaga kerja tertinggi di Provinsi Banten.Sektor yang memberikan kontribusi paling tinggi pada surplus usaha adalah sektor industri pengolahan dengan nilai sebesar Rp 50.32 triliun, diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan nilai Rp 22.45 triliun dan ketiga sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar Rp 14.81 triliun.

Rasio upah gaji dan surplus usaha dapat digunakan untuk mengukur keseimbangan distribusi pendapatan antara pemilik modal dan tenaga kerja. Jika rasio upah gaji dengan surplus usaha suatu sektor bernilai satu, hal tersebut mengindikasikan bahwa terjadi keseimbangan dalam pendistribusian pendapatan pada suatu sektor perekonomian. Sektor jasa merupakan satu-satunya sektor yang memiliki rasio upah gaji dan surplus usaha lebih besar dari satu yaitu 8.92 karena besarnya pendapatan pekerja lebih rendah dibandingkan surplus usaha pemilik modal.Hal ini terjadi akibat faktor produksi yang digunakan yang digunakan pada sektor tersebut adalah padat karya.Pada sektor-sektor lainnya terjadi ketidakseimbangan antara upah dan gaji yang diterima pekerja dengan surplus usaha yang diterima oleh pemilik modal.

Unsur selanjutnya dari nilai tambah bruto adalah nilai penyusutan (pengurangan dari nilai barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi). Sektor yang memberikan nilai penyusutan tertinggi pada perekonomian Provinsi Banten tahun 2010 adalah sektor industri pengolahan dengan nilai Rp 12.05 triliun serta transportasi dan komunikasi menempati urutan kedua tertinggi dimana nilai penyusatannya sebesar Rp 9.54 triliun yang diikuti oleh sektor jasa dengan nilai penyusutan sebesar Rp 2.42 triliun.

Pajak tak langsung netto adalah selisih antara pajak tak langsung yang dibayar pemilik modal dengan subsidi yang diberikan pemerintah pada sektor tersebut. Pajak tak langsung netto yang terdapat pada perekonomian Provinsi Banten tahun 2010 terbesar berasal dari sektor industri pengolahan dengan nilai sebesar Rp 3.74 triliun, diikuti sektor perdagagan, hotel, dan restoran dengan nilai pajak tak langsung netto sebesar Rp 2.02 triliun, urutan ketiga sektor listrik, gas, dan air bersih yang memiliki nilai pajak tak langsung netto sebesar Rp 722.31 miliar.

Struktur Tenaga Kerja

Analisis struktur tenaga kerja ditujukan untuk mengukur tingkat produktivitas tenaga kerja sektoral yang dilihatberdasarkan rasio perbandingan antara nilai tambah sektoral dengan jumlahtenaga kerja masing-masing sektor. Jumlah tenaga kerja yang terserap oleh sektor ekonomi Provinsi Banten tahun 2010 sebanyak 4 151 126 orang (Tabel 17). Sektor yang menyerap tenaga kerja terbanyak yaitu sektor industri pengolahan sekitar 23.92 persen, kemudian sektor perdagangan, hotel, dan restoran 19.42 persen dan sektor jasa20.40 persen dari total tenaga kerja yang ada di Provinsi Banten.

Dua sektor yang memiliki tingkat produktivitas yang tinggi yaitu sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar Rp 286.33 juta/TK dan sektor listrik, gas dan air bersih sebesar Rp 246.23 juta/TK. Kebutuhan akan output dari sub-sektor ketenagalistrikan didominasi oleh sektor industri pengolahan di Banten. Total kapasitas pembangkit listrik yang terpasang di Banten tahun 2010 sekitar 6.300 MW (Distamben Provinsi Banten, 2013). Kedua sektor ini memiliki sedikit

29 pekerja tetapi mampu menghasilkan nilai tambah bruto yang tinggi sehingga menghasilkan tingkat produktivitas yang tinggi.

Tabel 17Struktur tenaga kerja sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten

Sektor ekonomi Nilai tambah bruto (Rp juta) Upah dan gaji (Rp juta) Jumlah tenaga kerja (Orang) Produktivitas (Juta/TK) Upah per tenaga kerja (Juta/TK) Pertanian 15657516 6907764 788886 19.85 8.76 Pertambangan dan Penggalian 283622 117656 27229 10.42 4.32 Industri Pegolahan 89806210 23680580 993266 90.42 23.84 Listrik, Gas dan Air

Bersih 6900415 1458901 28024 246.23 52.06 Konstruksi 14151261 6124161 202673 69.82 30.22 Perdagangan, Hotel dan Restoran 34184807 7615349 863281 39.60 8.82 Transportasi dan Komunikasi 28942106 7910448 329801 87.76 23.99 Keuangan,

Persewaan dan Jasa Perusahaan

20346214 3143905 71058 286.33 44.24

Jasa-jasa 20542269 16198408 846908 24.26 19.13

Total 230814421 73157170 4151126 55.60 17.62

Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 9 sektor (diolah)

Upah per tenaga kerja dihitung melalui rasio upah dan gaji dengan jumlah tenaga kerja masing-masing sektor. Sektor listrik, gas, dan air bersih memiliki upah per tenaga kerja tertinggi yaitu Rp 52.06 juta/TK/tahun atau sekitar Rp 4.33 juta/TK/bulan. Upah per tenaga kerja yang besar disebabkan oleh jumlah tenaga kerja yang digunakan sedikit tetapi upah dan gaji keseluruhan yang diterima pekerja besar. Sektor dengan upah per tenaga kerja terendah adalah sektor penggalian yaitu Rp 4.32 juta/TK/tahun atau sekitar Rp 360.08 ribu/TK/bulan. Jumlah ini jauh dari Upah Minimum Provinsi Banten tahun 2010 yaitu Rp 955.300 ribu/TK/bulan.

Analisis Keterkaitan

Analisis keterkaitan terbagi menjadi dua yaitu, keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang. Nilai keterkaitan langsung ke depan dan ke belakang diperoleh dari nilai koefisien teknis, sedangkan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan dan ke belakang diperoleh dari nilai matriks kebalikan Leontief.

Keterkaitan ke Depan

Keterkaitan ke depan merupakan keterkaitan sektor produksi hulu terhadap sektor produksi hilirnya.Keterkaitan ke depan terbagi menjadi dua, yaitu keterkaitan langsung ke depan dan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke

30

depan.Nilai keterkaitan ke depan mendeskripsikan jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu satuan, maka output suatu sektor yang dialokasikan ke sektor tersebut dan juga sektor-sektor lainnya akan meningkat sebesar nilai keterkaitannya.

Tabel 18 Keterkaitan ke depan sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten klasifikasi 9 Sektor

Sektor ekonomi Keterkaitan ke depan

KD KDLTi

Pertanian 0.02346 1.26802

Pertambangan dan Penggalian 0.00036 1.00528

Industri Pegolahan 0.09253 1.87626

Listrik, Gas dan Air Bersih 0.02683 1.30617

Konstruksi 0.00956 1.18746

Perdagangan, Hotel dan Restoran 0.06337 1.70031 Transportasi dan Komunikasi 0.05247 1.59740 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0.02160 1.26286

Jasa-jasa 0.00967 1.13650

Keterangan: KD : Keterkaitan ke depan langsung

KDLTi : Keterkaitan ke depan langsung dan tidak langsung Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 9 sektor (diolah)

Tabel 18 menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan memiliki nilai keterkaitan langsung dan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan terbesar dengan nilai 0.09253 dan 1.87626. Nilai ini menjelaskan bahwa apabila terjadi peningkatan pada permintaan akhir sebesar Rp 1 juta, maka output sektor industri pengolahan yang langsung dialokasikan ke sektor yang menggunakan output dari sektor industri pengolahan termasuk sektor itu sendiri akan mengalami peningkatan sebesar Rp 92 530 serta secara langsung dan tidak langsung akan mengalami peningkatan sebesar Rp 1 876 260.

Tabel 19 menunjukkan sepuluh sektor dengan nilai keterkaitan ke depan terbesar pada tabel Input-Output klasifikasi 58 sektor untuk memfokusan sub- sekor ekonomi apa yang dapat dikembangkan pada sektor industri pengolahan. Sektor industri makanan, minuman, dan tembakau merupakan sub-sektor dari sektor industri pengolahan yang berada pada urutan ketiga dengan nilai keterkaitan ke depan langsung terbesar sebesar 0.01793. Tiga sektor yang terbanyak menggunakan output dari sektor industri makanan, minuman, dan tembakau secara langsung adalah sektor peternakan, sektor industri kulit dan barang dari kulit, serta sektor penyediaan makanan dan minuman. Sektor ini juga memiliki nilai keterkaitan ke depan langsung dan tidak langsung yang berada pada urutan kedua yaitu 2.85239. Tiga sektor yang menggunakan output per unit kenaikan permintaan akhir untuk sektor industri makanan, minuman, dan tembakau adalah sektor industri makanan, minuman, dan tembakau, sektor peternakan dan sektor penyediaan makanan dan minuman.

31 Tabel 19 Keterkaitan ke depan sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten

klasifikasi 58 Sektor

Rank Sektor ekonomi KD Sektor ekonomi KDLTi

1 Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

0.05399 Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

4.63039

2 Ketenagalistrikan 0.02418 Industri Makanan, Minuman dan Tembakau

2.85239 3 Industri Makanan,

Minuman dan Tembakau

0.01793 Ketenagalistrikan 2.61670

4 Angkutan Udara 0.01656 Angkutan Udara 2.03340

5 Angkutan Darat 0.01501 Informasi dan Komunikasi 1.99017 6 Informasi dan Komunikasi 0.01483 Angkutan Darat 1.95110

7 Real Estate 0.01060 Konstruksi 1.92652

8 Industri Komputer, Barang Elektronik, Optik dan Peralatan Listrik

0.01038 Pertambangan Minyak Bumi, Gas Alam dan Panas, Batubara dan Lignit

1.79271

9 Tanaman Pangan 0.01006 Industri Komputer, Barang Elektronik, Optik dan Peralatan Listrik

1.59491

10 Konstruksi 0.00956 Pertambangan dan Penggalian Lainnya

1.59144 Keterangan: KD : Keterkaitan ke depan langsung

KDLTi : Keterkaitan ke depan langsung dan tidak langsung Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 58 sektor (diolah) Keterkaitan ke Belakang

Keterkaitan ke belakang merupakan keterkaitan sektor produksi hilir terhadap sektor produksi hulunya. Keterkaitan ke belakang terbagi menjadi dua, yaitu keterkaitan langsung ke belakang dan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang.

Tabel 20 Keterkaitan ke belakang sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten klasifikasi 9 sektor

Sektor ekonomi Keterkaitan ke belakang

KB KBLTi

Pertanian 0.25158 1.35595

Pertambangan dan Penggalian 0.09586 1.14193

Industri Pegolahan 0.28527 1.40707

Listrik, Gas dan Air Bersih 0.22321 1.30793

Konstruksi 0.33803 1.48723

Perdagangan, Hotel dan Restoran 0.39418 1.55694 Transportasi dan Komunikasi 0.34700 1.51483 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0.15728 1.22422

Jasa-jasa 0.24069 1.34418

Keterangan: KB : Keterkaitan ke belakang langsung

KBLTi : Keterkaitan ke belakang langsung dan tidak langsung Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 9 sektor (diolah)

32

Nilai keterkaitan ke belakang mendeskripsikan seberapa besar nilai input yang dibutuhkan suatu sektor untuk setiap unit kenaikan permintaan total dari sektor lain maupun dari sektor itu sendiri.Pada tabel 20 ditunjukkan bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki nilai keterkaitan langsung dan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang terbesar dengan nilai 0.39418 dan 1.55694. Nilai ini menjelaskan bahwa apabila terjadi peningkatan pada permintaan akhir sebesar Rp 1 juta, maka sektor perdagangan, hotel dan restoran akan meningkatan permintaan input secara langsung terhadap sektor hulunya maupun sektor itu sendiri sebesar Rp 394 180 serta secara langsung dan tidak langsung akan meningkatkan permintaan input sebesar Rp 1 556 940.

Tabel 21 Keterkaitan ke belakang sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten klasifikasi 58 sektor

Rank Sektor Ekonomi KB Sektor Ekonomi KBLTi

1 Industri Komputer, Barang Elektronik, Optik dan Peralatan Listrik

0.44787 Industri Komputer, Barang Elektronik, Optik dan Peralatan Listrik

1.70838

2 Industri Makanan, Minuman dan Tembakau

0.44600 Industri Makanan, Minuman dan Tembakau

1.63982 3 Industri Barang-Barang

Dari Logam Dasar Bukan Besi

0.41242 Industri Kertas dan Barang dari Kertas

1.62024

4 Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

0.40168 Angkutan Darat 1.60571

5 Angkutan Darat 0.40094 Peternakan 1.59645

6 Industri Kertas dan Barang dari Kertas

0.39963 Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

1.56830

7 Perikanan 0.38683 Penyediaan Makan

Minum

1.56019

8 Angkutan Udara 0.37034 Angkutan Laut 1.55158

9 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

0.36187 Angkutan Udara 1.54435 10 Penyediaan Makan Minum 0.36025 Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial

1.54284 Keterangan: KB : Keterkaitan ke belakang langsung

KBLTi : Keterkaitan ke belakang langsung dan tidak langsung Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 9 sektor (diolah)

Tabel 21 menunjukkan sepuluh sektor dengan nilai keterkaitan ke belakang terbesar pada tabel Input-Output klasifikasi 58 sektor untuk memfokusan sub- sekor ekonomi apa yang dapat dikembangkan pada sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor merupakan sub-sektor dari sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang berada pada urutan keempat dengan nilai keterkaitan langsung ke belakang sebesar 0.40168. Tiga sektor penyedia input secara langsung bagi sektor ini adalah sektor real estate, sektor perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor, serta sektor informasi dan komunikasi. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor juga

33 memiliki nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang cukup besar yaitu 1.56830, dimana tiga sektor utama yang menyediakan input per unit kenaikan permintaan akhirnya sama dengan ketiga sektor penyedia input secara langsung.

Analisis Dampak Penyebaran

Daya penyebaran dan derajat kepekaan merupakan perbandingan dampak, baik ke belakang maupun ke depan, terhadap rata-rata seluruh dampak sektor (Daryanto dan Hafizrianda 2010). Kedua indeks ini merupakan bagian dalam analisis dampak penyebaran mampu memperbandingkan derajat keterkaitan antarsektor sehingga memadai untuk dipakai sebagai landasan penentuan sektor unggulan. Suatu sektor dikatakan memiliki koefisien penyebaran dan derajat kepekaan yang tinggi apabila nilai indeksnya lebih besar dari satu.

Tabel 22 Indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten klasifikasi 9 Sektor

Sektor Ekonomi IDP IDK

Pertanian 0.98892 0.92479

Penggalian 0.83283 0.73317

Industri Pegolahan 1.02620 1.36840

Listrik, Gas dan Air Bersih 0.95390 0.95262

Konstruksi 1.08467 0.86604

Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.13551 1.24007

Transportasi dan Komunikasi 1.10479 1.16501

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0.89285 0.92103

Jasa-jasa 0.98034 0.82888

Keterangan: IDP : Indeks daya penyebaran IDK : Indeks derajat kepekaan

Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 9 sektor (diolah) Koefisien Penyeberan (Daya Penyebaran ke Belakang)

Koefisien penyebaran adalah efek yang ditimbulkan akibat peningkatan output suatu sektor tersebut terhadap output sektor-sektor hulunya. Tabel 22 menunjukan terdapat empat sektor ekonomi yang memiliki koefisien penyebarandengan nilai indeks lebih besar dari satu di Provinsi Banten, yaitu sektor industri pengolahan, sektor konstruksi, sektor perdagangan, hotel, dan restoran dan sektor transportasi dan komunikasi. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran memiliki nilai koefisien penyebaran tertinggi sebesar 1.13551. Sub-sektor yang dapat dikembangan dari sektor ini adalah sektor perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor dan sektor penyediaan makan minum karena memiliki nilai koefisien yang besar yaitu 1.15781 dan 1.15183 (Tabel23).

Derajat Kepekaan Penyebaran (Daya Penyebaran ke Depan)

Derajat Kepekaan adalah efek yang ditimbulkan akibat peningkatan output suatu sektor tersebut terhadap output sektor-sektor hilirnya. Tabel 22 menunjukan terdapat tiga sektor ekonomi yang memiliki kepekaan penyebaran dengan nilai

34

indeks lebih besar dari satu di Provinsi Banten, yaitu sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran dan sektor transportasi dan komunikasi.Sektor industri pengolahan memiliki nilai derajat kepekaan tertinggi sebesar 1.36840. Sub-sektor yang dapat dikembangan dari sektor industri pengolahan adalah sektor industri makanan, minuman dan tembakau dengan nilai indeks 2.10581 dan sektor industri komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik dengan nilai indeks 1.17746 (Tabel 23).

Tabel 23 Indeks daya penyebaran dan derajat kepekaan sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten klasifikasi 58 sektor

Rank Sektor ekonomi IDP Sektor ekonomi IDK

1 Industri Komputer,

Barang Elektronik, Optik dan Peralatan Listrik

1.26123 Perdagangan Besar dan

Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

3.41843

2 Industri Makanan,

Minuman dan Tembakau

1.21061 Industri Makanan,

Minuman dan Tembakau

2.10581

3 Industri Kertas dan

Barang dari Kertas

1.19616 Ketenagalistrikan 1.93180

4 Angkutan Darat 1.18543 Angkutan Udara 1.50118

5 Peternakan 1.17859 Informasi dan

Komunikasi

1.46927

6 Perdagangan Besar dan

Dokumen terkait