• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

BAB 4 PEMBAHASAN

4.2 Pembahasan

Pada pembahasan ini penulis menguraikan beberapa kesenjangan yang terjadi, antara tinjauan kasus dengan tinjauan teori dalam “Asuhan Keperawatan Klien yang Mengalami Diare dengan Masalah Kekurangan volume cairan” di Ruang Anak RSUD bangil pasuruan. Selain itu penulis akan membahas mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

4.2.1 Pengkajian 1. Data subjektif

Data subjektif pada tinjauan kasus Diare dengan masalah kekurangan volume cairan disebabkan oleh pengeluaran cairan aktif berlebih. Klien 1, ibu klien mengatakan, klien BAB cair sebanyak 10x sejak pagi, warna kuning keehijauan, bau busuk, sempat di rawat di klinik 3 hari namun BAB masih cair dan di rujuk di RSUD bangil. Klien 2, ibu klien mengatakan, klien sejak pagi BAB cair sebanyak 7 x , BAB warna kuning, baau khas, muntah 3x, warna bening cmpur putih ASI, tidak kencing sejak jam 8 pagi .dilihat dari pengkajian 2 klien didapatkan, baik klien 1 dan klien 2 didapatkan, ibu klien sama-sama mengatakan bahwa klien BAB cair, akan tetapi lebih lama klien 1 dari pada klien 2

Menurut peneliti kekurangan volume cairan di karenakan hilangnya cairan aktif dari dalam tubuh secara berlebih, BAB pada balita normalnya adalah lunak (tidak kering dan tidak cair) dengan normal frekuensi 3 sampai 4 kali dalam sehari. Dalam keadaan diare

feses encer atau cair dikarenakan saat virus, kuman, atau bakteri masuk kedalam tubuh mukosa lambung teriritasi, kecepatan sekresi menjadi tinggi dan motilitas usus meningkat sehingga sejumlah besar cairan membuat agen infeksi tersapu ke arah anus dan saat yang bersamaan gerakan pendorong yang kuat mendorong cairan ini kedepan, frekuensi BAB lebih sering juga sebagai respon tubuh untuk mengeluarkan toksik atau racun di dalam saluran pencernaan . pada pengkajian klien 1 BAB 10x dengan lama diare 4 hari. dari data subjektif, lamanya tersebut dikarenakan pada klien 1 asupan ASInya kurang, ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi dan dapat dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi dari pada susu sapi, perpaduan sempurna ASI sendiri terdiri dari lemak, protein, dan vitamin karena kurangnya asupan ASI tersebut yang menyebabkan klien 1 lebih lama fase penyembuhannya

Menurut Depkes ( 2012 ) kolostrum atau ASI mengandung zat kekebalan tubuh terutama Ig A untuk melindungi bayi dari berbagai jenis penyakit infeksi terutama diare, dari segi aspek imunologik ASI mengandung zat anti infeksi yang kadarnya cukup tinggi, sektori Ig A tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E. Coli dan berbagai virus pada saluran cerna.

Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan, lysosim enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri ( E.coli dan salmonella) jumlahnya 300 kali lebih banyak dari pada susu sapi, faktor bifidus

sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus, Bakteri ini menjaga keasaman floral usus bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan pada bayi.

2. Data objektif

Data objektif dari pengkajian klien 2 mengalami kenaikan suhu yakni 38,5ºc. klien 1: klien tampak lemas, Tanda-Tanda Vital (TTV) Suhu (S) : 37º C, Nadi (N) : 115x/menit, Respiration Rate (RR) : 25x/menit, akral hangat, mukosa bibir kering, turgor kulit menurun. klien 2 : klien tampak rewel dan menangis, Tanda-Tanda Vital (TTV) Suhu (S) : 38,5º C, Nadi (N) : 120x/menit, Respiration Rate (RR) : 30x/m, akral panas, mukosa bibir kering, turgor kulit menurun

Menurut peneliti panas pada klien 2 adalah karena penyebab diare pada klien 2 adalah infeksi, demam merupakan respon fisiologis tubuh salah satu tanda dari infeksi adalah kenaikan suhu tubuh sebagai tanda gangguan metabolisme tubuh terhadap masuknya patogen yang masuk kedalam tubuh.pada klien 1 tampak lemas dan murung dan klien 2 tampak rewel dan menangis terus perubahan status mental ini terjadi karena anak sedang sakit, dalam tanda balita sehat salah adalah aktif lincah ceria karena dunia anak adalah dunia ceria dan dinamis mereka tidak berhenti bergerak dan berceloteh, seperti tanda kekurangan cairan pada teori yaitu mukosa bibir kering dan turgor kulit menurun adalah tanda dari dehidrasi atau kekurangan cairan dalam tubuh.

Menurut Umar Zein gejala ikutan pada diare infeksi adalah mual, muntah, nyeri abdominal, tenesmus, demam, dan tanda-tanda dehidrsi

Menurut asmadi batasan karakteristik diare adalah perubahan status mental, penurunan TD, penurunan turgor kulit, penurunan haluaran urin, membran mukosa kering, kulit kering, peningkatan suhu tubuh

4.2.2 Pemeriksaan diagnostik

Dari hasil Pemeriksaan diagnostik darah lengkap pada klien 1 nilai leukosit 9,79 dan pada klien 2 terjadi kenaikan dengan hasil 11,50 dengan nilai normal 3,70 – 10,1.

Menurut peneliti klien 2 mengalami kenaikan hasil leukosit karna reaksi tubuh sebagai pertahanan tubuh dari serangan penyakit terutama dari penyebab infeksi .

Shohibaturrohmah, (2016) Leukosit mempertahankan tubuh dari serangan penyakit dengan cara memakan (fagositosis) penyakit tersebut. Begitu tubuh mendeteksi adanya infeksi maka sumsum tulang akan memproduksi lebih banyak sel-sel darah putih untuk melawan infeksi. Titik lestari, (2016) pemeriksaan darah dilakukan untuk

mengetahui kadar elektrolit dan jumlah sel darah putih 4.2.3 Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan pada klien 1 dan klien 2 menunjukkan Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif akibat dari diare .

Menurut peneliti klien 1 dan klien 2 didiagnosa kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif akibat dari diare karena adanya tanda dehidrasi atau kekurangan volume cairan seperti : mukosa bibir kering, turgor kulit menurun, kencing berkurang dan perubahan status mental.

Menurut NANDA 2015/2017 kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ,menurut titik lestari 2016 salah satu tanda dehidrasi mukosa bibir kering, tidak BAK, 4.2.4 Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan yang diberikan pada An. A dan An. M dengan diagnosa kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif akibat dari diare. Intervensi yang digunakan NOC : 1. Keseimbangan cairan dan, 2.Hidrasi . NIC : 1.Manajemen diare, 2. Manajemen cairan

Menurut peneliti perencanaan keperawatan pada klien 1 dan klien 2, sudah sesuai dengan teori dan hasil penelitian meliputi kelengkapan data, serta data penunjang lainnya, dan dilakukan menurut dengan kondisi klien, sehingga peneliti tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dengan kasus dilahan praktik.

Menurut amin huda nur arif (2015) intervensi yang diberikan kepada klien dengan kekurangan volume cairan yaitu observasi turgor kulit secara berkala, monitor status hidrasi : turgor kulit, mukosa bibir, .monitor tanda-tanda vital pasien : TD, Nadi, Suhu, RR. Memberikan cairan yang tepat . Mengevaluasi makanan yang masuk.

4.2.5 Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan pada klien 1 dan klien 2 terdapat perbedaan dengan pemberian terapi, klien 1 mendapatkan injeksi IV ondansentron 2x o,8 mg dan Lbio 1x1/2 sachet.

Menurut peneliti pemberian Lbio karena lamanya fase penyembuhan pada klien 1 , Lbio adalah obat yang dapat mengurangi diare pada bayi dan mengobati kembung serta memelihara kesehatan saluran pencernaan, obat ini adalah probiotik . dosis yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pasin dan sesuai dengan advis yang telah diberikan oleh dokter

Menurut muhammad jufri et al (2012) Proboitik diberi batas sebagai mikoorganisme hidup dalam makan yang yang difermantasi yang menunjang kesehatan melalui terciptanya keseimbangan mikroflora intesinal yang lebih baik. Pencegahan diare dapat dilakukan dengan pemberian probiotik dalam waktu yang panjang terutama bayi yang tidak minum ASI

4.2.6 Evaluasi Keperawatan

Dari evaluasi keperawatan selama 3 hari pada klien 1 : konsistensi BAB masih ada ampas belum normal atau lembek ,pada klien 2 : menunjukkan bahwa klien 2 sudah dikatakan sembuh dengan ditandai BAB normal dengan kriteria : konsistensi dan frekuensi BAB normal, TTV dalam batas normal, tidak ada tanda- tanda dehidrasi ,elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab. Proses perkembangan

juga di pengaruhi dari diagnosa medis klien 1 : GEA dehidrasi ringan sedang + gizi kurang , klien 2 : GEA + vomit

Menurut peneliti pada catatan perkembangan pada klien 2 mengalami kemajuan yang segnifikan, serta menunjukkan penyembuhan ditandai dengan berkurangnya frekuensi dan perubahan pada konsistensi terta suhu tubuh pada rentang yang normal, tidak ada tanda dehidrasi. Menyesuaikan kepatuhan terhadap intervensi yang dilaksanakan oleh perawat serta orang tua klien sangat koperhensif untuk proses penyembuhan dan ASI yang diberikan oleh ibu klien ekslusif . sedangkan pada klien 1 belum bisa dikatakan sembuh karena belum masuk dalam kriteria yang telah direncanakan perawat, selain itu pada klien 1 ibu klien tidak memberikan ASI hal ini sangat berpengaruh pada proses penyembuhan diare

status gizi juga berpengaruh besar pada proses keperwatan anak dengan diare ini, dan juga di dapati saat melakukan pengkajian bahwa klien 1 sebelumnya dirawat di klinik selam 3 hari namun tidak menunjukkan perkembangan, BAB masih cair dan dirujuk ke RSUD bangil, anak dengan status gizi kurang lebih berat dibanding dengan anak yang status gizinya baik karena anak dengan status gizi kurang, kluaran cairan dan tinja lebih banyak sehingga anak dapat dehidrasi berat

Titik lestari (2016) Semakin buruk gizi seorang anak, ternyata semakin banyak episode diare yang dialami, klenjar timusnya kan mengecil dan kekebalan sel-sel menjadi terbatas sekali sehingga

kemampuan untuk mengadakan kekebalan nonspesifik terhadap kelompok organisme berkurang

ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare, pemberian ASI kepada bayi yang abru lahir secara penuh mempunyai daya lindung empat kali lebih besar terhadap diare dari pada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Pada bayi yang tidak diberi ASI pada 6 bulan pertama kehidupannya, resiko mendapatkan diare adalah 30 kali lebih besar dibanding dengan bayi yang tidak diberi ASI. Bayi yang memperoleh ASI mempunyai morbiditas dan mortalitas diare lebih rendah. Bayi dengan air susu buatan (ASB) mempunyai resiko lebih tinggi dibanding dengan bayi yang mendapat susus tambahan juga mendapat ASI, dan keduanya mempunyai risiko diare lebih tinggi dibanding dengan bayi yang sepenuhnya mendapatkan ASI. Risiko relatif ini tinggi dalam bulan- bulan pertama kehidupan.

Menurut alimul aziz Evaluasi keperawatan memuat kriteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan, evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sjauh mana tujuan dari rencana kperawatan tercapai atau tidak.

76

BAB 5 PENUTUP

Dokumen terkait