• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keadaan Umum Daerah Penelitian Letak dan Kondisi Geografis

Kondisi iklim tropis Provinsi Jawa Tengah yang terletak antara 5o40'-8o30' LS dan antara 108o30'-111o30' BT menjadikan potensi dan ancaman bencana.

26

Dampak dari bahaya iklim tersebut adalah banjir, kekeringan, kebakaran lahan dan badai angin. Kejadian bencana alam karena iklim dalam sepuluh tahun terakhir diantaranya adalah banjir di Demak, Semarang, Brebes, Cilacap, Kebumen dan Purworejo; kekeringan di Demak, Grobogan dan Wonogiri; kebakaran lahan di lereng Lawu, Merbabu, Merapi, Sumbing dan Slamet; terjadi pula badai angin terjadi di Kabupaten Karanganyar, Boyolali, Klaten dan bagian selatan Provinsi Jawa Tengah.

Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah memiliki 26 kecamatan salah satunya adalah Kecamatan Adimulyo dimana pengambilan data dilakukan di kecamatan ini. Kecamatan Adimulyo terletak di dataran rendah, dengan ketinggian 14 m di atas permukaan laut. Luas wilayah 4.343 hektar atau 43,43 km2. Kecamatan Adimulyo berbatasan dengan beberapa kecamatan, di sebelah utara : Kec. Karanganyar dan Kec. Gombong, di sebelah timur : Kec. Sruweng dan Kec. Petanahan, di sebelah selatan : Kec. Puring dan Kec. Petanahan, di sebelah barat : Kec. Kuwarasan dan Kec. Gombong. Letak astronomis Kecamatan Adimulyo yakni antara 700-800 LS dan antara 1090-1100 BT. Luas wilayah Kecamatan Adimulyo sebesar 3,39 persen dari total luas Kecamatan Adimulyo. Kecamatan Adimulyo secara administratif terdiri dari 23 desa, yaitu Sugihwaras, Tambakharjo, Tepakyang, Sidomulyo, Wajasari, Candiwulan, Adikarto, Adimulyo, Temanggal, Joho, Adiluhur, Tegalsari, Sekarteja, Kemujan, Mangunharjo, Banyuarta, Meles, Caruban, Bonjok, Arjomulyo, Arjosari, Pekuwon, dan Sidomukti, peta wilayah disajikan pada Lampiran 1. Bencana banjir merupakan kejadian rutin di Kabupaten Kebumen, namun hal ini terjadi hanya di daerah-daerah rawan banjir. Sedangkan kejadian bencana terbesar di Kebumen adalah pada tanggal 17 Juli 2006 yaitu bencana Tsunami yang menimbulkan dampak parah di daerah pantai Cilacap, Kebumen, dan Purworejo. Selain jatuhnya korban jiwa, juga terdapat banyak kerusakan rumah/bangunan, saran penangkap ikan, dan kerusakan lingkungan pantai.

Daerah penelitian berlokasi di Desa Kemujan dan Tegalsari, berdasarkan data terakhir tahun 2013 luas wilayah menurut lahan sawah dan lahan kering di Desa Kemujan adalah 130 ha dan 61,24 ha, sedangkan di Desa Tegalsari adalah 142 ha dan 107,95 ha. Berdasarkan luas lahan bukan tanah di Desa Kemujan dan Tegalsari adalah diperuntukan pemukiman, tegalan/kebun, dan lainnya yaitu untuk Desa Kemujan seluas 32,87 ha, 2,17 ha, dan 26,20 ha, sedangkan Desa Tegalsari seluas 52,35 ha, 17,87 ha, dan 37,73 ha. Jarak dari kantor desa ke ibukota kecamatan dan ibukota kabupaten adalah Desa Kemujan sejauh 0,40 km dan 20,40 km, sedangkan Desa Tegalsari sejauh 1,70 km dan 21,70 km.

Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk

Jumlah Penduduk. Secara agregat penduduk di Kecamatan Adimulyo pada tahun 2013 tercatat 34.085 jiwa berkurang sebesar 0,65persen dari tahun sebelumnya, dengan jumlah rumah tangga sebanyak 9.980 rumah tangga sehingga rata-rata jumlah jiwa per rumah tangga sebesar 3 jiwa. Kepadatan penduduk Kecamatan Adimulyo sebesar 785 jiwa/km2. Sedangkan jika dilihat menurut usia produktif penduduk Kecamatan Adimulyo adalah 63 persen (21.395 jiwa) dan usia tidak produktif sebesar 37 persen (12.690 jiwa). Banyaknya perangkat desa, dusun, rukun warga, dan rukun tetangga adalah Desa Kemujan 11 orang, 4 dusun, 2 rukun warga, dan 9 rukun tetangga, sedangkan Desa Tegalsari sebanyak 14

27 orang, 8 dusun, 5 rukun warga, dan 10 rukun tetangga. Jumlah penduduk dewasa berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan di Desa Kemujan sebanyak 429 jiwa dan 474 jiwa, sedangkan di Desa Tegalsari sebanyak 573 jiwa dan 619 jiwa.

Perkembangan Kemiskinan Tahun 2009-2014. Pada periode tahun 2009 – 2013 jumlah penduduk miskin mengalami kecenderungan menurun dari 5,726 juta orang pada tahun 2009 menjadi 4,561 juta orang pada September 2014. Secara relatif juga terjadi penurunan persentase penduduk miskin dari 17,72 persen pada tahun 2009 menjadi 13,58 persen pada September 2014. Jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah pada September 2014 sebesar 4,562juta orang (13,58 persen) turun sekitar 274,6 ribu orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2014 yang berjumlah 4,836 juta orang (14,46 persen). Di daerah perkotaan mengalami penurunan 173,8 ribu orang (- 1,18 persen) menjadi 1.771,53 ribu orang pada September 2014. Demikian pula untuk daerah perdesaan, menurun 100,9 ribu orang (-0,61 persen) menjadi 2.790,29 ribu orang pada periode yang sama. Selama periode Maret 2014 – September 2014, distribusi penduduk miskin antara daerah perkotaan dan perdesaan tidak banyak berubah. Pada Maret 2014, sebagian besar (59,78 persen) penduduk miskin berada di daerah perdesaan begitu pula pada September 2014 (61,17 persen).

Mata Pencaharian. Mayoritas mata pencaharian penduduk di Kecamatan Adimulyo adalah bertani/petani baik petani yang memiliki lahan sawah, petani penggarap, maupun buruh tani. Kecamatan Adimulyo merupakan salah satu kecamatan penyangga pangan pokok khususnya padi di Kecamatan Adimulyo. Pada tahun 2013 produksi padi sawah mencapai 38.365,51 ton, sedangkan untuk luas panen padi sebesar 5.955 ha. Produksi padi sawah di Desa Kemujan sebanyak 1.584,12 ton dengan luas panen 260 ha, sedangkan di Desa Tegalsari sebanyak 1.717,48 ton dengan luas panen 281 ha. Banyaknya rumah tangga usaha tanaman pangan di Desa Kemujan sebanyak 304 dan sebanyak 353 di Desa Tegalsari. Mata pencaharian lainnya adalah pegawai swasta, pegawai pemerintahan bukan PNS, PNS, maupun petugas kesehatan baik yang bekerja pada fasilitas kesehatan swasta maupun pemerintah. Namun strategi nafkah yang biasa dijalani penduduk Kecamatan Adimulyo adalah pembuat tempe, pedagang, pencari ikan di sungai, dan buruh serabutan.

Pendidikan. Ketersediaan fasilitas pendidikan baik sarana maupun prasarana akan sangat menunjang dalam meningkatkan mutu pendidikan. Banyaknya Taman Kanak-kanak di Desa Kemujan sebanyak 1 sekolah dan Desa Tegalsari 1 sekolah. Banyaknya Sekolah Dasar Negeri di Desa Kemujan sebanyak 1 sekolah dan Desa Tegalsari sebanyak 1 sekolah, sedangkan untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas di kedua desa daerah penelitian tidak ada yang memiliki. Hal ini sarana dan prasarana untuk pendidikan dinilai sangat kurang, sehingga untuk mengenyam pendidikan setelah Sekolah Dasar murid-murid harus menempuh jarak yang jauh sekali dari rumah ke sekolah. Ketersediaan prasarana pendidikan di suatu wilayah tentunya akan memudahkan masyarakatnya untuk mengakses pendidikan. Dengan demikian diharapakan tingkat pendidikan masyarakat akan dapat meningkat. Sebaliknya ketidaktersediaan prasarana pendidikan di suatu wilayah akan menyulitkan masyarakat untuk mengakses pendidikan, terutama bagi kalangan ekonomi

28

menengah ke bawah, karena untuk mengakses pendidikan memerlukan biaya transportasi. Namun banyaknya sekolah di Kecamatan Adimulyo sendiri adalah sebanyak 27 sekolah swasta Taman Kanak-Kanak, 27 Sekolah Dasar Negeri, 2 sekolah swasta Sekolah Dasar, 2 SLTP Negeri, 1 sekolah swasta SLTP, belum ada SLTA Negeri dan 1 sekolah swasta SLTA

Agama. Kehidupan beragama yang harmonis sangat didambakan masyarakat. Namun oleh karena sebagian besar penduduk beragama Islam, maka prasarana peribadatan yang terbanyak juga untuk pemeluk agama Islam. Desa Kemujan sebanyak 2 buah masjid dan 6 buah langgar/mushola, sedangkan Desa Tegalsari sebanyak 3 buah masjid dan 7 buah langgar/mushola.

Kesehatan dan Keamanan. Pembangunan kesehatan menyangkut aspek mendasar dalam pembangunan manusia. Keberhasilan pembangunan kesehatan akan berdampak langsung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Namun di daerah penelitian dinilai masih sangat kurang adanya sarana dan prasarana kesehatan, di Desa Kemujan hanya ada sebanyak 5 petugas kesehatan terdiri dari dokter umum, dokter gigi, dan bidan masing-masing 1 orang, dan 2 orang perawat. Sedangkan di Desa Tegalsari hanya ada 1 orang bidan sebagai petugas kesehatan. Fasilitas keamanan berdasarkan jumlah anggota hansip dan pos/gardu keamanan adalah untuk Desa Kemujan 13 orang hasip dan 7 pos/gardu keamanan, Desa Tegalsari 9 orang hansip dan 5 pos/gardu keamanan.

Karakteristik Keluarga Usia Suami dan Istri

Usia Suami. Usia suami berada pada rentang 23 sampai dengan 71 tahun dengan rata-rata keseluruhan 44,94. Usia suami dibedakan menjadi lima klasifikasi, yaitu 23-34 tahun, 35-44 tahun, 45-54 tahun, 55-64 tahun, dan 65+ tahun klasifikasi umur petani utama ini ditentukan rentang 10 tahun sesuai dengan acuan BPS (Tabel 2). Terdapat 37 persen memiliki usia suami pada usia 35-44 tahun, proporsi kedua adalah keluarga yang memiliki usia suami pada usia 45-54 tahun yaitu sebesar 28 persen. Selanjutnya keluarga yang memiliki usia suami rentang 22-34 tahun atau rentang termuda adalah sebesar 18 persen, sisanya 10 persen memiliki usia suami 55-64 tahun dan 7 persen memiliki usia suami 65+ tahun adalah proporsi terkecil. Suami pada keluarga contoh di Desa Kemujan yang letak desanya dekat dengan ibukota kecamatan memiliki rata-rata usia 47,46 tahun, sedangkan di Desa Tegalsari desa yang letaknya jauh dari ibukota kecamatan memiliki rata-rata usia 42,42 tahun. Dapat dilihat usia suami pada keluarga contoh yang bertempat tinggal di Desa Kemujan lebih tua sekitar 5 tahun dibandingkan keluarga contoh yang bertempat tinggal di Desa Tegalsari. Namun hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara usia suami keluarga contoh di desa yang letaknya dekat dengan desa yang letaknya jauh dari ibukota kecamatan (nilai p=0,953) atau > α=0,05. Mayoritas usia suami di Desa Kemujan dan Desa Tegalsari berada pada kelompok usia 35- 44 tahun sebesar 18 persen dan 19 persen, sedangkan usia termuda suami adalah 23 tahun dan usia tertua adalah 70 tahun.

Usia Istri. Mayoritas keluarga contoh memiliki usia isteri pada kelompok 35-44 tahun yaitu sebanyak 34 persen. Usia termuda istri adalah 22 tahun dan tertua 70 tahun. Jika dibandingkan dengan usia suami usia istri dikatakan lebih

29 muda dengan rata-rata keseluruhan usia istri adalah 40,61 tahun, sedangkan usia suami 44,94 tahun (Lampiran 3). Dilihat dari lokasi tempat tinggal rata-rata usia istri keluarga contoh di Desa Kemujan desa yang letaknya dekat dengan ibukota kecamtan berusia 42,52 tahun, sedangkan usia istri keluarga contoh yang bertempat tinggal di Desa Tegalsari desa yang letaknya jauh dari ibukota kecamatan lebih muda yaitu berusia 38,70 tahun. Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara usia istri di kedua desa dengan nilai p= 0,247 atau > α=0,05.

Tabel 2 Sebaran keluarga contoh berdasarkan usia suami-istri dan lokasi tempat tinggal

Rentang usia

Usia suami Usia istri

Dekat Jauh Dekat Jauh

n % n % n % n % 22-34 tahun 5 10,0 13 26,0 13 26,0 20 40,0 35-44 tahun 18 36,0 19 38,0 18 36,0 16 32,0 45-54 tahun 16 32,0 12 24,0 9 18,0 11 22,0 55-64 tahun 6 12,0 4 8,0 8 16,0 2 4,0 65+ tahun 5 10,0 2 4,0 2 4,0 1 2,0 Total 50 100,0 50 100,0 50 100,0 50 100,0 Min-maks (tahun) 23±70 22±70 Rata-rata ± std (tahun) 47,46±10,757 42,42±10,719 42,52±11,956 38,70±10,520 P-value 0,953 0,247

Keterangan: 1 Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada usia suami antara keluarga contoh dengan p-value >α=0,05

2 Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada usia isteri antara keluarga contoh dengan p-value >α=0,05

Lama Pendidikan Suami dan Istri

Lama Pendidikan Suami. Secara umum, lama dan tingkat pendidikan suami-istri keluarga contoh pada penelitian ini memiliki paling rendah 1 tahun dan paling tinggi 12 tahun (Tabel 3). Dalam penelitian ini responden yang terpilih adalah keluarga buruh tani, hal ini berarti tidak ada keluarga contoh yang menempuh pendidikan lebih tinggi dari SMA/sederajat. Adapun rata-rata lama pendidikan suami-isteri 7,92 dan 7,27 tahun (Lampiran 3). Rata-rata ini dinilai rendah berdasarkan rata-rata lama pendidikan di Indonesia yaitu 8,3 tahun laki- laki dan 7,5 tahun perempuan. Namun rata-rata lama pendidikan suami-isteri pada keluarga contoh dinilai lebih tinggi berdasarkan rata-rata lama pendidikan Provinsi Jawa Tengah yaitu 7,5 tahun laki-laki dan 6,7 tahun perempuan. Proporsi terbesar keluarga yang memiliki lama pendidikan yaitu 48 persen dan 59 persen adalah keluarga yang memiliki lama pendidikan suami dan istri hanya sampai 6 tahun atau tamat SD/sederajat. Ditinjau dari lokasi tempat tinggal lama pendidikan suami pada keluarga contoh yang bertempat tinggal di Desa Kemujan desa yang letaknya dekat dengan ibukota kecamatan memiliki rata-rata lama pendidikan yang lebih rendah yaitu 7,20 tahun dibandingkan lama pendidikan suami keluarga contoh yang bertempat tinggal di Desa Tegalsari desa yang letaknya jauh dari ibukota kecamatan yaitu 8,64 tahun. Hal ini terjadi diindikasikan bahwa di Desa Kemujan mayoritas yang menjadi keluarga contoh memiliki usia lebih tua yang terdahulu dan mayoritas penduduknya memiliki tingkat pendidikan yang rendah.

30

Hasil uji-t menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara lama pendidikan suami di Desa Kemujan dan Desa Tegalsari dengan (p-value= 0,931) atau lebih dari α=0,05.

Tabel 3 Sebaran keluarga contoh berdasarkan lama pendidikan suami-istri dan lokasi tempat tinggal

Lama pendidikan

Suami Istri

Dekat Jauh Dekat Jauh

n % n % n % n % Tidak tamat SD (<6 tahun) 4 8,0 0 0,0 3 6,0 2 4,0 Tamat SD (>6 tahun) 28 56,0 20 40,0 31 62,0 28 56,0 Tamat SMP (9 tahun) 11 22,0 16 32,0 15 30,0 10 20,0 Tamat SMA (12 tahun) 7 14,0 14 28,0 1 2,0 10 20,0 Total 50 100,0 50 100,0 50 100,0 50 100,0 Min-maks (tahun) 1-12 1-12 Rata-rata ± std (tahun) 7,20±2,634 8,64±2,472 6,92±1,712 7,62±2,710 P-value 0,931 0,000**

Keterangan: 1 Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada lama pendidikan suami antara keluarga contoh dengan p-value >α=0,05

2 **Terdapat perbedaan yang signifikan pada lama pendidikan isteri antara keluarga contoh dengan p-value <α=0,01

Lama Pendidikan Isteri. Tidak berbeda dengan lama pendidikan suami keluarga contoh, secara keseluruhan mayoritas atau sebagian besar (59 persen) keluarga contoh memiliki lama pendidikan istri hanya pada tingkat Sekolah Dasar (SD) atau 6 tahun. Rata-rata lama pendidikan istri lebih rendah dibanding rata-rata lama pendidikan suami. Berdasarkan lokasi tempat tinggal, tidak berbeda dengan lama pendidikan suami pada keluarga contoh di Desa Kemujan desa yang letaknya dekat dengan ibukota kecamatan juga lebih rendah yaitu memiliki rata- rata 6,92 tahun dan Desa Tegalsari desa yang letaknya jauh dari ibukota kecamatan 7,62 tahun.

Hasil uji-t menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan lama pendidikan istri di desa yang letaknya dekat dengan pusat pemerintahan dan desa yang letaknya jauh dengan pusat pemerintahan (p-value=0,000) atau < α=0,01. Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata lama pendidikan suami (7,92 tahun) dan isteri (7,27 tahun) dinilai sangat rendah apabila berpedoman pada Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 yang menyatakan tentang wajib belajar sembilan tahun dan pemberantasan buta aksara dan dinilai lebih rendah berdasarkan rata-rata lama pendidikan penduduk usia 15 tahun ke atas menurut seluruh Indonesia tahun 2011 yaitu 8,3 tahun laki-laki dan 7,5 tahun perempuan (BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2011). Namun rata-rata lama pendidikan suami-isteri pada keluarga dinilai lebih tinggi berdasarkan data rata- rata lama pendidikan penduduk usia 15 tahun ke atas menurut provinsi Jawa Tengah dan jenis kelamin tahun 2011 yaitu 7,5 tahun laki-laki dan 6,7 tahun perempuan (BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2011).

31 Pekerjaan Sampingan Kepala Keluarga dan Pekerjaan Ibu Rumah Tangga

Pekerjaan Sampingan Kepala Keluarga. Sebanyak 77 persen kepala keluarga memiliki pekerjaan lain disamping pekerjaan utama sebagai buruh tani. Hal ini dilakukan dengan alasan bahwa sebagai tambahan penghasilan. Tabel 4 menunjukkan bahwa sebanyak 23 persen keluarga dengan kepala keluarga tidak memiliki pekerjaan sampingan. Proporsi terbanyak memiliki pekerjaan sampingan kepala keluarga dengan beternak sebanyak 32 persen dan proporsi terbanyak kedua adalah sebanyak 29 persen memiliki pekerjaan sampingan kepala keluarga sebagai pekerja kasar. Sebanyak 5 persen keluarga contoh memiliki pekerjaan sampingan berdagang dan 10 persen keluarga contoh memiliki pekerjaan sampingan sebagai kuli bangunan. Proporsi paling sedikit adalah keluarga yang memiliki pekerjaan sampingan kepala keluarga sebagai pembuat tempe yaitu sebanyak 1 persen. Keluarga contoh yang bertempat tinggal di Desa Kemujan lebih banyak yang memiliki pekerjaan sampingan kepala keluarga yaitu 10 keluarga contoh yang tidak memiliki pekerjaan sampingan kepala keluarga, sedangkan Desa Tegalsari ada 13 keluarga contoh yang tidak memiliki pekerjaan sampingan kepala keluarga.

Tabel 4 Sebaran keluarga contoh berdasarkan kepemilikan pekerjaan sampingan kepala keluarga dan lokasi tempat tinggal

Pekerjaan sampingan kepala keluarga Dekat Jauh Total

n % n % n %

Tidak memiliki 10 20,0 13 26,0 23 23,0

Memiliki 40 80,0 37 74,0 77 77,0

Total 50 100,0 50 100,0 100 100,0 Pekerjaan Ibu Rumah Tangga. Meskipun kepala keluarga sudah memiliki pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan masih banyak juga ibu rumah tangga yang memiliki pekerjaan. Hal ini dilakukan oleh para ibu dikarenakan adanya waktu luang yang dimiliki oleh para ibu dan ibu yang memiliki pekerjaan dapat membantu keuangan keluarga untuk menambah pendapatan serta meringankan beban keluarga. Tabel 5 menunjukkan bahwa 66 persen ibu memiliki pekerjaan sebagai buruh tani, hal ini pada umumnya dilakukan oleh para isteri dan banyak diminati para isteri karena dengan alasan membantu suami bekerja sebagai buruh tani. Selain itu sebagian besar mata pencaharian dan sumber penghasilan serta lapangan pekerjaan keluarga di daerah penelitian mayoritas sebagai petani.

Strategi nafkah lainnya yang dijalani oleh para ibu adalah sebagai pekerjaan seadanya yang dapat dilakukan, sedangkan ibu yang memiliki anak balita, anak usia Sekolah Dasar, isteri yang tidak mampu bekerja karena alasan sakit atau usia lanjut biasanya tidak memiliki pekerjaan yaitu sebanyak 34 persen ibu tidak memiliki pekerjaan. Proporsi ibu pada keluarga contoh yang tidak memiliki pekerjaan di Desa Kemujan desa yang letaknya dekat dengan ibukota kecamatan ternyata lebih banyak dibandingkan dengan Desa Tegalsari desa yang letaknya jauh dari ibukota kecamatan. Selain itu proporsi terbanyak ibu yang bekerja sebagai buruh tani mayoritas digeluti oleh para ibu di Desa Tegalsari yaitu 72 persen keluarga contoh.

32

Tabel 5 Sebaran keluarga contoh berdasarkan kepemilikan pekerjaan ibu dan lokasi tempat tinggal

Pekerjaan ibu Dekat Jauh Total

n % n % n %

Tidak memiliki 20 40,0 14 28,0 34 34,0

Memiliki 30 60,0 36 72,0 66 66,0

Total 50 100,0 50 100,0 100 100,0

Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga merupakan jumlah seluruh anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan orangtua. Secara umum, keluarga contoh di daerah penelitian memiliki jumlah tanggungan keluarga sedikit atau keluarga kecil (≤4 orang). Tabel 6 memperlihatkan bahwa 77 persen termasuk dalam keluarga kecil (≤4 orang), sisanya yaitu 18 persen termasuk dalam keluarga sedang (5-6 orang) dan 5 persen termasuk keluarga besar (>6 orang). Jumlah anggota keluarga terkecil adalah dua orang dimana keluarga tersebut adalah pasangan yang baru menikah dan belum dikaruniai anak, serta keluarga dengan anak-anak yang sudah keluar dari rumah dan bukan lagi tanggungan orangtua. Keluarga dengan jumlah tanggungan paling banyak adalah tujuh orang.

Tabel 6 Sebaran keluarga contoh berdasarkan jumlah tanggungan keluarga dan lokasi tempat tinggal

Jumlah tanggungan keluarga Dekat Jauh Total

n % n % n %

Keluarga kecil (≤4 orang) 31 62,0 46 92,0 77 77,0

Keluarga sedang (5-6 orang) 15 30,0 3 6,0 18 18,0 Keluarga besar (>6 orang) 4 8,0 1 2,0 5 5,0

Total 50 100,0 50 100,0 100 100,0

Min-maks (orang) 2±7

Rata-rata ± std (orang) 3,98±1,478 3,70±1,035 3,84 ± 1,277

P-value 0,007**

Keterangan: ** Terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata jumlah tanggungan keluarga contoh dengan p-value <α=0,01

Keluarga dengan jumlah tanggungan keluarga yang lebih banyak akan lebih membebani kebutuhan keluarga, maka beban orangtua pun akan semakin besar. Hasil uji statistik kedua desa menunjukkan perbedaan yang signifikan (nilai p= 0,007) atau < α= 0,01. Keluarga contoh di Desa Kemujan yang letaknya dekat dengan ibukota kecamatan memiliki rata-rata jumlah tanggungan keluarga yang lebih besar yaitu 3,98 orang, sedangkan Desa Tegalsari yang letaknya jauh dari ibukota kecamatan memiliki rata-rata 3,70 orang. Hal ini diindikasikan bahwa keluarga contoh yang berlokasi tempat tinggal di desa yang letaknya dekat dengan ibukota kecamatan memiliki keluarga yang baru menikah, keluarga yang belum dikaruniai anak, dan keluarga dengan anak-anak yang sudah keluar dari rumah dan bukan lagi menjadi tanggungan orangtua.

Pendapatan Keluarga

Pendapatan keluarga adalah sejumlah uang yang dihitung rupiah/bulan dari hasil pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan yang diterima oleh seluruh anggota keluarga. Secara keseluruhan Tabel 7 menunjukkan bahwa tidak ada keluarga contoh yang memiliki pendapatan dibawah Rp 500.000,00/bulan, namun

33 ternyata sebanyak 36 persen memiliki penghasilan antara Rp 500.000,00 sampai dengan Rp 999.999,00/bulan. Keluarga contoh yang memiliki pendapatan antara Rp 1.000.000,00 sampai dengan Rp 1.499.999,00/bulan adalah proporsi terbanyak yaitu sebesar 44 persen. Pendapatan keluarga contoh bervariasi dengan nilai minimal adalah Rp 612.500,00 dan pendapatan paling tinggi adalah Rp2.800.000,00/bulan dengan rata-rata keseluruhan sebesar Rp 1.227.000,00/bulan. Berdasarkan lokasi tempat tinggal, rata-rata pendapatan keluarga di Desa Kemujan desa yang letaknya dekat dengan ibukota kecamatan dan Desa Tegalsari desa yang letaknya jauh dari ibukota kecamatan masing- masing sebesar Rp 1.262.000,00 per bulan dan Rp 1.191.000,00 per bulan. Berdasarkan angka rata-rata tersebut terlihat bahwa rata-rata pendapatan keluarga contoh di Desa Kemujan lebih tinggi dari keluarga contoh yang berlokasi tempat tinggal di Desa Tegalsari, walaupun berdasarkan pekerjaan ibu di Desa Kemujan lebih banyak ibu yang tidak bekerja. Meskipun demikian berdasarkan hasil uji beda-t rata-rata terbukti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua desa dengan p-value=0,457 atau >α=0,05.

Tabel 7 Sebaran keluarga contoh berdasarkan pendapatan keluarga dan lokasi tempat tinggal

Pendapatan keluarga (Rp/bulan) Dekat Jauh Total

n % n % n % Rp 500.000,00-Rp 999.999,00 16 32,0 20 40,0 36 36,0 Rp 1.000.000,00-Rp 1.499.999,00 21 42,0 23 46,0 44 44,0 Rp 1.500.000,00-Rp 2.000.000,00 11 22,0 5 10,0 16 16,0 >Rp 2.000.000,00 2 4,0 2 4,0 4 4,0 Total 50 100,0 50 100,0 100 100,0 Min-maks (Rp 000/bulan) 612,500-2.800,000 Rata-rata ± std (Rp 000/bulan) 1.262,00± 408,59 1.191,00± 411,48 1.227,00± 409,53 P-value 0,457

Keterangan : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada pendapatan keluarga antara keluarga contoh dengan p-value >α=0,05

Pendapatan Perkapita

Besarnya pendapatan keluarga belum dapat mencerminkan kemampuan mengkonsumsi untuk setiap anggota keluarga. Hal ini disebabkan karena jumlah tanggungan keluarga akan mempengaruhi kemampuan sebuah keluarga untuk mencukupi kebutuhan seluruh anggota keluarga. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga, maka akan semakin banyak pula beban yang akan ditanggung keluarga tersebut. Oleh sebab itu pendapatan perkapita lebih dapat menggambarkan kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga. Nilai pendapatan keluarga per bulan dibagi banyaknya jumlah tanggungan keluarga itulah nilai untuk pendapatan perkapita perbulan. Tabel 8 menunjukkan sebaran keluarga contoh berdasarkan pendapatan perkapita berdasarkan lokasi tempat tinggal. Nilai pendapatan perkapita minimum keluarga contoh adalah Rp 135.417,00 dan nilai tertinggi pendapatan perkapita per bulan keluarga contoh adalah Rp 1.180.000,00. Rata-rata pendapatan perkapita keluarga contoh adalah Rp 349.200,00 per bulan. Proporsi terbesar kedua adalah 30 persen keluarga contoh memiliki pendapatan perkapita di bawah garis kemiskinan perdesaan Propinsi Jawa Tengah tahun 2013.

34

Tabel 8 Sebaran keluarga contoh berdasarkan pendapatan perkapita dan lokasi

Dokumen terkait