Mata Najwa Episode “Pejabat Kekinian”
Berdasarkan analisis yang peneliti jabarkan di atas, secara umum tema yang diangkat ialah gaya hidup aktif bersosial media dari seorang pejabat, yang mana gaya ini tidak dilakukan oleh semua pejabat pada umumnya. Ditinjau dari aspek dimensi teks, episode “Pejabat Kekinian” memaparkan mengenai eksistensi Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo dalam menggunakan media sosial mereka untuk menjalankan tugas mereka sebagai pejabat daerah serta melayani kepentingan masyarakat masing-masing. Alur pembahasan selalu diawali dengan hal-hal yang berbeda dengan tema utama. Meskipun demikian, alur yang dibangun lebih banyak pada pendeskripsian mengenai profil Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo selaku pejabat, keaktifan keduanya dalam dunia media sosial, bagaimana kedua pejabat ini memanfaatkan media sosial untuk kepentingan masyarakat serta manfaat yang diperoleh.
92
Ditinjau dari aspek kognitif, dapat disimpulkan bahwa penggambaran mengenai Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo ini merupakan representasi mental dari pembuat teks dalam memandang serta membentuk opini penonton maupun masyarakat tentang sosok Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo sebagai pejabat yang aktif atau eksis dalam bersosial media. Ditinjau dari aspek konteks sosial, episode “Pejabat Kekinian” seakan memberikan sebuah pandangan baru, serta sebuah proses wacana untuk membentuk kesadaran bahwa Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo adalah sosok pejabat yang merakyat, peduli dengan persoalan-persoalan masyarakat.
Setelah melakukan analisis pada progam talkshow Mata Najwa episode “Pejabat Kekinian” peneliti menyimpulkan beberapa hal. Pertama yang dimaksud dengan “Pejabat Kekinian” adalah gaya dimana pejabat aktif dalam bersosial media, sebagaimana Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo. Kedua, peneliti mencatat bahwa keaktifan kedua pejabat ini dalam media sosial secara garis besar adalah untuk melayani kepentingan masyarakat yang dipimpin serta menunjang dan membantu mereka dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai seorang pejabat, sehingga yang menjadi isi atau informasi yang ditampilkan melalui akun media sosial kedua pejabat ini adalah hal-hal yang bersifat berita serta informasi bermanfaat yang berhubungan dengan masyarakat baik itu aspirasi, permasalahan serta jalan keluar untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul di tengah masyarakat yang dipimpin. Hal ketiga yang peneliti catat dari keseluruhan analisis yaitu bahwa dengan menggunakan media sosial untuk dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai pejabat, memberikan banyak manfaat positif antara lain :
1. Menjadi sarana interaksi – komnikasi dengan masyarakat. 2. Menjadi media untuk menampung aspirasi masyarakat.
3. Media untuk melakukan fungsi kontrol terhadap berbagai situasi dan kondisi pada wilayah yang dipimpin.
4. Menjadi alat kontrol untuk memonitoring kinerja dari bawahan maupun pegawai lainnya yang ada dalam pengawasan serta wewenang seorang pimpinan.
5. Memangkas atau merenovasi birokrasi yang kurang efektif.
6. Mempermudah serta mempercepat mobilisasi pemerintah dalam menangani permasalahan yang ada di tengah masyarakat.
93
Dalam keseluruhan episode ini, penulis juga mencatat beberapa hal sebagai bentuk penggambaran terhadap sosok Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo,
diantaranya :
1. Digambarkan sebagai pejabat yang melek terhadap perkembangan teknologi, khususnya media komunikasi.
2. Digambarkan sebagai sosok pejabat dengan sistematika berpikir yang terstruktur dalam menyelesaikan persoalan serta dalama pengambilan keputusan.
3. Digambarkan sebagai sosok pejabat yang memiliki ketegasan serta rasa tanggung jawab dalan menjalankan tugas serta memiliki komitmen terhadap visi dan misi.
4. Digambarkan sebagai agen perubahan sistem birokrasi, pola pikir dan tindakan.
5. Digambarkan sebagai sosok pejabat yang memiliki kemampuan berinteraksi serta berkomunikasi yang baik.
6. Digambarkan sebagai sosok pejabat yang merakyat.
7. Digambarkan sebagai sosok pejabat yang terbuka dan demokratis.
Merujuk pada temuan dari keseluruhan hasil analisis episode “Pejabat Kekinian” di atas serta konsep gaya kepemimpinan sebagai mana yang diuangkapkan oleh Ratnaningsih (2009 : 126) dalam bab II pada penelitian ini, dimana Ratnaningsih menjelaskan bahwa gaya kepemimpinan sebagai norma atau perilaku yang digunakan sesorang dalam mempengaruhi perilaku orang lain. Berdasarkan kedua hal ini, peneliti menyimpulkan bahwa gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh Ridwan Kamil sebagai Walikota Bandung dah Ganjar Pranowo selaku Gubernur Jawa Tengah merupakan gaya kepemimpinan Transformasional.
Peneliti menyimpulkan demikian dengan dasar bahwa pemimpin dengan gaya Transformasional merupakan kepemimpinan yang penuh dengan inspirasi, membangun motivasi satu dengan yang lainnya, mendorong semangat, serta menggunakan nilai-nilai dan kepercayaan bersama untuk memenuhi tujuan yang ingin dicapai secara bersama (Bass : 1999). Berdasarkan pemahaman ini dapat dilihat bahwa apa yang telah dilakukan oleh Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo telah mencakup keseluruhan hal yang tercantum pada pengertian gaya kepemimpinan
94
transaksional. Poin-poin pada manfaat positif dari pemanfaatan media sosial dan juga poin-poin penggambaran tentang kedua pejabat ini menunjukkan bahwa hal-hal yang telah dilakukan melalui gaya kekinian mereka penuh dengan inspirasi, mampu membangun motivasi satu dengan yang lainnya, mendorong semangat, serta menggunakan nilai-nilai dan kepercayaan bersama untuk memenuhi tujuan yang ingin dicapai secara bersama.
Penuh dengan inspirasi dibuktikan dengan kemampuan Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo yang melek akan perkembangan teknologi serta media komunikasi. Perkembangan teknologi dan media komunikasi serta fenomena kekinian dalam media sosial tidak dipandang sebagai sebuah fenomena perkembangan jaman semata, tetapi fenomena ini menjadi inspirasi bagi keduanya untuk kemudian terlibat dalam fenomena kekinian dalam bersosial media yang kemudian dimanfaatkan secara positif untuk menunjang tugas dan tanggung jawab sebagai pejabat, sebagai sarana untuk merubah sistem birokrasi menjadi lebih mudah dan cepat, juga dimanfaatkan sebagai sarana untuk membangun interaksi dan komunikasi baik dengan bawahan, terlebih lagi dengan masyarakat.
Hasil analisis juga menunjukkan bahwa dengan memanfaatkan media sosial untuk menunjang tugas dan tanggung jawab sebagai seorang pejabat, pada akhirnya hal ini memberi motivasi dan mendorong semangat dari berbagai pihak baik dari pemerintah itu sendiri maupun masyarakat. Gaya kekinian Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo pada akhirnya memotivasi, merubah pola pikir dan perilaku terhadap kalangan pemerintah itu sendiri. Terbukti melalui pembahasan episode “Pejabat Kekinian” ini, baik Ridwan Kamil maupun Ganjar Pranowo menyatakan bahwa pada saat ini pelayanan pada setiap dinas di wilayah kepemimpinan mereka, semuanya berorientasi pada bentuk teknologi terutama menggunakan media sosial.
Terbukanya sekat pembatas antara masyarakat dengan pemerintah melalui gaya keninian kedua pejabat ini turut memotivasi dan mendorong masyarakat untuk aktif berinteraksi serta berkomunikasi dengan pejabatnya. Adanya jalinan hubungan yang dekat ini mendorong masyarakat untuk terlibat secara langsung dan bersama-sama pejabatnya bekerjabersama-sama untuk mencapai tujuan secara berbersama-sama-bersama-sama.
Berbagai poin yang telah peneliti simpulkan dari hasil analisis juga membuktikan bahwa berbagai hal yang dilakukan oleh Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo dengan gaya kekinian mereka menunjukkan sikap-sikap kepemimpinan
95
yang unggul sebagaimana diungkapkan George R. Terry (dalam Kartono, 2005 : 47). Sikap unggul kepemimpinan yang muncul dari gaya kekinian kedua pejabat ini adalah:
1. Kekuatan
Dengan gaya kekinian, kedua pejabat ini mampu untuk memimpin daerahnya serta mampu menghadapi dan menyelesaikan setiap persoalan yang timbul. 2. Stabilitas Emosional
Kedua pejabat ini memiliki kestabilan emosi yang cukup baik, hal inilah yang menunjang tercapainya tujuan serta mampu menciptakan kognisi serta hubungan yang harmonis dengan berbagai elemen yang ada di wilayah kepemimpinan masing-masing.
3. Pengetahuan Relasi Insani
Sikap ini menunjukkan perilaku dan sifat untuk bisa menilai kelebihan serta membangun hubungan yang positif dengan pihak lain. Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo memiliki hal ini dalam pribadi mereka. Terbukti bahwa antara Ridwan Kamil, Ganjar Pranowo juga Ahok memiliki hubungan yang baik. Selain itu ketiganya saling mempelajari pengalaman serta hal-hal positif satu sama lain sebagai acuan untuk membangun daerah masing-masing.
4. Kejujuran
Gaya kekinian kedua pejabat ini juga menunjukkan adanya keterbukaan serta transparansi dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka sebagai pejabat daerah.
5. Dorongan Pribadi
Melihat apa yang dilakukan oleh Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo dengan gaya kekinian mereka, membuktikan bahwa pelayanan yang mereka berikan pada masyarakat merupakan sebuah ketulusan dan keikhlasan yang timbul atas dasar kesadaran dari pribadi mereka bahwa pejabat melayani bukan dilayani. Hal inilah yang tentu mendorong mereka untuk terbuka dan mendekatkan diri dengan masyarakat yang dipimpin.
6. Kemampuan Berkomunikasi
Gaya kekinian kedua pejabat ini menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik. Penggunaan media sosial untuk
96
pelayanan publik merupakan suatu gambaran bahwa Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo memahami dengan baik cara atau bagaimana harus menjalin interaksi dan komunikasi dengan setiap elemen yang ada dalam wilayah yang mereka pimpin.
7. Kemampuan Mengajar
Sebelumnya peneliti menuliskan di atas bahwa dalam episode “Pejabat Kekinian”, kedua pejabat ini juga digambarkan sebagai sosok agen perubahan. Hal ini menunjukkan bahwa mereka menjadi contoh serta panutan yang baik. Lewat gaya kekinian, mereka bertindak sebagaimana seorang guru yang memberikan sebuah pengetahuan dan pandangan baru yang pada akhirnya mampu merubah sikap dan perilaku.
8. Keterampilan Sosial
Gaya kekinian Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo sebagai pejabat menunjukkan sebuah keterampilan sosial yang tinggi. Dengan memanfaatkan media sosial untuk pelayanan publik, merupakan sebuah cara yang kreatif dan terampil yang pada akhirnya membentuk sikap ramah dan terbuka terhadap semua pihak yang ada dalam wilayah kepemimpinan mereka sehingga memupuk rasa kebersamaan yang tinggi yang pada akhirnya mendorong semua pihak untuk terlibat dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.