KAJIAN TEKANAN EKONOMI, STRATEGI KOPING, DAN
KESEJAHTERAAN KELUARGA PETANI DI DAERAH
RAWAN BANJIR
TRI WULANDARI HENNY ASTUTI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK
CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kajian Tekanan Ekonomi, Strategi Koping, dan Kesejahteraan Keluarga Petani di Daerah Rawan Banjir adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Tri Wulandari Henny Astuti
RINGKASAN
TRI WULANDARI HENNY ASTUTI. Kajian Tekanan Ekonomi, Strategi Koping, dan Kesejahteraan Keluarga Petani di Daerah Rawan Banjir. Dibimbing oleh HARTOYO dan ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI.
Bencana alam khususnya banjir dapat menyebabkan tekanan ekonomi karena hilangnya harta benda, kerusakan, terganggunya aktivitas mata pencaharian, dan lain-lain yang menimbulkan kerugian baik fisik maupun non fisik yang dapat menimbulkan tekanan ekonomi. Apabila tekanan ekonomi yang ditimbulkan dari bencana banjir dapat dikelola dengan strategi koping yang baik dan sesuai, maka keluarga petani dapat mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapi dan pada akhirnya keluarga petani mampu menciptakan kesejahteraan keluarganya dan kondisi kehidupan yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tekanan ekonomi, strategi koping, dan kesejahteraan keluarga petani di daerah rawan banjir, serta menganalisis faktor-faktor yang memengaruhinya.
Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga buruh tani yang bertempat tinggal di daerah rawan banjir. Lokasi penelitian ini dilakukan di dua lokasi yaitu Desa Kemujan dan Desa Tegalsari, Kecamatan Adimulyo, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Teknik pengambilan contoh dengan Multi Stage dengan cara mengumpulkan populasi keluarga buruh tani di dua lokasi Desa Kemujan dan Desa Tegalsari. Selanjutnya populasi di dua desa tersebut dipilih dengan cara simple random sampling dan jumlah contoh yang diambil sebanyak 100 keluarga. Uji analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji beda t, uji beda Mann Whitney, dan uji regresi linier berganda. Uji beda t digunakan untuk menganalisis perbedaan karakteristik keluarga, uji beda Mann Whitney digunakan untuk menganalisis perbedaan status kemiskinan keluarga (indikator BKKBN). Uji regresi linier berganda digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi persepsi tekanan ekonomi, strategi koping, dan kesejahteraan keluarga petani di daerah rawan banjir.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata usia suami 44,94 tahun, umur istri 40,61 tahun, lama pendidikan suami 7,92 tahun, lama pendidikan istri 7,27 tahun, jumlah tanggungan keluarga 3,84 orang. Aspek ekonomi yang dimiliki keluarga seperti pendapatan keluarga Rp 1.227.000, pendapatan per kapita Rp 349.200, pengeluaran per kapita Rp 332,600, luas rumah-pekarangan 29,45 ubin atau 414,14 m2. Banyaknya jenis bantuan yang pernah diterima 4,11 jenis dan tingkat keparahan kerugian akibat banjir mayoritas pada tingkat rendah, persepsi tekanan ekonomi mayoritas pada tingkat sedang (46%) dan strategi koping yang dilakukan keluarga juga mayoritas pada kategori sedang (61%). Status kemiskinan keluarga menurut indikator BKKBN mayoritas masuk ke dalam kelompok Pra-KS dan KSI atau miskin (83%), selain itu kesejahteraan keluarga menurut indikator
lebih banyak mendapatkan bantuan dari pemerintah dibanding Desa Tegalsari, karena akses menuju Desa Kemujan desa yang letaknya dekat dengan ibukota kecamatan lebih mudah dibanding Desa Tegalsari desa yang letaknya jauh dari ibukota kecamatan. Selain itu tidak terdapat perbedaan yang signifikan p-value
>α=0,05 strategi koping yang dilakukan keluarga contoh di Desa Kemujan dan Desa Tegalsari
Hasil uji beda menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga, tingkat keparahan kerugian akibat banjir, indeks persepsi tekanan ekonomi, dan indeks kesejahteraan keluarga petani di Desa Kemujan dan Desa Tegalsari memiliki perbedaan yang signifikan dengan p-value < 0,05. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persepsi tekanan ekonomi adalah usia suami (p<0,1), jumlah tanggungan keluarga (p<0,05), bantuan yang pernah diterima (p<0,1), pekerjaan sampingan kepala keluarga (p<0,1), dan status kemiskinan keluarga (p<0,01). Selanjutnya hasil analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap banyaknya strategi koping ekonomi adalah usia suami (p<0,01), tingkat keparahan kerugian banjir (p<0,05), persepsi tekanan ekonomi (p<0,05), pekerjaan sampingan kepala keluarga (p<0,1), dan pekerjaan ibu (p<0,05). Faktor-faktor yang memengaruhi intensitas strategi koping adalah usia suami (p<0,01), tingkat keparahan kerugian banjir (p<0,05), persepsi tekanan ekonomi (p<0,05), dan pekerjaan ibu (p<0,05). Selain itu hasil analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan adalah persepsi tekanan ekonomi (p<0,01), status kepemilikan rumah (p<0,1), dan status keluarga tidak miskin (p<0,1).
Kurangnya keterampilan yang dimiliki oleh keluarga di daerah penelitian, sehingga keluarga dapat meningkatkan pendapatannya dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan dengan upah yang besar. Saran untuk pemerintah daerah adalah meningkatkan program pemberdayaan keluarga dan program pelatihan-pelatihan terkait peningkatan sumber daya manusia yang diharapkan program-program tersebut dapat meningkatkan kerjasama antara pemerintah daerah dan masyarakat untuk dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Mempermudah akses pengiriman bantuan terkait bencana banjir di lokasi rawan banjir dan tidak hanya fokus pada daerah yang tingkat kerugiannya lebih tinggi, serta bekerja bersama masyarakat memperbaiki lingkungan agar dapat memperkecil resiko banjir. Penelitan selanjutnya sebaiknya juga mengukur strategi koping selain koping ekonomi, seperti strategi koping fokus pada penanganan banjir dan strategi koping terkait dengan mengatasi trauma atau psikologis pada keluarga petani dan bukan petani di daerah rawan banjir. Penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan tidak hanya pada satu kecamatan saja, melainkan dilakukan juga pada kecamatan yang berbeda di kabupaten yang berbeda daerah rawan banjir.
SUMMARY
TRI WULANDARI HENNY ASTUTI. Study of Economic Pressure, Coping Strategy, and Well-being on Farmer’s Family in Flood Prone Area. Supervised by HARTOYO and ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI
Natural disaster, such as flood, may cause the economic pressure happened because of the loss of properties, damages, disruption of livelihood activities, and others which evoke the loss of both physical and non-physical that lead to the economic pressure. Therefore, when the economic pressure happened because of flood disaster and it successfully manage in coping strategy well, thus the farmer’s family will be able to solve the economic problems and they could actualize well-being and good living. This research aims to identify the economic pressure, coping strategy, and well-being farmer’s family in flood prone area, as well as analyzing the factors.
The design of the study was cross sectional which the population was house-holders (patriarchs) who have main job as farm worker (Hodge) which live in flood prone area. The study was located in two area; Kemujan and Tegalsari villages, in Adimulyo district, Kebumen regency, Central Java. The technique sampling was used Multi Stage which collected two population of farmer’s worker family in Kemujan and Tegalsari villages, then it selected random used simple random sampling technique. Total samples were 100 families. There were several statistical analysis used in this study; T-test, Mann Whitney, and multiple linear regression. T-test analysis used to analyze the differences of family characteristic, while Mann Whitney was to analyze the differences of family poverty (based on BKKBN indicator). Meanwhile, the multiple linear regression was used to analyze the factors of economic pressure influence, coping strategies, and well-being of farmer’s families in flood-prone areas
The result showed the age of the samples was 44.94 years old (husband), and 40.61 years old (wife) in average, while the education sample was 7.92 years (husband), and 7.72 years (wife) in average. The dependent numbers in family was 3.84 people. The economy aspect which belong to the family such as family income was 1.227.000 rupiahs, income per capita was 349.200 rupiahs, expenses per capita was 332.600 rupiahs, and the size of yard was 29.45 ubin or 414,14 m2.
close to the capital more easily than the districts Tegalsari Rural villages located far from the capital district. In addition there are no significant differences coping strategy which was done with p-value > α=0.05farmer’s families in the Kemujan and Tegalsari Villages.
T-test analysis showed the dependent numbers in family, the severity of the loss due to floods, the level perception of economic pressure, and well-being of farmer’s family in Kemujan and Tegalsari villages were significant differences; with p-value <0.05. Factor’s which was significantly influence the economic pressure perception was the age of husband (p <0.1), the dependent numbers in family (p<0.05), several aids accepted (p<0,1), side job of the head of the family (p<0.1), and family poverty status (p<0.01) . Furthermore, the analysis showed based on the factors that influence to the several coping strategies economy was age of husband (p <0.01), the severity of the loss due to floods (p<0.05), economic pressure perception (p <0.05), side job of the head of the family (p<0.1), and job of mother (p<0.05). Meanwhile, the results of the factors analysis that influence to the intensity of the economic coping strategies was age of husband (p<0.01), the severity of the loss due to floods (p <0.05), economic pressure perception (p <0.05), and job of mother (p<0.05). In addition, the results showed the factors that influence well-being of families was the perception of economic pressure (p <0.01), home ownership status (p<0.1), and not poor family status (p<0,1).
Lack of skills that are owned by families in the area of research, so that families are not able to increase his income by doing jobs with wages that larger. As suggestions for the local government was to increase family empowerment program and also training programs related to the development of human’s resources. Those programs are expected to improve the cooperation between local governments and communities to create new employment. For further, to facilitate the delivery access of aid, related to flooding in flood prone area and not only focus in the higher damage area, as well as working with the community to improve the environment thus to minimize the risk of flooding. The next research also should be measure others coping strategies than economic coping, such as coping strategies that focus on flood mitigation which related to healing the flood’s trauma in farmer’s family and non-farmer’s family in flood-prone areas. The last but not least, the next study should be sampling not only in a single district but more multiple districts in different flood-prone areas.
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak
KAJIAN TEKANAN EKONOMI, STRATEGI KOPING, DAN
KESEJAHTERAAN KELUARGA PETANI DI DAERAH
RAWAN BANJIR
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2015
Judul Tesis : Kajian Tekanan Ekonomi, Strategi Koping, dan Kesejahteraan Keluarga Petani di Daerah Rawan Banjir
Nama : Tri Wulandari Henny Astuti NIM : I251120111
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Dr Ir Hartoyo, MSc Ketua
Dr Ir Istiqlaliyah Muflikhati, MSi Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak
Dr Ir Herien Puspitawati, MSc, MSc
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah tingkat kesejahteraan keluarga. Dengan judul Kajian Tekanan Ekonomi, Tingkat Kesejahteraan, dan Strategi Koping pada Keluarga Petani di Daerah Rawan Banjir, Kabupaten Kebumen.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis menerima dengan tangan terbuka kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk dijadikan perbaikan dikemudian hari. Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya pada:
1. Dr Ir Hartoyo, MSc dan Dr Ir Istiqlaliyah Muflikhati, MSi., selaku ketua dan anggota komisi pembimbing atas segala masukan, bimbingan dan arahan dalam penyusunan tesis ini.
2. Dr Ir Lilik Noor Yuliati, M. FSA selaku dosen penguji pada ujian akhir dan Dr Ir Dwi Hastuti, M.Sc selaku pemberi masukan dari perwakilan program studi. 3. Prof. Dr. Ir. Utomo Kartosuwondo, MS., selaku moderator seminar hasil atas
segala masukannya dalam penyempurnaan tesis ini.
4. Aparat pemerintah serta masyarakat di Desa Kemujan dan Desa Tegalsari, Kecamatan Adimulyo, Kabupaten Kebumen.
5. Seluruh staf pengajar pada Sekolah Pascasarjana IPB, khususnya pada mayor Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak, yang telah memberikan bekal ilmu pada penulis.
6. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB (Pulap), BKKBN yang telah memberikan bantuan dana pendidikan.
7. Suamiku tercinta Yusuf Kartika Indrawewa dan anakku tercinta Ahza Ayu Kartika Ramadhani (Rara) atas dukungan dan pengertiannya yang begitu besar. 8. Alm Bapak, Ibu, Kakak, Adik, Keponakan dan seluruh keluarga besar yang
telah memberikan dukungan serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis.
9. Rekan-rekan di Direktorat Bina Lini Lapangan (DITBINLAP) atas segala dukungan, bantuan dan doa yang diberikan., serta rekan-rekan senasib sepenanggungan Iman, Adam, Oktri (Mr. Oks), Bee-bee (Bionda), Lita, Dian, Rahmaitha, Risda, Fitri A, Fitri M, Eka, Bu Yani, Herlin, Anggi, Nora, Conny, Vina, dan Iin, atas segala kebersamaan selama menempuh perkuliahan di IPB.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda. Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bogor, Agustus 2015
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
1 PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 4
Manfaat Penelitian 4
2 TINJAUAN PUSTAKA 5
Konsep dan Pendekatan Teori Keluarga 5
Tekanan Ekonomi 8
Strategi Koping 9
Kesejahteraan Keluarga 11
3 KERANGKA PEMIKIRAN 13
Kerangka Pemikiran 13
Hipotesis 14
4 METODE PENELITIAN 15
Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian 15
Teknik Pengambilan Contoh 16
Jenis dan Cara Pengumpulan Data 17
Pengolahan dan Analisis Data 17
Definisi Operasional 25
5 HASIL DAN PEMBAHASAN 25
Keadaan Umum Daerah Penelitian 25
Karakteristik Keluarga 28
Kerugian dan Tingkat Keparahan Kerugian yang Dialami Akibat Banjir 38
Status Kemiskinan Keluarga 39
Persepsi Tekanan Ekonomi 41
Strategi Koping Ekonomi 42
Kesejahteraan Keluarga (Indikator SQL/Subjective Quality of Life) 52 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Tekanan Ekonomi 55 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Strategi Koping 56 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Keluarga (Indikator
SQL/Subjective Quality of Life) 58
Pembahasan 59
6 SIMPULAN DAN SARAN 63
Simpulan 63
DAFTAR PUSTAKA 64
LAMPIRAN 70
RIWAYAT HIDUP 83
DAFTAR TABEL
1 Variabel penelitian dan pengukurannya 23
2 Sebaran keluarga contoh berdasarkan usia suami-istri dan lokasi
tempat tinggal 29
3 Sebaran keluarga contoh berdasarkan lama pendidikan suami-istri dan
lokasi tempat tinggal 30
4 Sebaran keluarga contoh berdasarkan pekerjaan sampingan kepala
keluarga dan lokasi tempat tinggal 31
5 Sebaran keluarga contoh berdasarkan pekerjaan ibu dan lokasi tempat
tinggal 32
6 Sebaran keluarga contoh berdasarkan jumlah tanggungan keluarga
dan lokasi tempat tinggal 32
7 Sebaran keluarga contoh berdasarkan pendapatan keluarga dan lokasi
tempat tinggal 33
8 Sebaran keluarga contoh berdasarkan pendapatan perkapita dan lokasi
tempat tinggal 34
9 Sebaran keluarga contoh berdasarkan status kepemilikan rumah dan
lokasi tempat tinggal 35
10 Sebaran keluarga contoh berdasarkan luas rumah-pekarangan dan
lokasi tempat tinggal 35
11 Sebaran keluarga contoh berdasarkan kepemilikan aset dan lokasi
tempat tinggal 36
12 Sebaran keluarga contoh berdasarkan jenis bantuan pemerintah yang
pernah diterima dan lokasi tempat tinggal 37
13 Sebaran keluarga contoh berdasarkan banyaknya jenis bantuan
pemerintah yang pernah diterima dan lokasi tempat tinggal 38 14 Sebaran keluarga contoh berdasarkan kerugian yang dialami akibat
banjir dan lokasi tempat tinggal 39
15 Sebaran keluarga contoh berdasarkan tingkat keparahan kerugian
yang dialami akibat banjir dan lokasi tempat tinggal 39 16 Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori status kemiskinan
keluarga menurut indikator BKKBN dan lokasi tempat tinggal 40 17 Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori keluarga miskin-tidak
miskin menurut indikator BKKBN dan lokasi tempat tinggal 40 18 Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori persepsi tekanan
ekonomi dan lokasi tempat tinggal 41
19 Sebaran keluarga contoh berdasarkan strategi koping mengurangi
pengeluaran pangan dan lokasi tempat tinggal 42
20 Sebaran keluarga contoh berdasarkan strategi koping mengurangi
21 Sebaran keluarga contoh berdasarkan strategi koping mengurangi
pengeluaran lainnya dan lokasi tempat tinggal 44
22 Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori banyaknya strategi
koping mengurangi pengeluaran secara keseluruhan 45 23 Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori intensitas strategi
koping mengurangi pengeluaran secara keseluruhan 45 24 Sebaran keluarga contoh berdasarkan strategi koping menambah
pendapatan pangan dan lokasi tempat tinggal 46
25 Sebaran keluarga contoh berdasarkan strategi koping menambah
pendapatan kesehatan dan lokasi tempat tinggal 47
26 Sebaran keluarga contoh berdasarkan strategi koping menambah
pendapatan lainnya dan lokasi tempat tinggal 47
27 Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori banyaknya strategi koping menambah pendapatan secara keseluruhan dan lokasi tempat
tinggal 48
28 Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori intensitas strategi koping menambah pendapatan secara keseluruhan dan lokasi tempat
tinggal 49
29 Sebaran keluarga contoh berdasarkan strategi koping ekonomi
lainnya dan lokasi tempat tinggal 49
30 Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori banyaknya strategi
koping ekonomi lainnya dan lokasi tempat tinggal 50 31 Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori intensitas strategi
koping ekonomi secara keseluruhan dan lokasi tempat tinggal 50 32 Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori banyaknya strategi
koping ekonomi secara keseluruhan dan lokasi tempat tinggal 51 33 Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori intensitas melakukan
strategi koping ekonomi secara keseluruhan dan lokasi tempat tinggal 51 34 Sebaran persentase keluarga contoh berdasarkan kesejahteraan
keluarga menurut indikator kepuasan keluarga (Subjective Quality of
Life/SQL) 53
35 Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori kesejahteraan keluarga
menurut indikator kepuasan keluarga (Subjective Quality of Life/SQL) 54 36 Sebaran keluarga contoh berdasarkan komparasi kesejahteraan
keluarga indikator BKKBN dengan indikator (Subjective Quality of
Life/SQL) 54
37 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap indeks persepsi tekanan
ekonomi 55
38 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap banyaknya kegiatan strategi
koping yang dilakukan 56
39 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap intensitas melakukan
strategi koping (indeks) 57
40 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran 15
2 Alur penentuan lokasi dan contoh 16
DAFTAR LAMPIRAN
1 Peta wilayah Kecamatan Adimulyo, Kabupaten Kebumen 71 2 Keadaan banjir dan Tempat Tinggal Keluarga Contoh di Kecamatan
Adimulyo 71
3 Rata-rata usia dan lama pendidikan suami-istri dan lokasi tempat
tinggal 74
4 Sebaran contoh berdasarkan persepsi tekanan ekonomi yang dialami akibat adanya kerugian yang ditimbulkan akibat banjir dan lokasi
tempat tinggal 75
5 Frekuensi dan persentase keluarga contoh berdasarkan intensitas melakukan strategi koping mengurangi pengeluaran pangan, kesehatan,,
dan lainnya 77
6 Frekuensi dan persentase keluarga contoh berdasarkan intensitas melakukan strategi koping menambah pendapatan pangan, kesehatan,
dan lainnya 78
7 Frekuensi dan presentase keluarga contoh berdasarkan intensitas
melakukan strategi koping ekonomi lainnya 79
8 Rata-rata banyaknya kegiatan strategi koping ekonomi dan lokasi
tempat tinggal 80
9 Rata-rata intensitas melakukan strategi koping ekonomi dan lokasi tempat tinggal
10 Jumlah anak sekolah pada keluarga tua dan keluarga muda berdasarkan
indeks persepsi tekanan ekonomi 81
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Berdasarkan data dan informasi bencana Indonesia yang dikelola Badan Nasional Penanggulangan Bencana tahun 2014, bencana banjir merupakan kejadian terbanyak dan paling sering terjadi baik dilihat dari intensitasnya pada suatu tempat maupun jumlah lokasi kejadian dalam setahun, yaitu sekitar 40 persen di antara bencana alam yang lain sampai akhir tahun 2013. Bahkan pada tempat-tempat tertentu, banjir merupakan rutinitas tahunan yang bisa terjadi dimana pun baik daerah perkotaan atau pedesaan. Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi tertinggi yang memiliki jumlah kejadian banjir Indonesia yaitu sebanyak 3.180 kejadian (BNPB 2014). Sementara itu banjir dibagi menjadi dua kategori yaitu (1) banjir adalah peristiwa atau keadaan terendamnya suatu daerah atau daratan karena volume air yang meningkat (2) banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba dengan debit air yang besar yang disebabkan terbendungnya aliran sungai pada alur sungai (BNPB 2014). Potensi bencana banjir di Indonesia sangat besar dilihat dari topografi dataran rendah, cekungan, dan sebagian besar wilayahnya adalah lautan. Curah hujan di daerah hulu dapat menyebabkan banjir di daerah hilir. Apalagi untuk daerah-daerah yang tinggi permukaan tanahnya lebih rendah atau hanya beberapa meter di atas permukaan laut.
Bencana alam khususnya banjir dapat menyebabkan tekanan ekonomi karena hilangnya harta benda, kerusakan, terganggunya aktivitas mata pencaharian, dan lain-lain yang menimbulkan kerugian baik fisik maupun non fisik. Penelitian Elder et al. (1992) menyebutkan ada tiga pengukuran mengenai tekanan ekonomi, yaitu tingkat pendapatan, perubahan pendapatan yang merugikan, dan status pekerjaan yang tidak stabil. Ketiga pengukuran tersebut memiliki pengaruh langsung terhadap kesehatan secara emosional atau hubungan keluarga. Sementara itu kebutuhan hidup yang cukup bervariasi dan daya beli yang semakin melonjak dapat menimbulkan tekanan baik fisik maupun mental terhadap anggota keluarga (Tati 2004). Menurut Voydanoff dan Donnelly (1988) tekanan ekonomi meliputi empat tipe, yaitu ketidakstabilan kerja, ketidakpastian kerja, kesulitan ekonomi, dan ketegangan ekonomi. Penelitian Sunarti (2012) juga menyebutkan keluarga dengan pekerjaan yang tidak stabil memiliki tekanan keluarga (ekonomi, sosial, psikologis) yang lebih besar dibandingkan hal sama dari keluarga dengan pekerjaan stabil.
2
pekerjaan, resesi ekonomi, depresi, hutang (Barrera et al. 2002; Elder 1995 ; Whitbeck et al. 1991), perbandingan pendapatan dengan pengeluaran, kehilangan pendapatan, pekerjaan yang tidak stabil (Dennis et al. 2003; Elder et al. 1992), tekanan keuangan, PHK, dan ketidakamanan kerja (Voydanoff dan Donnelly 1988; Feil 2012).
Jika tekanan ekonomi yang ditimbulkan dari bencana banjir dapat dikelola dengan strategi koping yang baik dan sesuai, keluarga petani dapat mengurangi dampak dari masalah-masalah ekonomi yang dihadapi, sehingga pada akhirnya keluarga petani mampu menciptakan kondisi kehidupan yang lebih baik. Untuk itu, keluarga petani perlu memiliki strategi tertentu atau disebut dengan strategi koping agar pemenuhan kebutuhan pokok keluarga tetap bisa terjaga. Penelitian Feil (2012) menyebutkan bahwa untuk dapat mengatasi stres karena kesulitan ekonomi adalah dengan melakukan koping, seperti melakukan strategi-strategi yang dapat mengatasi stress. Keluarga pada umumnya melakukan penyesuaian ekonomi atau pengurangan pengeluaran untuk menghadapi tekanan ekonomi yang menyebabkan kesulitan ekonomi (Elder et al.1992). Menurut Puspitawati (1998) menyatakan bahwa strategi koping ekonomi melalui keuangan ada 2, yaitu : strategi penambahan pendapatan dan strategi penghematan pengeluaran. Selain itu Friedman (1998) dalam Puspitawati (2012) terdapat dua tipe strategi koping keluarga yaitu: intrafamilial (contohnya mengandalkan kemampuan diri sendiri, menggunakan humor, musyawarah, memahami suatu masalah, memecahkan masalah bersama, fleksibilitas peran, normalisasi) dan ekstrafamilial (contohnya mencari informasi, menjalin hubungan aktif, mencari dukungan sosial, mencari dukungan spiritual).
Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan spirituil dan materil yang layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antaranggota dan antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungan (BKKBN 1996). Sedangkan menurut Undang-Undang Keluarga dengan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi berarti memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Kesejahteraan keluarga terdiri dari 2 tipe kesejahteraan yang diukur menggunakan indikator kesejahteraan keluarga objektif dan indikator kesejahteraan keluarga subjektif. Berdasarkan hasil analisis Zaenudin et al. (2013) tingginya jumlah penduduk yang bermata pencaharian di bidang pertanian akan memberikan dampak terhadap tingkat kerentanan bencana, namun menurut Sunarti dan Khomsan (2006) para petani maju adalah mereka yang berani menanggung resiko dan mampu keluar dari situasi yang membelenggu dinamika dan kreativitas usaha. Indonesia merupakan Negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, sehingga kesejahteraan keluarga petani merupakan tujuan pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Dibalik kuatnya kesan keterpurukan kehidupan petani, dalam kenyataannya di lapangan terdapat sekelompok petani yang maju dan hidupnya sejahtera. Namun karena jumlahnya yang relatif sedikit, keragaan sekelompok petani maju tersebut seakan-akan seperti sebuah penyimpangan yang positif.
3 mengenai persepsi tekanan ekonomi, strategi koping, dan kesejahteraan keluarga petani di daerah rawan banjir sangat diperlukan. Dalam hal ini mengatasi persepsi tekanan ekonomi yang timbul diakibatkan karena kesulitan ekonomi yang dialami keluarga petani di daerah rawan banjir, sehingga dapat mengatasi status kemiskinan dan melakukan strategi koping ekonomi yang sesuai guna meminimalisasi persepsi tekanan ekonomi yang dirasakan keluarga petani di daerah rawan banjir yang mengalami kerugian baik fisik maupun non fisik, serta menciptakan dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Perumusan Masalah
Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi dengan penduduk miskin terbanyak urutan dua setelah Jawa Timur (BPS 2013). Berdasarkan hasil pendataan Keluarga Sejahtera BKKBN (2012) persentase Keluarga Pra Sejahtera mengalami penurunan dari 20,86 persen di tahun 2011 menjadi 20,26 persen di tahun 2012. Sedangkan angka persentase Keluarga Sejahtera I pada Pendataan Keluarga Tahun 2012 secara nasional mengalami kenaikan yaitu dari 23,01 persen pada tahun 2011 menjadi 23,09 persen pada tahun 2012.
Keluarga miskin berusaha mengamankan kecukupan kebutuhan pokok dari atau akibat tekanan sumberdaya alam, kondisi krisis. Keluarga melakukan strategi koping dengan penghematan pengeluaran, peningkatan pendapatan, atau dengan mengubah strategi nafkah yang biasa dengan strategi nafkah baru dengan menggunakan sumber-sumber nafkah yaitu modal alam, modal manusia, modal finansial, modal fisik, dan modal sosial (Haan 2000).Pasaribu (2006) menyatakan bahwa karakteristik penduduk miskin secara spesifik salah satunya adalah sebagian besar tinggal di pedesaan dengan mata pencaharian dominan berusaha sendiri di sektor pertanian. Bagi petani, terbatasnya lahan dan rusaknya lahan akibat banjir maupun bencana alam lainnya berarti berkurangnya lapangan pekerjaan dan berkurangnya sumber-sumber ekonomi untuk kelangsungan hidup mereka. Selain itu aksesibilitas lokasi tempat tinggal keluarga petani juga sangat menentukan terdapatnya sumber-sumber ekonomi.
Akses lokasi tempat tinggal yang mudah dijangkau dan memiliki sarana serta prasarana yang lengkap atau memadai merupakan faktor-faktor yang dapat mendukung mudahnya mendapatkan sumber-sumber ekonomi yang merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap strategi koping yang dapat dilakukan keluarga. Apabila sebuah keluarga petani memiliki akses lokasi tempat tinggal yang sulit dijangkau, maka hal tersebut dikhawatirkan menjadi faktor penyebab meningkatnya penduduk miskin di Indonesia. Penelitian Hastuti et al. (1998) menyebutkan bahwa aksesbilitas dan sumberdaya pertanian merupakan prasyarat penting bagi kelangsungan ekonomi, selain itu pengembangan pertanian selayaknya mempertimbangkan aksesibilitas dan sumberdaya pertanian di pedesaan agar sesuai dengan sasaran secara optimal. Selain itu penelitian Sherman (2006) menyebutkan bahwa tingkat kemiskinan di pedesaan lebih tinggi dari tingkat kemiskinan perkotaan sejak tahun 1960. Berdasarkan uraian, rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah :
4
2. Bagaimana perbedaan strategi koping aspek ekonomi yang dilakukan keluarga petani yang tinggal di daerah rawan banjir di desa yang letaknya dekat dan jauh dari ibukota kecamatan ?
3. Bagaimana perbedaan kesejahteraan keluarga petani yang tinggal di daerah rawan banjir di desa yang letaknya dekat dan jauh dari ibukota kecamatan ?
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tekanan ekonomi, strategi koping, dan kesejahteraan keluarga petani yang tinggal di daerah rawan banjir ?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tekanan ekonomi yang dihadapi petani di daerah rawan banjir dan strategi koping keluarga petani dalam menghadapi tekanan ekonomi tersebut, serta kesejahteraan petani.
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi perbedaan besarnya tekanan ekonomi pada keluarga petani yang tinggal di daerah rawan banjir di desa yang letaknya dekat dan jauh dari ibukota kecamatan.
2. Mengidentifikasi perbedaan strategi koping aspek ekonomi yang dilakukan keluarga petani yang tinggal di daerah rawan banjir di desa yang letaknya dekat dan jauh dari ibukota kecamtan.
3. Mengukur perbedaan kesejahteraan keluarga petani yang tinggal di daerah rawan banjir di desa yang letaknya dekat dan jauh dari ibukota kecamatan. 4. Menganalisis faktor–faktor apa saja yang mempengaruhi tekanan
ekonomi, strategi koping, dan kesejahteraan keluarga petani yang tinggal di daerah rawan banjir.
Manfaat Penelitian
Penelitian mengenai pengaruh tekanan ekonomi, strategi koping, dan kesejahteraan keluarga petani di daerah rawan banjir Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah ini diharapkan memiliki kegunaan, antara lain :
1. Bagi peneliti, dapat mengasah kemampuan berfikir logis dan sistematis dan mengaplikasikan ilmu-ilmu yang sudah diperoleh.
2. Dapat mengukur determinasi kuantitatif dan kualitatif tekanan ekonomi keluarga, sebagai salah satu masukan bagi pembuat kebijakan untuk mengurangi angka kemiskinan akibat dampak dari bencana secara holistik yang harus diawali pada tingkat keluarga (mikro).
3. Pada tataran perkembangan keilmuan, sebagai tambahan pengetahuan pengembangan ilmu keluarga, khususnya bidang sosial-ekonomi keluarga. 4. Sebagai upaya pemahaman tentang keterkaitan tekanan ekonomi, strategi
5 5. Dengan adanya penelitian ini maka diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai masukan bagi pengambil kebijakan, serta sumbangan pemikiran bagi peneliti lain dalam memutuskan dan menentukan kebijakan secara tepat terutama yang berhubungan dengan peningkatan kesejahteraan bagi keluarga petani di daerah rawan banjir.
2 TINJAUAN PUSTAKA
Konsep dan Pendekatan Teori Keluarga
Pengertian Keluarga
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari isteri, atau suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1994 Tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera, keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat mempunyai peran yang penting dalam pembangunan nasional. Oleh karena itu perlu dibina dan dikembangkan kualitasnya agar senantiasa dapat menjadi keluarga sejahtera serta menghasilkan sumber daya manusia yang efektif bagi pembangunan nasional; bahwa dalam membina dan mengembangkan kualitas keluarga tersebut diperlukan berbagai upaya, baik yang mencakup aspek keagamaan, pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial budaya, kemandirian keluarga, ketahanan keluarga, maupun pelayanan keluarga.
Keluarga adalah unit-sosial-ekonomi terkecil dalam masyarakat yang merupakan landasan dasar dari semua institusi masyarakat dan negara (Puspitawati 2013). Keluarga merupakan institusi pertama dan utama pembangunan Sumber Daya Manusia, karena di keluargalah seorang individu tumbuh berkembang, tingkat pertumbuhan dan perkembangan tersebut menentukan kualitas individu yang kelak akan menjadi pemimpin masyarakat bahkan pemimpin negara. Keluarga juga sebagai institusi utama pembangunan sumber daya manusia karena di keluargalah aktivitas utama kehidupan seorang individu berlangsung sehingga keberfungsian, ketahanan, kesejahteraan keluarga akan menentukan kualitas individu (Sunarti et al.
2009). Sementara itu menurut Sumarwan (2011) keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih yang terikat oleh perkawinan, darah (keturunan: anak atau cucu) dan adopsi dan kelompok orang tersebut biasanya tinggal bersama dalam satu rumah, namun bisa saja semua anggota keluarga tersebut tidak tinggal dalam satu rumah.
Tujuan dan Fungsi Keluarga
6
fungsi instrumental berkaitan dengan manajemen sumberdaya untuk mencapai berbagai tujuan keluarga (Sunarti 2012). Dalam mencapai tujuan keluarga, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 1994 membagi fungsi keluarga ke dalam 8 kelompok fungsi, yaitu :
1. Fungsi keagamaan yaitu keluarga perlu memberikan dorongan kepada seluruh anggotanya agar kehidupan keluarga sebagai wahana persemaian nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa dan untuk menjadi insan-insan agamais yang penuh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Fungsi sosial budaya yaitu memberikan kepada keluarga dan seluruh anggotanya untuk mengembangkan kekayaan budaya bangsa yang beraneka ragam dalam satu kesatuan.
3. Fungsi cinta kasih yaitu keluarga memberikan landasan yang kokoh terhadap hubungan anak dengan anak, suami dengan istri, orangtua dengan anaknya, serta hubungan kekerabatan antar generasi sehingga keluarga menjadi wadah utama bersemainya kehidupan yang penuh cinta kasih lahir dan batin.
4. Fungsi melindungi yaitu untuk menumbuhkan rasa aman dan kehangatan 5. Fungsi ekonomi, menjadi unsur pendukung kemandirian dan ketahanan
keluarga.
6. Fungsi reproduksi merupakan mekanisme untuk melanjutkan keturunan yang direncanakan dapat menunjang terciptanya kesejahteraan manusia di dunia yang penuh iman dan takwa.
7. Fungsi sosialisasi dan pendidikan yaitu dengan memberi peran kepada keluarga untuk mendidik keturunan agar bisa melakukan penyesuaian dengan alam kehidupan di masa depan.
8. Fungsi pembinaan lingkungan yaitu memberikan kepada setiap keluarga kemampuan menempatkan diri secara serasi, selaras, dan seimbang sesuai daya dukung alam dan lingkungan yang berubah.
Penelitian Setyawan (2008) menyimpulkan secara keseluruhan hasil didapatkan perbedaan yang bermakna dalam fungsi keluarga antara keluarga contoh yang patuh untuk menjalani pengobatan dibanding dengan yang tidak patuh. Dalam hal ini keluarga sampel yang patuh menjalankan pengobatan menunjukkan fungsi keluarga yang lebih baik dibanding keluarga sampel yang tidak patuh. Hasil analisis penelitian Sunarti et al. (2010) antara fungsi keluarga dengan kesejahteraan keluarga menunjukkan bahwa tindakan adaptasi berhubungan dengan kesejahteraan kesejahteraan objektif, sementara kesejahteraan subjektif berhubungan dengan keberfungsian pemeliharaan sistem keluarga. Sementara itu penelitian Sunarti et al. (2005) menunjukkan bahwa kerusuhan Aceh yang berdampak kepada pengusiran, pengungsian, dan relokasi sebagian masyarakat Aceh yang berasal dari Jawa, menyebabkan penurunan ketahanan keluarga dan pemenuhan fungsi ekonomi keluarga, dimana secara drastis terjadi peningkatan keluarga miskin dan pemenuhan fungsi ekonomi keluarga mempengaruhi pengasuhan dan lingkungan pengasuhan anak.
Pendekatan Teori Keluarga : Struktural Fungsional
7 (Goode 2007). Lingkungan keluarga sangat besar peranannya dalam pembentukan kepribadian bagi anak-anak, karena di lingkungan keluargalah anak-anak pertama kali menerima pendidikan yang dapat mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya (Fachrudin 2011). Teori struktural fungsional memandang tidak ada individu dan sistem yang berfungsi secara independen, melainkan dipengaruhi dan pada gilirannya mempengaruhi orang lain atau sistem lain (Winton dan Chester 1995). Sedangkan Puspitawati (2012) menyebutkan Konsep Struktural Fungsional adalah:
1. Sistem : Suatu set obyek dan hubungan antar obyek dengan atributnya. 2. Boundaries: Suatu batas antara sistem dan lingkungannya yang
mempengaruhi aliran informasi dan energinya (tertutup atau terbuka). 3. Aturan Transformasi: memperlihatkan hubungan antara elemen-elemen
dalam suatu sistem.
4. Feedback : Suatu konsep dari teori sistem yang menggambarkan aliran sirkulasi dari output kembali sebagai input (positif, negatif/ penyimpangan)
5. Variety: merujuk pada derajat variasi adaptasi perubahan dimana sumberdaya dari sistem dapat memenuhi tuntutan lingkungan yang baru. 6. Equilibrium : Merujuk pada keseimbangan antara input dan output
(homeostatis = mempertahankan keseimbangan secara dinamis antara feedback dan kontrol).
7. Subsistem : Variasi tingkatan dari suatu sistem yang merupakan bagian dari suatu sistem.
8. Struktur keluarga.
9. Pembagian peran, tugas dan tanggung jawab, hak dan kewajiban. 10.Menjalankan fungsi.
11.Mempunyai aturan dan nilai/ norma yang harus diikuti. 12.Mempunyai tujuan
Wanita lebih berperan di bidang domestik yakni melahirkan anak dan menyusui serta membesarkan dalam lingkungan keluarga, memasak dan memberi perhatian kepada suami agar dapat terjalin hubungan rumah tangga yang harmonis, tentram dan sejahtera (Muassomah 2009). Sedangkan laki-laki lebih berperan di publik yakni mencari nafkah untuk melindungi keluarganya. Penelitian Muassomah (2009) juga menyebutkan bahwa berdasarkan hasil penelitiannya tentang Domestikasi Peran Suami dalam Keluarga, bisa ditarik kesimpulan sebagai berikut :
8
2. Perubahan peran ini terjadi karena adanya pembagian kerja yang sudah disepakati antara pihak suami dan pihak isteri, yakni isteri yang pergi ke luar rumah untuk mencari nafkah sedangkan suami yang mengurus rumah. 3. Terjadinya pergeseran nilai-nilai budaya karena pergeseran ekonomi.
Tekanan Ekonomi
Tekanan ekonomi adalah adanya rasa khawatir, frustrasi, dan kesulitan yang terjadi ketika dalam kesulitan keuangan. Ini merupakan stres psikologis dan kekhawatiran yang menyertai ketidakmampuan, dengan kata lain tekanan ekonomi terletak pada kesulitan material dan pengalaman hidup sehari-hari bagi keluarga yang menghadapi kesulitan ekonomi. Tekanan ekonomi merupakan sindrom peristiwa atau kondisi yang memberikan pengalaman psikologis seperti stres akan kesulitan ekonomi (Gudmunson 2010). Penelitian Tati (2004) menyebutkan bahwa tekanan ekonomi adalah suatu kondisi yang diukur dengan melihat tekanan ekonomi secara aktual dan tekanan ekonomi keluarga secara persepsi yang dirasakan keluarga. Tekanan ekonomi aktual adalah suatu kondisi yang diukur dengan melihat keadaan ekonomi keluarga secara nyata, seperti kepemilikan asset, hutang, pendapatan keluarga dan status pekerjaan.
Penelitian Gutman dan Eccles (1999) dan Mcloyd (1990) menyebutkan keadaan yang mengarah ke tekanan ekonomi meliputi faktor-faktor seperti berpenghasilan rendah dan kemiskinan, sedangkan penelitian Barrera et al. (2002), (Elder 1995), dan (Whitbeck et al. 1991) mengukur tekanan ekonomi melalui kehilangan pendapatan dan kehilangan pekerjaan, resesi ekonomi dan depresi, hutang. Hampir seluruh keluarga mengalami tekanan ekonomi, sosial, dan psikologis, namun besar dan banyaknya tekanan yang dialami keluarga berbeda (Sunarti 2012). Penelitian Tati (2004) menyebutkan bahwa tekanan ekonomi yang tinggi berpengaruh negatif terhadap kestabilan emosi ibu dalam mengasuh anaknya. Sementara itu Sunarti et al. (2011) menyebutkan dalam penelitiannya bahwa ketegangan dalam keluarga dan masalah keuangan/bisnis keluarga diduga dapat memicu tingkat stress yang besar pada keluarga.
9 Selain pengukuran tekanan ekonomi secara objektif, dipandang penting untuk mengukur tekanan ekonomi secara subjektif, mengingat persepsi seseorang terhadap suatu situasi, masalah dan kesulitan juga berbeda-beda. Persepsi seseorang mengindikasikan penerimaan seseorang terhadap keadaan dirinya. Studi Feil (2012) menunjukkan bahwa orang yang mengalami tekanan keuangan yang lebih besar dan ketidakamanan kerja yang lebih besar juga melaporkan tingkat yang lebih tinggi dari tekanan psikologis. Selain itu penelitian Aytac et al. (2009) menyatakan bahwa pada umumnya mereka yang mengalami kesulitan ekonomi yang besar dan ketegangan ekonomi yang akibatnya lebih besar, juga memiliki masalah perkawinan yang lebih besar. Penelitian Dennis et al. (2003)menyatakan bahwa tekanan ekonomi subjektif merupakan adanya persepsi mengenai tekanan atau ketegangan ekonomi yang dilihat dari pendapatan yang tidak tercukupi untuk kebutuhan keluarga dan tidak dapat menutupi biaya-biaya hidup setiap bulannya.
Strategi Koping
Folkman dan Lazarus (1986) mendefinisikan koping sebagai upaya kognitif dan perilaku untuk mengelola tuntutan eksternal dan/atau internal yang spesifik yang dinilai sebagai hal yang membebani atau melebihi sumber daya seseorang, serta suatu proses dimana individu mencoba untuk mengatur kesenjangan persepsi antara tuntutan situasi yang menekan dengan kemampuan mereka dalam memenuhi tuntutan tersebut. Koping memiliki bentuk dan fungsi utama dalam dua klasifikasi : a) problem focused coping (PFC) adalah bentuk koping yang lebih diarahkan pada upaya-upaya bagaimana cara mengurangi suatu tuntutan dari situasi atau masalah yang menekan, dapat diartikan juga bahwa seseorang atau individu yang mengalami stress akan mengatasinya dengan mencari dan mempelajari upaya-upaya atau keterampilan yang baru, seseorang atau individu yang menggunakan strategi ini percaya bahwa merubah tuntutan dari suatu situasi atau peristiwa, b) emotion focused coping (EFC) adalah bentuk koping yang diarahkan untuk dapat mengatur respon emosional terhadap situasi atau masalah yang dihadapi dan menimbulkan tekanan, bentuk koping ini menggunakan dengan dua pendekatan yaitu pendekatan behavioral (contohnya adalah melakukan suatu aktifitas yang dapat mengalihkan perhatian seseorang atau individu terhadap situasi yang menekan) dan pendekatan kognitif (bagaimana seseorang atau individu berfikir tentang situasi atau masalah yang menekan).
Mekanisme koping dapat juga dikatakan sebagai upaya-upaya penyesuaian terhadap lingkungan (meso,mikro,makro) yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan keluarga, upaya-upaya ini meliputi penyesuaian ketersedian sumber daya, proses manajemen sumber daya keluarga dan penyesuaian standar hidup atau standar output/target hidup yang akan dicapai dengan cara mengurangi stress dan mendapatkan pertolongan orang lain. Mekanisme dalam menghadapi kejadian (coping mechanism) terbentuk dan lahir dari pengalaman, pengetahuan, pemahaman, dan pemaknaan terhadap setiap kejadian, fenomena, harapan dan masalah yang terjadi di sekitarnya. Mekanisme tersebut diteruskan lewat proses sosialisasi dari generasi ke generasi dan pelaksanaannya tergantung pada kadar kualitas pemahaman dan implikasinya dalam kehidupan mereka (Maarif et al.
10
peranan penting dalam menyikapi perubahan drastis pengusiran, pengungsian, serta relokasi keluarga korban konfik Aceh ke lokasi dengan akses ekonomi yang sangat terbatas. Penelitian Rubbyana (2012) menyebutkan bahwa adanya hubungan antara strategi koping adaptif dengan kualitas hidup dimana koping adaptif berarti menangani atau mengatasi masalah secara efektif atau positif dan berkontribusi mengahadapi masalah.
Teori McCubbin et al. (1987) mengembangkan model adaptasi keluarga dalam menghadapi tekanan. Dalam proses koping, keluarga mengalokasikan sumberdaya dan kemampuan semua anggota keluarganya untuk memenuhi berbagai tuntutan yang dihadapi keluarga. Teori Wilmoth dan Smyser (2009) juga merangkum model pengelolaan stress ABCX pada warga negara Philipina yaitu stressor event (faktor A) suatu peristiwa yang terjadi, baik peristiwa yang positif ataupun negatif yang merubah atau memiliki potensi perubahan sistem dalam keluarga. Resources (faktor B) merupakan aset yang dimiliki oleh keluarga yang dapat digunakan sebagai penyangga atau pemecahan masalah untuk merubah koping strategi yang dilakukan keluarga. Meaning (faktor C) merupakan persepsi keluarga, penilaian, ataupun penaksiran atas kejadian yang menimbulkan adanya tekanan yang diinterpretasikan oleh keluarga. Selanjutnya adalah outcomes(faktor X) merupakan strategi koping atau adaptasi seseorang/keluarga salah satunya lebih melakukan pendekatan diri pada Tuhan.
Strategi Koping Ekonomi
Sumber koping keluarga berasal dari karakteristik keluarga yang mempermudah mengatasi masalah dengan pendekatan jawaban akan kesulitan, atau adaptasi keluarga (Voydanof dan Majka 1988). Penelitian Firdaus dan Sunarti (2009) menunjukkan bahwa 18,4 persen contoh mengaku mengurangi pengeluaran pangan. Selain mengurangi pengeluaran pangan, 9-77 persen keluarga contoh melakukan mekanisme koping dengan pengeluaran nonpangan, seperti pengeluaran pendidikan, kesehatan dan pengeluaran lainnya. Selain itu penelitian Elmanora et al. (2012) menunjukkan bahwa meningkatkan keterampilan (sumber daya manusia) adalah salah satu alternatif mata pencaharian untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Strategi koping yang dilakukan oleh keluarga dalam masalah mengatasi keuangan ada dua hal menurut (Puspitawati 1998), yaitu :
1. Generating additional income adalah strategi yang diarahkan untuk meningkatkan ketersediaan sumber daya keuangan dalam keluarga oleh anggota keluarga dengan cara anggota keluarga bekerja tambahan (pekerjaan kedua), bekerja dengan tambahan waktu lebih lama, atau tambahan anggota keluarga yang bekerja
11 Kesejahteraan Keluarga
Ketahanan dan kesejahteraan keluarga adalah kondisi keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik materil guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan kebahagiaan lahir dan batin (Undang-Undang No. 52 Tahun 2009). Kesejahteraan keluarga petani merupakan tujuan pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Merupakan perjuangan setiap keluarga untuk mencapai kesejahteraan anggota keluarganya. Secara sederhana keluarga petani dikatakan sejahtera manakala dapat memenuhi kebutuhan dasar anggotanya. Namun jika merujuk Undang-Undang No.10 Tahun 1992 keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antar anggota dan antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungan. Kesejahteraan keluarga petani merupakan output dari proses pengelolaan sumberdaya keluarga dan penanggulangan masalah yang dihadapi keluarga petani. Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan spirituil dan materil yang layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antaranggota dan antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungan (BKKBN 2012). Menurut Undang-Undang RI No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, mengenali penduduk sebagai modal dasar dan faktor dominan pembangunan sehingga perlu dilakukan upaya‐upaya untuk mewujudkan penduduk yang berkualitas. Upaya‐upaya tersebut berupa pengendalian angka kelahiran dan penurunan angka kematian, pengarahan mobilitas penduduk, pengembangan kualitas penduduk pada seluruh dimensinya, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga, penyiapan dan pengaturan perkawinan serta kehamilan.
BKKBN merumuskan pengertian keluarga sejahtera sebagai keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan anggotanya baik kebutuhan sandang, pangan, perumahan, sosial, dan agama; keluarga mempunyai keseimbangan antara penghasilan keluarga dengan jumlah anggota keluarga; keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan kesehatan anggota keluarga, kehidupan bersama dengan masyarakat sekitar, beribadah khusuk disamping terpenuhinya kebutuhan pokok. Di dalam penelitian Iskandar et al. (2006) menyebutkan definisi kesejahteraan keluarga sebagai usaha untuk melepaskan diri dari segala tekanan, kesulitan, kesukaran dan gangguan untuk mencapai suatu keadaan yang relative tercukupi. Kondisi tersebut dapat diraih apabila keluarga keluarga memiliki dan mengakses hal-hal seperti : pekerjaan, pendapatan, kebiasaan menggunakan pangan, KB, pendidikan, kepemilikan aset, kondisi fisiologi, lingkungan tempat tinggal, akses lembaga finansial, dan kebijakan regional.
Indikator Kemiskinan dan Kesejahteraan Keluarga
12
Perenboom et al. (2004) menyebutkan pendidikan suami dan istri, pendapatan, kepemilikan aset, status pekerjaan suami sebagai pedagang, dan bukan buruh mempengaruhi kesejahteraan. Sedangkan tempat tinggal di desa, kredit uang/barang pada institusi/individu merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi kesejahteraan, selain itu unsur manajemen yang mempengaruhi kesejahteraan adalah perencanaan, dan pembagian tugas. Penelitian Rambe et al.
(2008) menunjukkan bahwa Indikator kemiskinan/kesejahteraan (indikator BKKBN, pengeluaran pangan dan persepsi subjektif) mempunyai sensitifitas yang tinggi yakni 100 persen jika digunakan kriteria BPS sebagai gold standard. Namun kinerja indikator kesejahteraan keluarga petani menurut Sadikin dan Subagyono (2008) menjelaskan bahwa hanya dilihat berdasarkan kesejahteraan faktor ekonomi saja, dan hanya terdiri dari lima indikator seperti : indikator pendapatan rumah tangga (on-farm, off-farm, non-farm), struktur pengeluaran konsumsi rumah tangga, perkembangan daya beli rumah tangga petani, perkembangan ketahanan pangan rumah tangga petani, nilai tukar petani. Penelitian Ibrahim (2007) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang berkaitan dengan tingkat kesejahteraan keluarga adalah faktor demografi, sosial ekonomi, serta faktor eksternal. Hasil analisis penelitian Sunarti et al. (2010) menunjukkan kesejahteraan objektif contoh berbeda menurut musim. Pada musim panen, hampir seluruh keluarga (juragan dan janggol) terkategori tidak miskin, namun hal sebaliknya ketika terjadi pada musim paceklik.
Dalam penelitian Michalos (2007) menyebutkan bahwa kesejahteraan masyarakat modern tidak hanya tergantung pada modal dan tenaga kerja tradisional tetapi juga pada pengetahuan dan ide-ide yang dimiliki dan dihasilkan oleh masing-masing pekerja, karena pendidikan adalah sumber utama modal manusia. Penelitian Kozaryn (2008) menyebutkan kesejahteraan psikologi secara khusus, telah meneliti kepuasan hidup pada tingkat individu dengan metodologi yang memiliki fitur dengan konsistensi tertentu. Biasanya variabel dependennya dioperasionalkan sebagai tingkat kebahagiaan dan susunan variabel independennya meliputi : kebutuhan biologis, waktu luang, penghasilan atau pendapatan, tujuan yang selaras dengan kebutuhan, faktor budaya, kepribadian, kesehatan, agama, pernikahan, pendidikan, jenis kelamin, bahkan umur seseorang. Sementara itu dalam penelitian Bourke dan Geldens (2006) kesejahteraan subyektif merangkum isu-isu yang berkaitan dengan orang-orang muda lebih komprehensif dengan memasukkan tingkat kepuasan perspektif kaum muda, bersama dengan perilaku sosial, kesehatan mental dan fokus pada perspektif individu. Sedangkan Puspitawati (2012) menyebutkan beberapa istilah yang digunakan untuk menganalisis tingkat kesejahteraan keluarga adalah Economic Well-Being: yaitu kesejahteraan ekonomi, indikator yang digunakan adalah pendapatan (GNP,GDP, pendapatan perkapita per bulan, nilai asset), Social well-being : yaitu kesejahteraan sosial, indikator yang digunakan diantaranya tingkat pendidikan, status dan jenis pekerjaan, Physical-Well Being : yaitu kesejahteraan fisik, indikator yang digunakan adalah status gizi, status kesehatan, tingkat mortalitas tingkat morbiditas, dan Phsychological/spiritual mental well-being : kesejahteraan psikologi, indikator yang digunakan adalah sakit jiwa, tingkat stress, tingkat bunuh diri, tingkat aborsi, dan lain-lain
13 Tahapan Pra Sejahter (KS I), Tahapan Keluarga Sejahtera I (KS I), Tahapan Keluarga Sejahtera II (KS II), Tahapan Keluarga Sejahtera III (KS III); Tahapan Keluarga Sejahtera III Plus (KS III Plus). Sedangkan kriteria miskin alasan ekonomi (BKKBN) jika tidak memenuhi seluruh persyaratan berikut :
1. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan dua kali atau lebih dalam sehari.
2. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja, sekolah dan untuk bepergian.
3. Bagian yang terluas dari lantai rumah bukan dari tanah.
4. Paling kurang seminggu sekali menyediakan daging/susu/ayam sebagai lauk makan keluarga.
5. Paling kurang membeli satu stel pakaian baru dalam setahun terakhir.
6. Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 per orang.
Kesejahteraan keluarga subjektif adalah sama dengan Family Subjective of Quality Life (SQL) yaitu lebih menunjukkan perasaan kepuasan pribadi/keluarga atau rasa syukurnya akan kehidupan keluarganya (Puspitawati dan Herawati 2008). Sedangkan menurut menurut Cummins et al. (1998) Quality of Life
merupakan gabungan dari kesejahteraan subjektif dan objektif yang memiliki tujuh dimensi diantaranya kesejahteraan materi/ekonomi, kesehatan, produktifitas, keintiman dan perasaan aman, komunitas/sosial, dan emosional. Kesejahteraan subjektif dapat juga diukur dengan kepuasan individu. Hasil penelitian Begic et al. (2007) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif/ Subjective Quality of Life (SQOL) adalah kegelisahan atau rasa khawatir, depresi, strategi koping, dan dukungan sosial. Sedangkan Huda (2010) menyebutkan bahwa istilah kesejahteraan subjektif didefinisikan sebagai evaluasi kognitif dan afektif seseorang tentang hidupnya, yang meliputi penilaian emosional terhadap berbagai kejadian yang dialami yang sejalan dengan penilaian kognitif terhadap kepuasan dan pemenuhan hidup. Berdasarkan hasil penelitian Puspitawati et al. (2012) sebaiknya perempuan meningkatkan pendidikannya baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal, karena pendidikan yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan subjektif keluarga.
3 KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran
14
Sebuah keluarga akan melakukan strategi tertentu yang dianggap sangat membantu guna mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya. Hal ini akan berlaku pula pada saat keluarga menghadapi tekanan ekonomi yang disebabkan kerugian akibat banjir dan status kemiskinan keluarga terutama strategi untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Upaya ini disebut sebagai strategi koping, strategi koping yang diukur dalam penelitian ini adalah ketika keluarga buruh tani mengalami penurunan pendapatan yang disebabkan adanya kerugian yang diakibatkan banjir, status kemiskinan keluarga, serta persepsi tekanan ekonomi yang dirasakan. Strategi koping dapat dilakukan dari aspek ekonomi dengan cara mengurangi pengeluaran dan menambah pendapatan keluarga, serta strategi koping ekonomi lainnya. Mengurangi pengeluaran merupakan cara yang umumnya dilakukan oleh keluarga. Strategi koping ini membantu meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Kesejahteraan keluarga petani merupakan output dari masalah-masalah yang dihadapi keluarga, proses pengelolaan sumberdaya keluarga, dan strategi koping yang dilakukan keluarga petani. Keluarga yang sejahtera terkait dengan peran dan fungsi masing-masing anggota keluarga. Keluarga yang bisa menjalankan beragam peran dan fungsinya, maka memiliki pelaung yang besar untuk dapat hidup sejahtera. Selain itu diharapkan juga status kemiskinan keluarga dan tekanan ekonomi yang dirasakan keluarga buruh tani di daerah rawan banjir tidak menurunkan kesejahteraan keluarga dan dapat diatasi dengan strategi yang tepat dan efisien. Sehingga tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup keluarga dapat terpenuhi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1 Kerangka Pemikiran.
Hipotesis
Berdasarkan tujuan dan kerangka pemikiran, maka disusunlah hipotesis sebagai berikut :
1. Terdapat perbedaan besarnya tekanan ekonomi pada keluarga petani di daerah rawan banjir di desa yang letaknya dekat dan jauh dari ibukota kecamatan. 2. Terdapat perbedaan strategi koping ekonomi yang dilakukan keluarga petani
di daerah rawan banjir di desa yang letaknya dekat dan jauh dari ibukota kecamatan.
3. Terdapat perbedaan kesejahteraan keluarga petani di daerah rawan banjir di desa yang letaknya dekat dan jauh dari ibukota kecamatan.
4. Karakteristik keluarga, status kemiskinan keluarga, tingkat keparahan kerugian akibat banjir, dan program/bantuan pemerintah yang pernah diterima keluarga petani berpengaruh terhadap persepsi tekanan ekonomi.
5. Karakteristik keluarga, tingkat keparahan kerugian akibat banjir, status kemiskinan keluarga, dan persepsi tekanan ekonomi keluarga petani berpengaruh terhadap strategi koping yang dilakukan.
15
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
4 METODE PENELITIAN
Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian
16
Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah dan dipersempit lagi di Kecamatan Adimulyo. Pemilihan Kecamatan Adimulyo dengan pertimbangan bahwa kecamatan ini adalah kecamatan yang paling parah dilanda banjir (BNPD 2014). Kecamatan Adimulyo terdiri dari 23 desa/kelurahan dan hampir seluruhnya adalah daerah rawan banjir selanjutnya pemilihan 2 desa/kelurahan dipilih secara purposif, yaitu satu desa yang terletak di dekat ibukota kecamatan dan satu desa yang terletak di daerah yang jauh dari ibukota kecamatan. Pemilihan letak desa dengan asumsi bahwa keluarga petani yang bertempat tinggal di desa yang letaknya dekat dengan ibukota kecamatan lebih sejahtera dibanding keluarga petani yang tinggal di desa yang jauh dari ibukota kecamatan. Penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner dan pengambilan contoh dilakukan di dua desa lokasi penelitian ditentukan berdasarkan daerah yang memiliki jumlah penduduk yang berprofesi sebagai buruh tani di daerah rawan banjir
Teknik Pengambilan Contoh
Populasi dalam penelitian ini adalah kepala keluarga yang bekerja sebagai buruh tani di daerah rawan banjir Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Contoh dalam penelitian ini adalah keluarga buruh tani yang mengalami bencana banjir pada bulan Desember 2013. Teknik pengambilan contoh dengan Multi Stage
dengan cara mengumpulkan populasi keluarga buruh tani di dua lokasi Desa Kemujan dan Desa Tegalsari. Selanjutnya populasi di dua desa tersebut dipilih dengan cara simple random sampling dan jumlah contoh yang diambil sebanyak 100 keluarga (Gambar 3). Responden dari penelitian ini adalah suami dan atau isri beserta anggota keluarga lain yang dianggap mengetahui kondisi keluarga yang terkait dengan topik penelitian. Data primer yang dikumpulkan mencakup 110 keluarga contoh, namun setelah dilakukan screening ditetapkan menjadi 100 keluarga.
Purposif
Purposif
Purposif
Purposif
Random
Gambar 2 Alur penentuan lokasi dan contoh Provinsi Jawa
Tengah
Kabupaten Kebumen
Kecamatan Adimulyo
Desa Tegalsari (jauh dengan pusat pemerintahan/kantor
kecamatan) N=110 keluarga Desa Kemujan (dekat
dengan pusat pemerintahan/kantor
kecamatan) N=93 keluarga
17 Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh menggunakan teknik pengumpulan data dengan mengadakan tatap muka dan wawancara langsung dengan responden penelitian dan menggunakan pedoman wawancara terstruktur kuesioner. Data primer yang didapat terdiri dari :
1. Faktor internal keluarga yaitu karakteristik sosial ekonomi keluarga yang terdiri dari: umur, jumlah tanggungan keluarga, lama pendidikan suami-isteri, pekerjaan sampingan suami, pekerjaan ibu, pendapatan perkapita-pendapatan keluarga, luas pekarangan, dan status kepemilikan rumah. 2. Faktor eksternal keluarga yaitu program pemerintah untuk pengentasan
kemiskinan dan kerugian yang ditimbulkan akibat banjir.
3. Tekanan ekonomi yang dirasakan/persepsi tekanan ekonomi akibat kesulitan ekonomi seperti kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan non pangan keluarga setelah mengalami banjir.
4. Status kemiskinan keluarga diukur menggunakan indikator BKKBN, serta lokasi desa atau lokasi tempat tinggal keluarga petani.
5. Strategi koping aspek ekonomi yang terdiri dari penghematan pengeluaran dan penambahan pendapatan, serta strategi koping ekonomi lainnya. 6. Kesejahteraan keluarga petani diukur menggunakan indikator SQL
(Subjective Quality of Life).
Sementara itu data sekunder diperlukan untuk memperkaya dan menunjang analisis data primer. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait, yaitu Kantor Badan Pusat Statistik, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Kantor Kecamatan, dan Kantor Desa di lokasi penelitian. Adapun data sekunder yang dikumpulkan mencakup data keadaan umum daerah penelitian yang meliputi kondisi geografis, administratif, kependudukan, sosial budaya, prasarana dan sarana.
Pengolahan dan Analisis Data
Instrumen yang telah disusun, diuji reliabilitas dan validitasnya. Uji validitas digunakan untuk menguji apakah instrumen dapat memperoleh data yang sesungguhnya. Uji reliabilitas digunakan untuk menguji apakah hasil yang diperoleh instrumen memiliki nilai yang konsisten di setiap penggunaan instrumen. Data yang telah dikumpulkan, diolah melalui proses editing, coding, scoring, entry, cleaning dan analyzing. Selanjutnya data dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun pengukuran variabelnya yang digunakan adalah:
18
skor tertinggi – skor terendah Interval kelas =
jumlah kelas yang diinginkan Maka akan didapat kategori menjadi :
a. tingkat keparahan kerugian rendah dengan skor = <8 b. tingkat keparahan kerugian sedang dengan skor =8-16 c. tingkat keparahan kerugian tinggi dengan skor = >16
2. Persepsi tekanan ekonomi diukur berdasarkan rasa khawatir dan sedih karena kerugian yang dialami ketika banjir, kesulitan ekonomi, peningkatan pemenuhan dan pengeluaran kebutuhan. Instrumen yang digunakan memiliki nilai Cronbach’s alpha 0,897 terdiri dari 42 butir pertanyaan yang menyangkut persepsi keluarga terhadap tekanan ekonomi yang dialami akibat adanya kerugian yang ditimbulkan karena banjir dan kesulitan keuangan. Setiap butir pertanyaan disediakan 4 jawaban yaitu : (skor 0) Tidak pernah, (skor 1) Kadang-kadang, (skor 2) Sering (skor 3) Selalu. Selanjutnya jawaban responden diberikan skor dan diindeks menggunakan rumus sebagai berikut :
Skor yang dicapai - skor terendah
Indeks = X 100
Skor tertinggi – skor terendah Maka akan didapat kategori menjadi :
a. persepsi tekanan ekonomi rendah dengan indeks < 33,3 b. persepsi tekanan ekonomi sedang dengan indeks 33,3-66,6 c. persepsi tekanan ekonomi tinggi dengan indeks >66,6
3. Status kemiskinan keluarga buruh tani dianalisis secara deskriptif berdasarkan indikator keluarga sejahtera menurut BKKBN, keluarga dikelompokkan menjadi:
I. Keluarga pra sejahtera, jika tidak memenuhi kriteria keluarga sejahtera I (pra KS)
II. Keluarga sejahtera I (KS I) jika memenuhi enam kriteria KS I III. Keluarga sejahtera II (KS II) jika memenuhi kriteria KS I plus
delapan kriteria KS II
IV. Keluarga sejahtera III (KS III) jika memenuhi 14 kriteria KS II plus lima kriteria KS III
V. Keluarga sejahtera III plus (KS III plus) jika memenuhi 19 kriteria KS III plus dua kriteria.
Dengan pengelompokan tersebut, keluarga dikatakan miskin jika termasuk dalam keluarga pra KS dan KS I. Keluarga pra KS dan KS I merupakan keluarga miskin ditinjau dari segi ekonomi maupun sosial (pendidikan, keagamaan, kesehatan). Indikator yang dirumuskan oleh BKKBN adalah sebagai berikut :
1. Tahapan Pra Sejahtera;