• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DIARE DENGAN MASALAH KEKURANGAN VOLUME CAIRAN DI RUANG ANAK RSUD BANGIL PASURUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DIARE DENGAN MASALAH KEKURANGAN VOLUME CAIRAN DI RUANG ANAK RSUD BANGIL PASURUAN"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DIARE DENGAN MASALAH KEKURANGAN VOLUME CAIRAN

DI RUANG ANAK RSUD BANGIL PASURUAN

OLEH :

FARIKHAH NAILIRROHMAH NIM : 141210017

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

(2)

i

KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DIARE DENGAN MASALAH KEKURANGAN VOLUME CAIRAN

DI RUANG ANAK RSUD BANGIL PASURUAN

OLEH :

FARIKHAH NAILIRROHMAH NIM : 141210017

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

(3)

ii

KARYA TULIS ILMIAH (Studi Kasus)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DIARE DENGAN MASALAH KEKURANGAN VOLUME CAIRAN

DI RUANGA ANAK RSUD BANGIL PASURUAN

Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar ahli madya Keperawatan (A.Md.Kep) pada program studi diploma III keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendikia Medika Jombang

OLEH :

FARIKHAH NAILIRROHMAH NIM : 141210017

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua berkat dan

rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien diare dengan masalah Kekurangan

volume cairan di Ruang anak RSUD bangil pasuruan” untuk memenuhi salah satu

persyaratan dalam memperoleh gelar Ahli Madia Keperawatan Program Studi DIII

Keperawatan STIKES ICMe Jombang.

Dalam penelitian ini, peneliti banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak.

Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada Maharani Tri

P.,S.Kep,Ns,MM selaku ketua prodi DIII Keperawatan STIKes ICMe Jombang,

Ruliati .SKM.M.Kes dan Dwi harianto,SKep.,Ns selaku dosen pembimbing yang

telah memberikan saran dan masukan hingga dapat terselesaikan Proposal ini.

Penulis menyadari dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari

sempurna, oleh karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran demi

kesempurnaan Proposal ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi penulis

khususnya dan pembaca pada umumnya

Jombang, Januari 2017

(9)

viii MOTTO

سان ل لمهع ف نأسان لاري خ

(khoirunnas anfa'uhum linnas).

"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain"

PERSEMBAHAN

Yang utama dari segalanya

Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT, taburan kasih sayang-Mu telah memberikan

kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkan cinta. Atas kaunia serta

kemudahan yang engkau berikan akhirnya karya tulis ilmiah yang sederhana ini dapat

terselesaikan.

Rasulullah muhammmad SAW

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dan kusayangi.

Ibu dan ayah tercinta

Terimakasih untuk kedua orang tuaku yang telah menjadikanku wanita yang kuat dan sabar

dalam menghadapi segala hal,yang tidak pernah lelah menyemangatiku dan mendengarkan

keluh kesahku, sebagai tanda bukti, hormat dan rasa terimakasih yang tiada terhingga

kupersembahkan karya kecil ini kepadanya yang telah memberikan kasih sayang, segala

dukungan, dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tidak mungkin dapat kubalas dengan

selembar kertas tertulis kata cinta dalam persembahan

Adik dan orang tersayang

yang selalu memberikan dukungan, semangat dan selalu mengisi hari-hariku dengan canda

tawa dan kasih sayangnya.yang selalu menyemangatiku, memberi motivasi, dukungan, Doa

(10)

ix

DAFTAR ISI

Halaman judul ... i

Halaman judul dalam ... ii

Pernyataan keaslian ... iii

Lembar persetujuan karya tulis ilmiah ... iv

Lembar pengesahan penguji ... v

Riwayat hidup ... vi

Kata pengantar ... vii

Motto persembahan ... viii

Daftar isi ... ix

Daftar tabel ... xii

Daftar gambar ... xiii

Daftar lampiran ... xiv

Daftar lambang dan singkatan ... xv

Abstrak ... xvii

Abstrac ... xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Batasan Masalah ... 4

1.3 Rumusan Masalah ... 4

1.4 Tujuan Penelitian... 4

1.4.1 Tujuan Umum ... 4

1.4.2 Tujuan Khusus ... 4

1.5 Manfaat Teoritis Praktis ... 5

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 5

1.5.2 Manfaat Praktis ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Diare ... 7

2.1.1 Definisi Diare ... 7

2.1.2 Klasifikasi Diare ... 8

2.1.3 Etiologi... 8

2.1.4 Patofisiologi ... 12

2.1.5 Pohon Masalah (Patway) ... 13

2.1.6 Manifestasi klinis ... 14

2.1.7 Komplikasi ... 16

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang ... 17

2.1.9 Penatalaksanaan ... 22

2.2 Konsep cairan ... 30

2.2.1 Definisi cairan ... 30

2.2.2 Batasan karakteristik... 30

2.2.3 Fungsi cairan ... 31

2.2.4 Klasifikasi cairan tubuh ... 31

2.2.5 Pergerakan cairan tubuh ... 32

2.2.6 Gangguan keseimbangan cairan ... 33

(11)

x

2.3.1 Definisi ... 33

2.3.2 Tahapan tumbuh kembang anak ... 34

2.3.3 Faktor-faktor pengaruh tumbuh kembang... 36

2.4 Konsep asuhan keperawatan 2.4.1 Pengkajian ... 36

2.4.2 Keluhan utama ... 37

2.4.3 Riwayat penyakit sekarang ... 37

2.4.4 Riwayat Penyakit Dahulu ... 37

2.4.5 Riwayat Perkembangan Anak ... 37

2.4.6 Riwayat persalinan... 38

2.4.7 Imunisasi ... 38

2.4.8 lingkungan rumah dan komunitas ... 38

2.4.9 Pola Fungsional kesehatan ... 38

2.4.10 Pemeriksan fisik ... 38

2.4.11 Pemeriksaan Penunjang ... 41

2.4.12 Data penunjang ... 41

2.4.13 Analisa Data ... 41

2.4.14 Diagnosa Keperawatan ... 41

2.4.15 Intervensi ... 42

2.4.16 Implementasi ... .42

2.4.17 Evaluasi ... 42

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 44

3.2 Batasan Istilah ... 45

3.3 Partisipan ... 46

3.4 Lokasi dan waktu penelitian ... 47

3.5 Pengumpulan Data ... 47

3.6 Uji Keabsahan Data ... 49

3.7 Analisa Data ... 50

3.8 Etika Penelitian ... 51

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... 53

4.1.1 Gambaran Lokasi Pengumpulan Data ... 53

4.1.2 Pengkajian ... 53

4.1.3 Analisa Data ... 59

4.1.4 Diagnosa Keperawatan ... 60

4.1.5 Intervensi ... 61

4.1.6 Implementasi Keperawatan ... 62

4.1.7 Evaluasi Keperawatan ... 66

4.2 Pembahasan ... 68

4.2.1 Pengkajian ... 68

4.2.2 Pemeriksaan Diagnostik ... 71

4.2.3 Diagnosa Keperawtan ... 71

4.2.4 Intervensi Keperawatan ... 72

4.2.5 Implementasi Keperawatan ... 73

(12)

xi

BAB 5 PENUTUP

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Daftar Tabel

Halaman

Tabel 2.1 Gejala khas diare akut oleh berbagai penyebab Tabel 2.2 Test labolatorium tinja

Tabel 2.3 Komposisi oralit baru Tabel 2.4 Antibiotik pada diare

Tabel 2.5 Penentuan derajat dehidrasi menurut MMWR 2003 Tabel 2.6 Penentuan derajat menurut WHO 1995

Tabel 2.7Penentuan derajat dehidrasi menurut sistim pengangkaan Tabel 2.8 Intervensi

Tabel 4.1 Identitas Klien Tabel 4.2 Riwayat Penyakit Tabel 4.3 Pola Kesehatan

Tabel 4.4 Pengkajian Head to toe Tabel 4.5 Pemeriksaan Penunjang Tabel 4.6 Terapi

Tabel 4.7 Analisa Data

Tabel 4.8 Diagnosa Keperawatan Tabel 4.9 Intervensi

Tabel 4.10 Implementasi Tabel 4.11 Evaluasi

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Daftar gambar Halaman

(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

(16)

xv

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN LAMBANG

15.mEq/L : miliequivalen/ liter 16.Ml/kgBB : /kilogram berat badan

7. FKUI : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 8. ICME : Insan Cendekia Medika

9. JATIM : Jawa Timur

10.KLB : Kejadian Luar Biasa

11.KMB : Keperawatan Medikal Bedah 12.MRS : Masuk Rumah Sakit

13.NIC : Nursing Interventions Classification 14.NOC : Nursing Outcomes Classification 15.No.RM : Nomor Rekam Medik

16.RS : Rumah Sakit

17.RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah 18.RR : Respiration Rate

19.STIKES : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan 20.TD : Tekanan Darah

21.WHO : World Health Organization 22. IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia 23.RISKESDAS : riset kesehatan dasar

24.NANDA :North American Nursing Diagnosis Association-International

(17)

xvi 26.BAK : Buang Air Kecil

27.K : kalium

28.KH : Karbohidrat 29.Mc :mickrogram

30.Hr : hari

31.ETEC : enterotoxigennic escherichia coli 32.EIEC : entero invansive eschericia coli 33.EHEC : enterohemorragic eschericia coli 34.EPEC : enteropathogenic eschericia coli 35.EAEC : enteroaggrogative eschericia coli 36.EIEC : enteroinvansive E coli

37.PCR : polymerase chain reaction 38.PMN : leukosit polymorphonuclear 39.i.v : Intra Vena

40.GCS : Glasgow Coma Scale

(18)

xvii

ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DIARE DENGAN MASALAH KEKURANGAN VOLUME CAIRAN

DI RUANG ANAK RSUD BANGIL PASURUAN

Oleh :

FARIKHAH NAILIRROHMAH

Penyakit diare adalah penyakit yang dapat menimbulkan kematian . karena kekurangan volume cairan dari BAB yang lebih dari biasanya atau lebih dari 3 kali dikarenakan cairan yang masuk kedalam tubuh tidak dapat terserap dengan baik, penyakit diare saat ini masih merupakan masalah global dengan derajat kesakitan dan kematian pada anak,dengan kasustertinggi di berbagai negara terutama di negara-negara berkembang. Tujuan penelitian ini adalah Mampu melaksanakan asuhan perawatan pada klien yang mengalami Diare dengan kekurangan volume cairan.

Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode studi kasus. Subjek penelitian adalah 2 pasien dengan kasus diare, teknik pengumpulan data dideskripsikan secara naratif dan dilakukan dengan tehnik wawancara (hasil wawancara berisi tentang identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang dan dahulu), observasi atau pemeriksaan fisik pengelolahan pre survei data di ambil dari RSUD Bangil Pasuruan.

Hasil studi kasus pada kedua klien dengan diare didapatkan diagnose prioritas yakni kekurangan volume cairan. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari didapatkan perbedaan fase penyembuhan dari kedua klien tersebut, dapat dikatakan sembuh dengan tercukupi cairan di dalam tubuh dengan tidak ada tanda-tanda dehidrasi. Berdasarkan survei data yang didapat di RSUD bangil pada tanggal 08 februari 2017 prevalensi data ada 15 pasien yang ada di ruang anak dengan kasus diare perbulannya

Berdasarkan hasil evaluasi terakhir disimpulkan bahwa pada klien 2fase penyembuhannya lebih cepat pada klien 1. Harapan kedepannya kepada profesi perawat untuk lebih menekankan status hidrasi pasien, kebersihan lingkungan, sehingga intervensi dapat dilakukan secara tepat.

.

(19)

xviii ABSTRACT

NURSING CARE ON DIARRHEA CLIENTS WITH LACK FLUID VOLUMEPROBLEM IN CLIDERN’S ROOM

BANGIL PASURUAN HOSPITAL

By :

FARIKHAH NAILIRROHMAH

Diarrhea disease is a disease that can cause death because lack of fluid volume from defecate more than usually or more than 3 times because fluid in the body cannot good absorbed, diarrhea disease is still a global problem with degree of morbidity and mortality on children, with higest case in various countries especially in developing countries. The research purpose this is can doing nursing care on clients experience diarrhea with lack of fluid volume.

The research design is descriptive with use case study method. Research subject is 2 patients with diarrhea case, gathering data technique described naratively and doing interview technique ( interview result about client identity, main complaint, disease history now and past), observation or physical examination pre-survey data execution taken from bangil pasuruan hospital.

Result of case studies on the second client with diarrhea priority diagnosed ie lack of fluid volume. After do nursing care for 3 days can difference of healing phase from the second clients, can be said healed with enough fluid in the body with not signs dehydration. Based on data survey in bangil pasuruan hospital on the date 08 february 2017 prevalence of data 15 patient in childs room with diarrhea case on month.

Based on the latest evaluation result concluded on 2 client healing phase faster on client 1. Hope in the future to nurse profession emphasize more patients hydration status, environment hygiene, so the intervertion can do exactly

(20)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan derajat

kesakitan dan kematian yang tinggi di berbagai negara terutama di negara

berkembang, dan sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka

kesakitan dan kematian anak di dunia (oktaviani siregar et al,2015A). Diare

merupakan penyakit berbahaya karena dapat mengakibatkan kematian dan

dapat menimbulkan letusan kejadian luar biasa (KLB). Di dunia, dehidrasi

yang disebabkan diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan

balita (Huang et al, 2009).Meskipun diketahui bahwa diare merupakan suatu

respon tubuh terhadap keadaan tidak normal, namun anggapan bahwa diare

sebagai mekanisme pertahanan tubuh untuk mengekskresikan

mikroorganisme keluar tubuh, tidak sepenuhnya benar. Terapi kausal

tentunya diperlukan pada diare akibat infeksi, dan rehidrasi oral maupun

parenteral secara simultan dengan kausal memberikan hasil yang baik

terutama pada diare yang menimbulkan dehidrasi (kekurangan volume

cairan) sedang sampai berat (Umar Zein, 2014).

Menurut data World Health Organization (WHO), diare adalah

penyebab nomor satu kematian balita di seluruh dunia, dimana setiap tahun

1,5 juta balita meninggal dunia akibat diare. Meskipun mortalitas dari diare

dapat diturunkan dengan program rehidrasi atau terapi cairan namun angka

kesakitannya masih tetap tinggi (oktaviani siregar et al. 2015B) .Di dunia,

(21)

prevalensi yang didapat dari berbagai sumber, salah satunya dari hasil Riset

Kesehatan Dasar Nasional (RISKESDAS) pada tahun 2013, penderita diare di

Indonesia berasal dari semua umur, namun prevalensi tertinggi penyakit diare

diderita oleh balita, terutama pada usia <1 th (7%) dan 1-4 tahun (6,7).

Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan

penyakit potensial KLB yang sering disertai dengan kematian. Pada tahun

2015 terjadi 18 kali KLB Diare yang tersebar di 11 provinsi, 18

kabupaten/kota, dengan jumlah penderita 1.213 orang dan kematian 30 orang

(CFR 2,47%) (profil kesehatan Indonesia 2015). Penyakit diare masih

menduduki penyakit menular langsung no 5 di jawa timur, Cakupan

pelayanan penyakit Diare dalam kurun waktu 6 (enam) tahun terakhir

cenderung meningkat, dimana pada tahun 2013 mencapai 118,39 % dan

sedikit menurun pada tahun 2014 menjadi 106 % (DINKES JATIM 2014).

Angka kesakitan diare menggambarkan jumlah penderita kasus diare disuatu

wilayah tertentu selama 1 tahun diantara jumlah penduduk di wilayah dan

pada kurun waktu yang sama. Pada tahun 2015 ditemukan 7.616 kasus diare

diantara 194.815 jiwa penduduk Kota Pasuruan (DINKES kota pasuruan

2015) berdasarkan penelitian epidemologis di indonesia dan negara

berkembang lainnya, diketahui bahwa sebagian besar penderita diare biasanya

masih dalam keadaan dehidrasi ringan atau belum dehidrasi. Hanya sebagian

kecil dengan dehidrasi lebih berat badan dan memerlukan perawatan di sarana

kesehatan. Perkiraan secara kasar menunjukkan dari 1000 kasus diare yang

ada di masyarakat, 900 dalam keadaan dehidrasi ringan, 90 dalam keadaan

(22)

al,2012). Berdasarkan survey data yang di dapat dari RSUD Bangil pada

tanggal 08 februari 2017 prevalensi data penderita diare 1114 dan 160 nya

terjadi diruang anak.

Penyebab tersering diare pada anak adalah disebabkan oleh rotavirus.

Virus ini menyebabkan 40-60% dari kasus diare pada bayi dan anak

(Simatupang, 2004). Setelah terpapar dengan agen tertentu, virus akan masuk

ke dalam tubuh bersama dengan makanan dan minuman. Virus menginfeksi

dan merusak sel epitel di usus halus. Sel-sel epitel yang rusak akan digantikan

oleh sel enterosit baru yang berbentuk kuboid atau sel epitel gepeng yang

belum matang sehingga fungsi sel-sel ini masih belum bagus. Hal ini

menyebabkan cairan dan makanan tidak terserap dengan baik dan

meningkatkan tekanan osmotik usus. Hal ini menyebabkan banyak cairan

ditarik ke dalam lumen usus dan akan menyebabkan terjadinya hiperperistaltik

usus. Cairan dan makanan yang tidak diserap tadi akan didorong keluar

melalui anus dan terjadilah diare (Kliegman, 2011). Akibat fatal dari diare

yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah renjatan

hipovolemik, gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat

berupa tanda-tanda denyut nadi yang cepat ( > 120 x / menit), tekanan darah

menurun sampai tidak terukur pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin,

soanosis (Titik lestari 2016).

Manajemen diare salah satunya adalah dengan mengamati turgor kulit

secara berkala untuk mengetahui tingkat dehidrasi (NIC, 2016). Aspek yang

paling penting adalah menjaga keseimbangan cairan dan elektolit, ini

(23)

pasien, kecuali jika tidak dapat minum atau diare hebat yang membahayakan

jiwa yang memerlukan hidrasi intravena. Status hidrasi harus dipantau dengan

baik dengan memerhatikan tanda-tanda vital, pernafasan dan urin, serta

penyesuaian infus jika diperlukan. Jumlah cairan yang hendak diberikan

sesuai dengan jumlah cairan yang keluar ( Lukman Zulkifli Amin, 2015) Dari

keterangan diatas penulis tertarik membuat judul asuhan keperawatan pada

klien diare dengan masalah kekurangan volume cairan di ruang anak RSUD

bangil pasuruan.

1.2Batasan masalah

Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada : Asuhan keperawatan klien pada

diare dengan masalah kekurangan volume cairan di ruang anak RSUD bangil

pasuruan.

1.3Rumusan masalah

Bagaimanakah asuhan keperwatan pada klien diare dengan masalah

kekurangan volume cairan di ruang anak RSUD bangil pasuruan ?

1.4Tujuan

1.4.1 Tujuan umum

Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien diare dengan

masalah kekurangan volume cairan di ruang anak RSUD bangil

pasuruan.

1.4.2 Tujuan khusus

1. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien diare dengan

masalah kekurangan volume cairan di ruang anak RSUD bangil

(24)

2. Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien diare dengan masalah

kekurangan volume cairan di ruang anak RSUD bangil pasuruan.

3. Menyusun rencana keperawatan pada klien diare dengan masalah

kekurangan volume cairan di ruang anak RSUD bangil pasuruan.

4. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien diare dengan

masalah kekurangan volume cairan di ruang anak RSUD bangil

pasuruan.

5. Melakukan evaluasi pada klien diare dengan masalah kekurangan

volume cairan di ruang anak RSUD bangil pasuruan.

1.5 Manfaat

1.5.1 Manfaat teoritis

Menambah khasanah keilmuan sehingga peningkatan ilmu

pengetahuan, menambah wawasan dalam mencari pemecahan

permasalahan pada klien diare dengan masalah kekurangan

volume cairan.

1.5.2 Manfaat khusus 1. Bagi perawat

perawat dapat menentukan diagnosa dan intervensi

keperawatan yang tepat pada klien dengan diare.

2. Bagi rumah sakit

Dapat dijadikan bahan masukan bagi perawat di rumah sakit

dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan dalam rangka

meningkatkan mutu pelayanan yang baik khususnya klien

(25)

3. Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan dan

referensi bagi mata kuliah keperawatan anak khususnya

pengetahuan pada klien diare dengan kekurangan volume

cairan.

4. Bagi klien dan keluarga

Sebagai tambahan pengetahuan bagi klien dan keluarga untuk

memahami keadaannya, sehingga dapat mengambil

keputusan yang sesuai dengan masalah serta ikut

memperhatikan dan melaksanakan tindakan yang diberikan

(26)

7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Diare 2.1.1 Definisi diare

Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar

dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan

frekuensinya lebih sering ( biasanya tiga kali atau lebih ) dalam satu

hari (DEPKES 2011).

Menurut WHO diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan

perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair

dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasanya, 3

kali sehari atau lebih mungkin dapat disertai muntah atau tinja yang

berdarah ( simatupang 2004).

Jadi dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak

nomal yaitu lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi tinja yang

encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat

dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus

(27)

2.1.2 Klasisikasi

Jenis diare ada dua, yaitu Diare akut, Diare persisten atau Diare

kronik. Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari,

sementara Diare persisten atau diare kronis adalah diare yang

berlangsung lebih dari 14 hari ( muhammad jufri et al,2012).

1) Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3

kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan

atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu

minggu.

2) Diare kronik adalah yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan

etiologi non-infeksi.

3) Diare persisten adalah yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan

etiologi infeksi.

2.1.3 Etiologi

1) faktor infeksi

infeksi enteral: infeksi saluran pencernaan yang merupakan

penyebab utama diare pada anak, meliputi:

a) Golongan bakteri :

1) Aeromonas

2) Bacillus cereus

3) Campylobacter

4) Clostridium perfringens

5) Clostridium defficile

(28)

7) Plesiomonas shigeloides

8) Salmonella

9) Shigella

10)Staphylococcus aureus

11)Vibrio cholera

12)Vibrio parahaemolyticus

13)Yersinia enterocolitica

b) Golongan virus :

1) Astrovirus

2) Calcivirus (Notovirus, Sapovirus)

3) Enteric adenovirus

4) Corona virus

5) Rota virus

6) Norwalk virus

c) Golongan parasit :

1) Balantidium coli

2) Blastocytis homonis

3) Cryptosporidium parvum

4) Entamoeba histolitica

5) Giardia lamblia

6) Isospora belli

7) Strongyloides stercoralis

(29)

2) Faktor malabsorbsi

Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan

sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).

Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi

dan anak. Disamping itu dapat terjadi malabsorbsi lemak dan protein.

3) faktor makanan

Diare dapat terjadi kaena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan

alergi terhadap jenis makanan tertentu.

4) faktor psikologis

Diare dapat terjadi karena faktor psikoligis (rasa takut dan

cemas),jarang terjadi tapi dapat ditemukan pada anak yang lebih besar.

Disamping itu penyebab diare non infeksi yang dapat menimbulkan diare

pada anak antara lain :

a) Defek anatomis

1) Malrotasi

2) Penyakit hirchsprung

3) Short bowel syndrom

4) Atrofi mikrovilli

5) Stricture

b) Malabsorbsi

1) Defisiensi disakaridase

2) Malabsorbsi glukosa - galaktosa

3) Cystic fibrosis

(30)

5) Penyakit cheliac

c) Endokronopati

1) Thyrotoksikosis

2) Penyakit addison

3) Sindrom adrenogenital

d) Keracunan makanan

1) Logam berat

2) Mushrooms

e) Neoplasma

1) Neuroblastoma

2) Phaeochromocytoma

3) Sindrom zollinger ellison

Lain-lain :

1) Infeksi gastrointestinal

2) Alergi susu sapi

3) Penyakit chorn

4) Defisiensi imun

5) Colitis ulserosa

6) Gangguan motilitas usus

7) Pellagra

(31)

2.1.4 Patofisiologi diare

mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama

gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat

diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalm rongga usus meninggi,

sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit dalam rongga usus, isi rongga

usus yang berlebihan ini akan merangsang usus, isi rongga usus yang

berlebih ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga

timbul diare. Kedua akibat rangsangan tertentu ( misalnya toksin) pada

dinding usus akan terjadi peningkatan air dan elektrolit ke dalam rongga

usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga

usus.

Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan

mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan

sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan

mengakibatkanbakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat

menimbulkan diare pula.

Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme

hidup kedalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung,

mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan

toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan

(32)

2.1.5 Pohon masalah (pathway)

Gambar 2.1 Pohon masalah

infeksi makanan psikologis

Berkembang diusus ansietas

Malabsorbsi KH ,lemak dan protein toksik tak dapat diserap

Hiperperistaltik Hipersekresi air dan

elektrolit

Isi usus Penyerapan

makanandi usus menurun

me↑ osmotik

Frekuensi BAB meningkat

Pergeseran air dan elektrolit keusus

DIARE

Hilang cairan dan elektrolit berlebihan

cairan dan elektrolit

Asidosis metabolik

Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh dehidrasi

Kekurangan volume

cairan Resiko syok

(hipovolemik)

Gangguan pertukaran gas

(33)

2.1.6 Manifestasi klinis

1) Menurut lamanya diare :

a) Diare akut:

1) Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset.

2) Onset yang tak terduga dari BAB encer,rasa tidak enak,gas-gas dalam

perut.

3) Nyeri pada kuadran kanan bawah di sertai kram dan bunyi pada perut.

4) Demam.

b) Diare kronik :

1) Penurunan BB dan nafsu makan.

2) Demam indikasi terjadi infeksi.

3) Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardia, denyut lemah.

2) Menurut dehidrasi :

a) Pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi (kekurangan cairan),

tanda-tandanya :

1) Berak cair 1-2 x sehari.

2) Nafsu makan berkurang.

3) Masih ada keinginan untuk bermain.

b) Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan atau sedang,

tanda-tandanya :

1) Berak cair 4-9 x sehari.

2) Kadang muntah 1-2 kali sehari.

3) Suhu tubuh kadang meningkat.

(34)

5) Tidak nafsu makan.

6) Badan lesu lemas.

c) Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi berat,tanda-tandanya :

1) Berak cari terus menerus.

2) Muntah terus menerus.

3) Haus mata cekung.

4) Bibir kering dan biru.

5) Tangan dan kaki dingin.

6) Sangat lemas tidak nafsu makan.

7) Tidak ada keinginan untuk bermain.

8) Tidak BAK selama 6 jam.

9) Kadang dengan kejang tau panas tinggi.

(35)

Tabel 2.1 Gejala khas diare akut oleh berbagai penyebab

Gejala klinik

Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Kolera

Masa tunas 17-72 jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-72 jam

Panas + + + + + - + + -

Mual muntah

Sering Jarang sering + - Sering

Nyeri perut Tenesmus Tenesmus kramp

Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak

Frekuensi 5-10x/hr >10x/hr Sering Sering Sering Terus menerus

Kehijauan Tak berwarna

Lain-lain Anorexia Kejang demam ±

sepsis± meteorismus Infeksi sistemik

±

2.1.7 Komplikasi

1) Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik,isotonik atau hipertonik).

2) Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.

3) Mal nutrisi energi ,protein, karena selain diare dan muntah, penderita

juga mengalami kelaparan.

4) Renjatan atau syok hipovolemik.

5) Gangguan elektrolit.

a) Hipernatremia

Penderita diare dengan natrium plasma > 150 mmol/L memerlukan

pemantauan berkala yang ketat. Tujuannya adalah menurunkan kadar

(36)

cepat sangat berbahaya oleh krena dapat menimbulkan edema otak.

Rehidrasi oral atau nasogastrik menggunakan oralit adalah cara terbaik

dan paling aman.

b) Hiponatremia

Anak dengan diare yang hanya minum dengan air putih atau cairan

yang hanya mengandung sedikit garam, dapat terjadi hiponatremi (Na<

130 mol/L).

c) Hiperkalemia

Disebut hiperkalemia jika K > 5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan

pemberian kalsium glikonas 10% 0,5 -1 ml/kgBB i.v. pelan - pelan dalam

5-10 menit dengan monitor detak jantung.

d) Hipokalemia

Dikatakan hipokalemia bila K < 3.5 mEq/L, koreksi dilakukan

menurut kadar K jika kalium 2,5 mEq/L diberikan peroral 75

mcg/kgBB/hr dibagi 3 dosis. Bila <2,5 Diberikan secara intravena drip

(tidak boleh bolus) diberikan selama 4 jam. Dosisnya: (3,5- kadar K

terukur x BB x 0,4 + 2 mEq/kgBB/24jam) diberikan dalam 4 jam,

kemudian 20 jam berikutnya adalah (3,5- kadar K terukur x BB x 0,4 +

1/6 x 2 mEq/kgBB).

2.1.8 Pemeriksaan penunjang atau diagnostik

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik :

1) Pemeriksaan tinja

(37)

Pemeriksaan makroskopik

Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua

penderita dengan diare.meskipun pemeriksaan laboratorium tidak

dilakukan. Tinja yang watery dan tanpa mukus atau darah biasanya

disebabkan oleh enterotoksin virus, protozoa atau disebabkan oleh

infeksi diluar saluran gastrointestinal.

Tinja yang mengandung darah atau mukus bisa disebabkan infeksi

atau bakteri yang menghasilkan sitotoksin, bakteri enteroinvasif yang

menyebabkan peradangan mukosa atau parasit usus seperti :

E.histolytica,B.coli dan T.trichiura.Apabila terdapat darah biasanya

bercampur dalam tinja kecuali pada infeksi E.histolytica darah sering

terdapat pada permukaan tinja dan pada infeksi EHEC terdapat

garis-garis darah pada tinja .Tinja yang berbau busuk didpatkan pada infeksi

dengan salmonella , giardia cryposporidium dan strongiloides.

Selain itu juga melihat hasil leukosit juga dapat menentukan

penyebab dari diare. Shohibaturrohmah, (2016) Leukosit

mempertahankan tubuh dari serangan penyakit dengan cara memakan

(fagositosis) penyakit tersebut. Begitu tubuh mendeteksi adanya

infeksi maka sumsum tulang akan memproduksi lebih banyak sel-sel

(38)

Tabel 2.2 Test labolatorium tinja yang digunakan untuk mendeteksi enteropatogen

Test labolatorium Organisme atau identifikasi

Mikroskopik : lekosit pada tinja Invasive atau bakteri yang memproduksi sitotoksin

Trophozoit, kista, oocysts, spora G. lambilia, E histolytica, cryptospsoridium, I. Belli, cylopspora

Rhabditiform lava Stongyloides

Spiral atau basil gram (-) berbentuk s Campylobacter jejuni

Kultur tinja: standart E.coli shigella, salmonella, campylobacter jejuni

Kultur tinja : spesial y. entero colitica, V.cholerae, V.

Parahaemolyticus, C. Difficile, E. coli, 0 157 : H7

Enzym imunoassy atau latex aglutinasi Rotavirus, G. Lambilia, enteric adenovirus, C. Difficile

Serotyping E.coli O 157 : H7, EHEC,EPEC

Latex aglutinasi setelah broth Salmonella, shigella

Test yang dilakukan dilabilatorium riset Bakteri yang memproduksi toksin, EIEC, EAEC,PCR untuk genus yang virulen

Pemeriksaan mikroskopik:

Pemeriksaan mikroskopik untuk mencari adanya lekosit dapat

memberi informasi tentang penyebab diarre, letak anatomis serta

adanya proses peradangan mukosa. Lekosit dalam tinja diproduksi

sebagai respon terhadap bakteri yang mnyerang mukosa kolon.

Lekosit yang positif ada pemeriksaan tinja yang menunjukkan adanya

kuman invasif atau kuman yang memproduksi sitotoksin seperti

shigella , salmonella, C. Jejuni, EIEC, C. Difficile, Y.enterocolitica,

V. Parahaemolyticus dan kemungkinan aeromonas atau

P.shigelloides.lekosit yang ditemukan pada umumnya adalah lekosit

PMN, kecuali pada S. Typhii lekosit monokulear. Tidak semua

(39)

dengan E. Histolytica pada umunya lekosit pada tinja minimal. Parasit

yang menyebabkan diare pada umumnnya tidak memproduksi lekosit

dalam jumlah banyak. Normalnya tidak diperlukan pemeriksaan untuk

mencari telur atau parasit kecuali terdapat riwayat baru saja bepergian

kedaerah beresiko tinggi, kultur tinja negatif untuk enteropatogen,

diare lebih dari 1 minggu atau pada pasien immunocompromised.

Pasien yang dicurigai menderita diare yang disebabkan

giardiasis,cryptosporidiosis, isosporiasis dan strongyloidiasis dimana

pemeriksaan tinja negatif, aspirasi atau biopsi duodenum atau

yeyenum bagian atas mungkin diperlukan, karna organisme ini hidup

di saluran cerna bagian atas, prosedur ini lebih tepat dari pada

pemeriksaan spesimen tinja. Biopsi duodenum adalah metoda yang

spesifik dan sensitif untuk diagnosis giardiasis, strongylodiasis dan

protozoa yang membentuk spora E. Hystolitica dapat didiagnosis

dengan pemeriksaan mikroskopik tinja segar. Trophozoit biasanya

ditemukan pada tinja cair sedangkan kista ditemukan pada tinja yang

berbentuk. Tehnik konsentrasi dapat membantu untuk menemukan

kista amuba. Pemeriksaan serial mungkin diperlukan oleh karena

ekskresi kista sering menjadi intermiten. Sejumlah tes serologis

amubiasis untuk mendeteksi tipe dan sekresi antibodi juga tersedia.

Serologis tes untuk amuba hampir selalu positif pada disentri amuba

(40)

Kultur tinja harus segera dilakukan bila dicurigai terdapat hemolytic

uremic syndrome, diare dengan tinja berdarah, bila terdapat lekosit

pada tinja, KLB diare dan pada penderita immmunocompromised.

Oleh karena bakteri tertentu seperti : Y. Enterocolitica, V. Cholerae,

V.parahaemolyticus, Aeromonas, C. Difficile, E.coli 0157 : H7 dan

Camphylobacter membutuhkan prosedur laboratorium khusus untuk

identifikasinya, perlu diberi catatan pada label apabila ada salah satu

dicurigai sebagai penyebab diare yang terjadi. Deteksi toksin C.

Difficile sangat berguna untuk diagnosis anti mikrobial kolitis.

Proctosigmoidoscopy mungkin membantu dalam menegakkan

diagnosis pada penderita dengan simptom kolitis berat atau penyebab

inflammatory enteritis syndrome tidak jelas setelah dilakukan

pemeriksaan labolatorium pendahuluan.

b) pH dan kadar gula dalm tinja

c) Bila perlu diadakan uji bakteri untuk mengetahui organisme

penyebabnya, dengan melakukan pembiakan terhadap contoh tinja.

d) Pemeriksaan labolatorium :

1) Darah meliputi : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah,

glukosa darah, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika.

2) Urine: urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika.

e) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

f) Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad

renik atau parasit, secara kuantitatif, terutama pada pnderita diare

(41)

2.1.9 Penatalaksanaan

1) Terapi

Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare

bagi semua kasus diare yang diderita anak balita baik yang dirawat di

rumah maupun sedang dirawat di rumah sakit,yaitu:

a) Rehidrasi dengan menggunkan oralit baru.

b) Zink diberikan selama 10 hari berturut-turut.

Zinc mengurangi lama dan berat diare. Zinc juga dapat

mengembalikan nafsu makan anak. Pemberian zinc dapat menurunkan

frekuensi dan volume buang air besar sehingga dapat menurunkan

risiko terjadinya dehidrasi pada anak.

Dosis zinc pada anak:

Anak di bawah umur 6 bulan : 10 mg(1/2 tablet) per hari

Anak di atas umur 6 bulan : 20 mg(1 tablet)per hari

Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah

sembuh dari diare.

Untuk bayi, tablet zinc dapat dilarutakn pada air matang, ASI, atau

oralit.Untuk anak-anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah atau

dilarutkan dalam air matang atau oralit.

c) ASI dan makanan tetap diteruskan.

sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu yang sehat

untuk mencegah kehilangan berat badan serta mengganti nutrisi yang

hilang.Pada diare berdarah mafsu makan akan berkurang.Adanya

(42)

Kolostrum atau ASI mengandung zat kekebalan tubuh terutama ig A untuk

melindungi bayi dari berbagai jenis penyakit infeksi terutama diare, segi

aspek imunologik ASI mengandung zat anti infeksi yang kadarnya cukup

tinggi, sektori ig A tidak dapat diserap tapi dapat melumpuhkan bakeri

patogen E.Coli dan berbagai virus terutama di saluran cerna.Laktoferin yaitu

sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat

besi di saluran pencernaan. Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang

mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus.

Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk

menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan.

ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare, pemberian ASI

kepada bayi yang abru lahir secara penuh mempunyai daya lindung

empat kali lebih besar terhadap diare dari pada pemberian ASI yang

disertai dengan susu botol. Pada bayi yang tidak diberi ASI pada 6

bulan pertama kehidupannya, resiko mendapatkan diare adalah 30 kali

lebih besar dibanding dengan bayi yang tidak diberi ASI. Bayi yang

memperoleh ASI mempunyai morbiditas dan mortalitas diare lebih

rendah. Bayi dengan air susu buatan (ASB) mempunyai resiko lebih

tinggi dibanding dengan bayi yang mendapat susus tambahan juga

mendapat ASI, dan keduanya mempunyai risiko diare lebih tinggi

dibanding dengan bayi yang sepenuhnya mendapatkan ASI. Risiko

relatif ini tinggi dalam bulan- bulan pertama kehidupan.

d) Antibiotik selektif.

Antibiotik jangan diberikankecuali ada indikasi misalnya diare

(43)

e) Nasihat kepada orang tua.

Nasehat pada ibu atau pengasuh : kembali jika demam, tinja

berdarah, berulang makan atau minum sedikit, sangat haus, diare

makin sering, atau belum membaik dalam 3 hari.

Terapi menurut derajat dehidrasi :

a) Pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi (kekurangan cairan).

Tindakan:

1) Untuk mencegahdehidrasi,beri anak minum lebih dari biasanya.

2) ASI (Air Susu Ibu) diteruskan – makanan diberikan seperti biasanya.

3) Bila keadaan ank bertambah berat, segera bawa ke puskesmas

terdekat.

b) Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan atau sedang.

Tindakan:

1) Berikan oralit

2) ASI (Air susu ibu) diteruskan

3) Teruskan pemberian makanan

4) Sebaiknya yang lunak, mudah dicerna dan tidak merangsang.

5) Bila tidak ada perubahan segera bawa ke puskesmas terdekat.

c) Pada anak yang mengalami dehidrasi berat.

1) Segera bawa ke rumah sakit / puskesmas dengan fasilitas perawatan.

(44)

Tabel 2.3 Komposisi oralit baru

Oralit baru osmolaritas rendah Mmol/liter

Natrium 75

Klorida 65

Glucose,anhydrous 75

Kalium 20

Sitrat 10

Total osmolaritas 245

Ketentuan

1) Beri ibu 2 bungkus oralit baru

2) Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang, untuk

persediaan 24 jam.

3) Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan

ketentuan sebagai berikut:

a) Untuk anak dibawah 1 tahun : 3 jam pertama 1,5 gelas selanjutnya 0,5

gelas setiap kali mencret.

b) Untuk anak berumur < 2 tahun : berikan 50-100 ml tiap kali BAB.

c) Untuk anak 2 tahun atau lebih : berikan 100-200 ml tiap BAB.

d) Untuk anak diatas 1 tahun dan dewasa : 3 jam pertama 12 gelas,

selanjutnya 2 gelas setiap kali mencret ( 1 gelas : 200 cc).

4) Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa

larutan harus dibuang.

Dalam merawat penderita dengan diare dan dehidrasi terhadap beberapa

pertimbangan terapi :

a) Terapi cairan dan elektrolit

b) Terapi diit

c) Terapi non spesifik dengan anti diare

(45)

2. Terapi medika mentosa

Berbagai macam obat telah digunakan untuk pengobatan diare seperti :

Antibiotika, antidiare, adsorben, antiemetik, dan obat yang

mempengaruhi mikroflora usus. Beberapa obat mempunyai lebih dari

satu mekanisme kerja, banyak diantaranya mempunyai efek toksik

sistemik dan sebagian besar tidak direkomendasikan untuk anak umur

kurang dari 2-3 tahun. Secara umum dikatakan bahwa obat-obatan

tersebiu tidak diperlukan untuk pengobatan diare akut.

a) Antibiotik

Antibiotika biasanya tidak dibutuhkan pada semua diare aku olehh

karena sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self

limited dan tidak dapat dibunuh dengan antibiotika.

Hanya sebagian kecil (10-20%) yang disebabkan oleh bakteri patogen

seperti V.Cholera,shighella, entero toksigenik E. Coli, champylobacter

dan sebagainya.

b) Terapi intra vena

1) KA-EN 1B

Dengan indikasi :

Sebagai larutan awal apabila status elektrolit pasien belum diketahui,

misalnya ditemukan pada kasus emergensi (dehidrasi lantaran asupan

oral tidak memadai, demam), Dosis lazim yang biasa diberikan adalah

500-1000 ml untuk sekali pemberian dengan cara IV. Kecepatan

sebaiknya 300-500 ml/jam (dewasa) & 50-100 ml/jam pada anak-

(46)

Tabel 2.4 Antibiotik pada diare.

Penyebab Antibiotik pilihan Alternatif

Kolera Tetracycline

12,5 mg/kgBB 4x sehari selama 3 hari

Erythromicin 12,5 mg/kgBB 4x sehari selama 3 hari Shigella dysentry Ciprofloxacin

15mg/kgBB

2x sehari selama 3 hari

Pivmecillinam 20 mg/kgBB

4x sehari selama 5 hari Ceftriaxon

50-100 mg/kgBB

1x sehari IM selama 2-5 hari Amoebasis Metronidazole

10 mg/kgBB

3x sehari selama 5 hari (10 hari pada kasus berat)

Giardiasis Metronidazole 5 mg/kg

3x sehari selama 5 hari

a) Obat antidiare

1) Adsorben

Contoh: kaolin, attapulgite,smectite, activated charcoal,

cholestyramine). Obat-obatan ini dipromosikan untuk pengobtan diare

atas dasar kemampuannya untuk mengikat dan menginaktifasi toksin

bakteri atau bahan lain yang menyebabkan diare serta dikatakan

mempunyai kemampuan melindungi mukosa usus. Walaupun demikian,

tidak ada bukti keuntungan praktis dari penggunaan obat ini untuk

pengobatan rutin diare akut pada anak.

2) Anti motilitas

(contoh: loperamide hydrochloride, diphenoxylate dengan atropine,

tinctura opii, paregoric, codein). Obat-obat ini dapat mengurani frekuensi

diare pada orang dewasa akan tetapi tidak mengurangi volume tinja pada

anak. Lebih dari itu dapat menyebabkan ileus paralitik yang berat yang

(47)

eliminasi dari organisme penyebab. Dapat terjafi efek sedatif pada dosis

normal. Tidak satupun dari obat-obatan ini boleh diberikan pada bayi dan

anak dengan diare.

3) Bismuth subsalicylate

Bila diberikan setiap 4 jam dilaporkan dapat mengurangi keluaran tinja

pada anak dengan diare akut sebanyak 30% akan tetapi, cara ini jarang

digunakan.

4) Kombinasi obat

Banyak produk kombinasi adsorben, antimikroba, antimotilitas atau

bahan lain. Produsen obat mengatakan bahwa formulasi ini baik untuk

digunakan pada berbagai macam diare. Kombinasi obat semacam ini tidak

rasional, mahal dan lebih banyak efek samping daripada bila obat ini

digunakan sendiri-sendiri. Oleh karena itu tidak ada tempat untuk

menggunakan obat ini untuk anak dengan diare.

b) Obat-obat lain :

1) Anti muntah

Termasuk obat ini seperti : prochlorperazine yang dapat menyebabkan

mengantuk sehingga mengganggu pemberian terapi rehidrasi oral. Karena

itu obat anti muntah tidak digunakan pada anak dengan diare, muntah

karena biasanya berhenti bila penderita telah terehidrasi.

2) Cardiac stimulan

Renjatan pada diare akut disebabkan oleh karena dehidrasi dan

(48)

dengan elektrolit yang seimbang penggunaan cardiac stimulan dan obat

vasoaktif seperti adrenalin, nicotinamide, tidak pernah diindikasikan.

Pencegahan

Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara:

1) Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare

Kuman-kuman patogen penyebab diare umumnya disebarkan secara

fekal-oral. Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu

difokuskan pada cara penyebaran ini.

Upaya penyegahan diare yang terbukti efektif meliputi:

a) Pemberian ASI yang benar.

b) Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI.

c) Penggunaan air bersih yang cukup.

d) Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis

buang air besar dan sebelum makan.

e) Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota

keluarga.

f) Membuang tinja bayi yang benar.

2) Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu( host)

Cara-cara yang dapat dilakukan untuk menngkatkan daya tahan tubuh

anak dan dapat mengurangi resiko diare antara lain:

a) Memberi ASI paling tidak usia 2 tahun.

b) Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberi

makanan dalam jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi

(49)

c) Imunisasi campak.

Akhir-akhir ini banyak diteliti tentang peranan probiotik dan prebiotik

dalam pencegahan diare.

Probiotik

Proboitik diberi batas sebagai mkoorganisme hidup dalam makan

yang yang difermantasi yang menunjang kesehatan melalui terciptanya

keseimbangan mikroflora intesinal yang lebih baik. Pencegahan diare

dapat dilakukan dengan pemberian probiotik dalam waktu yang panjang

terutama bayi yang tidak minum ASI

Prebiotik.

Prebiotik bukan merupakan mikroorganisme akan tetapi bahan

makanan. Umumnya kompleks karbohidrat yang bila dikonsumsi dapat

merangsang pertumbuhan flora intestinal yang menguntungkan kesehatan.

2.2 Konsep cairan 2.2.1 Definisi cairan

Cairan kita terdiri terdiri atas air yang mengandung partikel –

partikel bahan organik dan anorganik yang vital untuk hidup

(Asmadi,2008).

Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (larut) dan zat

tertentu (pelarut).

2.2.2 Batasan karakteristik

1) Perubahan status mental.

2) Penurunan TD.

(50)

4) Penurunan haluaran urine.

5) Membran mukosa kering.

6) Kulit kering.

7) Peningkatan suhu tubuh.

2.2.3 fungsi cairan

komponen yang paling besar dalam tubuh manusia adalah air yang

mempunyai fungsi yang sangat besar.fungsi cairan antara lain :

a) transportasi : nutrien, partikel kimiawi,partikel darah, energi, dan

lain-lain.

b) Pengatur suhu tubuh.

c) Memfasiitasi reaksi kimia dalam tubuh, misalnya metabolisme

tubuh.

d) Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam sistem kardio vaskuler.

(Asmadi,2008).

2.2.4 klasifikasi cairan tubuh

cairan tubuh dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu : cairan

intraseluler dan ekstra seluler.

1) Cairan intraseluler

Yakni cairan yang berada dalam sel tubuh seluruh tubuh dengan

jumlah sekitar 40% dari berat badan dan merupakan bagian dari

protoplasma

2) Cairan ekstra seluler

Yakni cairan yang berada di luar sel tubuh dengan jumlah

(51)

makanan bagi sel dan mengeluarkan sampah metabolisme. Cairan

ekstraseluler ini dibagi menjadi dua, yakni cairan interstitial dan

cairan intravaskuler.cairan interstitial adalah cairan yang terdapat

pada celah antar sel atau disebut pula cairan jaringan, berjumlah

15% dari berat badan. Pada umumnya, cairan interstitial berfungsi

sebagai pelumas agar tidak terjadi gesekan pada saat dua jaringan

tersebut bergerak. Contoh dari cairran interstitial yaitu cairan

pleura, cairan perikardial, dan cairan peritoneal. Cairan

intravaskuler merupakan cairan yang terdapat di dalam pembuluh

darah dan merupakan plasma,berjumlah sekitar 5% dari berat

badan.

2.2.5 Pergerakan cairan tubuh

1) Difusi

Difusi adalah pengaliran larutan dari daerah yang konsentrasinya

tinggi ke daerah yang konsentrasinya lebih rendah dan hasil akhir

dari proses difusi adalah konsentrasi di kedua kompartemen menjadi

sama.

2) Osmosis

Osmosis adalah gerakan air melewati membran semipermeable

dari area dengan konsentrasi zat terlarut rendah ke area dengan

konsentrasi zat terlarut lebih tinggi .

3) Filtrasi

Tekanan filtrasi merupakan cairan lain dimana air dan partikel

(52)

4) Transport aktif

Pada transport aktif, zat-zat dapat bergerak melewati membrane sel

dari larutan yang konsentrasinya rendah ke konsentrasi yang tinggi

dengan memakai energi.

2.2.6 Gangguan keseimbangan cairan

1) Edema ( hipervolemik)

Edema adalah penimbunan cairan berlebih diantara sel-sel tubuh

atau berbagai dalam rongga tubuh.

2) Dehidrasi (hipovolemik)

Dehidrasi adalah kehilangin air dari tubuh atau jaringan atau

keadaan yang merupakan akibat kekurangan cairan yang abnormal

.2.3 Konsep Tumbuh Kembang

2.3.1 Definisi

Menurut (Hidayat Alimul, 2008)

Pertumbuhan dan perkembangan adalah proses yang dilalui

manusia secara ilmiah. Pertumbuhan merupakan bertambah jumlah

dan besarnya sel di seluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat

diukur sedangkan perkembangan merupakan bertambah sempurnanya

fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tmbuh kematangan dan

belajar (HidayatAlimul, 2008). Pertumbuhan dan perkembangan pada

ank terjadi mulai dari pertumbuhan dan perkembangan secara fisik,

(53)

perkembangan secara fisik dapat terjadi dalam perubahan ukuran

besar kecilnya fungsi organ mulai dari tingkat sel sehingga perubahan

organ tubuh. Pertumbuhan dan perkembangan secara intelektual anak

dapat di lihat dari kemampuan secara symbol maupun abstrak seperti

berbicara, bermain, berhitung, membaca dan lain-lain, sedangkan

perkembangan secara emosional anak dapat diliht dari perilaku social

di lingkungan anak.

2.3.2 Tahapan Tumbuh Kembang Anak

1) Masa Prenatal

Masa prenatal terdir atas dua fase, yaitu fase embrio dan fase fetus.

Pada fase embrio, pertumbuhan dapat diawali dari masa konsepsi

hingga 8 minggu pertama ang dapat terjadi perubahan yang cepat dari

ovum menjadi suatu organisme dan terbentuknya manusia. Pada

minggu ke 2, terjadi pembelahan sel dan pemisahan jaringan antara

endoterm dan ectoderm. Pada minggu ke 3 terbentuk lapisan

mesoderm. Pada masa ini sampai usia 7 minggu belum tampak adanya

gerakan yang berarti melainkan hanya terdapat denyut jantung janin,

yaitu sudah mulai dapat berdenyut sejak 4 minggu. Pada fase fesus

terjadi sejak usia 9 minggu hingga kelahiran.

2) Masa Postnatal

Masa postnatal terdii atas masa neonatus, masa bayi, masa

(54)

3) Masa Neonatus (0-28 hari)

Pertumbuhan dan perkembangan postnatal atau dikenal dengan

pertumbuhan dan perkembangan setelah lahir ini diawali dengan masa

neonatus (0-28 hari). Masa ini merupakan masa terjadinya kehidupan

yang baru dalam ekstrauteri, yaitu adanya proses adaptasi semua siste

organ tubuh.

4) Masa Bayi

Masa bayi ini dibagi menjadi dua tahhap perkembangan. Tahap

pertama (antara usia 1-12 bulan): ppertumbuhan dan

perkembanganpada masa ini dapat berlangsung secara terus menerus,

khususnya dala peningkatan susunan syaraf. Tahhap kedua (usia 1-2

tahun): kecepatan pertumbuhan pada masa ini mulai menurun dan

terdpat percepatan pada perkembangan motorik.

5) Masa Praekolah (1-3 tahun)

Perkembangan pada masa ini dapat berlangsung stabil dan masih

terjadi peningkatan pertumbuhan serta perkembangan, khusunya pada

aktivitas fisik dan kemampuan kognitif.

6) Masa Sekolah (4-18 tahun)

Perkembangan masa sekolah ini lebih cepat dalam kemampuan

fisik dan kognitif dibandingkan dengan masa prasekolah.

7) Masa Remaja (12-20 tahun)

Pada tahap perkembangan reaja terjadi perbedaan pada perempuan

(55)

dalam tahap remaja / pubertas dibandingkan dengan anak laki-laki dan

perkembangan ini di tunjukkan pada perkembangan pubertas.

2.3.3 Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak

1) Faktor genetik

a) Faktor keturunan, masa konsepsi

b) Bersifat tetap atau tidak berubah sepanjang hidup

c) Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan

lingkungan secara positif sehingga di peroleh hasil optimal.

2) Faktor eksternal / Lingkungan

Mempengaruhi individu setiap hari mualai konsepsi sampai akhir

hayatnya dan sangan menentukan tercapai atau tidaknya potensi

bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya.

a) Keluarga

b) Teman sebaya

c) Pengalaman hidup

d) Kesehataan

2.4 Konsep asuhan keperawatan pada klien diare dengan kekurangan volume cairan

2.4.1 Pengkajian

pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan

(56)

keperawatan yang dihadapi pasien baik fisik, ,mental, sosial, maupun

spiritual dapat ditentukan .

1) Identitas klien

Tanggal pengkajian : Identitas penanggung jawab

Tanggal MRS : Nama :

No.RM : Usia :

Nama : Pendidikan :

Umur : Pekerjaan :

Jenis kelamin : Agama :

Alamat : Alamat :

Diagnosa medik : Hubungan keluarga :

2.4.2 Keluhan utama

Diare / BAB lebih dari biasanya

2.4.3 Riwayat penyakit sekarang

Terdapat beberapa keluhan, pemulaan mendadak disertai dengan

muntah dan feses dengan volume yang banyak, konsistensi cair,

muntah ringan atau sering dan gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat

dan nafsu makan menurun.

2.4.4 Riwayat penyakit dahulu

Sebelumnya pernah mengalami penyakit diare berapa lama dan

bagaimana pengobatan sebelumnya.

(57)

2.4.6 Riwayat persalinan

1. Riwayat kehamilan : penyakit infeksi yang pernah di derita ibu

selama TD

2. Riwayat persalinan : apakah usia kehamilan cukup, lahir premature,

penyakit persalinan, apgar score

2.4.7 Imunisasi

2.4.8 Lingkungan rumah dan komunitas

2.4.9 Pola fungsional kesehatan

a) Pola nutrisi dan metabolik

Makan menurun karena adanya mual dan muntah yang

disebabkan lambung yang meradang.

b) Pola eliminasi :

Pada BAB juga mengalami gangguan karena terjadi peningkatan

frekuensi, dimana konsistensi lunak sampai cair, volume tinja

dapat sedikit atau banyak.Dan pada buang air kecil mengalami

penurunan frekuensi dari biasanya.

c) Pola aktifitas :

Aktifitas klien menurun ,murung,diam,kadang tampak lemah

d) Personal hygiene: mengalami gangguan karena sering BAB

2.4.10 Pemeriksaan fisik

a) Keadaan umum klien : klien lemah, panas, muntah dan diare,

composmentis

b) Tanda-tanda vital

(58)

c) Kepala : bentuk kepala bulat, warna rambut hitam, tidak ada

benjolan, kulit kepala bersih

d) Mata : simetris, tidak ada kotoran, konjungtiva merah muda,

sklera putih, mata cowong,

e) Mulut : mukosa bibir kering, tidak ada stomatiis, lidah bersih

f) Hidung : simetris tidak ada sekret, tidak ada polip,

g) Telinga : simetris, tidak ada benjolan, lubang telinga bersih, tidak

ada serumen

h) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfhe, tidak ada

bendungan vena jugularis, tidak ada kaku kuduk.

i) Dada :

Inspeksi : dada simetris, bentuk bulat datar, pergerakan dinding

dada simetris, tidak ada retraksi otot bantu pernafasan.

Palpasi : tidak ada benjolan

Auskultasi : irama nafas teratur, suara nafas vesikuler, tidak ada

suara nafas tambahan

j) Perut :

Inspeksi : simetris

Auskultasi : peristaltic meningkat 40x/mnt

Palpasi : Turgor kulit tidak langsung kembali dalam 1 menit

Perkusi : Himpertimpan,perut kembung

k) Muskuloskeletal :

Palpasi : tidak adanya kelainan tulang dan sendi, kekuatan otot 5

(59)

Tabel 2.5 Penentuan derajat dehidrasi menurut MMWR 2003.

Simptom Minimal atau tanpa dehidrasi kehilangan

BB < 3 %

Dehidrasi ringan – sedang kehilangan BB

3%- 9%

Dehidrasi berat kehilangan BB > 9 % Mulut dan lidah Cubitan kulit

Normal , lelah, gelisah, irritable

Kembali < 2 detik Memanjang Dingin berkurang

Apathis, letargi, tidak sadar.

Takikardi, bradikardi pada kasus berat.

Lemah, kecil, tidak teraba.

Dalam

Sangat cowong Tidak ada Sangat kering Kembali > 2 detik Memanjang, minimal Dingin, mottled, sianotik Minimal

Tabel 2.6 Penentuan derajat menurut WHO 1995

Penilaian A B C

Lihat :

Keadaan umum

Mata

Air mata Mulut dan lidah Rasa haus

Baik, sadar

Normal

Ada Basah

Minum biasa tidak haus

Gelisah, rewel

Cekung

Tidak ada Kering

Haus, ingin minum banyak

lesu, lunglai atau tidak sadar

Sangat kecung

kering Sangat kering Malas minum atau

tidak bisa minum Periksa : turgor kulit Kembali cepat kembali lambat kembali sangat

lambat Hasil : pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan /

sedang bila ada 1 tanda ditambah 1 atau lebih tanda lain

Dehidrasi berat bila ada ada 1 tanda ditambah 1 atau lebih tanda lain

Terapi Rencana terapi A Rencana terapi B Rencana terapi C

Tabel 2.7 Penentuan derajat dehidrasi menurut sistim pengangkaan – maurice king ( 1974).

Bagian tubuh yang diperiksa

Nilai untuk gejala yang ditemukan

0 1 2

Gelisah, cengeng, ngantuk Sedikit kurang

Sedikit cekung Sedikit cekung Kering

Mengigau, koma atau syok Sangat kurang

(60)

Denyut nadi / mnt Kuat < 120 Sedang (120 – 140) Lemah > 140

Hasil yang di dapat pada penderita diberi angka 0, 1 atau 2 dengan tabel

kemudian dijumlahkan.

Nilai : 0 - 2 = ringan 3 – 6 = sedang 7 - 12 = berat

( muhammad jufrie et al , 2012 )

2.4.11 Pemeriksaan penunjang

Labolatorium.

2.4.12 Data penunjang

DO dan DS.

2.4.13 Analisa data

Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan

kemampuan berfikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu

pengetahuan.

2.4.14 Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang

menjelaskan respon manusia ( respon kesehatan atau resiko

perubahan pola ) dari individu atau kelompok dimana perawat secara

akontbilitas dapat mengidentifikasi dan memberi intrvensi secara

pasti untuk menjaga status kesehatan menurun, membatasi mencegah

dan merubah. (carpenito, 2000)

a) kekurangan cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

b) ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

(61)

2.4.15 Intervensi

Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan perawat untuk

membantu klien beralih dari status kesehatan saat ini kestatus

kesehatan yang diuraikan dalam hasil yang diharapkan .

2.4.16 Implementasi

Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai

tinadakan yang spesifik.

2.4.17 Evaluasi

Memuat kriteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan

keperawatan

Tabel 2.8 Intervensi Diagnosa Keperawatan sumber NANDA NIC - NOC 2015

No Diagnosa keperawatan NOC NIC Rasional

1 Kekurangan volume

cairan.

Definisi : penurunan cairan intravaskuler, interstitial,dan atau intravaskuler. ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa

perubahan natrium. Batasan karakteristik :

1. membrane mukosa kering

2. penurunan turgor kulit

3. haus 4. lemah 5. penurunan BB 6. penurunan haluaran

urine

faktor yang berhubungan : 1. kegagalan

mekanisme regulasi 2. kehilangan cairan

aktif 1. eliminasi urin 2. tanda-tanda 2. eliminasi usus 3. keseimbangan 5. ajari pasien

menggunaka

1.untuk menentukan intervensi yang akan dilakukan 2.penggambaran

keadaan klien 3.untuk mengetahui

tingkat 7.untuk mengetahui

(62)

asupan makan

status hidrasi 2.monitor

9.untuk membantu dalam proses penyembuhan 10. dapat

(63)

44

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan Semua proses yang diperlukan dalam

perencanaan dan pelaksanaan penelitian, mulai tahap persiapan sampai tahap

penyusunan masalah dalam penelitian (Suryono,2013). Dalam peneltian studi

kasus ini menggunakan metode deskriptif yang berarti suatu metode yang

berupaya mengungkapkan keadaan yang terjadi saat ini, untuk selanjutnya

dianalisis dan diinterpretasikan. Dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat

terhadap fenomena sosial tertentu. Peneliti mengembangkan konsep dan

menghimpun fakta, dan memberikan dukungan terhadap apa yang disajikan

(Singarimbun,1989).

Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup satu unit

secara intensif misalnya satu klien atau dua klien. Meskipun jumlah subyek

cenderung sedikit namun jumlah variabel yang berhubungan dengan masalah

studi kasus. Rancangan dari studi kasus bergantung pada keadaan kasus

namun tetap mempertimbangan penelitian waktu. Riwayat dan perilaku

mempelajari suatu kejadian mengenai perseorangan (riwayat hidup). Pada

metode studi kasus ini diperlukan banyak informasi guna mendapatkan

bahan-bahan yang agak luas, sebelumnya biasanya dikaji secara rinci.

Keuntungan paling besar dari rancangan ini pengkajian secara rinci,

meskipun jumlah respondennya sedikit, sehingga akan didapatkan gambaran

Gambar

Gambar 2.1   Pohon masalah  ................................................................
Gambar 2.1 Pohon masalah
Tabel 2.1 Gejala khas diare akut oleh berbagai penyebab
Tabel 2.2 Test labolatorium tinja yang digunakan untuk mendeteksi enteropatogen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Intervensi yang diperoleh dari pengkajian, untuk mengatasi masalah kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang berlebihan penulis merencanakan tindakan

Harapan untuk rekan sejawat pada masalah Diabetes Mellitus dengan intoleransi aktivitas agar mengajak keluarga untuk ikut berperan serta dalam pemberian asuhan

Pada klien 1 berat badan lahir bayi yaitu 2000 gram dengan hipotermi suhu tubuh 36 0 C dan tidak ditemukan penyakit penyerta seperti asfiksia, sedangan klien 2

Membersihkan luka dengan pembersih yang tidak beracun. drainase luka dengan cairan NaCl. Memberikan perawatan ulkus pada kulit. evakuasi pus dan evakuasi

Penyakit Diabetes mellitus merupakan salah satu masalah kesehatan yang masih dihadapi di Indonesia hingga saat ini, Diabetes Mellitus adalah suatu kelompok

diagnosa ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi akibat Tuberkulosis. Intervensi yang digunakan NOC: keefektifan pola nafas, tidak adanya

dikendalikan serta jenis kelamin laki – laki lebih tinggi dari pada perempuan. 3) Diet: konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung berhubungan

Berdasarkan hasil kajian kasus yang ada maka di ketahui bahwa hasil evaluasi yang ada menentukan tindakan keperawatan berikutnya, setelah di lakukan evaluasi pada hari