• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG MENGALAMI DENGUE HEMORRAGIC FEVER DENGAN HIPERTERMI DI RUANG MELATI RSUD BANGIL PASURUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG MENGALAMI DENGUE HEMORRAGIC FEVER DENGAN HIPERTERMI DI RUANG MELATI RSUD BANGIL PASURUAN"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG MENGALAMI DENGUE HEMORRAGIC FEVER DENGAN HIPERTERMI

DI RUANG MELATI RSUD BANGIL PASURUAN

OLEH:

REZKA PUTRI RATNASARI 151210060

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

(2)
(3)
(4)

iii

KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG MENGALAMI DENGUE HEMORRAGIC FEVER DENGAN HIPERTERMI

DI RUANG MELATI RSUD BANGIL PASURUAN

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program

Studi Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang

Oleh :

REZKA PUTRI RATNASARI NIM : 151210060

(5)

iv

INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

2018

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Rezka Putri Ratnasari

NIM : 15.121.006.0

Tempat Tanggal Lahir : Kediri , 27 Juni 1996

Institusi : STIKes Insan Cendekia Medika Jombang

Judul Karya Tulis Ilmiah : Asuhan Keperawatan pada klien Yang

Mengalami Dengue Hemorragic Fever dengan

Hipertermi di Ruang Melati RSUD Bangil

Kabupaten Pasuruan.

Menyatakan bahwa tugas akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil

karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang

lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri, kecuali dalam

bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan

apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi.

Jombang , April 2018

(6)
(7)
(8)

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kediri , 27 Juni 1996 dari Ayah yang bernama

Muhadji S.PdI dan Ibu bernama Sulasih , penulis merupakan putri ke dua dari 2

bersaudara.

Tahun 2008 penulis lulus dari SDN Kapas , tahun 2011 penulis lulus dari

MTsN Tambakberas Jombang , tahun 2015 penulis lulus MMA 6 tahun

Tambakberas Jombang. Tahun 2015 lulus seleksi masuk AKPER Dian Husada

Mojokerto melalui jalur PMDK. Pada tahun 2016 Penulis memutuskan pindah

ke STIKes Insan Cendekia Medika Jombang program D III Keperawatan dari

lima pilihan program studi yang ada di STIKes Insan Cendekia Medika

Demikian Riwayat Hidup saya buat dengan sebenarnya.

Jombang ,16 Februari 2018

Penulis

(9)

viii MOTTO

“Sebaik baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain”

PERSEMBAHAN

Karya Tulis Ilmia (Laporan Kasus) ini saya ucapkan terimakasih dan saya

persembahkan kepada:

1. Terimakasih kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karuniaNya saya

bisa menyelesaikan tugas akhir ini dengan lancar.

2. Terimakasih untuk kedua orang tua yang selalu mendukung dan mendo’akan

yang terbaik untukku dalam berkarir demi masa depanku.

3. Terimakasih untuk dosen pembimbing yang selama ini sudah banyak

memberikan saran dan masukan tentang materi dalam penyelesaian tugas ini.

4. Terimakasih untuk seseorang terkasih Roby F.P yang selalu memberi

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga

penulis mampu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan

Keperawatan pada Klien yang Mengalami Dengue Hemorragic Fever dengan

Hipertermi” sesuai dengan waktu yang ditentukan. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis telah banyak mendapat bimbingan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat H.Imam Fathoni, SKM.MM. selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Media Jombang. Maharani Tri P., S.Kep., Ns., MM. selaku Kepala Program Studi Diploma III Keperawatan STIKes ICMe Jombang dan dosen pembimbing Afif Hidayatul Arham, S. Kep., Ns. selaku dosen pembimbing Studi Kasus Karya Tulis Ilmiah yang telah penulis teliti. Kepala Diklat RSUD Bangil yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengambil data dan menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan, motivasi, kekuatan, dan nasehat selama menempuh pendidikan di STIKes ICMe Jombang hingga terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini. Dan tidak lupa kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dorongan dan bantuannya dalam menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

(11)

x

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG MENGALAMI DENGUE HEMORRAGIC FEVER DENGAN HIPERTERMI DI

BANGSAL MELATIRSUD BANGIL PASURUAN

Oleh :

Rezka Putri Ratnasari

ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG MENGALAMI DENGUE HEMORRAGIC FEVER DENGAN HIPERTERMI DI RUANG

MELATI RSUD BANGIL PASURUAN

Rezka putri ratnasari* Maharani Tri Puspita** Dwi puji wijayanti***

Pendahuluan Penyakit Dengue maupun penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit infeksi yang banyak dan sering berkembang biak di daerah tropis, termasuk penyakit Infeksi Tropis (Tropic Infection). Dengue menyebar dengan cepat, menyerang banyak orang selama masa epidemi, sehingga menurunkan produktivitas kerja dan banyak menimbulkan kematian. DHF diperkirakan mencapai 3,9 milyar orang di 128 negara dan salah satunya adalah di indonesia angka kematian 0,83 %. Salah satu penyebabnya adalah hipertermi, yang berlangsung secara mendadak selama 5-7 hari. Tujuan dari studi kasus ini adalah melaksanakan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami DHF dengan masalah hipertermi di Ruang Melati RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.

Metode Deskriptif dengan menggunakan metode studi kasus. Penelitian diambil dari RSUD Bangil Pasuruan sebanyak 2 klien dengan diagnosa hipertermi berhubungan dengan proses penyakit. Pengolahan presurvei data diambil dari ruang Melati,di RSUD Bangil. Hasil penelitian ini terhadap dua klien yang berbeda didapatkan bahwa klien yang mengalami DHF memiliki masalah yang sama yaitu hipertermi. Pada pemeriksaan fisik ditemukan perbedaan yaitu klien 1 terdapat bintik kemerahan pada kulit,sedangkan klien 2 terjadi mimisan 1 kali. Pada implementasi tentunya berbeda antara klien 1 dengan klien 2.

Kesimpulan berdasarkan evaluasi pada asuhan keperawatan dengan masalah hipertermi pada klien 1 dan klien 2 bahwa pada gejala yang timbul setelah terjangkit demam berdarah disertai dengan hipertermi, bintik kemerahan pada kulit, perdarahan dihidung (mimisan), terjadi perbedaan perkembangan yang terjadi pada klien 1 masalah hipertermi teratasi sedangkan klien 2 masalah belum teratasi. Jadi pada klien 2 masih memerlukan implementasi lanjutan karena masalahnya belum teratasi seluruhnya.

(12)

xi

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG MENGALAMI DENGUE HEMORRAGIC FEVER DENGAN HIPERTERMI DI RUANG MELATI

RSUD BANGIL PASURUAN

Rezka putri ratnasari* Maharani Tri Puspita**Dwi puji wijayanti ***

ABSTRACT

Introduction and Dengue Hemorrhagic fever are infectious diseases that are frequent and often contagious in the tropics, including tropical infectious diseases (Tropic Infection). Dengue spread rapidly, striking many people during the epidemic, resulting in lower labor productivity and many deaths. DHF is estimated to reach 3.9 billion people in 128 countries and one of them is in Indonesia the mortality rate is 0.83%. One of the causes is hyperthermia, which lasts for 5-7 days. The aim is to carry out nursing care on clients who have DHF with hyperthermic problems in melati Room RSUD Bangil Pasuruan Regency. Objective Dilakukan untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami DHF dengan masalah hipertermi di Ruang Melati RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan . Method The design of this research is descriptive by using case study method. The study was taken from RSUD Bangil Pasuruan as many as 2 clients with hyperthermia diagnosis related to disease process. Processing pre survey data taken from space Melati, at RSUD Bangil. Result Based on the results of research on two different clients found that clients who experience DHF have the same problem that is heat (hypertermi). On the physical examination found that the difference of client 1 there is a reddish spots on the skin, while the client 2 there is a nosebleed once. In the implementation there are different therapies given to clients 1 and client 2. Conclusion Based on evaluation of nursing care with hyperthermic problems in clients 1 and client 2 that the symptoms that arise after contracting the disease is accompanied by heat (hyperthermia) and skin reddish spots, bleeding nose (nosebleed), there are differences in client development 1 hypertermi problems resolved While client 2 is still fever. So on client 2 still require further implementation because the problem is not solved entirely.

(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN JUDUL DALAM ...ii

SURAT PERNYATAAN ...iii

LEMBAR PERSETUJUAN ...iv

LEMBAR PENGESAHAN ...v

RIWAYAT HIDUP ...vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...vii

KATA PENGANTAR ...viii

ABSTRAK ...ix

ABSTRACT ...x

DAFTAR ISI ...xi

DAFTAR TABEL ...xiv

DAFTAR GAMBAR ...xv

DAFTAR LAMPIRAN ...xvi

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ...xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Batasan Masalah ...4

1.3 Rumusan Masalah ...4

1.4Tujuan ...4

1.5Manfaat ...5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1Pengertian DHF ...7

2.1.2 Klasifikasi ...8

2.1.3 Etiologi ...8

2.1.4 Tanda dan Gejala ...9

2.1.5 Patofisiologi ...9

2.1.6 Pathway ...12

2.1.7 Komplikasi ...13

(14)

xiii

2.1.9 Penatalaksanaan ...14

2.2 Konsep Hipertermi ...14

2.2.1 Definisi ...15

2.2.2 Batasan Karakteristik ...15

2.2.3 Faktor Yang Berhubungan ...16

2.2.4 Manifestasi Klinis ...17

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan ...17

2.3.1 Pengkajian ...17

2.3.2 Diagnosa Keperawatan ...20

2.3.3 Intervensi Keperawatan ...21

2.3.4Implementasi ...24

2.3.5 Evalusi ...24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ...25

3.2 Batasan Istilah ...25

3.3 Partisipan ...26

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ...26

3.5 Pengumpulan Data ...27

3.6 Uji Keabsahan Data ...27

3.7 Analisa Data ...27

3.8 Etik Penelitian ...28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...40

4.1.1 Gambaran Lokasi dan Pengambilan Data ...40

4.1.2 Pengkajian ...40

4.1.3 Terapi Obat ...46

4.1.4 Analisa Data ...46

4.1.5 Diagnosa Keperawatan ...46

4.1.6 Perencanaan ...47

4.1.7 Pelaksanaan ...48

4.1.8 Evaluasi ...51

(15)

xiv

4.2.1 Pengkajian ...52

4.2.2 Diagnosa Keperawatan ...55

4.2.3 Intervensi Keperawatan ...56

4.2.4 Implementasi Keperawatan….. ...56

4.2.5 Evaluasi ... 58

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ...60

5.2 Saran ...62 DAFTAR PUSTAKA

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Hal

2.1 Intervensi Keperawatan ... 21

4.1 Identitas Klien ... 40

4.2 Riwayat Klien ... 41

4.3 Perubahan Pola Kesehatan ... 41

4.4 Pemeriksaan Fisik ... 42

4.5 Hasil Pemeriksaan dan Diagnostik ... 45

4.6 Terapi Obat ... 45

4.7 Analisa Data ... 46

4.8 Diagnosa Keperawatan ... 46

4.9 Perencanaan ... 47

4.10 Pelaksanaan ... 48

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

No Daftar Gambar Hal

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Pelaksanaan Laporan Kasus Lampiran 2 Permohonan menjadi responden Lampiran 3 Persetujuan menjadi responden

Lampiran 4 Format pengkajian Asuhan Keperawatan

Lampiran 5 Lembar Surat Pre survey data, Studi Pendahuluan dan Penelitian Lampiran 6 Lembar Surat Persetujuan Pengambilan Data

Lampiran 7 Rekomendasi Penelitian

Lampiran 8 Surat Pernyataan ke Badan Kesehatan Bangsa dan Politik Lampiran 9 Data jumlah Kasus DBD di RSUD Bangil

Lampiran 10 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Lampiran 11 Lembar surat Keterangan selesai Penelitian

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN LAMBANG

1. % : Persentase

2. ≤ : Lebih kecil dari atau sama dengan 3. < : Lebih kecil dari

4. > : Lebih besar dari

5. oC : Derajat Celsius

6. oF : Derajat Fahrenheit

7. m : Meter

8. cm : Sentimeter

9. N : Normal

10. ul : Mikroliter

11. gr : Desiliter

12. Meq : Miliequivalen

13. dl : delusion

SINGKATAN

1. WHO : World Health Organization

2. DHF : Dengue Hemorragic Fever

3. DBD : Demam Berdarah Dengue

4. DD : Demam Dengue

5. DSS : Dengue Shock Syndrome

6. DEN : Serotipe Dengue

7. USG : Ultrasonografi

8. BCG : Bacille Calmette Guerin

9. TD : Tekanan Darah

10. RR : Respiratory Rate 11. DPT : DifteriPertusis Tetanus

12. HIB : Haemophilus Influenzae Type B 13. PCV : Pneumococcal Vaccine

14. MMR : Measles Mumps Rubella

(19)

xviii

16. SGPT : Serum Glutamic Piruvic Transaminase 17. SGOT : Serum Glutamic Oksaloasetat Transaminase 18. IgM : Imunoglobulin M

19. IgG :Imunoglobulin G

20. NIC : Nursing Interventions Classification 21. NOC : Nursing Outcomes Classification

22. NANDA : Nort American Nursing Diagnosis Association 23. WBC : White Blood Cell

(20)

xix BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam berdarah atau biasa dikenal dengan DHF ( Dengue haemorragic Fever ) merupakan suatu penyakit yang dapat memicu kematian yg disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypti betina, nyamuk ini merupakan spesies nyamuk tropis dan subtropis, dan bisa hidup pada daerah yang ketinggiannya mencapai 2200 m diatas permukaan laut (Price & Wilson, 2007). Demam Berdarah Dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DHF tertinggi di Asia Tenggara. Dalam hal itu masalah yang sering muncul pada infeksi pertama oleh virus dengue adalah Hipertermi (demam), sebagian besar penderita akan mengalami demam mendadak antara 39-40 C, sesudah 5-7 hari demam akan berakhir tetapi kemudian kambuh lagi, biasanya terlihat lesu disertai sakit kepala pada bagian kepala depan, nyeri bagian belakang mata, dan persendian, terlebih lagi disertai perdarahan dan kadang-kadang syok. Dengue menyebar dengan cepat, menyerang banyak orang selama masa epidemi, sehingga menurunkan produktifvitas kerja dan banyak menimbulkan kematian (Soedarto, 2012).

(21)

xx

Selama September 2016-januari 2017 data jumlah kasus DBD di Rawat inap RSUD Bangil Pasuruan tercatat 1122 kasus DBD.

Demam dengue terjadi sesudah gigitan oleh nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi virus. Nyamuk yang mudah dikenali karena badan dan kakinya mempunyai bercak-bercak putih ini berkembangbiak pada genangan air bersih dan mempunyai jarak terbang sekitar 100-200 meter. Nyamuk terinfeksi virus dengue karena menghisap darah penderita dengue yang mengandung virus dengue. Sesudah masuk ke dalam tubuh seseorang, virus akan memperbanyak diri di dalam kelenjar limfe. Sesudah jumlah virus cukup untuk menyebabkan terjadinya gejala, penderita akan menunjukkan gejala klinis, yang terjadi di sekitar 4-6 hari sesudah masuknya virus (Soedarto, 2012). Setelah itu terjadi respon antibodi yang menimbulkan kompleks antigen antibodi, kemudian badan menjadi panas akibat toksin tersebut hipotalamus tidak bisa terkontrol yang menjadikan demam tinggi .Demam yang tidak segera diatasi akan menyababkan kejang demam, dehidrasi, dan gangguan tumbuh kembang pada anak (Andra & Yessie, 2013).

Dengan masalah-masalah yang ada pada kasus DHF, yang salah satunya yaitu hipertermi maka perlu upaya-upaya untuk menyelesaikan masalah tersebut. Di rumah sakit peran perawat untuk mencegah terjadinya komplikasi saat terjadi suatu renjatan suhu tubuh yaitu dengan menganjurkan pasien untuk mengonsumsi air putih yang banyak, berikan pasien pakaian ringan/tipis tergantung pada fase demam, fasilitas istirahat yang memadai, terapkan pembatasan aktivitas jika di perlukan, selalu mengobservasi suhu dan tanda-tanda vital lainnya, selain itu pemberian antipiretik juga dapat dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh (Gloria et al, 2016). Tetapi sebagian besar penderita demam dengue dapat dirawat di rumah. Keluarga perlu di beri penjelasan bagi penderita agar dianjurkan untuk beristirahat, banyak minum, dan mendapatkan makanan yang bergizi. Jika memungkinkan penderita diberi minum larutan garam oralit (yang biasa diberikan pada penderita diare). Pemberian cairan sangat penting terutama jika demam dengue berkembang menjadi demam berdarah dengue (DBD) atau dengue shock syndrome (DSS) yang menyebabkan penderita kehilangan banyak cairan tubuh saat suhu tubuh meningkat. Jika penderita menunjukkan perkembangan dengan tanda-tanda yang membahayakan jiwa, penderita harus segera dirujuk ke rumah sakit (Soedarto, 2012). Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang penyakit DHF ( Dengue haemorragic Fever ) dalam sebuah Karya Tulis yang berjudul

(22)

xxi 1.2 Batasan Masalah

Asuhan keperawatan pada klien yang mengalami DHF dengan masalah Hipertermi di Ruang Melati RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.

1.3 Rumusan Masalah

”Bagaimana memberikan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami DHF dengan masalah hipertermi di Ruang Melati (Bangsal) RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.”.

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami DHF dengan masalah hipertermi di Ruang Melati (Bangsal) RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami DHF dengan masalah hipertermi di Ruang Melati (Bangsal) RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.

2. Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien yang mengalami DHF dengan masalah hipertermi di Ruang Melati (Bangsal) RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.

3. Menyusun perencanaan keperawatan pada klien yang mengalami DHF dengan masalah hipertermi di Ruang Melati (Bangsal) RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.

4. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien yang mengalami DHF dengan masalah hipertermi di Ruang Melati (Bangsal) RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.

5. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien yang mengalami DHF dengan masalah hipertermi di Ruang Melati (Bangsal) RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.

1.5 Manfaat

1.5.1 Manfaat teoritis

(23)

xxii

mengalami DHF dengan masalah hipertermi di Ruang Melati (Bangsal) RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.

1.5.2 Manfaat praktis

a. Bagi klien

Mendapatkan pengalaman serta dapat menerapkan apa yang telah dipelajari dalam penanganan kasus Hipertermi yang dialami dengan kasus nyata dalam pelaksanaan keperawatan, seperti cara untuk mengendalikan hipertermi tersebut.

b. Bagi Institusi Pendidikan STIKES ICMe

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai tambahan dan referensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan pada klien dengan Hipertermi.

c. Bagi perawat

Asuhan keperawatan ini dapat dijadikan dasar infomasi dan pertimbangan untuk menambah pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam meningkatkan pelayanan perawatan pada klien hipertermi.

d. Bagi Peneliti selanjutnya

(24)

xxiii BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar DHF

2.1.1 Pengertian DHF

Penyakit DHF adalah penyakit yang ditandai dengan demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas dan berlangsung terus menerus selama 2-7 hari, maifestasi perdarahan termasuk uji tourniquet positif, trombositopeni, dan hemokosentrasi (peningkatan hematocrit ≤20 %) (Andra saferi Wijaya, 2013).

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang banyak ditemukan di sebagian besar wilayah tropis dan subtropis, terutama asia tenggara, Amerika tengah, Amerika dan Karibia. Host alami DBD adalah manusia, agentnya adalah virus dengue yang termasuk ke dalam famili Flaviridae dan genus Flavivirus, terdiri dari 4 serotipe yaitu Den-1, Den-2, Den3 dan Den -41, ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi, khususnya nyamuk Aedes aegypti dan Ae. albopictus 2 yang terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia (Lestari, 2007).

Menurut Soedarto (2012) DHF ( Dengue haemorragic Fever ) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang dapat menyebabkan kematian dan disebabkan oleh empat serotipe virus dari genus Flavivirus,virus RNA dari keluarga Flaviviridae. Infeksi oleh satu serotipe virus dengue menyebabkan terjadinya kekebalan yang lama terhadap serotipe virus tersebut, dan kekebalan sementara dalam waktu pendek terhadap serotipe virus dengue lainnya. Pada waktu terjadi epidemic di dalam darah seorang penderita dapat beredar lebih dari satu serotype virus dengue.

Menurut Cris Tanto (2014) Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut akibat infeksi virus dengue, dengan manifestasi yang sangat bervariasi, mulai dari demam akut hingga sindrom renjatan yang dapat menyebabkan mordalitas.

2.1.2 Klasifikasi

Menurut Suriadi tahun 2010 (dikutip dalam Kurniawati 2016) derajat penyakit DHF di klasifiksikan menjadi 4 golongan, yaitu :

Derajat I : demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Uji tourniquet positif, trombositopenia dan hemokonsentrasi.

(25)

xxiv

Derajat III : ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (>120 x/mnt) tekanan nadi sempit (<120 mmHg).

Derajat IV : nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teratur.

2.1.3 Etiologi

Penyakit demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue yang termasuk kelompok B Arthood Borne Virus (Arboviroses) yang sekarang dikenal sebagai Flavivirus, family Flaviricae,dan mepunyai 4 jenis serotype yaitu : DEN-1, DEN-2,DEN-3,DEN-4. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi terhadap serotipe lain. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat (Hadinegoro, 2004). Dengan DEN-3 serotipe terbanyak, infeksi salah satu serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibody yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberkan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah epidemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia (Sudoyo Aru,dkk 2009. Dikutip dari buku NANDA Nic-Noc Jilid 1, 2016).

2.1.4 Tanda dan gejala

1. Mayor (Harus ada)

2. Suhu tubuh lebih tinggi dari 37,8 C secara oral atau 38,3 C. 3. Minor (Mungkin ada)

4. Kulit kemerah-merahan 5. Hangat pada saat disentuh

6. Peningkatan frekuensi pernafasan 7. Takikardi

8. Menggigil atau merinding 9. Dehidrasi

10.Rasa sakit dan nyeri yang spesifik atau menyeluruh (mis. Sakit kepala)

11.Malaise atau keletihan atau kelemahan 12.Kehilangan selera makan

(Linda Juall, 2006)

2.1.5 Patofisiologi

(26)

xxv

berbagai belahan dunia. Virus dengue masuk ke sirkulasi perifer manusia melalui gigitan nyamuk. Virus akan berada di dalam darah sejak fase akut / fase demam hingga klinis demam menghilang. Demam tersebut diakibatan oleh virus yang masuk melalui kulit yang terigigit nyamuk menyebabkan viremia yang dapat menstimulasi sel makrotag DMN untuk produksi pirogen endogen lalu masuk ke hipotalamus yang dapa mengacaukan termogulasi menjadikan pasien heiperpireksia sehingga dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh (hipertermi).

Secara klinis, perjalanan penyakit dengue dibagi menjadi tiga, yaitu fase demam (febrile), fase kritis, dan fase penyembuhan. Fase demam berlangsung pada demam hari ke-1 hingga ke 3, fase kritis terjadi pada dmam hari ke-3 hingga 7, dan fase penyembuhan terjadi setelah demam hari ke-6 sampai 7. Perjalanan penyakit tersebut menentukan dinamika perubahan tanda dan gejala klinis pada pasien dengan infeksi demam berdarah dengue (DBD).

Demam merupakan tanda utama infeksi dengue, terjadi mendadak tinggi, selama 2-7 hari. Demam juga disertai gejala konstitusional lainnya seperti lesu, tidak mau makan dan muntah. Pada DHF, terjadi peningkatan permeabilitas vascular yang menyebabkan kebocoran plasma ke jaringan, sedangkan pada demam dengue tidak terjadi ini. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan syok hipovolemi. Peningkatan permeabilitas vaskuler akan terjadi pada vase kritis dan berlangsung maksimal 48 jam. Hal tersebut yang menjadi alasan mengapa cairan diberikan maksimal 48 jam.

Patofisiologi primer DBD dan dengue syock syndrome (DSS) adalah peningkatan akut permeabilitas vaskuler yang mengarah ke kebocoran plasma ke dalam ruang ekstravaskuler, sehingga menimbulkan hemokonsentrasi dan penurunan tekanan darah. Pada kasus berat, volume plasma menurun lebih dari 20%, hal ini didukung penemuan post mortem meliputi efusi pleura, hemokonsentrasi dan hipoproteinemi.

Kebocoran plasma terjadi akibat disfungsi endotel serta peran kompleks dari system imun : monosit dan sel T, system kompelemen, serta produksi mediator inflamasi dan sitokin lainnya.

(27)

xxvi

Perdarahan tersebut terjadi pada organ ginjal suprarenalis. Kelenjar yang berada di atas ginal ini memproduksi hormon corticosteroid. Hormon ini meningkat empatkali lipat dari normal. Ia yang membantu mekanisme tubuh mengangkat dirinya sendiri dari ancaman syok, tetapi apabila kelenjar ini mengalami perdarahan sehingga fungsinya terganggu, produksi hormone penangkal syok tubuh akan berkurang. Kondisi itu yang menjadikan pasien lebih rentan masuk kedalam syok, oleh karena mekanisme pertahanan syok tubuhnya sudah kacau (Handrawan Nadesul, 2007).

2.1.6 Pathway

(28)
(29)

xxviii 2.1.7 Komplikasi

Komplikasi demam berdarah dengue menurut Chris Tanto (2014) dikutip dalam kurniawati tahun 2016.

1. Ensefalopati dengue : edema otak dan alkalosis. Dapat terjadi baik pada syok maupn tanpa syok.

2. Kelainan ginjal : akibat syok berkepanjangan. 3. Edema paru : akibat pemberian cairan berlebihan.

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang demam berdarah dengue menurut Chris Tanto (2014) dikutip dalam kurniawati tahun 2016 :

1. Laboratorium (sesuaikan dengan perjalanan penyakit) : pada hari ke-3 umumnya leukosit menurun atau normal, hematokrit, mulai meningkat (hemokonsentrasi), dan trombositopenia terjadi pada hari ke 3-7. Pada pemeriksaan jenis leukosit, ditemukan limfositosis (peningkatan 15%) mulai hari ke-3, ditandai adanya limfosit atipik.

2. Uji serologi : uji hemaglutinasi inhibisi dilakukan saat fase akut dan fase konvalesens.

1) Infeksi primer. Titer serum akut <1:20 dan serum konvalesens naik 4x atau lebih tetapi tidak melebihi 1:1280.

2) Infeksi sekunder. Titer serum akut <1:20 dan serum konvalesens 1:2560 atau serum akut 1:20 dan konvalesens naik 4x atau lebih. 3) Tersangka infeksi sekunder yang baru terjadi.

Titer serum akut 1:1280, serum konvalesens dapat lebih besar atau sama.

Pemeriksaan radiologis untuk mendeteksi adanya efusi pleura : Rontgen toraks posisi right lateral decubitus, USG.

2.1.9 Penatalaksanaan

Berdasarkan rekomendasi WHO 2011, prinsip umum terapi dengue ialah sebagai berikut :

Pada fase demam, dapat diberikan antipiretik + cairan rumatan / atau cairan oral apabila anak masih mau minum, pemantauan dilakukan setiap 12-24 jam.

a.1 Medikamentosa

(30)

xxix

saluran cerna kortikosteroid tidak diberikan, antibiotik diberikan untuk DBD ensefalopati.

a.2 Supportif Cairan

Cairan per oral + cairan intravena rumatan per hari + 5% deficit, diberikan untuk 48 jam atau lebih, kecepatan cairan IV disesuaikan dengan kecepatan kehilangan plasma, sesuai keadaan klinis, tanda vital, diuresis, dan hematokrit

Pemberian cairan kristaloid isotonic selama periode kritis, kecuali pada bayi usia < 6 bulan yang disarankan menggunakan Nacl 0,45%.

Penggunaan cairan koloid hiperonkotik, misalnya dekstran 40, dapat dipertimbangkan pada pasien dengan kebocoran plasma yang berat, dan tidak ada perbaikan yang adekuat setelah pemberian kristaloid.

Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan rumatan di tambah dengan 5% untuk dehidrasi. Jumlah tersebut hanya untuk menjaga agar volume intravascular dan sirkulasi tetap adekuat.

Durasi pemberian terapi, cairan intravena tidak boleh melebihi 24-48 jam pada kasus syok. Pada kasus tanpa syok, durasi terapi tidak lebih dari 60-72 jam.

Pada pasien obesitas, perhitungan volume cairan sebaiknya menggunakan berat badan ideal.

Pemberian cairan selalu disesuaikan dengan kondisi klinis. Kebutuhan cairan intravena pada anak berbeda dengan dewasa Pemberian tranfusi trombosit tidak direkomendasikan pada anak.

2.2 Konsep Hipertermi

2.2.1 Definisi

Suhu inti tubuh di atas kisaran normal di oral karena kegagalan termoregulasi (Nanda, 2015-2017).

Hipertermi adalah keadaan ketika individu mengalami atau beresiko mengalami kenaikan suhu tubuh 37,8 C (100 o

(31)

xxx 2.2.2 Macam-macam suhu

Macam-macam suhu tubuh menurut (Tamsuri Anas, 2007) :

1. Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C

2. Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 – 37,5°C 3. Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 – 40°C 4. Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C

Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikenal suhu inti (core temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial, toraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relatif konstan (sekitar 37°C). selain itu, ada suhu permukaan (surface temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan sub kutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20°C sampai 40°C.

2.2.3 Batasan karakteristik

1. Apnea

2. Bayi tidak dapat mempertahankan menyusu, pada dewasa nafsu makan berkurang

3. Gelisah 4. Hipotensi 5. Kejang 6. Koma

7. Kulit kemerahan 8. Kulit terasa hangat 9. Latergi

10.Postur abnormal 11.Stupor

12.Takikardi 13.Takipnea 14.Vasodilatasi (Nanda, 2015-2017)

2.2.4 Faktor yang berhubungan

1. Aktivitas berlebihan 2. Dehidrasi

3. Iskemia

4. Pakaian yang tidak sesuai 5. Peningkatan laju metabolism 6. Penurunan perspirasi

7. Penyakit 8. Sepsis

(32)

xxxi

10.Trauma (Nanda, 2015-2017)

2.2.5 Manifestasi Klinis

1. Gelisah (suhu lebih tinggi dari 37,8oC-40oC). 2. Kulit kemerahan

3. Hangat pada sentuhan

4. Peningkatan frekuensi pernafasan 5. Menggigi

(Nanda Nic-Noc jilid 1, 2013)

2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Klien DHF

2.3.1 Pengkajian

1. Identitas klien : terdiri dari nama, alamat, umur, status, diagnosa medis, tanggal MRS, keluarga yang dapat dihubungi, catatan kedatangan, no RM.

2. Riwayat kesehatan klien Keluhan utama

Biasanya pasien datang ke RS dengan keluhan demam lebih dari 3 hari, tidak mau makan, terdapat bintik merah pada tubuh. 3. Riwayat kesehatan sekarang

Suhu tubuh meningkat sehingga menggigil yang menyebabkan sakit kepala.

Tidak nafsu makan, mual muntah, sakit saat menelan, dan lemah. Nyeri otot dan persendian.

Konstipasi dan bisa juga diare.

Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor. Batuk ringan.

Mata terasa pegal, sering mengeluarkan air mata (lakrimasi), foto fobia.

Ruam pada kulit (kemerahan).

Perdarahan pada kulit ptekie, ekimosis, hematoma, dan perdarahan lain : epitaksis, hematemesis, hematuria, melena. 4. Riwayat kesehatan dahulu

5. Pernah menderita DHF 6. Riwayat kurang gizi

7. Riwayat aktivitas sehari-hari 8. Pola hidup (life style) 9. Riwayat kesehatan keluarga

10.Adanya penderita DHF dalam keluarga 11.Pemeriksaan fisik

(33)

xxxii

a. Tingkat kesadaran : komposmentis, apatis, somnolen, sopor, koma.

b. Keadaan umum : sakit ringan, sedang, berat.

c. Keadaan gizi : tinggi badan dan berat badan dengan gizi baik, sedang, buruk.

d. Tanda-tanda vital : suhu meningkat, tekanan darah pada DF & DHF dapat meningkat, sedangkan pada DSS dapat menurun, nadi pada DF & DHF takikardi, sedangkan pada DSS dapat menurun, nadi pada DSS dapat cepat dan lemah serta ada proses penyembuhan brakikardi, pernafasan dapat normal dan meningkat, pada DSS cepat dan dangkal.

e. Pengkajian sistem tubuh f. Pemeriksaan kulit dan kuku

a.1 Pemeriksaan kulit

Inspeksi : kebersihan, warna, pigmentasi,lesi/perlukaan, pucat, sianosis, dan ikterik.

Normal: kulit tidak ada ikterik/pucat/sianosis.

Palpasi : kelembapan, suhu permukaan kulit, tekstur, ketebalan, turgor kulit, dan edema.

Normal: lembab, turgor baik/elastic, tidak ada edema.

a.2 Pemeriksaan kuku

Inspeksi : kebersihan, bentuk, dan warna kuku

Normal: bersih, bentuk normaltidak ada tanda-tanda jari tabuh (clubbing finger), tidak ikterik/sianosis.

Palpasi : ketebalan kuku dan capillary refile ( pengisian kapiler ).

Normal: aliran darah kuku akan kembali < 3 detik.

a.3 Pemeriksaan kepala

Inspeksi : ukuran lingkar kepala, bentuk, kesimetrisan, adanya lesi atau tidak, kebersihan rambut dan kulit kepala, warna, rambut, jumlah dan distribusi rambut.

Normal: simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan gizi(rambut jagung dan kering)

(34)

xxxiii

Normal: tidak ada penonjolan /pembengkakan, rambut lebat dan kuat/tidak rapuh

a.3 Pemeriksaan wajah

Inspeksi : warna kulit, pigmentasi, bentuk, dan kesimetrisan.

Normal: warna sama dengan bagian tubuh lain, tidak pucat/ikterik, simetris.

Palpasi : nyeri tekan dahi, dan edema, pipi, dan rahang. Normal: tidak ada nyeri tekan dan edema.

Pemeriksaan mata

Inspeksi: bentuk, kesimestrisan, alis mata, bulu mata, kelopak mata, kesimestrisan, bola mata, warna konjunctiva dan sclera (anemis/ikterik), penggunaan kacamata / lensa kontak, dan respon terhadap cahaya.

Normal: simetris mata kika, simetris bola mata kika, warna konjungtiva pink, dan sclera berwarna putih.

Pemeriksaan telinga

Inspeksi : bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan, integritas, posisi telinga, warna, liang telinga (cerumen/tanda-tanda infeksi), alat bantu dengar.

Normal: bentuk dan posisi simetris kika, integritas kulit bagus, warna sama dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan alat bantu dengar.

Palpasi : nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan tragus Normal: tidak ada nyeri tekan.

Pemeriksan hidung dan sinus

Inspeksi : hidung eksternal (bentuk, ukuran, warna, kesimetrisan), rongga, hidung ( lesi, sekret, sumbatan, pendarahan), hidung internal (kemerahan, lesi, tanda2 infeksi)

Normal: simetris kika, warna sama dengan warna kulit lain, tidak ada lesi, tidak ada sumbatan, perdarahan dan tanda-tanda infeksi.

Palpasi frontalis dan maksilaris (bengkak, nyeri, dan septum deviasi)

Normal: tidak ada bengkak dan nyeri tekan. Pemeriksaan mulut dan bibir

Inspeksi struktur luar : warna mukosa mulut dan bibir, tekstur , lesi, dan stomatitis.

(35)

xxxiv

Inspeksi strukur dalam : gigi lengkap/penggunaan gigi palsu, perdarahan/ radang gusi, kesimetrisan, warna, posisi lidah, dan keadaan langit2.

Normal: gigi lengkap, tidak ada tanda-tanda gigi berlobang atau kerusakan gigi, tidak ada perdarahan atau radang gusi, lidah simetris, warna pink, langit2 utuh dan tidak ada tanda infeksi.

a.4 Pemeriksaan leher

Inspeksi leher: warna integritas, bentuk simetris, keselarasan trakea, dan benjolan pada dasar leher serta vena jugular dan arteri karotid.

Normal: warna sama dengan kulit lain, integritas kulit baik, bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjer gondok.

auskultasi arteri karotis: lokasi pulsasi

Normal: arteri karotis terdengar.

palpasi kelenjer tiroid (nodus/difus, pembesaran,batas, konsistensi, nyeri, gerakan/perlengketan pada kulit), kelenjar limfe (letak,

konsistensi, nyeri, pembesaran), kelenjer parotis (letak, terlihat/ teraba)

Normal: tidak teraba pembesaran kel.gondok, tidak ada nyeri, tidak ada pembesaran kel.limfe, tidak ada nyeri.

Auskultasi : bising pembuluh darah.

Pemeriksaan dada ( dada dan punggung)

Inspeksi : kesimetrisan, bentuk/postur dada, gerakan nafas (frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya pernafasan/penggunaan otot-otot bantu pernafasan), warna kulit, lesi, edema,

pembengkakan/ penonjolan.

Normal: simetris, bentuk dan postur normal, tidak ada tanda-tanda distress pernapasan, warna kulit sama dengan warna kulit lain, tidak ikterik/sianosis, tidak ada pembengkakan/penonjolan/edema

Palpasi: Simetris, pergerakan dada, massa dan lesi, nyeri, tractile fremitus.

(perawat berdiri dibelakang pasien, instruksikan pasien untuk

(36)

xxxv

melakukan perabaan dengan kedua telapak tangan pada punggung pasien.)

Normal: integritas kulit baik, tidak ada nyeri tekan/massa/tanda-tanda peradangan, ekspansi simetris, taktil vremitus cendrung sebelah kanan lebih teraba jelas.

Perkusi : paru, eksrusi diafragma (konsistensi dan bandingkan satu sisi dengan satu sisi lain pada tinggi yang sama dengan pola

berjenjang sisi ke sisi)

Normal: resonan (“dug dug dug”), jika bagian padat lebih daripada bagian udara=pekak (“bleg bleg bleg”), jika bagian udara lebih besar dari bagian padat=hiperesonan (“deng deng deng”), batas

jantung=bunyi rensonan----hilang>>redup.

Auskultasi : suara nafas, trachea, bronchus, paru. (dengarkan dengan menggunakan stetoskop di lapang paru kika, di RIC 1 dan 2, di atas manubrium dan di atas trachea)

Normal: bunyi napas vesikuler, bronchovesikuler, brochial, tracheal.

Sistem kardiovaskuler

Inspeksi : Muka bibir, konjungtiva, vena jugularis, arteri karotis

Palpasi : denyutan

Normal untuk inspeksi dan palpasi: denyutan aorta teraba.

Perkusi : ukuran, bentuk, dan batas jantung (lakukan dari arah samping ke tengah dada, dan dari atas ke bawah sampai bunyi redup)

Normal: batas jantung: tidak lebih dari 4,7,10 cm ke arah kiri dari garis mid sterna, pada RIC 4,5,dan 8.

Auskultasi : bunyi jantung, arteri karotis. (gunakan bagian diafragma dan bell dari stetoskop untuk mendengarkan bunyi jantung.

Normal: terdengar bunyi jantung I/S1 (lub) dan bunyi jantung II/S2 (dub), tidak ada bunyi jantung tambahan (S3 atau S4).

a.5 Dada dan aksila

(37)

xxxvi

Palpasi dada : Bentuk, simetris, ukuran, aerola, putting, dan penyebaran vena

palpasi aksila : nyeri, perbesaran nodus limfe, konsistensi.

Pemeriksaan Abdomen (Perut)

Inspeksi : kuadran dan simetris, contour, warna kulit, lesi, scar, ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan umbilicus, dan gerakan dinding perut.

Normal: simetris kika, warna dengan warna kulit lain, tidak ikterik tidak terdapat ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan umbilicus.

Auskultasi : suara peristaltik (bising usus) di semua kuadran (bagian diafragma dari stetoskop) dan suara pembuluh darah dan friction rub :aorta, a.renalis, a. illiaka (bagian bell).

Normal: suara peristaltic terdengar setiap 5-20x/dtk, terdengar denyutan arteri renalis, arteri iliaka dan aorta.

Perkusi semua kuadran : mulai dari kuadran kanan atas bergerak searah jarum jam, perhatikan jika klien merasa nyeri dan bagaiman kualitas bunyinya.

Perkusi hepar : Batas

Perkusi Limfa : ukuran dan batas

Perkusi ginjal : nyeri

Normal: timpani, bila hepar dan limfa membesar=redup dan apabila banyak cairan = hipertimpani

Palpasi semua kuadran (hepar, limfa, ginjal kiri dan kanan): massa, karakteristik organ, adanya asistes, nyeri irregular, lokasi, dan nyeri.dengan cara perawat menghangatkan tangan terlebih dahulu

Normal: tidak teraba penonjolan tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa dan penumpukan cairan

a.6 Pemeriksaan ekstermitas atas (bahu, siku, tangan)

(38)

xxxvii

Normal: simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan otot penuh.

Palapasi : denyutan a.brachialis dan a. radialis .

Normal: teraba jelas

Tes reflex : tendon trisep, bisep, dan brachioradialis.

Normal: reflek bisep dan trisep positif

a.7 Pemeriksaan ekstermitas bawah (panggul, lutut, pergelangan kaki dan telapak kaki)

Inspeksi struktur muskuloskletal : simetris dan pergerakan, integritas kulit, posisi dan letak, ROM, kekuatan dan tonus otot

Normal : simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan otot penuh

Palpasi : a. femoralis, a. poplitea, a. dorsalis pedis: denyutan

Normal: teraba jelas

Tes reflex :tendon patella dan archilles.

Normal: reflex patella dan archiles positif

a.8 Pemeriksaan genitalia (alat genital, anus, rectum)

Wanita:

Inspeksi genitalia eksternal: mukosa kulit, integritas kulit, contour simetris, edema, pengeluaran.

Normal: bersih, mukosa lembab, integritas kulit baik, semetris tidak ada edema dan tanda-tanda infeksi (pengeluaran pus /bau)

Inspeksi vagina dan servik : integritas kulit, massa, pengeluaran

Palpasi vagina, uterus dan ovarium: letak ukuran, konsistensi dan, massa

Pemeriksaan anus dan rectum: feses, nyeri, massa edema, haemoroid, fistula ani pengeluaran dan perdarahan.

(39)

xxxviii Pria:

Inspeksi : Integritas kulit, massa dan pengeluaran

Normal: integritas kulit baik, tidak ada masa atau pembengkakan, tidak ada pengeluaran pus atau darah

Inspeksi skrotum: integritas kulit, ukuran dan bentuk, turunan testes dan mobilitas, massa, nyeri dan tonjolan

Pemeriksaan anus dan rectum : feses, nyeri, massa, edema, hemoroid, fistula ani, pengeluaran dan perdarahan.

Normal: tidak ada nyeri , tidak terdapat edema / hemoroid/ polip/ tanda-tanda infeksi dan pendarahan (Rohmad Adi Candra, 2013).

a.9 Pemeriksaan penunjang

Darah

Leukositopenia/lekositosis (N: 5000-10.000 ul) Trombositopenia (N: 150.000-400.000 ul)

Hematokrit meningkat (N: laki-laki 40-54%, perempuan 36-46%) Hb menurun (N: 14-16 gr/dl, perempuan 12-16 gr/dl)

Hiponatremia 135-147 meq/l) Hipokloremia (N: 100-106 meq/l)

SGPT/SGOT, ureum dan pH darah meningkat N: SGPT/SGOT < 12 U/l

N: ureum 20-40 mg/dl N: pH 7,38-7,44 Urin

Albuminuria ringan (N: 4-5,2 g/dl) Uji serologis

Uji hemaglutinasi inhibisi (Hl Test) Uji komplemen fiksasi (CF Test) Uji neutralisasi (Nt Test)

Igm ELISA (Mac ELISA) IgG ELISA

(40)

xxxix 2.3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi penyakit. 2. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

perdarahan.

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi kurang dan nafsu makan menurun.

4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan dehidrasi. 5. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses

infeksi virus (virumia). (Andra & Yessie, 2013)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam studi kasus ini adalah studi untuk mengeksplor masalah asuhan keperawatan pada klien yang mengalami DHF dengan masalah keperawatan hipertermi di ruang melati RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.

3.2 Batasan Istilah

Batasan istilah dalam studi kasus ini adalah :

Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang ditandai dengan demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas dan berlangsung terus menerus selama 2-7 hari, manifestasi perdarahan termasuk uji tourniquet positif, trombositopeni, dan hemokosentrasi (peningkatan

hematocrit ≤20 %) (Andra saferi Wijaya, 2013).

Menurut Suriadi, 2010 DHF Derajat II adalah sama dengan derajat I, ditambah gejala perdarahan spontan pada kulit dan atau perdaraha kulit lainnya.

(41)

xl

Asuhan Keperawatan

Menurut Ali (2009) dikutip dalam CM Imelda tahun 2015 menyatakan bahwa asuhan keperawatan adalah merupakan suatu tindakan kegiatan atau proses dalam praktik keperawatan serta rangkaian kegiatan yang diberikan secara langsung kepada klien yang pelakasanaannya berdasarkan kaidah profesi keperawatan dan merupakan inti praktik keperawatan untuk memenuhi kebutuhan objektif klien sehingga dapat mengatasi masalah yang sedang dihadapinya, dan asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah ilmu keperawatan.

3.3 Partisipan

Unit analisis atau partisipan dalam studi kasus ini adalah klien. Subjek yang digunakan adalah 2 klien (2 kasus) dengan diagnosa medis demam berdarah dengue dan masalah keperawatan hipertermi.

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.4.1 Lokasi

Studi kasus dilaksanakan di ruang Melati RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.

3.4.2 Waktu

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari – April 2018.

3.5 Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penyusunan studi kasus ini adalah

1. Wawancara (hasil anamnesis berisi tentang identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang-dulu-keluarga dll). Sumber data dari klien, keluarga, perawat lainnya).

2. Observasi dan pemeriksaan fisik (dengan pendekatan IPPA : inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi) pada system tubuh klien. 3. Studi dokumentasi dan angket (hasil dari pemeriksaan diagnostic

dan data lain yang relevan).

(42)

xli 3.6 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam studi kasus ini dilakukan dengan Memperpanjang waktu pengamatan tindakan. Sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber data utama yaitu klien, perawat dan keluarga klien yang berkaitan masalah yang diteliti.

3.7 Analisa Data

Urutan dalam analisis adalah

1. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dokumen).

2. Mereduksi Data

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan dijadikan satu dalam bentuk transkip dan dikelompokkan menjadi data subjektif dan objektif, dianalis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan nilai normal.

3. Penyajian Data

Penyajian data dapat dilakukan dengan table, gambar, bagan maupun teks naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari klien. Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi.

3.8 Etik Penelitian

Menurut kvale tahun 2011 (dikutip dalam Yati Afiyanti & Imami Nur Rachmawati, 2014) dicantumkan etika yang mendasari penyusunan studi kasus, terdiri dari

1. Konsekuensi Beneficience/ Manfaat Peneliti

Membuat hasil penelitian ini bermanfaat atau memiliki konstribusi memberikan manfaat pada para partisipan. Dengan cara melalui suatu penelitian atau ungkapan langsung yang dapat bermanfaat untuk para partisipan secara individu maupun kelompok yang memiliki kondisi yang sama dengan partisipan yang sedang diteliti.

(43)

xlii

Memberikan bentuk persetujuan antara responden studi kasus dengan

memberikan lembar persetujuan. Tujuan Informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan studi kasus. Untuk memperoleh ketersediaan kelengkapan informasi tentang penelitian yang akan dilakukan. Informed consent sering kali menjadi masalah ketika partisipan tidak dapat memperoleh penjelasan yang lengkap di awal penelitian karena sifat dari penelitian kualitatif yang tentative dan eksploratorif.

3. Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika studi kasus merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek studi kasus dengan cara memberikan atau menempatkan nama responden dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil studi yang akan disajikan. Pentingnya penyamaran identitas partisipan karena di dalam studi kasus tersebut terdapat deskripsi yang rinci tentang partisipan selama proses penelitian.

4. Confidentiality (kerahasiaan)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan peneliti studi kasus. Hal tersebut untuk mengantisipasi masalah-masalah yang bersifat legal berkenaan dengan perlindungan indentitas partisipan.

5. Konsekuensi Resiko atau Ketidak nyamanan partisipan

Posisi partisipan merupakan individu atau kelompok yang rentan dapat membuat mereka berfikir bahwa keikutsertaan dalam penelitian adalah suatu keharusan padahal mereka tidak

menginginkannya. Dengan hal tersebut peneliti harus meminimalkan resiko bahaya atau ketidaknyamanan partisipan saat menyampaikan informasi pribadinya.

6. Peran peneliti

(44)

xliii

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Gambaran Lokasi dan Pengambilan Data

Lokasi yang digunakan dalam penyusunan KTI studi Kasus serta pengambilan data adalah di Ruang Melati RSUD Bangil Pasuruan yang terakreditasi Paripurna dengan jumlah tempat tidur

inapsebanyak 200. Di ruang Melati terdapat 16 ruang dengan kapasitas ruangan terdiri dari 103 tempat tidur yang dilengkapi dengan tempat tidur matras, bed side cabinet, kipas angin, kamar mandi dalam, serta ruang khusus untuk laki-laki di sediakan 7

ruangan sedangkan ruang khusus perempuan terdapat 4 ruang.Lokasi ini beralamat di Jln Raya Raci-Bangil, Pasuruan.

4.1.2 Pengkajian

Identitas klien

Tabel 4.1 Identitas klien

IDENTITAS

25 Februari 2018

27 Februari 2018 10.20 WIB

Sukorejo, Pasuruan Jawa

03 Maret 2018

06 Maret 2018 22.10 WIB

003220xx

Demam Berdarah Dengue

(45)

38

Riwayat Penyakit

Tabel 4.2 Riwayat Penyakit RIWAYAT demam sejak tanggal 19 februari 2018 hari jumat dan di rawat di puskesmas

Ngemplak, tanggal 22 hari senin. pagi demam reda dan tgl 24 rabu mulai demam lagi , tgl 25 hari 99%, RR: 21x/menit, di IGD klien

disarankan oleh dokter untuk rawat inap dan pada tanggal 25 Februari 2018 jam 10.20 WIB

dipindahkan ke ruang Melati RSUD Bangil.

Klien mengatakan bahwa klien tidak mempunyai penyakit yang diderita, tidak pernah operasi dan klien tidak demam sudah sejak tanggal 27 februari hari selasa pagi, tgl 01 maret hari kamis pagi demam reda dan tgl 3 maret klien demam lagi disertai muntah dan mimisan 1 kali dan akhirnya di bawa ke puskesmas Sidogiri dan langsung

dirujuk ke D Bangil, Pasuruan dengan kesadaran compos mentis TD: 90 80 mmHg : 39.3

(46)

39

Perubahan pola kesehatan

Tabel 4.3 Perubahan pola kesehatan

POLA

Makan 2x sehari (nasi, lauk, sayur) Minum 7 gelas/hari BAB 1x/hari BAK 7x/hari Selama di rumah pasien istirahat siang 4 jam , malam 6 jam

Kuliah, bekerja

Makan 3x sehari (nasi, lauk, sayur) Minum 7 gelas/hari BAB 1x/hari BAK 6x/hari Selama di rumah pasien isirahat siang 3-4 jam , malam 6 jam

Selama di RS pasien hanya di atas tempat tidurnya

Makan 3x sehari ½ porsi.

Minum 4 gelas/hari. Selama di RS pasien BAB 1x/hari, BAK 3x/hari.

Selama di RS pasien istirahat siang 3 jam, malam 9 jam

Selama di RS pasien hanya di atas tempat tidurnya

Makan 3x sehari ½ porsi.

Minum 4 gelas/hari. Selama di RS pasien BAB 1x/hari, BAK 3x/hari.

Selama di RS pasien istirahat siang 3 jam, malam 9 jam

Pemeriksaan fisik

Tabel 4.4 Pemeriksaan fisik Obse

Inspeksi : kebersihan kulit baik, kulit tidak ada

39.3 C

(47)

40 sianosis, teraba panas Palpasi : kering, turgor baik/elastis, tidak ada edema

Kuku

Inspeksi :bersih, bentuk

normaltidak ada tanda-tanda jari tabuh (clubbing finger), tidak ikterik/sianosis.

Palpasi :aliran darah kuku kembali < 3 detik.

Inspeksi : simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan gizi(rambut jagung dan kering)

Palpasi : tidak ada penonjolan /pembengkakan, rambut lebat dan kuat/tidak rapuh.

Inspeksi : warna sama dengan bagian tubuh lain, tidak pucat/ikterik, simetris.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan edema.

Inspeksi : simetris mata kiri kanan, simetris bola mata kiri kanan, warna konjungtiva pucat, dan sclera berwarna putih. Inspeksi : bentuk dan posisi simetris kiri kanan, integritas kulit bagus, warna sama dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan alat bantu dengar. Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Inspeksi : simetris kiri kanan, warna sama dengan warna kulit lain, tidak ada lesi, tidak ada

ikterik/pucat ataupun sianosis, teraba panas Palpasi : kering, turgor baik/elastis, tidak ada edema

Kuku

Inspeksi : bersih, bentuk normaltidak ada tanda-tanda jari tabuh (clubbing finger), tidak ikterik/sianosis.

Palpasi : aliran darah kuku kembali < 3 detik. Inspeksi : simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan gizi(rambut jagung dan kering)

Palpasi : tidak ada penonjolan /pembengkakan, rambut lebat dan kuat/tidak rapuh.

Inspeksi : warna sama dengan bagian tubuh lain, tidak pucat/ikterik, simetris.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan edema. Inspeksi : simetris mata kiri kanan, simetris bola mata kiri kanan, warna konjungtiva pucat, dan sclera berwarna putih. Inspeksi : bentuk dan posisi simetris kiri kanan, integritas kulit bagus, warna sama dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan alat bantu dengar. Palpasi : tidak ada nyeri tekan

(48)

41 dan tanda-tanda infeksi. Palpasi dan perkusi : tidak ada bengkak dan nyeri tekan

Inspeksi dan palpasi struktur luar : warna mukosa mulut kering dan bibir kering, tidak ada lesi dan stomatitis.

Inspeksi dan palpasi struktur luar : gigi lengkap, tidak ada tanda-tanda gigi berlobang atau kerusakan gigi, tidak ada

perdarahan atau radang gusi, lidah simetris, warna pink, langit-langit utuh dan tidak ada tanda infeksi.

Inspeksi : warna sama dengan kulit lain, integritas kulit baik, bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjer gondok.

Inspeksi dan palpasi kelenjar tiroid : tidak teraba pembesaran kelenjar gondok, tidak ada nyeri, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada nyeri.

Inspeksi : simetris, bentuk dan postur normal, tidak ada tanda-tanda distress pernapasan, warna kulit sama dengan warna kulit lain, tidak ikterik/sianosis, tidak ada

pembengkakan/penonjolan/edema

Palpasi : integritas kulit baik, tidak ada nyeri tekan massa ataupun tanda-tanda peradangan, ekspansi simetris

Perkusi: resonan

Auskultasi: bunyi napas vesikuler.

tanda-tanda infeksi. Palpasi dan perkusi : tidak ada bengkak dan nyeri tekan

Inspeksi : warna mukosa mulut dan bibir kering, tidak ada lesi dan stomatitis.

Inspeksi dan palpasi struktur luar : gigi lengkap, tidak ada tanda-tanda gigi berlobang atau kerusakan gigi, tidak ada

perdarahan atau radang gusi, lidah simetris, warnamerah muda, langit-langit utuh dan tidak ada tanda infeksi.

Inspeksi : warna sama dengan kulit lain, integritas kulit baik, bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjer gondok.

Inspeksi dan palpasi kelenjar

Tiroid : tidak teraba pembesaran kelenjar gondok, tidak ada nyeri, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada nyeri.

Inspeksi : simetris, bentuk dan postur normal, tidak ada tanda-tanda distress pernapasan, warna kulit sama dengan warna kulit lain, tidak ikterik/sianosis, tidak ada

pembengkakan/penonjolan/edema

Palpasi : integritas kulit baik, tidak ada nyeri

tekan/massa/tanda-tanda peradangan, ekspansi simetris

Perkusi: resonan

(49)

42 Leher

dada( dada dan punggung)

Inspeksi : tidak ada tanda-tanda sulit nafas, konjungtiva pink.

Palpasi :denyutan aorta teraba.

Inspeksi dada: Integritas kulit ikterik

Palpasi dada: Bentuk, simetris, ukuran, tidak ada nyeri tekan.

Inspeksi : tidak ada pembesaran nodus limfe.

palpasi : tidak nyeri

Inspeksi : simetris kiri kanan, warna dengan warna kulit lain, tidak ikterik, distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan umbilikus.

Auskultasi : suara peristaltik terdengar setiap 12 x/dtk,

Palpasi : semua kuadran (hepar, limfa, ginjal kiri dan kanan) :tidak teraba penonjolan , ada nyeri tekan pada hepar dengan skala nyeri 4, tidak ada massa dan penumpukan cairan.

Inspeksi struktur muskuloskletal :

simetris kiri kanan, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan otot penuh.

5 5

5 5

Inspeksi: simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan otot penuh

Perempuan :

Inspeksi : tidakada tanda-tanda sulit nafas, konjungtiva pink.

Palpasi:denyutan aorta teraba.

Inspeksi dada: Integritas kulit ikterik

Palpasi dada: Bentuk, simetris, ukuran, tidak ada nyeri tekan.

Inspeksi : tidak ada pembesaran nodus limfe.

Palpasi : tidak nyeri

Inspeksi : simetris kiri kanan, warna dengan warna kulit lain, tidak ikterik, distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan umbilikus.

Auskultasi : suara peristaltik terdengar setiap 10 x/dtk,

Palpasi semua kuadran (hepar, limfa, ginjal kiri dan kanan) :tidak teraba penonjolan, ada nyeri tekan pada hepar skala nyeri 6, tidak ada massa dan penumpukan cairan.

Inspeksi struktur muskuloskletal :simetris kiri kanan, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan otot penuh.

5 5

5 5

Inspeksi: simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan otot penuh

Perempuan :

Inspeksi: tidak terkaji

Inspeksi dan palpassi skrotum: tidak terkaji

(50)

43 kardiovaskule

r

Dada dan aksila

Abdomen (Perut)

Inspeksi: tida terkaji

Inspeksi dan palpassi skrotum: tidak terkaji

Pemeriksaan anus dan rectum :

tidak ada nyeri , tidak terdapat edema / hemoroid/ polip/ tanda-tanda infeksi dan pendarahan.

(51)

44

Hasil pemeriksaan dan diagnostic Tabel 4.5 Hasil pemeriksaan

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Klien 1

Tabel 4.6 Terapi Obat

Klien

Klien 1

26 Februari 2018

Infus asering 20 tpm

27 Februari 2018

Infus asering 18 tpm

28 Februari 2018

(52)

45

Klien 2

Injeksi antrain 3x1 g (IV), ondansentron 2x4 mg (IV) dan

memberikan infus asering 28 Tpm (IV)

Obat oral : trolit 1x1 sachet, sanmol 3x500 g

Infus asering 28 tpm (IV)

injeksi santagesik 3x1g, ondansentron 2x4 mg, Omeprazole 1x40 mg, obat oral sukralfat 3x1 cth

Obat oral : trolit 1x1 sachet, sanmol 3x500g

Infus asering 21 tpm (IV)

Injeksi ondansentron 2x4 mg, Omeprazole 1x40 mg, obat oral sukralfat 3x1 cth, trolit 1x1 sachet, pamol 3x500 g, omeprazole 2x20 mg

Injeksi dexametaxon 2x1 mg

Obat oral : omeprazole 2x20 mg

Infus asering 20 tpm

Injeksi dexametaxon 2x1mg

4.1.4 Analisa Data

Tabel 4.7 Analisa Data

Analisa data Etiologi Masalah

Klien 1

Ds : klien mengatakan mengalami demam sudah 4 hari. Do : k/u cukup Suhu tubuh tinggi Kulit teraba panas Mukosa mulut kering TTV

Masuk dalam darah

Sistem imun

Merangsang pusat pengatur suhu

Demam

(53)

46 GCS :4-5-6

Klien 2

Ds : klien mengatakan mengalami demam sudah 3 hari. Do : k/u cukup Suhu tubuh tinggi Kulit teraba panas Mukosa mulut kering TTV

Masuk dalam darah

Sistem imun

Tabel 4.8 Diagnosa Keperawatan

Data Etiologi (penyebab

+ tanda dan gejala)

Problem (masalah)

Klien 1

Ds : klien mengatakan mengalami demam sudah 4 hari. Do : k/u cukup Suhu tubuh tinggi Kulit teraba panas Mukosa mulut kering TTV

Masuk dalam darah

(54)

47 Klien 2

Ds : klien mengatakan mengalami demam sudah 3 hari. Do : k/u cukup Suhu tubuh tinggi Kulit teraba panas Mukosa mulut kering TTV

Masuk dalam darah

Sistem imun

Merangsang pusat pengatur suhu

Demam

4.1.6 Perencanaan

Tabel 4.9 Perencanaan Diagnosis selama 3x24 jam, klien kulit dan tidak ada pusing

(55)

48 selama 1x24 jam, klien kulit dan tidak ada pusing dan suhu kulit Monitor umumnya lebih besar dari 39,5-40 C pada natrium klorida dan kalium yang berlebihan

Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk adanya infeksi umum

(56)

49 umumnya lebih besar dari 39,5-40 C pada natrium klorida dan kalium yang berlebihan

Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk adanya infeksi umum

Pelaksanaan

Tabel 4.10 Pelaksanaan

Diagnosa keperawatan

Hari/tanggal Waktu Implementasi

Klien 1

Kesadaran : composmentis

Mengompres klien pada tengkuk dan aksiladengan kompres hangat

(57)

50

Menganjurkan klien minum yang cukup

Menganjurkan supaya tidak memakai pakian atau selimut yang tebal

Melakukan injeksi antrain 1 g (IV), ondansentron 4 mg (IV)intravena dan memberikan infus asering 28 Tpm (IV)

Mengobservasi tanda-tanda

Mengompres klien pada tengkuk dan aksila dengan kompres hangat

Memberi penjelasan tentang penyebab demam

Menganjurkan klien minum yang cukup

Menganjurkan supaya tidak memakai pakian atau selimut yang tebal

Melakukan injeksi santagesik 1g, ondansentron 4 mg, Omeprazole 40 mg, obat oral sukralfat 1 cth dan infus asering 21 tpm (IV)

Mengobservasi tanda-tanda vital (TD, Nadi, RR, Suhu)

: 37,9 C

(58)

51

Rabu /28 Februari 2018

Kesadaran : composmentis

Mengompres klien pada tengkuk dan aksila dengan kompres hangat

Memberi penjelasan tentang penyebab demam

Menganjurkan klien minum yang cukup

Menganjurkan supaya tidak memakai pakian atau selimut yang tebal

Melakukan infus asering 18 tpm (IV) dan memberikan obat oral trolit 1 sachet, sanmol 500 g

Kesadaran : composmentis

Mengompres klien pada tengkuk dan aksila jika mulai demam lagi dengan kompres hangat

Memberi penjelasan tentang penyebab demam

Menganjurkan klien minum yang cukup

(59)

52

Melakukan injeksi intravena santagesik 1 g (IV),

ondansentron 4 mg (IV), omeprazole 40 mg (IV) dan memberikan obat oral sukralfat 1 cth (Oral)

Kesadaran : composmentis

Mengompres klien pada tengkuk dan aksila dengan kompres hangat dengan kompres hangat

Memberi penjelasan tentang penyebab demam

Menganjurkan klien minum yang cukup

Menganjurkan supaya tidak memakai pakian atau selimut yang tebal

Melakukan injeksi intravena dexamethaxone1-0-1(IV)dan memberikan obat oral omeprazole 20 mg

Mengobservasi tanda-tanda vital (TD, Nadi, RR, Suhu)

: 39,6 C

N : 85x/menit

(60)

53 Klien 2

Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

Kamis / 08 maret 2018

09.30

WIB

09.40 WIB

08.10 WIB

08.50

WIB

09.10 WIB

09.30 WIB

09.40

WIB

RR :20x/menit

GCS :4-5-6

Kesadaran : composmentis

Mengompres klien pada tengkuk dan aksila dengan kompres hangat

Memberi penjelasan tentang penyebab demam

Menganjurkan klien minum yang cukup

Menganjurkan supaya tidak memakai pakian atau selimut yang tebal

(61)

54 Evaluasi

Tabel 4.11 Evaluasi

Evaluasi

S : klien mengatakan demam

S : klien mengatakan demam

S : klien mengatakan masih demam

A : masalah teratasi sebagian

P : intervensi di lanjutkan 1,2,3,4,5,6,7,8,9

S : klien mengatakan demam

S : klien mengatakan masih demam

A : masalah teratasi sebagian

P : intervensi di lanjutkan 1,2,3,4,5,6,7,8,9

(62)

55

A : masalah teratasi sebagian

A : masalah teratasi sebagian

P : intervensi di lanjutkan 1,2,3,4,5,6,7,8,9

4.2 Pembahasan

Pada bab ini berisi perbandingan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus yang disajikan untuk menjawab tujuan khusus. Setiap temuan perbedaan diuraikan dengan konsep. Pembahasan disusun sesuai dengan khusus.Pembahasan berisi tentang mengapa (Why) dan bagaimana (How). Urutan penulisan

berdasarkan paragraph adalah F-O-T (Fakta-Opini-Teori), isi pembahasan sesuai dengan tujuan khusus yaitu :

4.2.1 Pengkajian

Pada tinjauan kasus pengkajian yang dilakukan peneliti pada Sdri.B dan Sdri.N yang sama-sama mengalami hipertermi dengan adanya keluhan utama pada Sdri. B yaitu demam mulai S:40 C, sedangkan pada Sdr. B keluhan

utamanya yaitu demam mulai tangga 19 Februari 2018 : 39.3 C, : 80x menit, TD: 80/90 mmHg, RR: 20 x/menit, suhu naik turun, mukosa mulut kering, kulit teraba panas,panas.

Gambar

Gambar 2.1 : Sumber (Riyawan, 2013)
Tabel 4.1 Identitas klien
Tabel 4.2 Riwayat Penyakit
Tabel 4.3 Perubahan pola kesehatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

locus of control pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa; (2) ada pengaruh kultur keluarga pada hubungan antar kecerdasan emosional dengan

Industri genteng sebagai salah satu industri yang ada di Jawa Barat dan sebagai salah satu komoditi unggulan yang dikembangkan di Kabupaten Majalengka merupakan sektor industri

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) adalah pembelajaran antara tenaga Pendidik dan Peserta Didik yang dilakukan secara jarak jauh dalam berbagai bentuk, modus, dan cakupan yang

Melalui tanya jawab guru, siswa dapat menyampaikan pesan yang diterima melalui telepon dengan tepat.. Melalui pemberian tugas percakapan bertelepon menggunakan media,

Allah SWT yang telah melimpahkan berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini, semoga skripsi dengan judul “ Implementasi Pembelajaran

Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Melalui Permainan Ular Tangga Akuntansi terhadap Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran Hitung Dagang (Studi Pada Sekolah

adalah sulit mengatur waktu karena beban pekerjaan yang begitu banyak dan harus diselesaikan dalam waktu yang bersamaan, kurangnya pengetahuan dan pemahaman

Persepsi kemanfaatan, persepsi kemudahan, dan kepuasan wajib pajak berpengaruh positif dan signifikan pada penerapan sistem e-filing terhadap kepatuhan pelaporan SPT