KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DIARE DENGAN MASALAH KEKURANGAN VOLUME CAIRAN
DI RUANG ANAK RSUD BANGIL PASURUAN
OLEH :
FARIKHAH NAILIRROHMAH NIM : 141210017
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
i
KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DIARE DENGAN MASALAH KEKURANGAN VOLUME CAIRAN
DI RUANG ANAK RSUD BANGIL PASURUAN
OLEH :
FARIKHAH NAILIRROHMAH NIM : 141210017
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
ii
KARYA TULIS ILMIAH (Studi Kasus)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DIARE DENGAN MASALAH KEKURANGAN VOLUME CAIRAN
DI RUANGA ANAK RSUD BANGIL PASURUAN
Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar ahli madya Keperawatan (A.Md.Kep) pada program studi diploma III keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendikia Medika Jombang
OLEH :
FARIKHAH NAILIRROHMAH NIM : 141210017
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua berkat dan
rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien diare dengan masalah Kekurangan
volume cairan di Ruang anak RSUD bangil pasuruan” untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam memperoleh gelar Ahli Madia Keperawatan Program Studi DIII
Keperawatan STIKES ICMe Jombang.
Dalam penelitian ini, peneliti banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada Maharani Tri
P.,S.Kep,Ns,MM selaku ketua prodi DIII Keperawatan STIKes ICMe Jombang,
Ruliati .SKM.M.Kes dan Dwi harianto,SKep.,Ns selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan saran dan masukan hingga dapat terselesaikan Proposal ini.
Penulis menyadari dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran demi
kesempurnaan Proposal ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya
Jombang, Januari 2017
viii MOTTO
سان ل لمهع ف نأسان لاري خ
(khoirunnas anfa'uhum linnas).
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain"
PERSEMBAHAN
Yang utama dari segalanya
Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT, taburan kasih sayang-Mu telah memberikan
kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkan cinta. Atas kaunia serta
kemudahan yang engkau berikan akhirnya karya tulis ilmiah yang sederhana ini dapat
terselesaikan.
Rasulullah muhammmad SAW
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dan kusayangi.
Ibu dan ayah tercinta
Terimakasih untuk kedua orang tuaku yang telah menjadikanku wanita yang kuat dan sabar
dalam menghadapi segala hal,yang tidak pernah lelah menyemangatiku dan mendengarkan
keluh kesahku, sebagai tanda bukti, hormat dan rasa terimakasih yang tiada terhingga
kupersembahkan karya kecil ini kepadanya yang telah memberikan kasih sayang, segala
dukungan, dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tidak mungkin dapat kubalas dengan
selembar kertas tertulis kata cinta dalam persembahan
Adik dan orang tersayang
yang selalu memberikan dukungan, semangat dan selalu mengisi hari-hariku dengan canda
tawa dan kasih sayangnya.yang selalu menyemangatiku, memberi motivasi, dukungan, Doa
ix
DAFTAR ISI
Halaman judul ... i
Halaman judul dalam ... ii
Pernyataan keaslian ... iii
Lembar persetujuan karya tulis ilmiah ... iv
Lembar pengesahan penguji ... v
Riwayat hidup ... vi
Kata pengantar ... vii
Motto persembahan ... viii
Daftar isi ... ix
Daftar tabel ... xii
Daftar gambar ... xiii
Daftar lampiran ... xiv
Daftar lambang dan singkatan ... xv
Abstrak ... xvii
Abstrac ... xviii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Batasan Masalah ... 4
1.3 Rumusan Masalah ... 4
1.4 Tujuan Penelitian... 4
1.4.1 Tujuan Umum ... 4
1.4.2 Tujuan Khusus ... 4
1.5 Manfaat Teoritis Praktis ... 5
1.5.1 Manfaat Teoritis ... 5
1.5.2 Manfaat Praktis ... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Diare ... 7
2.1.1 Definisi Diare ... 7
2.1.2 Klasifikasi Diare ... 8
2.1.3 Etiologi... 8
2.1.4 Patofisiologi ... 12
2.1.5 Pohon Masalah (Patway) ... 13
2.1.6 Manifestasi klinis ... 14
2.1.7 Komplikasi ... 16
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang ... 17
2.1.9 Penatalaksanaan ... 22
2.2 Konsep cairan ... 30
2.2.1 Definisi cairan ... 30
2.2.2 Batasan karakteristik... 30
2.2.3 Fungsi cairan ... 31
2.2.4 Klasifikasi cairan tubuh ... 31
2.2.5 Pergerakan cairan tubuh ... 32
2.2.6 Gangguan keseimbangan cairan ... 33
x
2.3.1 Definisi ... 33
2.3.2 Tahapan tumbuh kembang anak ... 34
2.3.3 Faktor-faktor pengaruh tumbuh kembang... 36
2.4 Konsep asuhan keperawatan 2.4.1 Pengkajian ... 36
2.4.2 Keluhan utama ... 37
2.4.3 Riwayat penyakit sekarang ... 37
2.4.4 Riwayat Penyakit Dahulu ... 37
2.4.5 Riwayat Perkembangan Anak ... 37
2.4.6 Riwayat persalinan... 38
2.4.7 Imunisasi ... 38
2.4.8 lingkungan rumah dan komunitas ... 38
2.4.9 Pola Fungsional kesehatan ... 38
2.4.10 Pemeriksan fisik ... 38
2.4.11 Pemeriksaan Penunjang ... 41
2.4.12 Data penunjang ... 41
2.4.13 Analisa Data ... 41
2.4.14 Diagnosa Keperawatan ... 41
2.4.15 Intervensi ... 42
2.4.16 Implementasi ... .42
2.4.17 Evaluasi ... 42
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 44
3.2 Batasan Istilah ... 45
3.3 Partisipan ... 46
3.4 Lokasi dan waktu penelitian ... 47
3.5 Pengumpulan Data ... 47
3.6 Uji Keabsahan Data ... 49
3.7 Analisa Data ... 50
3.8 Etika Penelitian ... 51
BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... 53
4.1.1 Gambaran Lokasi Pengumpulan Data ... 53
4.1.2 Pengkajian ... 53
4.1.3 Analisa Data ... 59
4.1.4 Diagnosa Keperawatan ... 60
4.1.5 Intervensi ... 61
4.1.6 Implementasi Keperawatan ... 62
4.1.7 Evaluasi Keperawatan ... 66
4.2 Pembahasan ... 68
4.2.1 Pengkajian ... 68
4.2.2 Pemeriksaan Diagnostik ... 71
4.2.3 Diagnosa Keperawtan ... 71
4.2.4 Intervensi Keperawatan ... 72
4.2.5 Implementasi Keperawatan ... 73
xi
BAB 5 PENUTUP
xii
DAFTAR TABEL
Daftar Tabel
Halaman
Tabel 2.1 Gejala khas diare akut oleh berbagai penyebab Tabel 2.2 Test labolatorium tinja
Tabel 2.3 Komposisi oralit baru Tabel 2.4 Antibiotik pada diare
Tabel 2.5 Penentuan derajat dehidrasi menurut MMWR 2003 Tabel 2.6 Penentuan derajat menurut WHO 1995
Tabel 2.7Penentuan derajat dehidrasi menurut sistim pengangkaan Tabel 2.8 Intervensi
Tabel 4.1 Identitas Klien Tabel 4.2 Riwayat Penyakit Tabel 4.3 Pola Kesehatan
Tabel 4.4 Pengkajian Head to toe Tabel 4.5 Pemeriksaan Penunjang Tabel 4.6 Terapi
Tabel 4.7 Analisa Data
Tabel 4.8 Diagnosa Keperawatan Tabel 4.9 Intervensi
Tabel 4.10 Implementasi Tabel 4.11 Evaluasi
xiii
DAFTAR GAMBAR
Daftar gambar Halaman
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN LAMBANG
15.mEq/L : miliequivalen/ liter 16.Ml/kgBB : /kilogram berat badan
7. FKUI : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 8. ICME : Insan Cendekia Medika
9. JATIM : Jawa Timur
10.KLB : Kejadian Luar Biasa
11.KMB : Keperawatan Medikal Bedah 12.MRS : Masuk Rumah Sakit
13.NIC : Nursing Interventions Classification 14.NOC : Nursing Outcomes Classification 15.No.RM : Nomor Rekam Medik
16.RS : Rumah Sakit
17.RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah 18.RR : Respiration Rate
19.STIKES : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan 20.TD : Tekanan Darah
21.WHO : World Health Organization 22. IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia 23.RISKESDAS : riset kesehatan dasar
24.NANDA :North American Nursing Diagnosis Association-International
xvi 26.BAK : Buang Air Kecil
27.K : kalium
28.KH : Karbohidrat 29.Mc :mickrogram
30.Hr : hari
31.ETEC : enterotoxigennic escherichia coli 32.EIEC : entero invansive eschericia coli 33.EHEC : enterohemorragic eschericia coli 34.EPEC : enteropathogenic eschericia coli 35.EAEC : enteroaggrogative eschericia coli 36.EIEC : enteroinvansive E coli
37.PCR : polymerase chain reaction 38.PMN : leukosit polymorphonuclear 39.i.v : Intra Vena
40.GCS : Glasgow Coma Scale
xvii
ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DIARE DENGAN MASALAH KEKURANGAN VOLUME CAIRAN
DI RUANG ANAK RSUD BANGIL PASURUAN
Oleh :
FARIKHAH NAILIRROHMAH
Penyakit diare adalah penyakit yang dapat menimbulkan kematian . karena kekurangan volume cairan dari BAB yang lebih dari biasanya atau lebih dari 3 kali dikarenakan cairan yang masuk kedalam tubuh tidak dapat terserap dengan baik, penyakit diare saat ini masih merupakan masalah global dengan derajat kesakitan dan kematian pada anak,dengan kasustertinggi di berbagai negara terutama di negara-negara berkembang. Tujuan penelitian ini adalah Mampu melaksanakan asuhan perawatan pada klien yang mengalami Diare dengan kekurangan volume cairan.
Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode studi kasus. Subjek penelitian adalah 2 pasien dengan kasus diare, teknik pengumpulan data dideskripsikan secara naratif dan dilakukan dengan tehnik wawancara (hasil wawancara berisi tentang identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang dan dahulu), observasi atau pemeriksaan fisik pengelolahan pre survei data di ambil dari RSUD Bangil Pasuruan.
Hasil studi kasus pada kedua klien dengan diare didapatkan diagnose prioritas yakni kekurangan volume cairan. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari didapatkan perbedaan fase penyembuhan dari kedua klien tersebut, dapat dikatakan sembuh dengan tercukupi cairan di dalam tubuh dengan tidak ada tanda-tanda dehidrasi. Berdasarkan survei data yang didapat di RSUD bangil pada tanggal 08 februari 2017 prevalensi data ada 15 pasien yang ada di ruang anak dengan kasus diare perbulannya
Berdasarkan hasil evaluasi terakhir disimpulkan bahwa pada klien 2fase penyembuhannya lebih cepat pada klien 1. Harapan kedepannya kepada profesi perawat untuk lebih menekankan status hidrasi pasien, kebersihan lingkungan, sehingga intervensi dapat dilakukan secara tepat.
.
xviii ABSTRACT
NURSING CARE ON DIARRHEA CLIENTS WITH LACK FLUID VOLUMEPROBLEM IN CLIDERN’S ROOM
BANGIL PASURUAN HOSPITAL
By :
FARIKHAH NAILIRROHMAH
Diarrhea disease is a disease that can cause death because lack of fluid volume from defecate more than usually or more than 3 times because fluid in the body cannot good absorbed, diarrhea disease is still a global problem with degree of morbidity and mortality on children, with higest case in various countries especially in developing countries. The research purpose this is can doing nursing care on clients experience diarrhea with lack of fluid volume.
The research design is descriptive with use case study method. Research subject is 2 patients with diarrhea case, gathering data technique described naratively and doing interview technique ( interview result about client identity, main complaint, disease history now and past), observation or physical examination pre-survey data execution taken from bangil pasuruan hospital.
Result of case studies on the second client with diarrhea priority diagnosed ie lack of fluid volume. After do nursing care for 3 days can difference of healing phase from the second clients, can be said healed with enough fluid in the body with not signs dehydration. Based on data survey in bangil pasuruan hospital on the date 08 february 2017 prevalence of data 15 patient in childs room with diarrhea case on month.
Based on the latest evaluation result concluded on 2 client healing phase faster on client 1. Hope in the future to nurse profession emphasize more patients hydration status, environment hygiene, so the intervertion can do exactly
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan derajat
kesakitan dan kematian yang tinggi di berbagai negara terutama di negara
berkembang, dan sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka
kesakitan dan kematian anak di dunia (oktaviani siregar et al,2015A). Diare
merupakan penyakit berbahaya karena dapat mengakibatkan kematian dan
dapat menimbulkan letusan kejadian luar biasa (KLB). Di dunia, dehidrasi
yang disebabkan diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan
balita (Huang et al, 2009).Meskipun diketahui bahwa diare merupakan suatu
respon tubuh terhadap keadaan tidak normal, namun anggapan bahwa diare
sebagai mekanisme pertahanan tubuh untuk mengekskresikan
mikroorganisme keluar tubuh, tidak sepenuhnya benar. Terapi kausal
tentunya diperlukan pada diare akibat infeksi, dan rehidrasi oral maupun
parenteral secara simultan dengan kausal memberikan hasil yang baik
terutama pada diare yang menimbulkan dehidrasi (kekurangan volume
cairan) sedang sampai berat (Umar Zein, 2014).
Menurut data World Health Organization (WHO), diare adalah
penyebab nomor satu kematian balita di seluruh dunia, dimana setiap tahun
1,5 juta balita meninggal dunia akibat diare. Meskipun mortalitas dari diare
dapat diturunkan dengan program rehidrasi atau terapi cairan namun angka
kesakitannya masih tetap tinggi (oktaviani siregar et al. 2015B) .Di dunia,
prevalensi yang didapat dari berbagai sumber, salah satunya dari hasil Riset
Kesehatan Dasar Nasional (RISKESDAS) pada tahun 2013, penderita diare di
Indonesia berasal dari semua umur, namun prevalensi tertinggi penyakit diare
diderita oleh balita, terutama pada usia <1 th (7%) dan 1-4 tahun (6,7).
Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan
penyakit potensial KLB yang sering disertai dengan kematian. Pada tahun
2015 terjadi 18 kali KLB Diare yang tersebar di 11 provinsi, 18
kabupaten/kota, dengan jumlah penderita 1.213 orang dan kematian 30 orang
(CFR 2,47%) (profil kesehatan Indonesia 2015). Penyakit diare masih
menduduki penyakit menular langsung no 5 di jawa timur, Cakupan
pelayanan penyakit Diare dalam kurun waktu 6 (enam) tahun terakhir
cenderung meningkat, dimana pada tahun 2013 mencapai 118,39 % dan
sedikit menurun pada tahun 2014 menjadi 106 % (DINKES JATIM 2014).
Angka kesakitan diare menggambarkan jumlah penderita kasus diare disuatu
wilayah tertentu selama 1 tahun diantara jumlah penduduk di wilayah dan
pada kurun waktu yang sama. Pada tahun 2015 ditemukan 7.616 kasus diare
diantara 194.815 jiwa penduduk Kota Pasuruan (DINKES kota pasuruan
2015) berdasarkan penelitian epidemologis di indonesia dan negara
berkembang lainnya, diketahui bahwa sebagian besar penderita diare biasanya
masih dalam keadaan dehidrasi ringan atau belum dehidrasi. Hanya sebagian
kecil dengan dehidrasi lebih berat badan dan memerlukan perawatan di sarana
kesehatan. Perkiraan secara kasar menunjukkan dari 1000 kasus diare yang
ada di masyarakat, 900 dalam keadaan dehidrasi ringan, 90 dalam keadaan
al,2012). Berdasarkan survey data yang di dapat dari RSUD Bangil pada
tanggal 08 februari 2017 prevalensi data penderita diare 1114 dan 160 nya
terjadi diruang anak.
Penyebab tersering diare pada anak adalah disebabkan oleh rotavirus.
Virus ini menyebabkan 40-60% dari kasus diare pada bayi dan anak
(Simatupang, 2004). Setelah terpapar dengan agen tertentu, virus akan masuk
ke dalam tubuh bersama dengan makanan dan minuman. Virus menginfeksi
dan merusak sel epitel di usus halus. Sel-sel epitel yang rusak akan digantikan
oleh sel enterosit baru yang berbentuk kuboid atau sel epitel gepeng yang
belum matang sehingga fungsi sel-sel ini masih belum bagus. Hal ini
menyebabkan cairan dan makanan tidak terserap dengan baik dan
meningkatkan tekanan osmotik usus. Hal ini menyebabkan banyak cairan
ditarik ke dalam lumen usus dan akan menyebabkan terjadinya hiperperistaltik
usus. Cairan dan makanan yang tidak diserap tadi akan didorong keluar
melalui anus dan terjadilah diare (Kliegman, 2011). Akibat fatal dari diare
yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah renjatan
hipovolemik, gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat
berupa tanda-tanda denyut nadi yang cepat ( > 120 x / menit), tekanan darah
menurun sampai tidak terukur pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin,
soanosis (Titik lestari 2016).
Manajemen diare salah satunya adalah dengan mengamati turgor kulit
secara berkala untuk mengetahui tingkat dehidrasi (NIC, 2016). Aspek yang
paling penting adalah menjaga keseimbangan cairan dan elektolit, ini
pasien, kecuali jika tidak dapat minum atau diare hebat yang membahayakan
jiwa yang memerlukan hidrasi intravena. Status hidrasi harus dipantau dengan
baik dengan memerhatikan tanda-tanda vital, pernafasan dan urin, serta
penyesuaian infus jika diperlukan. Jumlah cairan yang hendak diberikan
sesuai dengan jumlah cairan yang keluar ( Lukman Zulkifli Amin, 2015) Dari
keterangan diatas penulis tertarik membuat judul asuhan keperawatan pada
klien diare dengan masalah kekurangan volume cairan di ruang anak RSUD
bangil pasuruan.
1.2Batasan masalah
Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada : Asuhan keperawatan klien pada
diare dengan masalah kekurangan volume cairan di ruang anak RSUD bangil
pasuruan.
1.3Rumusan masalah
Bagaimanakah asuhan keperwatan pada klien diare dengan masalah
kekurangan volume cairan di ruang anak RSUD bangil pasuruan ?
1.4Tujuan
1.4.1 Tujuan umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien diare dengan
masalah kekurangan volume cairan di ruang anak RSUD bangil
pasuruan.
1.4.2 Tujuan khusus
1. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien diare dengan
masalah kekurangan volume cairan di ruang anak RSUD bangil
2. Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien diare dengan masalah
kekurangan volume cairan di ruang anak RSUD bangil pasuruan.
3. Menyusun rencana keperawatan pada klien diare dengan masalah
kekurangan volume cairan di ruang anak RSUD bangil pasuruan.
4. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien diare dengan
masalah kekurangan volume cairan di ruang anak RSUD bangil
pasuruan.
5. Melakukan evaluasi pada klien diare dengan masalah kekurangan
volume cairan di ruang anak RSUD bangil pasuruan.
1.5 Manfaat
1.5.1 Manfaat teoritis
Menambah khasanah keilmuan sehingga peningkatan ilmu
pengetahuan, menambah wawasan dalam mencari pemecahan
permasalahan pada klien diare dengan masalah kekurangan
volume cairan.
1.5.2 Manfaat khusus 1. Bagi perawat
perawat dapat menentukan diagnosa dan intervensi
keperawatan yang tepat pada klien dengan diare.
2. Bagi rumah sakit
Dapat dijadikan bahan masukan bagi perawat di rumah sakit
dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan yang baik khususnya klien
3. Bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan dan
referensi bagi mata kuliah keperawatan anak khususnya
pengetahuan pada klien diare dengan kekurangan volume
cairan.
4. Bagi klien dan keluarga
Sebagai tambahan pengetahuan bagi klien dan keluarga untuk
memahami keadaannya, sehingga dapat mengambil
keputusan yang sesuai dengan masalah serta ikut
memperhatikan dan melaksanakan tindakan yang diberikan
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Diare 2.1.1 Definisi diare
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar
dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan
frekuensinya lebih sering ( biasanya tiga kali atau lebih ) dalam satu
hari (DEPKES 2011).
Menurut WHO diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair
dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasanya, 3
kali sehari atau lebih mungkin dapat disertai muntah atau tinja yang
berdarah ( simatupang 2004).
Jadi dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak
nomal yaitu lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi tinja yang
encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat
dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus
2.1.2 Klasisikasi
Jenis diare ada dua, yaitu Diare akut, Diare persisten atau Diare
kronik. Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari,
sementara Diare persisten atau diare kronis adalah diare yang
berlangsung lebih dari 14 hari ( muhammad jufri et al,2012).
1) Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3
kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan
atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu
minggu.
2) Diare kronik adalah yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan
etiologi non-infeksi.
3) Diare persisten adalah yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan
etiologi infeksi.
2.1.3 Etiologi
1) faktor infeksi
infeksi enteral: infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak, meliputi:
a) Golongan bakteri :
1) Aeromonas
2) Bacillus cereus
3) Campylobacter
4) Clostridium perfringens
5) Clostridium defficile
7) Plesiomonas shigeloides
8) Salmonella
9) Shigella
10)Staphylococcus aureus
11)Vibrio cholera
12)Vibrio parahaemolyticus
13)Yersinia enterocolitica
b) Golongan virus :
1) Astrovirus
2) Calcivirus (Notovirus, Sapovirus)
3) Enteric adenovirus
4) Corona virus
5) Rota virus
6) Norwalk virus
c) Golongan parasit :
1) Balantidium coli
2) Blastocytis homonis
3) Cryptosporidium parvum
4) Entamoeba histolitica
5) Giardia lamblia
6) Isospora belli
7) Strongyloides stercoralis
2) Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi
dan anak. Disamping itu dapat terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
3) faktor makanan
Diare dapat terjadi kaena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan
alergi terhadap jenis makanan tertentu.
4) faktor psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikoligis (rasa takut dan
cemas),jarang terjadi tapi dapat ditemukan pada anak yang lebih besar.
Disamping itu penyebab diare non infeksi yang dapat menimbulkan diare
pada anak antara lain :
a) Defek anatomis
1) Malrotasi
2) Penyakit hirchsprung
3) Short bowel syndrom
4) Atrofi mikrovilli
5) Stricture
b) Malabsorbsi
1) Defisiensi disakaridase
2) Malabsorbsi glukosa - galaktosa
3) Cystic fibrosis
5) Penyakit cheliac
c) Endokronopati
1) Thyrotoksikosis
2) Penyakit addison
3) Sindrom adrenogenital
d) Keracunan makanan
1) Logam berat
2) Mushrooms
e) Neoplasma
1) Neuroblastoma
2) Phaeochromocytoma
3) Sindrom zollinger ellison
Lain-lain :
1) Infeksi gastrointestinal
2) Alergi susu sapi
3) Penyakit chorn
4) Defisiensi imun
5) Colitis ulserosa
6) Gangguan motilitas usus
7) Pellagra
2.1.4 Patofisiologi diare
mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama
gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat
diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalm rongga usus meninggi,
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit dalam rongga usus, isi rongga
usus yang berlebihan ini akan merangsang usus, isi rongga usus yang
berlebih ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul diare. Kedua akibat rangsangan tertentu ( misalnya toksin) pada
dinding usus akan terjadi peningkatan air dan elektrolit ke dalam rongga
usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga
usus.
Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkanbakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme
hidup kedalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung,
mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan
toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan
2.1.5 Pohon masalah (pathway)
Gambar 2.1 Pohon masalah
infeksi makanan psikologis
Berkembang diusus ansietas
Malabsorbsi KH ,lemak dan protein toksik tak dapat diserap
Hiperperistaltik Hipersekresi air dan
elektrolit
Isi usus Penyerapan
makanandi usus menurun
me↑ osmotik
Frekuensi BAB meningkat
Pergeseran air dan elektrolit keusus
DIARE
Hilang cairan dan elektrolit berlebihan
cairan dan elektrolit
Asidosis metabolik
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh dehidrasi
Kekurangan volume
cairan Resiko syok
(hipovolemik)
Gangguan pertukaran gas
2.1.6 Manifestasi klinis
1) Menurut lamanya diare :
a) Diare akut:
1) Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset.
2) Onset yang tak terduga dari BAB encer,rasa tidak enak,gas-gas dalam
perut.
3) Nyeri pada kuadran kanan bawah di sertai kram dan bunyi pada perut.
4) Demam.
b) Diare kronik :
1) Penurunan BB dan nafsu makan.
2) Demam indikasi terjadi infeksi.
3) Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardia, denyut lemah.
2) Menurut dehidrasi :
a) Pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi (kekurangan cairan),
tanda-tandanya :
1) Berak cair 1-2 x sehari.
2) Nafsu makan berkurang.
3) Masih ada keinginan untuk bermain.
b) Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan atau sedang,
tanda-tandanya :
1) Berak cair 4-9 x sehari.
2) Kadang muntah 1-2 kali sehari.
3) Suhu tubuh kadang meningkat.
5) Tidak nafsu makan.
6) Badan lesu lemas.
c) Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi berat,tanda-tandanya :
1) Berak cari terus menerus.
2) Muntah terus menerus.
3) Haus mata cekung.
4) Bibir kering dan biru.
5) Tangan dan kaki dingin.
6) Sangat lemas tidak nafsu makan.
7) Tidak ada keinginan untuk bermain.
8) Tidak BAK selama 6 jam.
9) Kadang dengan kejang tau panas tinggi.
Tabel 2.1 Gejala khas diare akut oleh berbagai penyebab
Gejala klinik
Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Kolera
Masa tunas 17-72 jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-72 jam
Panas + + + + + - + + -
Mual muntah
Sering Jarang sering + - Sering
Nyeri perut Tenesmus Tenesmus kramp
Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak
Frekuensi 5-10x/hr >10x/hr Sering Sering Sering Terus menerus
Kehijauan Tak berwarna
Lain-lain Anorexia Kejang demam ±
sepsis± meteorismus Infeksi sistemik
±
2.1.7 Komplikasi
1) Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik,isotonik atau hipertonik).
2) Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
3) Mal nutrisi energi ,protein, karena selain diare dan muntah, penderita
juga mengalami kelaparan.
4) Renjatan atau syok hipovolemik.
5) Gangguan elektrolit.
a) Hipernatremia
Penderita diare dengan natrium plasma > 150 mmol/L memerlukan
pemantauan berkala yang ketat. Tujuannya adalah menurunkan kadar
cepat sangat berbahaya oleh krena dapat menimbulkan edema otak.
Rehidrasi oral atau nasogastrik menggunakan oralit adalah cara terbaik
dan paling aman.
b) Hiponatremia
Anak dengan diare yang hanya minum dengan air putih atau cairan
yang hanya mengandung sedikit garam, dapat terjadi hiponatremi (Na<
130 mol/L).
c) Hiperkalemia
Disebut hiperkalemia jika K > 5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan
pemberian kalsium glikonas 10% 0,5 -1 ml/kgBB i.v. pelan - pelan dalam
5-10 menit dengan monitor detak jantung.
d) Hipokalemia
Dikatakan hipokalemia bila K < 3.5 mEq/L, koreksi dilakukan
menurut kadar K jika kalium 2,5 mEq/L diberikan peroral 75
mcg/kgBB/hr dibagi 3 dosis. Bila <2,5 Diberikan secara intravena drip
(tidak boleh bolus) diberikan selama 4 jam. Dosisnya: (3,5- kadar K
terukur x BB x 0,4 + 2 mEq/kgBB/24jam) diberikan dalam 4 jam,
kemudian 20 jam berikutnya adalah (3,5- kadar K terukur x BB x 0,4 +
1/6 x 2 mEq/kgBB).
2.1.8 Pemeriksaan penunjang atau diagnostik
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik :
1) Pemeriksaan tinja
Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua
penderita dengan diare.meskipun pemeriksaan laboratorium tidak
dilakukan. Tinja yang watery dan tanpa mukus atau darah biasanya
disebabkan oleh enterotoksin virus, protozoa atau disebabkan oleh
infeksi diluar saluran gastrointestinal.
Tinja yang mengandung darah atau mukus bisa disebabkan infeksi
atau bakteri yang menghasilkan sitotoksin, bakteri enteroinvasif yang
menyebabkan peradangan mukosa atau parasit usus seperti :
E.histolytica,B.coli dan T.trichiura.Apabila terdapat darah biasanya
bercampur dalam tinja kecuali pada infeksi E.histolytica darah sering
terdapat pada permukaan tinja dan pada infeksi EHEC terdapat
garis-garis darah pada tinja .Tinja yang berbau busuk didpatkan pada infeksi
dengan salmonella , giardia cryposporidium dan strongiloides.
Selain itu juga melihat hasil leukosit juga dapat menentukan
penyebab dari diare. Shohibaturrohmah, (2016) Leukosit
mempertahankan tubuh dari serangan penyakit dengan cara memakan
(fagositosis) penyakit tersebut. Begitu tubuh mendeteksi adanya
infeksi maka sumsum tulang akan memproduksi lebih banyak sel-sel
Tabel 2.2 Test labolatorium tinja yang digunakan untuk mendeteksi enteropatogen
Test labolatorium Organisme atau identifikasi
Mikroskopik : lekosit pada tinja Invasive atau bakteri yang memproduksi sitotoksin
Trophozoit, kista, oocysts, spora G. lambilia, E histolytica, cryptospsoridium, I. Belli, cylopspora
Rhabditiform lava Stongyloides
Spiral atau basil gram (-) berbentuk s Campylobacter jejuni
Kultur tinja: standart E.coli shigella, salmonella, campylobacter jejuni
Kultur tinja : spesial y. entero colitica, V.cholerae, V.
Parahaemolyticus, C. Difficile, E. coli, 0 157 : H7
Enzym imunoassy atau latex aglutinasi Rotavirus, G. Lambilia, enteric adenovirus, C. Difficile
Serotyping E.coli O 157 : H7, EHEC,EPEC
Latex aglutinasi setelah broth Salmonella, shigella
Test yang dilakukan dilabilatorium riset Bakteri yang memproduksi toksin, EIEC, EAEC,PCR untuk genus yang virulen
Pemeriksaan mikroskopik:
Pemeriksaan mikroskopik untuk mencari adanya lekosit dapat
memberi informasi tentang penyebab diarre, letak anatomis serta
adanya proses peradangan mukosa. Lekosit dalam tinja diproduksi
sebagai respon terhadap bakteri yang mnyerang mukosa kolon.
Lekosit yang positif ada pemeriksaan tinja yang menunjukkan adanya
kuman invasif atau kuman yang memproduksi sitotoksin seperti
shigella , salmonella, C. Jejuni, EIEC, C. Difficile, Y.enterocolitica,
V. Parahaemolyticus dan kemungkinan aeromonas atau
P.shigelloides.lekosit yang ditemukan pada umumnya adalah lekosit
PMN, kecuali pada S. Typhii lekosit monokulear. Tidak semua
dengan E. Histolytica pada umunya lekosit pada tinja minimal. Parasit
yang menyebabkan diare pada umumnnya tidak memproduksi lekosit
dalam jumlah banyak. Normalnya tidak diperlukan pemeriksaan untuk
mencari telur atau parasit kecuali terdapat riwayat baru saja bepergian
kedaerah beresiko tinggi, kultur tinja negatif untuk enteropatogen,
diare lebih dari 1 minggu atau pada pasien immunocompromised.
Pasien yang dicurigai menderita diare yang disebabkan
giardiasis,cryptosporidiosis, isosporiasis dan strongyloidiasis dimana
pemeriksaan tinja negatif, aspirasi atau biopsi duodenum atau
yeyenum bagian atas mungkin diperlukan, karna organisme ini hidup
di saluran cerna bagian atas, prosedur ini lebih tepat dari pada
pemeriksaan spesimen tinja. Biopsi duodenum adalah metoda yang
spesifik dan sensitif untuk diagnosis giardiasis, strongylodiasis dan
protozoa yang membentuk spora E. Hystolitica dapat didiagnosis
dengan pemeriksaan mikroskopik tinja segar. Trophozoit biasanya
ditemukan pada tinja cair sedangkan kista ditemukan pada tinja yang
berbentuk. Tehnik konsentrasi dapat membantu untuk menemukan
kista amuba. Pemeriksaan serial mungkin diperlukan oleh karena
ekskresi kista sering menjadi intermiten. Sejumlah tes serologis
amubiasis untuk mendeteksi tipe dan sekresi antibodi juga tersedia.
Serologis tes untuk amuba hampir selalu positif pada disentri amuba
Kultur tinja harus segera dilakukan bila dicurigai terdapat hemolytic
uremic syndrome, diare dengan tinja berdarah, bila terdapat lekosit
pada tinja, KLB diare dan pada penderita immmunocompromised.
Oleh karena bakteri tertentu seperti : Y. Enterocolitica, V. Cholerae,
V.parahaemolyticus, Aeromonas, C. Difficile, E.coli 0157 : H7 dan
Camphylobacter membutuhkan prosedur laboratorium khusus untuk
identifikasinya, perlu diberi catatan pada label apabila ada salah satu
dicurigai sebagai penyebab diare yang terjadi. Deteksi toksin C.
Difficile sangat berguna untuk diagnosis anti mikrobial kolitis.
Proctosigmoidoscopy mungkin membantu dalam menegakkan
diagnosis pada penderita dengan simptom kolitis berat atau penyebab
inflammatory enteritis syndrome tidak jelas setelah dilakukan
pemeriksaan labolatorium pendahuluan.
b) pH dan kadar gula dalm tinja
c) Bila perlu diadakan uji bakteri untuk mengetahui organisme
penyebabnya, dengan melakukan pembiakan terhadap contoh tinja.
d) Pemeriksaan labolatorium :
1) Darah meliputi : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah,
glukosa darah, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika.
2) Urine: urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika.
e) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
f) Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad
renik atau parasit, secara kuantitatif, terutama pada pnderita diare
2.1.9 Penatalaksanaan
1) Terapi
Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare
bagi semua kasus diare yang diderita anak balita baik yang dirawat di
rumah maupun sedang dirawat di rumah sakit,yaitu:
a) Rehidrasi dengan menggunkan oralit baru.
b) Zink diberikan selama 10 hari berturut-turut.
Zinc mengurangi lama dan berat diare. Zinc juga dapat
mengembalikan nafsu makan anak. Pemberian zinc dapat menurunkan
frekuensi dan volume buang air besar sehingga dapat menurunkan
risiko terjadinya dehidrasi pada anak.
Dosis zinc pada anak:
Anak di bawah umur 6 bulan : 10 mg(1/2 tablet) per hari
Anak di atas umur 6 bulan : 20 mg(1 tablet)per hari
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah
sembuh dari diare.
Untuk bayi, tablet zinc dapat dilarutakn pada air matang, ASI, atau
oralit.Untuk anak-anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah atau
dilarutkan dalam air matang atau oralit.
c) ASI dan makanan tetap diteruskan.
sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu yang sehat
untuk mencegah kehilangan berat badan serta mengganti nutrisi yang
hilang.Pada diare berdarah mafsu makan akan berkurang.Adanya
Kolostrum atau ASI mengandung zat kekebalan tubuh terutama ig A untuk
melindungi bayi dari berbagai jenis penyakit infeksi terutama diare, segi
aspek imunologik ASI mengandung zat anti infeksi yang kadarnya cukup
tinggi, sektori ig A tidak dapat diserap tapi dapat melumpuhkan bakeri
patogen E.Coli dan berbagai virus terutama di saluran cerna.Laktoferin yaitu
sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat
besi di saluran pencernaan. Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang
mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus.
Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk
menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan.
ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare, pemberian ASI
kepada bayi yang abru lahir secara penuh mempunyai daya lindung
empat kali lebih besar terhadap diare dari pada pemberian ASI yang
disertai dengan susu botol. Pada bayi yang tidak diberi ASI pada 6
bulan pertama kehidupannya, resiko mendapatkan diare adalah 30 kali
lebih besar dibanding dengan bayi yang tidak diberi ASI. Bayi yang
memperoleh ASI mempunyai morbiditas dan mortalitas diare lebih
rendah. Bayi dengan air susu buatan (ASB) mempunyai resiko lebih
tinggi dibanding dengan bayi yang mendapat susus tambahan juga
mendapat ASI, dan keduanya mempunyai risiko diare lebih tinggi
dibanding dengan bayi yang sepenuhnya mendapatkan ASI. Risiko
relatif ini tinggi dalam bulan- bulan pertama kehidupan.
d) Antibiotik selektif.
Antibiotik jangan diberikankecuali ada indikasi misalnya diare
e) Nasihat kepada orang tua.
Nasehat pada ibu atau pengasuh : kembali jika demam, tinja
berdarah, berulang makan atau minum sedikit, sangat haus, diare
makin sering, atau belum membaik dalam 3 hari.
Terapi menurut derajat dehidrasi :
a) Pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi (kekurangan cairan).
Tindakan:
1) Untuk mencegahdehidrasi,beri anak minum lebih dari biasanya.
2) ASI (Air Susu Ibu) diteruskan – makanan diberikan seperti biasanya.
3) Bila keadaan ank bertambah berat, segera bawa ke puskesmas
terdekat.
b) Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan atau sedang.
Tindakan:
1) Berikan oralit
2) ASI (Air susu ibu) diteruskan
3) Teruskan pemberian makanan
4) Sebaiknya yang lunak, mudah dicerna dan tidak merangsang.
5) Bila tidak ada perubahan segera bawa ke puskesmas terdekat.
c) Pada anak yang mengalami dehidrasi berat.
1) Segera bawa ke rumah sakit / puskesmas dengan fasilitas perawatan.
Tabel 2.3 Komposisi oralit baru
Oralit baru osmolaritas rendah Mmol/liter
Natrium 75
Klorida 65
Glucose,anhydrous 75
Kalium 20
Sitrat 10
Total osmolaritas 245
Ketentuan
1) Beri ibu 2 bungkus oralit baru
2) Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang, untuk
persediaan 24 jam.
3) Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan
ketentuan sebagai berikut:
a) Untuk anak dibawah 1 tahun : 3 jam pertama 1,5 gelas selanjutnya 0,5
gelas setiap kali mencret.
b) Untuk anak berumur < 2 tahun : berikan 50-100 ml tiap kali BAB.
c) Untuk anak 2 tahun atau lebih : berikan 100-200 ml tiap BAB.
d) Untuk anak diatas 1 tahun dan dewasa : 3 jam pertama 12 gelas,
selanjutnya 2 gelas setiap kali mencret ( 1 gelas : 200 cc).
4) Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa
larutan harus dibuang.
Dalam merawat penderita dengan diare dan dehidrasi terhadap beberapa
pertimbangan terapi :
a) Terapi cairan dan elektrolit
b) Terapi diit
c) Terapi non spesifik dengan anti diare
2. Terapi medika mentosa
Berbagai macam obat telah digunakan untuk pengobatan diare seperti :
Antibiotika, antidiare, adsorben, antiemetik, dan obat yang
mempengaruhi mikroflora usus. Beberapa obat mempunyai lebih dari
satu mekanisme kerja, banyak diantaranya mempunyai efek toksik
sistemik dan sebagian besar tidak direkomendasikan untuk anak umur
kurang dari 2-3 tahun. Secara umum dikatakan bahwa obat-obatan
tersebiu tidak diperlukan untuk pengobatan diare akut.
a) Antibiotik
Antibiotika biasanya tidak dibutuhkan pada semua diare aku olehh
karena sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self
limited dan tidak dapat dibunuh dengan antibiotika.
Hanya sebagian kecil (10-20%) yang disebabkan oleh bakteri patogen
seperti V.Cholera,shighella, entero toksigenik E. Coli, champylobacter
dan sebagainya.
b) Terapi intra vena
1) KA-EN 1B
Dengan indikasi :
Sebagai larutan awal apabila status elektrolit pasien belum diketahui,
misalnya ditemukan pada kasus emergensi (dehidrasi lantaran asupan
oral tidak memadai, demam), Dosis lazim yang biasa diberikan adalah
500-1000 ml untuk sekali pemberian dengan cara IV. Kecepatan
sebaiknya 300-500 ml/jam (dewasa) & 50-100 ml/jam pada anak-
Tabel 2.4 Antibiotik pada diare.
Penyebab Antibiotik pilihan Alternatif
Kolera Tetracycline
12,5 mg/kgBB 4x sehari selama 3 hari
Erythromicin 12,5 mg/kgBB 4x sehari selama 3 hari Shigella dysentry Ciprofloxacin
15mg/kgBB
2x sehari selama 3 hari
Pivmecillinam 20 mg/kgBB
4x sehari selama 5 hari Ceftriaxon
50-100 mg/kgBB
1x sehari IM selama 2-5 hari Amoebasis Metronidazole
10 mg/kgBB
3x sehari selama 5 hari (10 hari pada kasus berat)
Giardiasis Metronidazole 5 mg/kg
3x sehari selama 5 hari
a) Obat antidiare
1) Adsorben
Contoh: kaolin, attapulgite,smectite, activated charcoal,
cholestyramine). Obat-obatan ini dipromosikan untuk pengobtan diare
atas dasar kemampuannya untuk mengikat dan menginaktifasi toksin
bakteri atau bahan lain yang menyebabkan diare serta dikatakan
mempunyai kemampuan melindungi mukosa usus. Walaupun demikian,
tidak ada bukti keuntungan praktis dari penggunaan obat ini untuk
pengobatan rutin diare akut pada anak.
2) Anti motilitas
(contoh: loperamide hydrochloride, diphenoxylate dengan atropine,
tinctura opii, paregoric, codein). Obat-obat ini dapat mengurani frekuensi
diare pada orang dewasa akan tetapi tidak mengurangi volume tinja pada
anak. Lebih dari itu dapat menyebabkan ileus paralitik yang berat yang
eliminasi dari organisme penyebab. Dapat terjafi efek sedatif pada dosis
normal. Tidak satupun dari obat-obatan ini boleh diberikan pada bayi dan
anak dengan diare.
3) Bismuth subsalicylate
Bila diberikan setiap 4 jam dilaporkan dapat mengurangi keluaran tinja
pada anak dengan diare akut sebanyak 30% akan tetapi, cara ini jarang
digunakan.
4) Kombinasi obat
Banyak produk kombinasi adsorben, antimikroba, antimotilitas atau
bahan lain. Produsen obat mengatakan bahwa formulasi ini baik untuk
digunakan pada berbagai macam diare. Kombinasi obat semacam ini tidak
rasional, mahal dan lebih banyak efek samping daripada bila obat ini
digunakan sendiri-sendiri. Oleh karena itu tidak ada tempat untuk
menggunakan obat ini untuk anak dengan diare.
b) Obat-obat lain :
1) Anti muntah
Termasuk obat ini seperti : prochlorperazine yang dapat menyebabkan
mengantuk sehingga mengganggu pemberian terapi rehidrasi oral. Karena
itu obat anti muntah tidak digunakan pada anak dengan diare, muntah
karena biasanya berhenti bila penderita telah terehidrasi.
2) Cardiac stimulan
Renjatan pada diare akut disebabkan oleh karena dehidrasi dan
dengan elektrolit yang seimbang penggunaan cardiac stimulan dan obat
vasoaktif seperti adrenalin, nicotinamide, tidak pernah diindikasikan.
Pencegahan
Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara:
1) Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare
Kuman-kuman patogen penyebab diare umumnya disebarkan secara
fekal-oral. Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu
difokuskan pada cara penyebaran ini.
Upaya penyegahan diare yang terbukti efektif meliputi:
a) Pemberian ASI yang benar.
b) Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI.
c) Penggunaan air bersih yang cukup.
d) Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis
buang air besar dan sebelum makan.
e) Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota
keluarga.
f) Membuang tinja bayi yang benar.
2) Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu( host)
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk menngkatkan daya tahan tubuh
anak dan dapat mengurangi resiko diare antara lain:
a) Memberi ASI paling tidak usia 2 tahun.
b) Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberi
makanan dalam jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi
c) Imunisasi campak.
Akhir-akhir ini banyak diteliti tentang peranan probiotik dan prebiotik
dalam pencegahan diare.
Probiotik
Proboitik diberi batas sebagai mkoorganisme hidup dalam makan
yang yang difermantasi yang menunjang kesehatan melalui terciptanya
keseimbangan mikroflora intesinal yang lebih baik. Pencegahan diare
dapat dilakukan dengan pemberian probiotik dalam waktu yang panjang
terutama bayi yang tidak minum ASI
Prebiotik.
Prebiotik bukan merupakan mikroorganisme akan tetapi bahan
makanan. Umumnya kompleks karbohidrat yang bila dikonsumsi dapat
merangsang pertumbuhan flora intestinal yang menguntungkan kesehatan.
2.2 Konsep cairan 2.2.1 Definisi cairan
Cairan kita terdiri terdiri atas air yang mengandung partikel –
partikel bahan organik dan anorganik yang vital untuk hidup
(Asmadi,2008).
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (larut) dan zat
tertentu (pelarut).
2.2.2 Batasan karakteristik
1) Perubahan status mental.
2) Penurunan TD.
4) Penurunan haluaran urine.
5) Membran mukosa kering.
6) Kulit kering.
7) Peningkatan suhu tubuh.
2.2.3 fungsi cairan
komponen yang paling besar dalam tubuh manusia adalah air yang
mempunyai fungsi yang sangat besar.fungsi cairan antara lain :
a) transportasi : nutrien, partikel kimiawi,partikel darah, energi, dan
lain-lain.
b) Pengatur suhu tubuh.
c) Memfasiitasi reaksi kimia dalam tubuh, misalnya metabolisme
tubuh.
d) Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam sistem kardio vaskuler.
(Asmadi,2008).
2.2.4 klasifikasi cairan tubuh
cairan tubuh dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu : cairan
intraseluler dan ekstra seluler.
1) Cairan intraseluler
Yakni cairan yang berada dalam sel tubuh seluruh tubuh dengan
jumlah sekitar 40% dari berat badan dan merupakan bagian dari
protoplasma
2) Cairan ekstra seluler
Yakni cairan yang berada di luar sel tubuh dengan jumlah
makanan bagi sel dan mengeluarkan sampah metabolisme. Cairan
ekstraseluler ini dibagi menjadi dua, yakni cairan interstitial dan
cairan intravaskuler.cairan interstitial adalah cairan yang terdapat
pada celah antar sel atau disebut pula cairan jaringan, berjumlah
15% dari berat badan. Pada umumnya, cairan interstitial berfungsi
sebagai pelumas agar tidak terjadi gesekan pada saat dua jaringan
tersebut bergerak. Contoh dari cairran interstitial yaitu cairan
pleura, cairan perikardial, dan cairan peritoneal. Cairan
intravaskuler merupakan cairan yang terdapat di dalam pembuluh
darah dan merupakan plasma,berjumlah sekitar 5% dari berat
badan.
2.2.5 Pergerakan cairan tubuh
1) Difusi
Difusi adalah pengaliran larutan dari daerah yang konsentrasinya
tinggi ke daerah yang konsentrasinya lebih rendah dan hasil akhir
dari proses difusi adalah konsentrasi di kedua kompartemen menjadi
sama.
2) Osmosis
Osmosis adalah gerakan air melewati membran semipermeable
dari area dengan konsentrasi zat terlarut rendah ke area dengan
konsentrasi zat terlarut lebih tinggi .
3) Filtrasi
Tekanan filtrasi merupakan cairan lain dimana air dan partikel
4) Transport aktif
Pada transport aktif, zat-zat dapat bergerak melewati membrane sel
dari larutan yang konsentrasinya rendah ke konsentrasi yang tinggi
dengan memakai energi.
2.2.6 Gangguan keseimbangan cairan
1) Edema ( hipervolemik)
Edema adalah penimbunan cairan berlebih diantara sel-sel tubuh
atau berbagai dalam rongga tubuh.
2) Dehidrasi (hipovolemik)
Dehidrasi adalah kehilangin air dari tubuh atau jaringan atau
keadaan yang merupakan akibat kekurangan cairan yang abnormal
.2.3 Konsep Tumbuh Kembang
2.3.1 Definisi
Menurut (Hidayat Alimul, 2008)
Pertumbuhan dan perkembangan adalah proses yang dilalui
manusia secara ilmiah. Pertumbuhan merupakan bertambah jumlah
dan besarnya sel di seluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat
diukur sedangkan perkembangan merupakan bertambah sempurnanya
fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tmbuh kematangan dan
belajar (HidayatAlimul, 2008). Pertumbuhan dan perkembangan pada
ank terjadi mulai dari pertumbuhan dan perkembangan secara fisik,
perkembangan secara fisik dapat terjadi dalam perubahan ukuran
besar kecilnya fungsi organ mulai dari tingkat sel sehingga perubahan
organ tubuh. Pertumbuhan dan perkembangan secara intelektual anak
dapat di lihat dari kemampuan secara symbol maupun abstrak seperti
berbicara, bermain, berhitung, membaca dan lain-lain, sedangkan
perkembangan secara emosional anak dapat diliht dari perilaku social
di lingkungan anak.
2.3.2 Tahapan Tumbuh Kembang Anak
1) Masa Prenatal
Masa prenatal terdir atas dua fase, yaitu fase embrio dan fase fetus.
Pada fase embrio, pertumbuhan dapat diawali dari masa konsepsi
hingga 8 minggu pertama ang dapat terjadi perubahan yang cepat dari
ovum menjadi suatu organisme dan terbentuknya manusia. Pada
minggu ke 2, terjadi pembelahan sel dan pemisahan jaringan antara
endoterm dan ectoderm. Pada minggu ke 3 terbentuk lapisan
mesoderm. Pada masa ini sampai usia 7 minggu belum tampak adanya
gerakan yang berarti melainkan hanya terdapat denyut jantung janin,
yaitu sudah mulai dapat berdenyut sejak 4 minggu. Pada fase fesus
terjadi sejak usia 9 minggu hingga kelahiran.
2) Masa Postnatal
Masa postnatal terdii atas masa neonatus, masa bayi, masa
3) Masa Neonatus (0-28 hari)
Pertumbuhan dan perkembangan postnatal atau dikenal dengan
pertumbuhan dan perkembangan setelah lahir ini diawali dengan masa
neonatus (0-28 hari). Masa ini merupakan masa terjadinya kehidupan
yang baru dalam ekstrauteri, yaitu adanya proses adaptasi semua siste
organ tubuh.
4) Masa Bayi
Masa bayi ini dibagi menjadi dua tahhap perkembangan. Tahap
pertama (antara usia 1-12 bulan): ppertumbuhan dan
perkembanganpada masa ini dapat berlangsung secara terus menerus,
khususnya dala peningkatan susunan syaraf. Tahhap kedua (usia 1-2
tahun): kecepatan pertumbuhan pada masa ini mulai menurun dan
terdpat percepatan pada perkembangan motorik.
5) Masa Praekolah (1-3 tahun)
Perkembangan pada masa ini dapat berlangsung stabil dan masih
terjadi peningkatan pertumbuhan serta perkembangan, khusunya pada
aktivitas fisik dan kemampuan kognitif.
6) Masa Sekolah (4-18 tahun)
Perkembangan masa sekolah ini lebih cepat dalam kemampuan
fisik dan kognitif dibandingkan dengan masa prasekolah.
7) Masa Remaja (12-20 tahun)
Pada tahap perkembangan reaja terjadi perbedaan pada perempuan
dalam tahap remaja / pubertas dibandingkan dengan anak laki-laki dan
perkembangan ini di tunjukkan pada perkembangan pubertas.
2.3.3 Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak
1) Faktor genetik
a) Faktor keturunan, masa konsepsi
b) Bersifat tetap atau tidak berubah sepanjang hidup
c) Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan
lingkungan secara positif sehingga di peroleh hasil optimal.
2) Faktor eksternal / Lingkungan
Mempengaruhi individu setiap hari mualai konsepsi sampai akhir
hayatnya dan sangan menentukan tercapai atau tidaknya potensi
bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya.
a) Keluarga
b) Teman sebaya
c) Pengalaman hidup
d) Kesehataan
2.4 Konsep asuhan keperawatan pada klien diare dengan kekurangan volume cairan
2.4.1 Pengkajian
pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan
keperawatan yang dihadapi pasien baik fisik, ,mental, sosial, maupun
spiritual dapat ditentukan .
1) Identitas klien
Tanggal pengkajian : Identitas penanggung jawab
Tanggal MRS : Nama :
No.RM : Usia :
Nama : Pendidikan :
Umur : Pekerjaan :
Jenis kelamin : Agama :
Alamat : Alamat :
Diagnosa medik : Hubungan keluarga :
2.4.2 Keluhan utama
Diare / BAB lebih dari biasanya
2.4.3 Riwayat penyakit sekarang
Terdapat beberapa keluhan, pemulaan mendadak disertai dengan
muntah dan feses dengan volume yang banyak, konsistensi cair,
muntah ringan atau sering dan gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat
dan nafsu makan menurun.
2.4.4 Riwayat penyakit dahulu
Sebelumnya pernah mengalami penyakit diare berapa lama dan
bagaimana pengobatan sebelumnya.
2.4.6 Riwayat persalinan
1. Riwayat kehamilan : penyakit infeksi yang pernah di derita ibu
selama TD
2. Riwayat persalinan : apakah usia kehamilan cukup, lahir premature,
penyakit persalinan, apgar score
2.4.7 Imunisasi
2.4.8 Lingkungan rumah dan komunitas
2.4.9 Pola fungsional kesehatan
a) Pola nutrisi dan metabolik
Makan menurun karena adanya mual dan muntah yang
disebabkan lambung yang meradang.
b) Pola eliminasi :
Pada BAB juga mengalami gangguan karena terjadi peningkatan
frekuensi, dimana konsistensi lunak sampai cair, volume tinja
dapat sedikit atau banyak.Dan pada buang air kecil mengalami
penurunan frekuensi dari biasanya.
c) Pola aktifitas :
Aktifitas klien menurun ,murung,diam,kadang tampak lemah
d) Personal hygiene: mengalami gangguan karena sering BAB
2.4.10 Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum klien : klien lemah, panas, muntah dan diare,
composmentis
b) Tanda-tanda vital
c) Kepala : bentuk kepala bulat, warna rambut hitam, tidak ada
benjolan, kulit kepala bersih
d) Mata : simetris, tidak ada kotoran, konjungtiva merah muda,
sklera putih, mata cowong,
e) Mulut : mukosa bibir kering, tidak ada stomatiis, lidah bersih
f) Hidung : simetris tidak ada sekret, tidak ada polip,
g) Telinga : simetris, tidak ada benjolan, lubang telinga bersih, tidak
ada serumen
h) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfhe, tidak ada
bendungan vena jugularis, tidak ada kaku kuduk.
i) Dada :
Inspeksi : dada simetris, bentuk bulat datar, pergerakan dinding
dada simetris, tidak ada retraksi otot bantu pernafasan.
Palpasi : tidak ada benjolan
Auskultasi : irama nafas teratur, suara nafas vesikuler, tidak ada
suara nafas tambahan
j) Perut :
Inspeksi : simetris
Auskultasi : peristaltic meningkat 40x/mnt
Palpasi : Turgor kulit tidak langsung kembali dalam 1 menit
Perkusi : Himpertimpan,perut kembung
k) Muskuloskeletal :
Palpasi : tidak adanya kelainan tulang dan sendi, kekuatan otot 5
Tabel 2.5 Penentuan derajat dehidrasi menurut MMWR 2003.
Simptom Minimal atau tanpa dehidrasi kehilangan
BB < 3 %
Dehidrasi ringan – sedang kehilangan BB
3%- 9%
Dehidrasi berat kehilangan BB > 9 % Mulut dan lidah Cubitan kulit
Normal , lelah, gelisah, irritable
Kembali < 2 detik Memanjang Dingin berkurang
Apathis, letargi, tidak sadar.
Takikardi, bradikardi pada kasus berat.
Lemah, kecil, tidak teraba.
Dalam
Sangat cowong Tidak ada Sangat kering Kembali > 2 detik Memanjang, minimal Dingin, mottled, sianotik Minimal
Tabel 2.6 Penentuan derajat menurut WHO 1995
Penilaian A B C
Lihat :
Keadaan umum
Mata
Air mata Mulut dan lidah Rasa haus
Baik, sadar
Normal
Ada Basah
Minum biasa tidak haus
Gelisah, rewel
Cekung
Tidak ada Kering
Haus, ingin minum banyak
lesu, lunglai atau tidak sadar
Sangat kecung
kering Sangat kering Malas minum atau
tidak bisa minum Periksa : turgor kulit Kembali cepat kembali lambat kembali sangat
lambat Hasil : pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan /
sedang bila ada 1 tanda ditambah 1 atau lebih tanda lain
Dehidrasi berat bila ada ada 1 tanda ditambah 1 atau lebih tanda lain
Terapi Rencana terapi A Rencana terapi B Rencana terapi C
Tabel 2.7 Penentuan derajat dehidrasi menurut sistim pengangkaan – maurice king ( 1974).
Bagian tubuh yang diperiksa
Nilai untuk gejala yang ditemukan
0 1 2
Gelisah, cengeng, ngantuk Sedikit kurang
Sedikit cekung Sedikit cekung Kering
Mengigau, koma atau syok Sangat kurang
Denyut nadi / mnt Kuat < 120 Sedang (120 – 140) Lemah > 140
Hasil yang di dapat pada penderita diberi angka 0, 1 atau 2 dengan tabel
kemudian dijumlahkan.
Nilai : 0 - 2 = ringan 3 – 6 = sedang 7 - 12 = berat
( muhammad jufrie et al , 2012 )
2.4.11 Pemeriksaan penunjang
Labolatorium.
2.4.12 Data penunjang
DO dan DS.
2.4.13 Analisa data
Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan
kemampuan berfikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu
pengetahuan.
2.4.14 Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang
menjelaskan respon manusia ( respon kesehatan atau resiko
perubahan pola ) dari individu atau kelompok dimana perawat secara
akontbilitas dapat mengidentifikasi dan memberi intrvensi secara
pasti untuk menjaga status kesehatan menurun, membatasi mencegah
dan merubah. (carpenito, 2000)
a) kekurangan cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
b) ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2.4.15 Intervensi
Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan perawat untuk
membantu klien beralih dari status kesehatan saat ini kestatus
kesehatan yang diuraikan dalam hasil yang diharapkan .
2.4.16 Implementasi
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tinadakan yang spesifik.
2.4.17 Evaluasi
Memuat kriteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan
Tabel 2.8 Intervensi Diagnosa Keperawatan sumber NANDA NIC - NOC 2015
No Diagnosa keperawatan NOC NIC Rasional
1 Kekurangan volume
cairan.
Definisi : penurunan cairan intravaskuler, interstitial,dan atau intravaskuler. ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa
perubahan natrium. Batasan karakteristik :
1. membrane mukosa kering
2. penurunan turgor kulit
3. haus 4. lemah 5. penurunan BB 6. penurunan haluaran
urine
faktor yang berhubungan : 1. kegagalan
mekanisme regulasi 2. kehilangan cairan
aktif 1. eliminasi urin 2. tanda-tanda 2. eliminasi usus 3. keseimbangan 5. ajari pasien
menggunaka
1.untuk menentukan intervensi yang akan dilakukan 2.penggambaran
keadaan klien 3.untuk mengetahui
tingkat 7.untuk mengetahui
asupan makan
status hidrasi 2.monitor
9.untuk membantu dalam proses penyembuhan 10. dapat
44
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan Semua proses yang diperlukan dalam
perencanaan dan pelaksanaan penelitian, mulai tahap persiapan sampai tahap
penyusunan masalah dalam penelitian (Suryono,2013). Dalam peneltian studi
kasus ini menggunakan metode deskriptif yang berarti suatu metode yang
berupaya mengungkapkan keadaan yang terjadi saat ini, untuk selanjutnya
dianalisis dan diinterpretasikan. Dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat
terhadap fenomena sosial tertentu. Peneliti mengembangkan konsep dan
menghimpun fakta, dan memberikan dukungan terhadap apa yang disajikan
(Singarimbun,1989).
Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup satu unit
secara intensif misalnya satu klien atau dua klien. Meskipun jumlah subyek
cenderung sedikit namun jumlah variabel yang berhubungan dengan masalah
studi kasus. Rancangan dari studi kasus bergantung pada keadaan kasus
namun tetap mempertimbangan penelitian waktu. Riwayat dan perilaku
mempelajari suatu kejadian mengenai perseorangan (riwayat hidup). Pada
metode studi kasus ini diperlukan banyak informasi guna mendapatkan
bahan-bahan yang agak luas, sebelumnya biasanya dikaji secara rinci.
Keuntungan paling besar dari rancangan ini pengkajian secara rinci,
meskipun jumlah respondennya sedikit, sehingga akan didapatkan gambaran