• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Wacana Kritis Gaya Kepemimpinan Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo dalam Program Talkshow Mata Najwa Episode Pejabat Kekinian T1 BAB V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Wacana Kritis Gaya Kepemimpinan Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo dalam Program Talkshow Mata Najwa Episode Pejabat Kekinian T1 BAB V"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

51

BAB V

PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis Teun A. Van Dijk, yang

berpendapat bahwa suatu teks terdiri atas beberapa struktur atau tingkatan, dengan masing–masing bagian saling mendukung. Analisis wacana dibagi menjadi tiga struktur atau tingkatan menurut Van Dijk, pertama adalah struktur makro. Struktur makro adalah makna umum atau global yang dapat terlihat dengan mengamati topik atau tema sebuah wacana/ berita. Struktur yang kedua adalah superstruktur. Superstruktur merupakan salah satu struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks dengan melihat bagian pendahuluan, isi, penutup, dan juga kesimpulan untuk mengetahui bagaimana terbentuknya suatu teks. Struktur wacana yang terakhir adalah struktur mikro, yaitu makna yang dapat diamati dari bagian kecil teks seperti kata, kalimat, proposisi, juga anak kalimat.

Meskipun terdiri dari berbagai struktur dan elemen, semua struktur dan elemen tersebut merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dan saling mendukung satu sama lain. Untuk menunjukkan wacana apa yang ditonjolkan dan wacana yang terpinggirkan, serta untuk melihat ideologi yang dipakai oleh pembuat teks, serta posisi pembuat teks dalam suatu peristiwa/berita maka dilakukan dengan cara membedah satu persatu, mulai dari bahasa dan bentuk teks yang ada dengan menggunakan elemen wacana menurut Teun A. Van Dijk.

Berdasarkan cara pandang yang demikian, wacana gaya kepemimpinan Ridwan

Kamil dan Ganjar Pranowo dapat dilihat dengan cara menganalisis dimensi teks, kognisi sosial serta konteks sosial dalam program talkshow Mata Najwa episode “Pejabat Kekinian”. Analisis pada dimensi teks peneliti lakukan dengan mengamati dengan saksama program Mata Najwa episode Pejabat Kekinian. Mengamati jalannya diskusi antara pembawa acara dengan naraumber. Selanjutnya mencatat hal-hal tersebut dalam bentuk transkip penbicaraan untuk mempermudah peneliti dalam melakukan analisis, khususnya pada dimensi teks.

(2)

52

yang peneliti amati adalah tema atau topik utama yang muncul dari episode Pejabat Kekinian. Selanjutnya mengamati elemen superstruktur, dimana pada elemen ini peneliti memperhatikan bagaimana alur dari program talk show Mata Najwa pada episode pejabat kekinian, dan kemudian peneliti juga mengamati elemen struktur mikro, dimana pada elemen ini peneliti mengamati penggunaan bahasa, kata ganti, bentuk kalimat serta istilah atau penggunaan kata-kata kiasan dalam diskusi antara narasumber dengan pembawa acara.

Setelah melakukan pengamatan terhadap ketiga elemen ini, barulah peneliti

melakukan analisis ketiga elemen tersebut sehingga ditemukannya hubungan antara setiap elemen serta melihat wacana apa muncul dan bagaimana wacana itu dibangun dalam ketiga elemen tersebut, dalam program talks show Mata Najwa episode Pejabat Kekinian

5.1 Analisis Dimensi Teks Program Talkshow Mata Najwa Episode Pejabat

Kekinian

(3)

53

5.1.1 Analisis Program Talkshow Mata Najwa Episode “Pejabat Kekinian” (Segmen Ridwan Kamil) yang Ditinjau Dari

Struktur Makro, Super Struktur Dan Struktur Mikro

Tabel 5.1.1.

Analisis Elemen Struktur Percakapan Najwa Shihab Dengan Ridwan Kamil Sebagai Narasumber Pertama pada Program Talkshow Mata Najwa Episode “Pejabat Kekinian”

Struktur Wacana Elemen Yang Diamati Kesimpulan

Struktur Makro Tematik (Topik)  “Pejabat Kekinian” (pemanfaatan media sosial oleh pejabat dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab).

 Tema yang diangkat pada episode ini ingin menyoroti tentang pemanfaatan media sosial oleh pejabat dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab.

Super Struktur Skematik (Alur)  Pada tahap awal pembawa acara mengajak penonton untuk terlebih dahulu mengenal sosok narasumber pertama yakni Ridwan Kamil sebagai Walikota Bandung. Jika dihubungkan dengan tema utama dari episode ini, maka pengenalan ini ingin membentuk suatu gagasan bagi penonton bahwa Ridwan Kamil merupakan salah satu “Pejabat Kekinian”.

(4)

54

 Ketika pembahasan diarahkan pada topik atau tema utama, peneliti melihat bahwa pada sesi ini pembawa acara mulai mengarahkan perhatian serta pandangan penonton untuk melihat dan mengerti bagaimana dengan gaya kekinian, atau pejabat yang aktif bersosial media memanfaatkan media sosialnya untuk menunjang tugas serta tanggung jawab sebagai seorang pejabat.

 Pada akhir percakapan ditutup dengan menampilkan tanggapan masyarakat Bandung terhadap Walikotanya. Disini peneliti melihat bahwa akhir dari episode “Pejabat Kekinian” ini dikemas dengan tujuan ingin menunjukkan pada penonton bahwa dengan gaya kekinian, aktif bersosial media bukan berarti bahwa seorang pejabat tidak produktif dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya atau sebaliknya. Struktur Mikro Semantik (Latar) Hal pertama yang muncul sebagai latar adalah posisi Ridwan Kamil

sebagai Walikota (Bandung) yang eksis menggunakan media sosial. Pada latar ini dijelaskan bahwa Ridwan Kamil aktif bersosial media serta memiliki beberapa akun dan memiliki banyak followers dari setiap akun yang ia miliki.

 Latar berikutnya adalah keterlibatan Ridwan Kamil dalam dunia politik. Pada latar ini menjelaskan tentang pernyataan Ridwan untuk tidak ikut dalam Pilkada DKI Jakarta 2017. Selain itu pada latar ini juga menggali tentang kedekatan Ridwan Kamil dengan beberapa partai politik tertentu, serta rencana ke depannya dalam dunia politik.

(5)

55

untuk mendukung tugas dan tanggung jawabnya sebagai Walikota Bandung.

Semantik (Detail) Detail yang muncul dalam segmen antara Najwa Shihab dengan Ridwan Kamil lebih banyak memunculkan gaya kekinian Ridwan Kamil sebagai Walikota Bandung yang aktif menggunakan media sosial dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, serta dampak positif yang dirasakan oleh masyarakat kota Bandung melalui gaya kekinian Ridwan Kamil yang aktif bersosial media untuk melayani kebutuhan serta memecahkan permasalahan umum di tengah masyarakat yang dipimpin.  Elemen detail juga menunjukkan sejumlah perubahan positif serta

sejumlah prestasi yang diraih oleh kota Bandung melalui gaya kekinian Ridwan Kamil yang aktif bersosial media dalam membangun sarana dan infrastruktur fisik Kota Bandung.

Sintaksis (Bentuk Kalimat)  Bahasa yang digunakan merupakan bahasa sehari-hari.

 Penggunaan tata bahasa formal ini bertujuan untuk menekankan situasi yang benar-benar formal dan juga sebagai bentuk komunikasi untuk menekankan hal-hal yang dianggap penting dari sebuah topik yang dibahas oleh Najwa dan Ridwan Kamil.

(6)

56

yang menjadi pembahasan pada episode ini.

Sintaksis (Koherensi)  Fakta pertama yang ditunjukkan adalah Ridwan Kamil merupakan pejabat yang eksis di media sosial, serta menggunakannya untuk menjalin komunikasi dengan warga.

 Fakta kedua yang ditampilkan mengenai hal yang bersifat politik, dimana Ridwan Kamil menyatakan dirinya tidak turut serta dalam Pilkada DKI Jakarta 2017, setelah sebelumnya dikabarkan bahwa Ridwan Kamil akan turut menjadi salah satu penantang Ahok pada Pilkada DKI Jakarta 2017 mendatang.

 Merujuk pada kedua fakta yang berbeda ini, peneliti melihat bahwa fakta yang memiliki hubungan dengan tema/topik dari episode ini adalah fakta yang pertama, sedangkan bagi peneliti, fakta kedua yang diungkap tidak memiliki hubungan yang erat dengan tema/topik utama dari episode ini. Kedua fakta ini pada akhirnya menjadi berhubungan karena dalam episode ini ketika Najwa Shihab menyatakan bahwa pernyataan Ridwan Kamil untuk tidak ikut dalam Pilkada DKI Jakarta merupakan hal yang terkini, yang ramai diperbincangkan publik.

(7)

57

diunggah Ridwan Kamil pada salah satu akun media sosialnya. Hal inilah yang kemudian menjadikan dua fakta berbeda ini menjadi suatu hal yang saling berhubungan, sehingga disinggung dalam Mata Najwa episode “Pejabat Kekinian”.

Sintaksis (Kata Ganti) Peneliti menemukan adanya penggunaan kata “kami” oleh Ridwan Kamil. Peneliti melihat bahwa penggunaan kata “kami” oleh Ridwan Kamil sebenarnya ingin menunjukkan adanya kedekatan hubungan serta kebersamaan yang dibangun antara Ridwan Kamil sebagai Walikota dengan warganya. Kata ini juga menunjukkan bahwa serangkaian prestasi yang diraih oleh kota Bandung dan juga dampak positif yang dirasakan oleh warga bukanlah usaha Ridwan Kamil sebagai Walikota, tetapi semua itu diraih atas kerja sama dan kolaborasi antara dirinya dengan masyarakat yang dipimpin. Berikut adalah salah satu penggalan pernyataan Ridwan Kamil ketika menggunakan kata “kami”

 Kata ganti selanjutnya yang peneliti temukan adalah kata “pasukan”. Melalui kata ini penulis menginterpretasikan bahwa dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya Ridwan Kamil tidak merasa sendirian, karena ada warga yang bersedia bekerja sama, sekaligus menyatakan dirinya sebagai pemimpin yang posisinya berada di tengah-tengah masyarakat sebagai pemimpin yang juga selalu berkolaborasi dan bekerja sama dengan masyarakat untuk mencapai tujuan bersama.

Stilistik (Leksikon)  Penggunaan kata “Pejabat Kekinian” sebagai tema utama dari episode ini ingin menunjukkan fakta bahwa pada saat ini banyak pejabat yang mulai memanfaatkan media sosial untuk berbagai kepentingan.

(8)

58

eksis”. Kata ini ingin menunjukkan tingkat keterlibatan atau keaktifan pejabat saat ini dalam menggunakan akun media sosial maupun mengikuti hal yang menjadi trend saat ini, ataupun terlibat pada hal-hal serta isu-isu menarik yang sedang ramai diperbincangkan oleh khalayak luas.

Retoris (Grafis) Penekanan terhadap hal-hal penting yang dibahas selalu disertakan dengan cuplikan video yang berhubungan dengan pembahasan-pembahasan penting tersebut.

 Cuplikan setiap video merupakan sebuah bukti yang mendukung bahwa hal-hal penting yang dibicarakan bukanlah sebuah wacana atau isu semata, melainkan fakta.

 Salah satu contoh screen shoot dari cplikan video (tanggapan warga Bandung tentang kinerja Ridwan Kamil sebagai Walikota)

Retoris (Metafora) Beberapa istilah yang penulis temukan dalam percakapan antara Ridwan Kamil dengan Najwa Shihab dalam episode “Pejabat Kekinian”

(9)

59

akal sehat, reformasi birokrasi, political power, capital power, social power, information power, going digital, leadership in the middle.

(10)

60

5.1.1.1 Analisis Struktur Makro (Tematik)

Struktur makro (tematik) hadir sebagai elemen pertama dari sebuah teks dengan tujuan untuk memberikan gambaran umum, makna secara global atau umum dari suatu teks yang dapat dilihat dengan mengamati topik/tema yang diangkat pada suatu teks. Topik sendiri merupakan elemen dari tematik. Tema merupakan pokok pembicaraan dalam sebuah diskusi, ceramah atau karangan, juga kerap disandingkan dengan kata tema. Tema bisa disimpulkan setelah kita selesai mengamati secara tuntas dan menyeluruh sebuah teks.

Karena menggambarkan ide umum dari keseluruhan isi teks, maka tema didukung oleh beberapa subtema yang saling mendukung satu sama lain. Dengan demikian teks atau naskah dapat menjadi koheren dan utuh.

Tema umum ini dapat dilihat pada segmen awal melalui kalimat yang diucapkan oleh Najwa Shihab sebagai pembawa acara saat membuka episode ini, sebagai berikut :

“Menjadi pejabat hari ini memang mesti menyesuaikan diri dan kondisi. Piawai memanfaatkan media sosial sebagai alat paling aktual agar sosok dapat terus dijual. Tapi kerja sebenar-benarnya butuh pembuktian, menghasilkan karya nyata tak sekedar duduk manis di belakang meja. Jika pemimpin mau menyerap aspirasi, tentu rakyat juga yang akan mengapresiasi. Karena menjadi gaul saja tidak mencukupi, kepemimpinan harus tahan banting dan uji. Inilah Mata Najwa, “Pejabat Kekinian””.

Dibalik penggunaan kata “Pejabat Kekinian”, tema besar ini sebenarnya ingin menyiratkan tentang gaya kepemimpinan para pejabat daerah yang sedang trend saat ini. Kepemimpinan yang disinggung oleh Najwa Shihab sebagai pengembangan topik dalam episode ini ialah menyangkut cara atau gaya kepemimpinan terkini yang mulai dilakukan oleh para pejabat daerah, yakni bagaimana memanfaatkan media sosial dalam

menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka sebagai pejabat. Hal ini dapat dilihat pada kalimat berikut:

Najwa Shihab : “Pemirsa, ia adalah Walikota paling eksis di media sosial seperti Twitter, Facebook dan juga Instagram. Followers Twitter-nya 1,3 juta. Ia juga memanfaatkan media sosial untuk berkomunikasi dengan warga.”

(11)

61

satu pejabat daerah yang aktif bersosial media. Kata-kata selanjutnya menerangkan tujuan dari pemanfaatan media-media sosial tersebut. Hal ini merupakan salah satu contoh gaya kepemimpinan kekinian yang ingin disampaikan melalui kata “Pejabat Kekinian” yang merupakan tema umum dari episode ini.

Tema dari sebuah teks tidak hanya dilihat dari sisi tertentu saja, karena topik atau tema dipahami sebagai mental atau kognisi pembuat teks, tidak mengherankan jika semua elemen dalam teks mengacu dan mendukung tema

dalam teks, sehingga tema dapat juga dilihat dari keseluruhan teks yang ada. Pada akhir dari segmen, tema besar episode ini yakni “Pejabat Kekinian” kembali ditonjolkan. Penonjolan kembali ini dapat dilihat dari percakapan berikut ini :

Najwa Shihab : “Kang Emil, ini keaktifan anda di media sosial entah lewat twitter, facebook, lewat instagram, dari mulai ngomongin jomblo, ngomongin macam-macam, itu channel-channelnya dibagi seperti apa? Apa ada yang khusus instagram atau apa?

Ridwan Kamil : “Semua saya pegang sendiri, karena sebelum saya jadi Walikota saya sudah terbiasa multi tasking, kerjaan beres, media sosial juga beres. Jadi Walikota juga sama, ada waktu kosong saya bisa media sosial, di jalan tol juga saya bisa.”

Najwa Shihab : “Jadi anda memanfaatkannya untuk apa saja?”

Ridwan Kamil : “Saya mengkhususkannya untuk good news, jadi saya gak akan galau-galau yang lebai gitu ya. Jadi intinya saya selalu positif news. Dan yang menarik temuannya satu, contoh ya kalau saya posting serius yang komen dikit. Nih contohnya kalau saya posting “hei warga Bandung tahun ini

kita menang adipura” yang komen cuman 500 tapi kalau saya posting “hei

jomblo-jomblo marilah kita menikah sebelum terlambat”, yang komen 5000. Jadi kesimpulan saya, pesan serius harus dibungkus dengan tata bahasa yang santai dan humoris, itu ciri orang Indonesia.”

Najwa Shihab : “Tapi anda merasakan betul manfaat menggunakan media sosial paling tidak untuk berkomunikasi menampung aspirasi?”

Ridwan Kamil : “Oh banyak sekali, komplain warga sekarang bisa ditampung di media sosial. Sekarang Bandung adalah salah satu kota pertama yang dinas-dinasnya harus punya twitter. Sebelum dinasnya menggunakan twitter, itu komplainnya ke saya ribuan. Sekarang sudah terdistribusi dengan baik. Setiap komplain ada media sosialnya jadi saya bisa cek. Kalau keefektifan ini menunjukkan kalau berinovasi memanage kota atau negara ini dengan komunikasi yang interaktif itu jauh lebih efektif. Mending punya pejabat yang mudah dihubungi atau pejabat yang susah dikontak atau dihubungi?”

(12)

62

Penonjolan kembali tema utama dari episode ini dikemas dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyoroti keaktifan Ridwan Kamil dalam menggunakan akun dari berbagai media sosialnya. Penulis juga melihat bahwa dari jawaban yang diberikan, menunjukkan bahwa eksistensi seorang pejabat dalam menggunakan media sosial tidak selamanya mengandung arti negatif, artinya bahwa ketika seorang pejabat menjadi kekinian dengan eksis di media sosial belum tentu kinerja dari pejabat tersebut dapat dikatakan buruk atau sebaliknya. Dari jawaban yang diberikan, peneliti menemukan fakta bahwa

ketika seorang pejabat eksis menggunakan media sosial untuk menunjang tugas dan tanggung jawabnya, hal tersebut akan sangat menolong. Terbukti bahwa dengan gaya kepemimpinan Ridwan Kamil yang eksis menggunakan media sosial dalam menunjang tugas dan tanggung jawabnya memberikan hasil yang positif, membawa perubahan positif yang dampaknya dapat dirasakan langsung oleh masyarakatnya. Banyak komplain dapat langsung ditangani, masyarakat merasa lebih mudah melakukan interaksi serta komunikasi dengan pemimpinnya.

5.1.1.2 Analisis Super Struktur (Skematik)

Struktur pendukung teks yang kedua adalah Super Sruktur (alur skema sebuah teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti. Dengan urutan tertentu, elemen Super Struktur memberikan tekanan pada bagian mana yang didahulukan, dan bagian mana yang kemudian sebagai strategi untuk menyembunyikan informasi penting.

(13)

63

Pada sesi awal pembawa acara memperkenalkan narasumber pertama yakni bapak Ridwan Kamil atau yang akrab disapa dengan sebutan Kang Emil yang adalah Walikota Bandung. Diskusi dengan Kang Emil diawali dengan membahas seputar pernyataan Kang Emil mengenai keputusannya untuk tidak ambil bagian dalam pilkada DKI Jakarta, karena sebelumnya Kang Emil sempat diisukan akan maju untuk bertarung melawan Ahok pada pilkada DKI Jakarta 2017 mendatang. Selanjutnya kang Emil dikejar dengan pertanyaan yang meliputi ambisinya menjadi Walikota Bandung saat itu dan juga masalah

kedekatannya dengan partai tertentu yang mendukungnya bahkan pertanyaan seputar ambisinya untuk maju pada pertaruhan yang lebih besar kelasnya dibanding Walikota.

Pembahasan selanjutnya bersama Kang Emil mulai masuk pada tema “Pejabat Kekinian”. Dimana Najwa sebagai pembawa acara menyatakan bahwa Kang Emil adalah salah satu pejabat yang eksis dengan media sosial, bahkan lewat media sosial Kang Emil pernah mengajak warga Bandung untuk menjadi Walikota. Diskusi selanjutnya adalah tentang keaktifan Kang Emil pada media sosial. Bagaimana mengelolanya serta apa manfaat yang dirasakan dan kemudian ditutup dengan menampilkan cuplikan video tentang tanggapan

masyarakat terhadap Kang Emil selaku Walikota Bandung.

Mengamati keseluruhan alur, peneliti melihat bahwa pada tahap awal pembawa acara mengajak penonton untuk terlebih dahulu mengenal sosok narasumber pertama yakni Ridwan Kamil sebagai Walikota. Jika dihubungkan dengan tema utama dari episode ini, maka pengenalan ini ingin membentuk suatu gagasan bagi penonton bahwa Ridwan Kamil merupakan salah satu “Pejabat Kekinian”. Pada tahap selanjutnya perbincangan tidak secara langsung diarahkan pada tema utama, tapi diarahkan pada sepak terjang dan

karir Ridwan Kamil dalam bidang politik. Disini peneliti melihat bahwa pembahasan ini mencoba mengarahkan penonton untuk mengetahui secara

langsung bagaimana sepak terjang dunia politik Ridwan Kamil dengan gaya kekiniannya.

(14)

64

dengan gaya kekinian, atau pejabat yang aktif bersosial media memanfaatkan media sosialnya untuk menunjang tugas serta tanggung jawab sebagai seorang pejabat. Apabila pada akhir percakapan ditutup dengan menampilkan tanggapan masyarakat Bandung terhadap Walikotanya, disini peneliti melihat bahwa akhir dari episode “Pejabat Kekinian” ini dikemas dengan tujuan ingin menunjukkan pada penonton bahwa dengan gaya kekinian, aktif bersosial media bukan berarti bahwa seorang pejabat tidak produktif dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya atau sebaliknya.

5.1.1.3 Analisis Struktur Mikro (Semantik, Sintaksis, Stilistik dan

Retoris)

Struktur Mikro merupakan struktur ketiga dari sebuah teks. Keberadaan Struktur Mikro berfungsi untuk menjelaskan secara rinci serta detail mengenai hal-hal penting yang berhubungan dengan tema utama dari sebuah teks. Penjelasan secara mendetail suatu teks dalam Srtuktur Mikro sendiri dapat dilihat dari beberapa elemen yaitu :

Elemen Semantik, dimana elemen ini mengulas tentang makna-makna yang ingin disampaikan melalui sebuah teks. Pengulasan ini meliputi beberapa

bagian seperti latar. Latar sendiri merupakan bagian dari teks yang dapat menuntun pikiran orang lain yang membaca atau menyimak sebuah teks. Dalam percakapan dengan Ridwan Kamil peneliti melihat adanya beberapa hal yang muncul sebagai latar. Pertama adalah posisi Ridwan Kamil sebagai Walikota Bandung yang eksis menggunakan media sosial. Pada latar ini dijelaskan bahwa Ridwan Kamil aktif bersosial media serta memiliki beberapa akun dan memiliki banyak followers dari setiap akun yang ia miliki. Kedua adalah keterlibatan Ridwan Kamil dalam dunia politik. Ketiga adalah pemanfaatan media sosial untuk menunjang tugas dan tanggung jawab sebagai Walikota. Pada bagian ini menguraikan bagaimana Ridwan Kamil memanfaatkan media sosial untuk mendukung tugas dan tanggung jawabnya sebagai Walikota Bandung.

(15)

65

berhubungan dengan informasi-informasi penting serta berhubungan dengan seseorang atau kelompok yang ditampilkan dalam sebuah teks. Informasi penting yang muncul mengenai Ridwan Kamil yang muncul adalah informasi tentang gaya kekinian Ridwan Kamil sebagai Walikota Bandung yang aktif menggunakan media sosial dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, dan juga menunjukkan sejumlah perubahan positif serta sejumlah prestasi yang diraih oleh kota Bandung melalui gaya kekinian Ridwan Kamil yang aktif bersosial media dalam membangun sarana dan infrastruktur fisik Kota

Bandung.

Penjelasan mendalam selanjutnya dari sebuah teks juga dapat dilihat dari maksud, dimana maksud merupakan bagian dari elemen semantik yang melihat bagaimana penampilan informasi tentang seseorang atau kelompok dalam sebuah teks.

Pada elemen maksud menunjukkan bagaimana seorang pejabat memiliki kepekaan pada perkembangan teknologi, sehingga memanfatkan media sosial sebagai bentuk perkembangan tersebut untuk menunjang berbagai kegiatan yang berhubungan dengan tugas dan tanggung jawab sebagai seorang pejabat. Pada bagian ini juga ingin menunjukkan bahwa ketika pejabat sadar dan mampu memanfaatkan teknologi dengan baik untuk kepentingan umum, maka hal tersebut akan memberikan perubahan serta dampak positif. Selanjutnya, bagian ini juga menunjukkan bahwa media sosial dapat menjadi wadah untuk menampung aspirasi, menjadi jembatan atau perekat hubungan antara pejabat dengan masyarakatnya, apabila mampu dimanfaatkan serta dikelola dengan baik oleh pejabat yang menggunakannya.

Elemen kedua dari Struktur Mikro yang dapat memberikan penjelasan secara rinci dan mendetail mengenai hal-hal penting yang mendukung tema

utama dari sebuah teks adalah elemen sintaksis, dimana elemen ini megamati tentang penggunaan kata ganti, hubungan serta bentuk kalimat dalam sebuah

teks. Elemen ini terdiri atas beberapa bagian yakni bentuk kalimat, kata ganti serta koherensi.

(16)

66

Ridwan Kamil : “Nilai paling hebat orang Indonesia, khususnya orang Bandung adalah kolaborasi semangat ingin berbagi. Waktu KAA tahun lalu saya minta relawan 3000 yang daftar 15000. Jadi saya sedang memanen nilai-nilai pancasila orang-orang Bandung yaitu berbagi untuk kepentingan kotanya.”

Peneliti melihat bahwa penggunaan tata bahasa ini sebagai bentuk komunikasi untuk menekankan hal-hal yang dianggap penting dari sebuah topik yang dibahas oleh Najwa dan Ridwan Kamil. Peneliti juga menemukan bahwa sebagian besar kalimat dalam percakapan ini secara umum didominasi oleh kalimat dengan bentuk deduktif. Hal ini dimaksudkan oleh pembicara untuk menempatkan dirinya sebagai pihak yang menjadi pusat atau objek terkait dengan tema atau topik yang dibahas dalam episode ini. Melalui penempatan posisi seperti ini, penulis melihat bahwa pembicara ingin memberikan penegasan terhadap penonton tentang keterkaitan dirinya dengan hal-hal yang menjadi pembahasan dalam episode ini. Berikut adalah contoh percakapan yang menunjukkan hal tersebut:

Najwa Shihab : “Apakah anda merasakan betul manfaat menggunakan media sosial paling tidak untuk berkomunikasi menampung aspirasi?”

Ridwan Kamil : “Oh banyak sekali, komplain warga sekarang bisa ditampung di media sosial. Sekarang Bandung adalah salah satu kota pertama yang dinas-dinasnya harus punya twitter. Sebelum dinasnya menggunakan twitter, itu komplainnya ke saya ribuan. Sekarang sudah terdistribusi dengan baik. Setiap komplain ada media sosialnya, jadi saya bisa cek. Keefektifan ini menunjukkan kalau berinovasi memanage kota atau negara ini dengan komunikasi yang interaktif itu jauh lebih efektif. Mending punya pejabat yang mudah dihubungi atau pejabat yang susah dikontak atau dihubungi?”

Koherensi adalah pertalian atau jalinan antar kata, atau kalimat dalam teks yang menghubungkan dua atau lebih fakta berbeda menjadi suatu informasi yang saling berhubungan. Melalui pengamatan terhadap transkrip perbincangan antara Najwa Shihab dengan Ridwan Kamil, peneliti menemukan adanya dua fakta berbeda yang tidak saling berhubungan, namun dalam diskusi ini kedua fakta itu menjadi saling berhubungan. Fakta pertama yang ditunjukkan adalah Ridwan Kamil merupakan pejabat yang eksis di media sosial, serta menggunakannya untuk menjalin komunikasi dengan warga. Hal ini ditunjukkan melalui kalimat berikut :

(17)

67

juta. Ia juga memanfaatkan media sosial untuk berkomunikasi dengan warga.”

Fakta kedua yang ditampilkan mengenai hal yang bersifat politik, dimana Ridwan Kamil menyatakan dirinya tidak turut serta dalam Pilkada DKI Jakarta 2017, setelah sebelumnya dikabarkan bahwa Ridwan Kamil akan turut menjadi salah satu penantang Ahok pada Pilkada DKI Jakarta 2017 mendatang. Hal ini ditunjukkan melalui kalimat berikut :

Najwa Shihab : ““Pejabat Kekinian”, itu topik Mata Najwa ini. Dan saya mengundang anda, Kang Emil. Bicara soal kekinian, yang jelas yang paling kini, yang paling banyak dibahas orang adalah ketika minggu lalu Kang Emil konferensi pers, memutuskan tidak akan maju bertarung di Pilkada DKI.” Peneliti melihat bahwa fakta yang memiliki hubungan dengan

tema/topik dari episode ini adalah fakta yang pertama, sedangkan bagi peneliti, fakta kedua yang diungkap tidak memiliki hubungan yang erat dengan tema/topik utama dari episode ini. Merujuk pada kata “kekinian” dari episode ini, penulis melihat bahwa kata kekinian mengandung arti sebagai sesuatu yang lagi trend atau sesuatu yang menjadi gaya hidup, perbincangan serta konsumsi publik secara umum. Gaya Ridwan Kamil sebagai seorang pejabat yang eksis menggunakan media sosial merupakan trend saat ini dan juga pernyataannya untuk tidak ikut dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 mendatang juga menjadi isu atau berita yang trend dan menjadi perbincangan masyarakat luas, terlebih lagi hal tersebut kemudian diunggah Ridwan Kamil pada salah satu akun media sosialnya. Hal inilah yang kemudian menjadikan dua fakta berbeda ini menjadi suatu hal yang saling berhubungan, sehingga disinggung dalam Mata Najwa episode “Pejabat Kekinian”.

Kata ganti merupakan bagian yang memanipulasi bahasa. Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukkan dimana posisi seseorang pada teks. Setelah mengamati transkrip percakapan, peneliti menemukan adanya penggunaan kata “kami” oleh Ridwan Kamil. Kata tersebut oleh Ridwan Kamil sebenarnya ingin menunjukkan adanya kedekatan hubungan serta kebersamaan yang dibangun antara Ridwan Kamil sebagai Walikota dengan warganya. Kata ini juga menunjukkan bahwa serangkaian prestasi yang diraih oleh kota Bandung dan juga dampak positif yang

(18)

68

semua itu diraih atas kerja sama dan kolaborasi antara dirinya dengan masyarakat yang dipimpin. Berikut adalah salah satu penggalan pernyataan Ridwan Kamil ketika menggunakan kata “kami” :

Ridwan Kamil : “Warga Bandung sekarang saya rubah pola pikirnya. Kalau

ada sampah harus dipungut, makanya “kami” ada gerakan pungut sampah setiap Senin, Rabu, Jumat.”

Kata ganti selanjutnya yang peneliti temukan adalah kata “pasukan”. Kata tersebut bahwa dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya Ridwan Kamil tidak merasa sendirian, karena ada warga yang bersedia bekerja sama, sekaligus menyatakan dirinya sebagai pemimpin yang posisinya berada di tengah-tengah masyarakat, sebagai pemimpin yang juga selalu berkolaborasi dan bekerja sama dengan masyarakat untuk mencapai tujuan bersama. Berikut salah satu penggalan pernyataan Ridwan Kamil yang menggunakan kata “Pasukan” :

Ridwan Kamil : “Jadi poinnya, mereformasi di Indonesia butuh pemimpin yang ada di lapangan. Butuh pemimpin yang ada di tengah-tengah

“pasukan”.”

Elemen berikutnya dari Struktur Mikro yang menjelaskan hal-hal penting dari sebuah teks adalah elemen Stilistik, dimana elemen ini melihat bagaimana pembuat teks mengungkapkan makna-makna tertentu melalui gaya bahasa tertentu. Elemen ini menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata, karena pilihan kata yang dipakai bukan suatu kebetulan, tetapi juga secara menunjukkan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap realitas yang ada, hal ini disebut dengan Leksikon. Penggunaan kata “Pejabat Kekinian” sebagai tema utama dari episode ini ingin menunjukkan fakta bahwa pada saat ini banyak pejabat yang mulai memanfaatkan media sosial untuk berbagai kepentingan. Penggunaan kata “pejabat eksis”. Kata ini ingin menunjukkan tingkat keterlibatan atau keaktifan pejabat saat ini dalam menggunakan akun media sosial maupun mengikuti hal-hal yang menjadi

trend saat ini, ataupun terlibat pada hal-hal serta isu-isu menarik yang sedang ramai diperbincangkan oleh khalayak luas.

(19)

69

Grafis, yaitu merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau tonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh komunikator yang dapat diamati dari suatu teks. Penekanan terhadap hal-hal penting yang dibahas selalu disertakan dengan cuplikan video yang berhubungan dengan pembahasan-pembahasan penting tersebut. Hal – hal penting yang dibuktikan lewat cuplikan video yaitu profil dan tindakan nyata Ridwan Kamil dalam membangun kota Bandung, dibukanya beberapa ruang publik bagi warga kota Bandung, iklan yang mengajak warga Bandung untuk menjadi Walikota

sehari, pernyataan tidak ikut dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 dan komentar warga Bandung tentang kinerja Ridwan Kamil sebagai Walikota

Selain grafis, ada juga Metafora. Dalam suatu wacana, seorang komunikator tidak hanya menyampaikan pesan pokok bahasa formal semata, tetapi juga kiasan, ungkapan yang dimaksudkan sebagai bumbu dari suatu teks. Pemakaian metafora tertentu bisa jadi menjadi petunjuk utama untuk mengerti makna tertentu dalam sebuah teks. Adapun beberapa metafora yang penulis temukan dalam percakapan antara Ridwan Kamil dengan Najwa Shihab dalam episode “Pejabat Kekinian” :

Multi tasking, track record, modal jempol, positif news, quick clean, akal sehat, reformasi birokrasi, political power, capital power, social power, information power, going digital, leadership in the middle.

Peneliti memahami bahwa penggunaan metafora sebagaimana di atas, secara strategis sebagai landasan berpikir, alasan pembenar atas pendapat atau gagasan tertentu kepada penonton, dimana hal-hal tersebut mengandung

makna tertentu yang pastinya tidak terlepas dari hal-hal utama yang dibahas dalam episode “Pejabat Kekinian” ini. Sebagai contoh, pada kata ungkapan “modal jempol”. Kata ini digunakan oleh Ridwan Kamil untuk menunjukkan kemudahan dalam melakukan interaksi dengan warganya, membangun komunikasi langsung dengan warganya, yang mana ketika semua itu dilakukan dengan memanfaatkan media sosial dengan sarana smart phone, semuanya bisa dilakukan dengan mudah, yakni hanya dengan sentuhan jempol pada layar smart phone yang dimiliki.

(20)

70

Ridwan Kamil : “Mending punya pejabat yang mudah dihubungi atau pejabat yang susah dikontak atau dihubungi?”

(21)

71

5.1.2 Analisis Program Talkshow Mata Najwa Episode “Pejabat Kekinian” (Segmen Ganjar Pranowo) yang Ditinjau Dari

Struktur Makro, Super Struktur Dan Struktur Mikro

Tabel 5.1.2.

Analisis Elemen Struktur Percakapan Najwa Shihab Dengan Ganjar Pranowo Sebagai Narasumber Kedua pada Program Talkshow Mata Najwa Episode “Pejabat Kekinian”

Struktur Wacana Elemen Yang Diamati Kesimpulan

Struktur Makro Tematik (Topik)  “Pejabat Kekinian” (pemanfaatan media sosial oleh pejabat dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab).

 Tema yang diangkat pada episode ini ingin menyoroti tentang pemanfaatan media sosial oleh pejabat dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab.

Super Struktur Skematik (Alur)  Pembahasan awal ini mencoba mengarahkan penonton untuk mengetahui secara langsung sosok Ganjar Pranowo, serta kedekatannya dengan Ridwan Kamil dan Ahok sebagai salah satu hal terkini, sehingga dibahas dalam episode “Pejabat Kekinian”.  Sesi selanjutnya dikemas dengan tujuan ingin menunjukkan pada

penonton bahwa dengan gaya kekinian, aktif bersosial media bukan berarti bahwa seorang pejabat tidak produktif dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya atau sebaliknya.

(22)

72

menunjukkan pada penonton bahwa apa yang dilakukan kedua pemimpin ini dengan gaya yang kekinian memberikan hasil serta dampak yang luar biasa.

 Penilaian ini juga ingin menunjukkan sisi positif dari pejabat yang memanfaatkan media sosial dengan baik untuk menunjang tugas dan tanggung jawab mereka.

Struktur Mikro Semantik (Latar)  Ganjar Pranowo merupakan Gubernur yang dekat dengan warganya, salah satunya dengan menggunakan media sosial.

 Hubungan antara Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil dan juga Pak Ahok sebagai suatu isu terkini.

 Bagaimana Ganjar Pranowo memanfaatkan media sosial untuk mendukung tugas dan tanggung jawabnya sebagai Gubernur Jawa Tengah.

Semantik (Detail)  Ganjar Pranowo lebih banyak memunculkan gaya kekinian. Ganjar Pranowo sebagai Gubernur Jawa Tengah yang aktif menggunakan media sosial dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.  Dampak positif yang dirasakan oleh masyarakat Jawa Tengah

melalui gaya kekinian Ganjar Pranowo yang aktif bersosial media untuk melayani kebutuhan serta memecahkan permasalahan umum di tengah masyarakat yang dipimpin.

(23)

73

merubah birokrasi di Jawa Tengah.

Semantik (Maksud)  Menunjukkan bagaimana seorang pejabat memiliki kepekaan pada perkembangan teknologi, sehingga memanfatkan media sosial sebagai bentuk perkembangan tersebut untuk menunjang berbagai kegiatan yang berhubungan dengan tugas dan tanggung jawab sebagai seorang pejabat.

 Menunjukkan bahwa ketika pejabat sadar dan mampu memanfaatkan teknologi dengan baik untuk kepentingan umum, maka hal tersebut akan memberikan perubahan serta dampak positif.

 Menunjukkan bahwa media sosial dapat menjadi wadah untuk menampung aspirasi, menjadi jembatan atau perekat hubungan antara pejabat dengan masyarakatnya, serta menjadi media pengontrol antara masyarakat dengan pelaksana-pelaksana tugas yang ada di lapangan apabila mampu dimanfaatkan serta dikelola oleh dengan baik oleh pejabat yang menggunakannya maupun masyarakat yang berinteraksi di dalamnya.

Sintaksis (Bentuk Kalimat)  Mengamati percakapan antara Najwa Shihab dengan Ganjar Pranowo pada episode ini, peneliti melihat bahwa tata bahasa yang digunakan merupakan bahasa sehari-hari (bahasa non formal).  Percakapan didominasi oleh kalimat bentuk deduktif.

(24)

74

episode ini.

Sintaksis (Kata Ganti)  Peneliti melihat bahwa penggunaan kata “kita” oleh Ganjar Pranowo sebenarnya ingin menunjukkan adanya kedekatan hubungan serta kebersamaan yang dibangun antara Ganjar Pranowo sebagai Gubernur dengan setiap Kepala Daerah yang ada di wilayah Jawa Tengah serta masyarakat.

 Kata ini juga menunjukkan bahwa serangkaian usaha yang dilakukan secara bersama-sama untuk membangun Jawa Tengah dan juga dampak positif yang dirasakan oleh warga bukanlah usaha Ganjar Pranowo semata sebagai Gubernur.

 Kata ganti selanjutnya yang peneliti temukan adalah kata “mereka”. Melalui kata ini penulis menginterpretasikan bahwa mereka yang dimaksud adalah para pejabat daerah (Bupati dan Walikota) yang ada di bawah kepemimpinan Ganjar Pranowo sebagai Gubernur.

Stilistik (Leksikon)  Penggunaan kata “Pejabat Kekinian” sebagai tema utama dari episode ini ingin menunjukkan fakta bahwa pada saat ini banyak pejabat yang mulai memanfaatkan media sosial untuk berbagai kepentingan.

(25)

75

Retoris (Grafis)  Penekanan terhadap hal-hal penting yang dibahas selalu disertakan dengan cuplikan video yang berhubungan dengan pembahasan-pembahasan penting tersebut.

 Cuplikan setiap video merupakan sebuah bukti yang mendukung bahwa hal-hal penting yang dibicarakan bukanlah sebuah wacana atau isu semata, melainkan fakta.

 Salah satu contoh screen shoot dari cuplikan video (Saat Ganjar Pranowo melakukan sidak pada salah satu dinas di Jawa Tengah).

Retoris (Metafora) Adapun beberapa metafora yang penulis temukan dalam segmen Ganjar Pranowo dalam episode “Pejabat Kekinian” :

 haters, multi platform, media genic, baju safari, cacat, dilempar ke publik, dicopot.

(26)

76

(27)

75

5.1.2.1 Analisis Struktur Makro (Tematik)

Setelah penulis mengamati keseluruhan percakapan Najwa Shihab dengan Ganjar Pranowo sebagai narasumber kedua pada program talkshow Mata Najwa episode ini, peneliti melihat bahwa secara umum tema yang diangkat secara umum adalah “Pejabat Kekinian”. Tema umum ini dapat dilihat melalui kalimat yang diucapkan oleh Najwa Shihab sebagai pembawa acara saat membuka episode ini, sebagai berikut :

Najwa Shihab : “Pemirsa mari kita ke Jawa Tengah. Ada Gubernur yang kerap menyita perhatian dengan gayanya yang dekat dengan warga. Media sosial ia jadikan salah satu sarana.”

Menyoroti kalimat yang diucapkan oleh Najwa Shihab untuk membuka sesi diskusi dengan Ganjar Pranowo sebagai narasumber kedua, peneliti melihat bahwa disini pembawa acara secara tidak langsung ingin menyatakan bahwa Ganjar Pranowo merupakan salah satu “Pejabat Kekinian”. Hal ini ditandai dengan kalimat “media sosial ia jadikan salah satu sarana”. Peneliti juga melihat bahwa kalimat pembuka ini sebenarnya ingin menyiratkan tentang gaya kepemimpinan Ganjar Pranowo yang ditandai melalui kalimat pertama “Ada Gubernur yang kerap menyita perhatian dengan gayanya yang dekat dengan warga”. Peneliti melihat bahwa kata “gaya” yang terdapat dalam kalimat ini, merujuk kepada bagaimana gaya atau cara seorang pejabat dalam melayani masyarakatnya, melakukan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang pejabat daerah. Hal ini bagi penulis menyinggung tentang cara atau gaya kepemimpinan seorang pejabat.

Hal-hal mengenai gaya kepemimpinan seorang pejabat, pada konteks “Pejabat Kekinian” dalam segmen pertama bersama Ganjar Pranowo juga ditonjolkan melalui percakapan yang menyinggung tentang pertemuan terakhir antara Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil dan Ahok. Bagi Najwa, pertemuan antara ketiga pejabat daerah ini, juga merupakan suatu hal yang terkini.

Najwa Shihab : “Ini ada cuplikan, dimana terakhir kali Ridwan Kamil, Ganjar Pranowo dan Pak Ahok bertemu.”

Ridwan Kamil : “Kami bertiga bersahabat”.

Najwa Shihab : “Sudah ada kode-kode bersahabat. Berikut kita lihat cuplikannya.”

(28)

76

harus ada kompetisi sama sekali kalau daerah saya itu harus lebih baik, saya harus lebih menonjol, saya harus lebih merakyat, Mas Ganjar?” Ganjar Pranowo : “Iya lah, kita ngobrol sebelumnya ya, tapi rahasia ya.”

Najwa Shihab : “Apa yang rahasia? Saya mau tau yang rahasia.”

Ganjar Pranowo : “Nggak, masa rahasia diomongin? Jadi di dalam, kita sebelumnya bicara, share apa yang sebelumnya menjadi pengalaman masing-masing. Kita belajar dari teman- teman yang punya nilai kompetisi untuk memperbaiki republik itu kan baik kan. Kita melihat pengalaman teman-teman dan kemudian kita berbagi. Sebelum kita bertiga diluar, kita ngobrolin soal itu.”

Mengamati percakapan di atas penulis melihat bahwa percakapan ini menunjukkan sebuah ciri kepemimpinan atau lebih tepatnya sikap seorang pemimpin. Sekalipun sempat disinggung mengenai unsur kompetisi antar pejabat, namun dari jawaban yang diberikan baik oleh Ganjar Pranowo maupun Ridwan Kamil menunjukkan bahwa kompetisi antar pejabat tidak selalu bermakna negatif, melainkan suatu motivasi untuk saling berkembang. Selain itu sikap kepemimpinan juga peneliti lihat dari kata bersahabat dan kalimat belajar dari teman-teman yang di ucapkan oleh Ganjar Pranowo.

Kata bersahabat menunjukkan bahwa seorang pemimpin harus mampu menjalin hubungan baik dengan pimpinan lainnya, sedangkan kalimat belajar dari teman-teman menunjukkan bahwa dengan adanya hubungan baik antar sesama pemimpin, hal ini dapat menjadi jembatan untuk saling mempelajari hal-hal positif, serta pengalaman positif antara satu dengan yang lainnya, dimana hal-hal yang dipelajari dapat menjadi masukan serta bahan pertimbangan untuk membangun daerah masing-masing.

Wacana mengenai kepemimpinan selanjutnya pada segmen ini juga dapat dilihat dari percakapan berikut :

Najwa Shihab : “Mas Ganjar, “Pejabat Kekinian”. Apa hal atau isu kekinian yang menurut anda perlu diketahui orang tentang provinsi yang anda pimpin sekarang, Jawa Tengah?”

Ganjar Pranowo : “Kalau kita melihat, kemarin sampai hari ini saya masih kecapean karena banyak investor masuk ke Jawa Tengah, karena Jawa Tengah mungkin menjadi alternatif tempat yang bagus. Masyarakatnya oke. Biasanya tiap tahun ada demo buruh tapi tahun ini Alhamdulilah gak ada. Teman-teman buruh di Jawa Tengah bilang “Mas Ganjar saya kasih kado ya, soalnya tahun ini untuk pertama kali kita gak

(29)

77

kementrian, dan ini yang mau coba kita dorong. Jadi masyarakat banyak tanya ke saya via twitter itu, infrasrtuktur dan angka kemiskinan di tiap kabupaten-kota dan kita masih punya 15 yang warnanya merah, sedangkan kabupaten-kota kita ada 35. Ini yang menjadi PR besar saya untuk menekan dan mengurangi ini.”

Najwa Shihab : “Mas PR besar itu tantangan. Kalo kita kaitkan dengan gaya memimpin Ganjar Pranowo apakah di media sosial, apa di keseharian, seberapa jauh anda dikenal atau terkenal itu membantu anda dalam menjalankan tugas-tugas ini?”

Ganjar Pranowo : “Dikenal atau tidak saya rasa itu bukan urusan ya. Kalau kemudian dalam konteks bekerja ya, saya meminta kepada SKPD saya, walaupun ini memang barang baru tapi biasanya birokrasi itu lebih kepada memakai baju safari, kemana- mana cacat karena gak bisa buka pintu sendiri, selalu minta dibukain, terus kalau datang di sambut rombongan, orang datang berbondong-bondong. Kalau saya nggak, saya bilang saya nggak mau diaterin, saya bilang saya mau sendiri. Nah ternyata ini merubah sikap, merubah perilaku, terus kemudian mereka mulai mengikuti gaya saya. Ketika mereka mengikuti gaya saya, harapan saya mereka lebih dekat dengan masyarakat dan mereka harus terlibat dengan segala persoalannya. Nah repotnya nanti kalau kita sudah berhubungan dengan kawan-kawan di kabupaten-kota. Kalau sudah begitu saya harus mau untuk membuka komunikasi, membuka ruang, membuka waktu untuk menyampaikan kepada mereka dan kita menunggu jawabannya. Supaya seluruh persoalan hari ini, misalnya Walikotannya Kang Emil, maka lapornya langsung ke Kang Emil. Itu ada masyarakat yang bilang, lah pak saya mau ketemu Bupati, takut sama satpol PP, mau lewat media sosial Bupatinya gaptek, lah paling gampang ketemu Gubernur.”

Dari transkrip pembicaraan di atas, menunjukkan adanya upaya yang dilakukan untuk membuka ruang interaksi antara pejabat dengan masyarakat yang dilakukan oleh Ganjar Pranowo selaku Gubernur. Percakapan di atas juga menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Ganjar Pranowo dengan gaya kekiniannya memberikan pengaruh yang besar terhadap perubahan dalam birokrasi yang dipimpin oleh dirinya. Ganjar menjadi contoh perubahan pikir dan perilaku bagi kepala-kepala daerah yang ada di Jawa Tengah dalam

menyikapi dan menghadapi setiap persoalan yang timbul di tengah masyarakat. Dengan gaya kekinian yang dilakukan, serta dampak dari pada hal tersebut, memberi suatu gambaran bahwa Ganjar Pranowo merupakan agen perubahan dalam membenahi birokrasi serta pelayanan publik di Jawa Tengah.

(30)

78

Najwa Shihab : “Saya mau ke Mbak Tika dulu. “Pejabat Kekinian”. Apa sih yang kekinian dari kedua “Pejabat Kekinian” kita ini ?”

Tika Herlambang : “Ya “Pejabat Kekinian”. Pertama, Mas Ridwan Kamil dan Mas Ganjar memiliki satu fenomena yang cukup menarik. Yang kedua, keduanya adalah orang yang sangat sadar dengan media, berikutnya keduanya bisa menggunakan media sebagai sarana untuk berpartisipasi atau mengajak partisipasi masyarakat. Yang ketiga Mas Ganjar dan Pak Ridwan Kamil itu memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik di depan publik.”

Najwa Shihab : “Pemimpin sadar media itu penting nggak mbak Tika? Ini dua-duanya sangat sadar media?” Bandung Jawa Barat,tapi juga di luar. Mas Ganjar juga seperti itu.” Tika Herlambang : Demikian juga. Jadi keduanya memiliki jangkauan persebaran berita sehingga daerah-daerah lain suka mengutip atau mengintip apa yang dilakukan oleh Ridwan Kamil, apa yang dilakukan Mas Ganjar, menirunya atau membicarakannya di daerah sana, begitu. Dan satu hal lagi yang paling menarik dari keduanya adalah kalau dalam istilah teman saya Iwan Sugema namanya media genic. Itu kalau ada di media tuh selalu amazing, itu gak tau kenapa gitu. Nah itu yang menyebabkan kalau kita berbicara soal Mas Emil atau Mas Ganjar pemberitaan negatifnya kecil dibandingkan dengan pemberitaan lainnya, itu dia media genic kalau menurut saya.”

“Pejabat Kekinian” sebagai tema utama dari episode ini dikemas dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyoroti keaktifan Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo dalam menggunakan akun dari berbagai media sosial mereka. Dari percakapan tersebut penulis juga melihat bahwa dari pertanyaan-pertanyaan Tika Herlambang menunjukkan bahwa eksistensi seorang pejabat dalam menggunakan media sosial memberikan dampak serta pengaruh positif, baik kepada birokrasi, masyarakat dan juga untuk diri sendiri.

(31)

79

5.1.2.2 Analisis Super Struktur (Skematik)

Mengamati keseluruhan alur pada segmen Ganjar Pranowo, peneliti melihat bahwa pada tahap awal pembawa acara mengajak penonton untuk terlebih dahulu mengenal sosok narasumber kedua yakni Ganjar Pranowo. Jika dihubungkan dengan tema utama dari episode ini, maka pengenalan ini ingin membentuk suatu gagasan bagi penonton bahwa Ganjar Pranowo merupakan salah satu “Pejabat Kekinian”. Pada tahap selanjutnya perbincangan tidak secara langsung diarahkan pada tema utama, tapi diarahkan pada kedekatannya dengan Ridwan Kamil dan Ahok, melalui pertemuan mereka beberapa waktu sebelumnya. Disini peneliti melihat bahwa pembahasan ini mencoba mengarahkan penonton untuk mengetahui secara langsung bahwa pertemuan ketiga pejabat ini merupakan salah satu hal terkini, sehingga dibahas dalam episode “Pejabat Kekinian”.

Ketika pembahasan diarahkan pada topik atau tema utama dari episode ini, peneliti melihat bahwa pada sesi ini pembawa acara mulai mengarahkan perhatian serta pandangan penonton untuk melihat dan mengerti bagaimana dengan gaya kekinian, atau pejabat yang aktif bersosial media memanfaatkan media sosialnya sebagai seorang pejabat. Pada akhir segmen ditutup dengan menampilkan tanggapan masyarakat Jawa Tengah terhadap Gubernurnya. Disini peneliti melihat bahwa episode “Pejabat Kekinian” ini dikemas dengan tujuan ingin menunjukkan pada penonton bahwa dengan gaya kekinian, aktif bersosial media bukan berarti bahwa seorang pejabat tidak produktif dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya atau sebaliknya.

(32)

80

5.1.2.3 Analisis Struktur Mikro (Semantik, Sintaksis, Stilistik dan

Retoris)

a) Semantik

Latar

Hal pertama yang muncul sebagai latar adalah posisi Ganjar Pranowo sebagai Gubernur Jawa Tengah yang eksis

menggunakan media sosial. Pada latar ini dijelaskan bahwa Ganjar Pranowo merupakan Gubernur yang dekat dengan

warganya, salah satunya dengan menggunakan media sosial. Latar berikutnya adalah pertemuan antara Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil dan juga Ahok. Pada latar ini menjelaskan tentang pertemuan ketiga pejabat ini sebagai suatu isu terkini, sekaligus juga mengangkat tentang hubungan antara ketiga pejabat daerah ini.

Hal berikutnya yang adalah pemanfaatan media sosial untuk menunjang tugas dan tanggung jawab sebagai Gubernur. Pada bagian ini menguraikan bagaimana Ganjar Pranowo memanfaatkan media sosial untuk mendukung tugas dan tanggung jawabnya sebagai Gubernur Jawa Tengah.

Detail

Detail yang muncul dalam segmen antara Najwa Shihab dengan Ganjar Pranowo lebih banyak memunculkan gaya kekinian Ganjar Pranowo sebagai Gubernur Jawa Tengah yang aktif menggunakan media sosial dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Elemen detail pada segmen ini juga lebih banyak menonjolkan pemanfaatan media sosial oleh Ganjar Pranowo serta dampak positif yang dirasakan oleh masyarakat Jawa Tengah melalui gaya kekinian Ganjar Pranowo yang aktif bersosial media untuk melayani kebutuhan serta memecahkan permasalahan umum di tengah masyarakat yang dipimpin.

(33)

81

membangun sarana dan infrastruktur, serta merubah birokrasi di Jawa Tengah.

Maksud

Elemen maksud pada segmen dimana Ganjar Pranowo menjadi narasumber ditampilkan secara eksplisit dan jelas. Dimana pada elemen maksud ini menunjukkan bagaimana seorang pejabat memiliki kepekaan pada perkembangan teknologi, sehingga memanfatkan media sosial sebagai bentuk perkembangan tersebut untuk menunjang berbagai kegiatan yang berhubungan dengan tugas dan tanggung jawab sebagai seorang pejabat.

Pada elemen maksud ini juga ingin menunjukkan bahwa ketika pejabat sadar dan mampu memanfaatkan teknologi dengan baik untuk kepentingan umum, maka hal tersebut akan memberikan perubahan serta dampak positif.

Elemen maksud pada segmen ini juga menunjukkan bahwa media sosial dapat menjadi wadah untuk menampung aspirasi, menjadi jembatan atau perekat hubungan antara pejabat dengan masyarakatnya, serta menjadi media pengontrol antara masyarakat dengan pelaksana-pelaksana tugas yang ada di lapangan apabila mampu di manfaatkan serta dikelola oleh dengan baik oleh pejabat yang menggunakannya maupun

masyarakat yang berinteraksi didalamnya.

b) Sintaksis

Bentuk Kalimat

Mengamati percakapan antara Najwa Shihab dengan Ganjar Pranowo pada episode ini, peneliti melihat bahwa tata bahasa yang digunakan merupakan bahasa sehari-hari (bahasa non formal).

(34)

82

oleh pembicara untuk menempatkan dirinya sebagai pihak yang menjadi pusat atau objek terkait dengan tema atau topik yang dibahas dalam episode ini.

Melalui penempatan posisi seperti ini, penulis melihat bahwa pembicara ingin memberikan penegasan terhadap penonton tentang keterkaitan dirinya dengan hal-hal yang menjadi pembahasan dalam episode ini. Berikut adalah contoh percakapan yang menunjukkan hal tersebut :

Najwa Shihab : “Dari apa yang anda lakukan ini, apa hal yang paling efektif, atau bukti yang paling efektif ketika anda menggunakan media sosial ini, dalam menangani persoalan-persoalan publik lewat saluran-saluran seperti in?”.

Ganjar Pranowo : “Oh banyak. Kalo kasus yang terjadi saya pernah copot orang karena di samsat dia minta duit sama masyarakat dan ada yang lapor dan masyarakatnya pintar kemudian lapor “pak ini kami

dimintain duit” kalo memang kamu dimintain duit coba fotoin orangnya. Kemudian difotokan tapi mungkin fotonya dari bawah, kemudian saya terima fotonya. Saya kontak pimpinannya kemudian pimpinannya bilang “ya siap pak“ kemudian dicopot orangnya. Lalu ibu-ibu katanya diusir dari rumah anaknya, dia tidur di pos ronda, tidak lebih dari dua jam sudah diambil terus ke resos. Ada orang yang kena kanker di tangannya segede bola gak diambil, saya telpon sama Bupatinya dan sangat menyebalkan karena Bupatinya bilang,

“siap pak, mohon petunjuk”. Lah hari gini kok mohon petunjuk.”  Kata Ganti

Peneliti melihat bahwa penggunaan kata “kita”. oleh Ganjar Pranowo sebenarnya ingin menunjukkan adanya kedekatan hubungan serta kebersamaan yang dibangun antara Ganjar Pranowo sebagai Gubernur dengan setiap kepala daerah yang ada di wilayah Jawa Tengah serta masyarakat. Kata ini juga menunjukkan bahwa serangkaian usaha yang dilakukan secara bersama-samauntuk membangun Jawa Tengah dan juga dampak positif yang dirasakan oleh warga bukanlah usaha Ganjar Pranowo semata sebagai Gubernur.

(35)

83

Kata ganti selanjutnya yang peneliti temukan adalah kata “mereka”. Melalui kata ini penulis menginterpretasikan bahwa mereka yang dimaksud adalah, para pejabat daerah (Bupati dan Walikota) yang ada di bawah kepemimpinan Ganjar Pranowo sebagai Gubernur.

c) Stilistik

Leksikon

Setelah mengamati keseluruhan segmen antara Najwa Shihab dengan Ganjar Pranowo, peneliti menemukan beberapa kata yang dipilih, yang merujuk pada fakta yang dibahas dalam episode ini. Penggunaan kata “Pejabat Kekinian” sebagai tema utama dari episode ini ingin menunjukkan fakta bahwa pada saat ini banyak pejabat yang mulai memanfaatkan media sosial untuk berbagai kepentingan. Selain itu peneliti juga menemukan adanya penggunaan kata “Inovasi”. Kata ini ingin menunjukkan adanya perubahan-perubahan sebagai hasil atau dampak dari tingkat keterlibatan atau keaktifan pejabat saat ini dalam menggunakan akun media sosial maupun mengikuti hal-hal yang menjadi trend saat ini, ataupun terlibat pada hal-hal-hal-hal serta isu-isu menarik yang sedang ramai diperbincangkan oleh khalayak luas.

d) Retoris

Grafis

(36)

84

menolong warga yang mengalami kecelakaan lalu lintas dan cuplikan video tentang tanggapan masyarakat Jawa Tengah terhadap kinerja Ganjar Pranowo sebagai Gubernur.

Metafora

Adapun beberapa metafora yang penulis temukan dalam segmen Ganjar Pranowo dalam episode “Pejabat Kekinian” :

haters, multi platform, media genic, baju safari, cacat, dilempar ke publik, dicopot.

Peneliti memahami bahwa penggunaan metafora sebagaimana di atas, secara strategis sebagai landasan berpikir,

alasan pembenar atas pendapat atau gagasan tertentu kepada penonton, dimana hal-hal tersebut mengandung makna tertentu

yang pastinya tidak terlepas dari hal-hal utama yang dibahas dalam episode “Pejabat Kekinian” ini.

Sebagai contoh, pada kata ungkapan “dicopot”. Kata ini digunakan oleh Ganjar Pranowo untuk menunjukkan bukti dalam melakukan interaksi dengan warganya, membangun komunikasi langsung dengan warganya, yang mana ketika semua ia mendapat laporan dari warga tentang adanya pemungutan liar yang dilakukan oleh samsat, maka pelaku pemungutan liar tersebut langsung di tindak tegas dengan sanksi pemecatan, dimana dalam percakapan Ganjar Pranowo menggambarkan sanksi pemecatan tersebut dengan kata “dicopot” Berikut adalah ringkasan percakapan yang menunjukkan penggunaan ungkapan “dicopot” :

Najwa Shihab : “Dari apa yang anda lakukan ini, apa hal yang paling efektif, atau bukti yang paling efektif ketika anda menggunakan media sosial ini, dalam menangani persoalan-persoalan publik lewan saluran-saluran seperti ini?”

Ganjar Pranowo : “Oh banyak. Kalo kasus yang terjadi saya pernah copot orang karena di samsat dia minta duit sama masyarakat dan ada

yang lapor dan masyarakatnya pintar kemudian lapor “pak ini kami dimintain duit” kalo memang kamu dimintain duit coba fotoin

orangnnya. Kemudian difotokan tapi mungkin fotonya dari bawah, kemudian saya terima fotonya. Saya kontak pimpinannya kemudian

(37)

85

5.1.3 Hubungan Antara Struktur Makro, Super Struktur dan Struktur Mikro

dalam Program Talkshow Mata Najwa Episode “Pejabat Kekinian”

Meskipun terdiri dari berbagai struktur dan elemen, semua struktur dan elemen tersebut merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dan saling mendukung satu sama lain. Pertama, Struktur Makro. Ini merupakan makna global/umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita. Dengan kata lain, analisis Struktur Makro merupakan analisis sebuah teks yang dipadukan dengan kondisi sosial disekitarnya, sekaligus gambaran umum dari keseluruhan sebuah teks.

Struktur teks yang kedua adalah Super Struktur. Bagian dari teks yang satu ini merupakan bagian yang berhubungan dengan kerangka atau pola dari suatu teks, serta bagaimana bagian-bagian teks disusun menjadi suatu kesatuan yang utuh. Hal yang diamati pada Super Struktur adalah skematik atau alur. Suatu teks umumnya memiliki alur dari pendahuluan hingga akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti. Alur pada teks biasanya terdiri dari pembukaan, isi, dan penutup. Struktur yang ketiga adalah Struktur Mikro. Keberadaan Struktur Mikro berfungsi untuk menjelaskan secara rinci serta detail mengenai hal-hal penting yang berhubungan dengan tema utama dari sebuah teks. Penjelasan secara mendetail suatu teks dalam Struktur Mikro sendiri dapat dilihat dari beberapa elemen yaitu semantik, sintaksis, stilistik dan retoris.

(38)

86

5.2 Analisis Dimensi Kognisi Sosial Program Talkshow Mata Najwa Episode

“Pejabat Kekinian”

Kognisi sosial merupakan sebuah dimensi untuk menjelaskan bagaimana suatu teks diproduksi oleh individu atau kelompok pembuat teks.cara memandang atau melihat sebuah realitas sosial melahirkan suatu teks tertentu. Penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati. Pentingnya mengamati dimensi ini guna mengetahui bagaimana proses sebuah teks diproduksi oleh pembuat teks tersebut sehingga dapat diketahui pula mengapa teks tersebut dapat berupa demikian. Selain itu melalui analisis pada dimensi kognisi sosial pada teks, dapat dilihat pula gambaran nilai-nilai yang menyebar dan diserap oleh kognisi pembuat teks yang kemudian digunakan untuk membuat suatu teks. Setiap teks pada dasarnya dihasilkan melalui kesadaran, prasangka atau pengetahuan tertentu atas suatu peristiwa (Eriyanto,2001:160).

Pada dasarnya program talkshow Mata Najwa merupakan hasil karya atau

bentuk kreatifitas dari sebuah tim, dimana melalui hasil kerja keras tim inilah berbagai informasi serta data mengenai narasumber dapat dikumpulkan. Dari informasi atau data yang terkumpulkan inilah kemudian diolah menjadi sebuah naskah dan dikembangkan menjadi tema utama yang dibahas pada setiap episode.

Mengamati keseluruhan tayangan program talk show Mata Najwa, peneliti menemukan bahwa cara pandang Najwa tentang gaya kepemimpinan seorang pejabat merupakan representasi yang mewakili pandangan masyarakat terhadap kepemimpinan seorang pejabat. Hal ini dibuktikan dengan beberapa pertanyaan inti yang menyinggung tentang bagaimana Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo membangun hubungan dengan masyarakat melalui pemanfaatan media sosial atau dengan kata lain melalui sederet pertanyaan yang menyinggung tentang bagaimana kedua pejabat ini memberikan pelayanan publik dengan memanfaatkan media sosial.

(39)

87

video tentang tanggapan dan penilaian masyarakat atas kedua pejabat ini. Video tentang tanggapan masyarakat yang menjadi cuplikan ini tentunya telah diambil sebelum program acara ini berlangsung. Disinilah letak dari proses pembentukan pandangan atau kognisi masyarakat tentang kepemimpinan seorang pejabat yang kemudian di wakili dan direpresntasikan oleh Najwa sebagai pembawa acara dalam program talk show Mata Najwa episode Pejabat kekinian.

Garis besar yang ditemukan peneliti dari keseluruhan transkrip percakapan pada episode “Pejabat Kekinian” menunjukkan bahwa dengan menggunakan media sosial, pejabat dapat membuka ruang interaksi serta komunikasi dengan masyarakatnya. Peneliti menyimpulkan bahwa penggambaran mengenai Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo ini merupakan representasi pandangan masyarakat yang diwakili oleh pembuat teks dalam memandang serta membentuk opini penonton maupun masyarakat tentang gaya kepemimpinan Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo.

5.3 Analisis Dimensi Konteks Sosial Program Talkshow Mata Najwa Episode “Pejabat Kekinian”

Konteks digunakan untuk melihat bagaimana makna yang dihayati bersama, kekuasaan diproduksi lewat praktik diskursus dan legitimasi (Eriyanto,2001:271). Dengan kata lain, analisis konteks digunakan untuk melihat bagaimana sebuah wacana diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat.

Peneliti melihat bahwa konteks sesungguhnya yang ditampilkan dalam episode “Pejabat Kekinian” adalah tentang sentuhan langsung seorang pemimpin dengan masyarakat. Masyarakat sedang mencari sosok pemimpin yang mampu secara langsung terlibat serta berinteraksi dengan mereka, serta dapat membawa mereka ke arah yang lebih baik. Munculnya episode ini, seakan memberikan alternatif pilihan kepada masyarakat, bahwa adanya calon pemimpin yang baik, mampu terlibat secara

langsung di tengah-tengah masyarakat, membuka ruang komunikasi dan interaksi secara langsung, yang ditunjukkan melalui pembahasan seputar Ridwan Kamil

(40)

88

bpermasalahan yang terjadi ditengah masyarakat dengan berbagai dacara dan salah satunya dengan menggunakan media sosial. Episode pejabat kekinian ini juga mengkonstruksi sosok Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo sebagai sosok inspirratif. Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo digambarkan sebagai pejabat yang mampu memberikan contoh bagi pejabat lainnya yang ada di bawah kepemimpinan mereka untuk bersikap dan bertingkah laku sebagai pejabat yang dekat serta tebuka dengan masyarakatnya, serta menjadi agen perubahan dalam mereformasi sistem birokrasi yang ada di wilayah kepemimpinan masing-masing. Konstruksi wacana gaya

kepemimpinan pada episode ini secara tidak langsung mengontrol masyarakat dengan mempengaruhi kondisi mental masyarakat, seperti kepercayaan, sikap dan pengetahuan.

Dalam menganalisis konteks, ada 2 hal penting yang ditekankan oleh Van Djik, yaitu : kekuasaan dan akses. Kekuasaan yang disoroti oleh Van Djik dalam hal ini adalah tindakan seseorang/kelompok untuk secara tidak langsung mengontrol dengan cara mempengaruhi kondisi mental, seperti kepercayaan, sikap dan pengetahuan, sedangkan akses yang dimaksud dalam hal ini adalah melihat bagaimana besar akses diantara setiap kelompok untuk mempengaruhi kesadaran khalayak (Eriyanto, 2001 : 272 – 273).

1. Kekuasaan

Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo dengan gaya kekinian mereka sebagai seorang pejabat merupakan sebuah cara baru dalam mengontrol serta memanajemen wilayah yang mereka pimpin, dimana dengan kekuasaan yang mereka miliki sebagai pemimpin serta gaya kekinian yang ada, keduanya melakukan berbagai hal yang dampak positifnya sangat bermanfaat bagi masyarakat, sehingga dengan hal tersebut masyarakat dapat melihat serta menilai dan percaya dengan kekuasaan yang dimiliki,

baik Ridwan Kamil maupun Ganjar Pranowo menggunakannya demi kepentingan publik.

2. Akses

(41)

89

mengembangkan pelayanan serta memperbaiki sistem birokrasi dalam melayani masyarakat.

5.4 Pembentukan Wacana oleh Tim Program Talkshow Mata Najwa

Dalam program talk show Mata Najwa, wacana di bentuk kemudian di kemas menjadi suatu program acara melalui beberapa tahap. Pertama, tahap perancanaan dan persiapan. Pada tahap ini tim terlebih dahulu menentukan ide atau gagasan mengenai isu-isu serta berbagai fenomena merarik yang berkembang atau marak

diperbincangkan oleh publik sebelum diangkat dan dikemas dalam program acara. Ketika muncul ide atau gagasn, selanjutnya dilakukan perembukan atau diskusi dalam tim sehingga di sepakati suatu tema dari berbagai ide atau gagasan yang muncul untuk diangkat menjadi topik dari program Talks Show Mata Najwa.

Setelah adanya kesepakatan terhadap tema atau topik tertentu, tim Mata Najwa melakukan survei mengenai narasumber yang cocok dan tepat serta sesuai dengan tema atau topik yang telah disepakati. Setelah menemukan narasumber yang dianggap cocok dengan tema, tim melakukan pengumpulan-pengumpulan data mengenai hal-hal yang memiliki hubungan antara tema atau topik, dengan narasumber yang telah ditetapkan, dan setelah hal ini dilakukan, tim melakukan konfirmasi langsung dengan narasumber tersebut. Konfirmasi ini sekaligus menjadi tanda kepada orang atau kelompok tersebut bersedia atau tidak menjadi narasumber. Apabila narasumber bersedia maka akan dilakukan pertemuan dengan narasumber untuk menggali lebih jauh informasi-informasi terkait dari narasumber, sekaligus melakukan cross-chek data survei yang dilakukan tim kepada narasumber.

Tahap yang ketiga adalah melakukan persiapan yang berhubungan dengn konten dari program acara. Setelah tim memiliki persetujuan dari narasumber serta data akurat yang sesuai dengan tema yang hendak diusung, tim melakukan persiapan

berupa setting acara, mempersiapkan pokok-pokok bahasan yang berhubungan dengan tema, mempersiapkan daftra pertanyaan serta setting alur dari program yang

(42)

90

Melihat dan mengamati program talk show Mata Najwa, dapat dilihat bahwa program ini lebih menyoroti akan hal-hal yang berhubungan dengan masyarakat, atau dengan katalain membahas mengenai isu-isu atau fenomena terkini yang memiliki dampak dalam kehidupan masyarakat, sehingga program ini memiliki nilai berita yang tinggi dan berkualitas. Diangkatnya tema pejabat kekinian disebabkan karena adanya fenomena yang memang menarik dan menjadi sorotan bagi masyarakat luas bahwa adanya pejabat daerah yang aktif bersosial media.

5.5 Temuan Gaya Kepemimpinan Pada Dimensi Teks, Kognisi Sosial Dan

Konteks Sosial

Setelah peneliti melakukan pengamatan serta analisis pada ketiga dimensi tersebut, peneliti melihat bahwa gaya kepemimpinan Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo tidak secara langsung disebutkan atau tetapkan sebagai gaya kepemimpinan tertentu, namun peneliti melihat bahwa gaya kepemimpinan kedua pejabat daerah ini digambarkan melalui sikap serta tindakan-tindakan yang mencirikan gaya kepemimpinan tertentu, dan dalam hal ini adalah gaya kepemimpinan Transformasional, dimana gaya kepemimpinan transformasional merupakan gaya kepeminan dengan adanya proses pengembangan moralitas antara pemimpin dengan bawahan serta pihak lainny, dan pemimpin dengan gaya transformasional merupakan seorang pemimpin yang mampu menciptakan kharismatik yang penuh inspirasi, stimulasi intelektual, mendorong semangat pihak lain, serta menggunakan nilai-nilai yang dapat memenuhi kebutuhan bawahannya serta pihak lainnya.

Pada dimensi teks Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo digambarkan sebagai pejabat yang penuh dengan inspirasi, peka serta mampu memanfaatkan terhadap perkembangan teknologi, tegas dalam menjalankan birokrasi, memiliki kemampuan berkomunikasi dan interaksi serta terbuka kepada berbagai pihak. Hal ini mampu dibuktikan oleh kedua pejabat ini, bahwa dengan menggunakan media sosial dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai pejabat, memberikan banyak manfaat yang positif, dimana pada dimensi teks ini peneliti menemukan beberapa manfaat yang dimaksud; media sosial menjadi sarana interaksi, fungsi kontrol, merubah birokrasi serta media untuk menampung masukan, keluhan dan aspirasi masyarakat.

Gambar

Tabel 5.1.1. Analisis Elemen Struktur Percakapan Najwa Shihab Dengan Ridwan Kamil Sebagai Narasumber Pertama
Tabel 5.1.2.

Referensi

Dokumen terkait

berbasis alat peraga terhadap hasil belajar matematika siswa pada materi. persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel kelas VII MTsN

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa 52 ibu di wilayah kerja Puskesmas Mandalle Kabupaten Pangkep tentang pengetahuan ibu mengenai pemberian ASI eksklusif

Infants with ankyloglossia experiencing persistent breastfeeding difficulties showed less compression of the nipple by the tongue postfrenulotomy, which was associated with

Hasil analisis menunjukkan bahwa dari aspek fisika maupun termohidrolika serta keselamatan, teras kompak TK-2 and TK-4 dapat diterapkan sebagai teras kompak alternatif RSG-GAS..

kompetensi pedagogik dari 30 butir kuesioner, 30 butir kuesioner yang memenuhi syarat (valid) dengan reliabilitas 0,920 dengan keterandalan yang sangat tinggi. Data

Hasil dan pembahasan pada penelitian ini akan memaparkan hasil analisis berupa latar belakang sosial novel dan biografi pengarang, analisis struktural novel, aspek

Honorarium panitia diberikan kepada aparatur sipil negara yang diberi tugas oleh pejabat yang berwenang sebagai panitia atas pelaksanaan kegiatan seminar, rapat kerja,

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan sebagai kapasitor dalam menyampaikan