• Tidak ada hasil yang ditemukan

70

: 1

1

H (persentase ketuntasan belajar pada kemampuan pemecahan

masalah siswa kelas VIII pengenalan perangkat lunak pengolah kata dengan model pembelajaran kooperatif Think Talk Write lebih dari atau sama dengan 70%)

Dari 33 jumla siswa kelas ekperimen yang mendapat nilai tuntas sebanyak

28 anak sehingga X=28,

n

=33, dan didapat rata-rata 0,849

n x

. Statistik

yang digunkan adalah statistik z dengan kriteria tolak H0 jika

zz

(0,5 –α).

Dari hasil analisis diperoleh nilai

z= 1,861. Dengan α = 5%, didapat z

(0,5 –α) = 1,64 di mana

z

(0,5 –α) didapat dari daftar distribusi normal baku dengan

peluang (0,5 – ). Karena

zz

(0,5 –α)

1,861≥1,64, maka H0 ditolak dan

H1 diterima, artinya persentase ketuntasan belajar pada kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII pengenalan perangkat lunak pengolah kata dengan model pembelajaran kooperatif Think Talk Write lebih dari atau sama dengan 70%. Jadi model pembelajaran ini dapat dikatakan efektif karena penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write dapat dilasanakan di SMP Negeri 01 Ngrampal dengan jumlah persentase siswa yang mencapai nilai KKM mencapai 70% sesuai dengan hipotesis. Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 27.

B. Pembahasan

Hal pertama yang dilakukan sebelum melaukan penelitian yaitu memilih sampel penelitian, sampel didapat dengan melakukan analisis tahap awal dari

semua data hasil ulangan harian siswa kelas VIII dari kelas VIII-A sampai dengan kelas VIII-E. Setelah data dianalisis didapati bahwa sampel ternyata berasal dari kondisi yang sama yaitu berdistribusi normal dan mempunyai varians yang homogen. Kemudian dipilih secara acak kelas VIII-B sebagai kelas eksperimen yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif Think Talk Write dan kelas VIII-A sebagai kelas kontrol yang diberi pembelajaran seperti biasanya yang diberikan oleh guru mapel.

Kelas eksperimen diberi perlakukan dengan model pembelajaran koopertaif Tipe Think Talk Write (TTW), dimana dalam pelaksanaanya model pembelajaran kooperatif Think Talk Write menuntut siswa untuk aktif dan mandiri. Guru berperan sebagai media atau penengah dalam pembelajaran. Siswa saling berdiskusi dengan temen atau kelompo mereka dimana kegiatan ini akan menambah wawasan siswa secara tidak langsung hal ini sesuai denga teori belajar Vygotsky yang membagi tingkat perkembangan potensial salah satunya adalah

more dependence to other stage”, dimana dalam tahap ini kinerja dari siswa akan mendapat banyak bantuan dari pihak lain seperti teman-teman , guru, maupun orang tua. Dari teori tersebut diambil simpulan dalam tahap belajar dengan interaksi sosial dalam bentuk kelompok kecil dapat merangsang kecerasan siswa.

Pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write pada tahap awal guru menjelaskan tata cara dari pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Think Talk Write. Kemudian guru menjelakan sedikit tentang materi pengenalan program aplikasi pengolah kata dan bertanya

jawab akan perkembangan dari teknologi saat ini, pada tahap ini siswa membuat catatan kecil ketika mereka mendengarkan penjelasan dari guru mereka (Think). Tahap berikutnya yaitu tahap Talk, sebelum masuk pada tahap ini siswa dibuat kelompok-kelompok yang beranggotakan 4-5 anak. Sebelum siswa bekumpul dengan kelompok mereka guru memberikan beberapa permasalahan yang akan didiskusikan pada kelompok mereka. Pada tahap ini siswa akan mendapatkan masukan informasi dari masing-masing ndividu pada kelompok mereka, tahap ini akan menambah pengetahuan dari siswa dan menyamakan pengetahuan siswa, karena mereka akan saling tukar informasi jadi siswa yang mulanya tidak tahu akan permasalahan yang sedang didiskusikan akan mengetahui atau mendapat jawaban dari siswa yang tahu akan jawaban tersebut. Pada tahap ini setiap kelompok harus membuat catatan hasil atau simpulan dari apa yang telah mereka diskusikan peran guru pada tahap ini hanya sebagai mediator lingkungan. Setelah simpulan ditulis dari masing-masing kelompok, perwakilan dari setiap kelompok untuk mengutarakan hasil diskusi mereka didepan kelas. Tahap ini juga mengajarkan siswa untuk percaya diri dalam mengutarakan pendapat mereka. Siswa juga akan saling berargumen dengan anggota kelompok yang lain, pada tahap ini guru dapat menilai siswa mana saja yang aktif dalam diskusi. Tahap terakhir pada pembelajaran ini yaitu tahap Write, tahap ini setiap siswa diwajibkan untuk menarik kesimpulan dari diskusi besar dalam kelas dan menuliskan hasil simpulan tersebut. Kemudian guru memberikan penjelasan atau membenarkan dari hasil diskusi yang telah dilakukan dikelas tadi.

Pada kelas kontrol siswa diberikan model pembelajaran sesuai dengan apa yang biasa digunakan oleh guru dikelas, yaitu model pembelajaran dengan metode ceramah. Pembelajaran ini jarang terjadi interaksi antara guru dan siswa, sehingga siswa hanya menerima ilmu tanpa bisa menanyakan akan hal-hal lain yang bersangkutan.

Setelah diberi perlakuan yang berbeda pada kelas eksperimen dan kelas kontol, hasil yang akan digunakan adalah hasil test kemampuan siswa. Setelah diperoleh data dari test kemampuan pemecahan masalah kemudian dilakukan analisis data akhir.

Berdasarka uji beda rata-rata, rata-rata kemapuan pemecahan masalah siswa didapatkan nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 75,818 sedangkan kelas kontrol sebesar 68,69 dengan perbedaan rata-rata 7,128. Dengan hasil nilai simpangan gabungan sebesar 10,47 dan thitung sebesar 2,744 dan didapat ttabel 1,67 yang didapat dari tabel. Berdasarkan dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write lebih tinggi dari pada rata – rata hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru SMP Negeri 01 Ngrampal. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh I Dewa ayu (2014) yang menyatakan nilai rata-rata hasil belajar kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TTW lebih baik dibanding yang mengikuti pembelajaran konvensional. Penelitian yang dilakukan oleh Lusia Ari Sumirat (2013) kemampuan komunikasi yang mendapat pembelajaran dengan strategi pembelajaran TTW lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan

komunikasi siswa yang mendapat pembelajaran ekspositori, sehingga penelitian ini sejalan dengan kedua penelitian tersebut.

Pembahasan uji yang terakhir yaitu uji keefektifan dari model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write, uji yang digunakan adalah uji statistik Z dengan proporsi yang diharapkan 70%. Dari perhitugan didapat hasil zhitung lebih besar dari pada ztabel dengan hasil angka zhitung ≥ ztabel ↔ 1,861 ≥ 1,64, dan dapat

disimpulkan bahwa persentase ketuntasan belajar pada kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII pengenalan perangkat lunak pengolah kata dengan model pembelajaran kooperatif Think Talk Write lebih dari atau sama dengan 70%.

Penelitian ini menghasilkan beberapa kelebihan dalam penerapannya yaitu (1) siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran; (2) siswa lebih banyak berinteraksi dengan sesama rekan dalam kelompok; (3) melatih siswa untuk mengeluarkan pendapat atau mengkomunkasikan ide-ide mereka; (4) siswa menjadi mandiri dalam mengikuti pembelajaran dalam kelas.

Bedasarkan Hasil dari pembahasan data test dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write lebih tinggi dari pada pemelajaran konvensional. Sedangkan prosentase ketuntasan siswa yang mencapai nilai 70 sebesar 70 %, hal ini dapat dikatakan efektif karena siswa yang mencapai KKM sudah separuh dari jumlah peserta. Hal ini dapat menjawab dari rumusan masalah yang telah diajukan.

61 BAB V PENUTUP

Dokumen terkait