BAB III METODE PENELITIAN
4.3 Pembahasan
4.3.1 Pengaruh ROE Terhadap Harga Saham
Hasil pengujian secara parsial dengan metode Common Effect Model
(CEM) menunjukkan bahwa Return on Equity memiliki koefisien yang bernilai
positif dengan tingkat signifikansi sebesar 0,1543>0,05. Hal ini menunjukkan
bahwa Return on Equity berpengaruh positif tidak signifikan terhadap harga
saham. Dengan demikian, jika Return on Equity meningkat, tidak menyebabkan
peningkatan harga saham pada perusahaan sub sektor otomotif dan komponen di
Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015.
Return on Equity merupakan salah satu alat analisis dari rasio profitabilitas. Alat analisis ROE mengukur perbandingan antara laba bersih yang
dihasilkan untuk setiap ekuitas keuangan karena dengan melakukan pengukuran
menggunakan ROE dapat mengukur bagaimana perusahaan dapat memanfaatkan
modal yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba. Semakin tinggi ROE
berarti kinerja perusahaan semakin bagus. Return on Equity (ROE) mencerminkan
seberapa besar return yang dihasilkan bagi pemegang saham atas setiap rupiah
yang ditanamakannya (Murhadi, 2013:64).
Return on Equity berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap harga saham. Hal ini karena fluktuasi tingkat Return on Equity pada perusahaan
otomotif dan komponen tidak searah dengan fluktuasi yang terjadi pada harga
saham. Pada beberapa perusahaan otomotif dan komponen ditemukan tingkat
78
perusahaan otomotif dan komponen ditemukan ROE yang rendah namun ternyata
memiliki harga saham yang lebih tinggi.
Return on Equity pada perusahaan otomotif dan komponen tidak menjadi perhatian utama para investor sehingga Return on Equity berpengaruh tidak
signifikan terhadap harga saham perusahaan sub sektor otomotif dan komponen di
Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015.
4.3.2 Pengaruh ROA Terhadap Harga Saham
Hasil penelitian secara parsial (Uji t) dengan metode Common Effect
Model (CEM) menunjukkan bahwa Return on Assets berpengaruh negatif namun
signifikan terhadap harga saham. Hal ini menunjukkan bahwa Return on Assets
berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham pada perusahaan sub sektor
otomotif dan komponen di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015.
Return on Assets merupakan salah satu rasio profitabilitas untuk mengkur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari sejumlah aset yang
dimiliki. Semakin besar ROA mencerminkan semakin efisiennya perusahaan
dalam mengelola aset sehingga mampu memperoleh laba seperti dikemukakan
oleh Menurut Brigham dan Houston (2010: 148) mengatakan bahwa Return on
Assets adalah rasio laba bersih terhadap total aset mengukur pengembalian atas total aset.
Return on Assets berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham perusahaan otomotif dan komponen periode 2011-2015. Hal ini karena Return on
Assets perusahaan otomotif dan komponen secara umum berfluktuasi dengan nilai rata-rata sebesar 7,87% namun fluktuasi yang terjadi tidak searah dengan fluktuasi
yang terjadi pada harga saham. Pada sebagian besar perusahaan ditemukan
Return on Assets meningkat ternyata tidak diikuti oleh meningkatkan harga saham, namun sebaliknya ketika Return on Assets meningkat, harga saham
perusahaan tidak mengalami peningkatan bahkan mengalami penurunan. Kondisi
ini juga disebabkan oleh tingginya beban perusahaan sehingga meskipun Return
on Assets meningkat namun peningkatan tersebut juga diiringi oleh meningkatnya sejumlah hutang untuk membiayai aset sehingga para investor di pasar saham
tidak tertarik untuk membeli saham perusahaan sebab dengan jumlah hutang yang
terus meningkat meskipun laba meningkat dikhawatirkan perusahaan tidak
mampu membayarkan dividen seperti harapan investor karena kemungkinan besar
sebagian laba akan digunakan untuk melunasi hutang dibanding membayar
dividen.. Hal ini menyebabkan Return on Assets berpengaruh negatif signifikan
terhadap harga saham pada perusahaan otomotif dan komponen di Bursa Efek
Indonesia periode 2011-2015.
4.3.3 Pengaruh DER Terhadap Harga Saham
Hasil pengujian secara parsial (Uji t) dengan metode Common Effect
Model (CEM) menunjukkan bahwa Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan yang
terjadi pada Debt to Equity Ratio menyebabkan penurunan yang signifikan
terhadap harga saham perusahaan otomotif dan komponen di Bursa Efek
Indonesia periode 2011-2015.
Debt to Equity Ratio pada penelitian ini berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham. Hal ini karena sebagian besar perusahaan otomotif dan
80
komponen memiliki DER yang relatif tinggi dan cenderung mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan yang terjadi pada Debt to Equity Ratio
secara umum tidak searah dengan pergerakan harga saham. Saat Debt to Equity
Ratio meningkat, harga saham cenderung mengalami penurunan. Debt to Equity Ratio yang tinggi menyebabkan permintaan saham menurun sehingga harga saham juga menurun. Kondisi inilah yang menyebabkan DER berpengaruh
negatif signifikan terhadap harga saham.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Weston
dan Copeland (2010: 238) menyatakan bahwa rasio leverage (leverage ratios)
seberapa besar aktiva perusahaan telah dibiayai oleh penggunaan hutang. Debt to
Eqiuty Ratio (DER) merupakan salah satu alat analisis dari rasio Leverage yang mengukur tingkat kemampuan perusahaan perusahaan untuk membayar hutang
perusahaan dengan menggunakan ekuitas yang dimiliki perusahaan. Semakin
tinggi DER yang dimiliki perusahaan semakin besar pula tingkat risiko yang harus
dipertanggungjawabkan perusahaan.
Selanjutnya hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Dadrasmoghadam dan Akbari (2015). Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham
4.3.4 Pengaruh PBV Terhadap Harga Saham
Hasil pengujian secara parsial (Uji t) dengan metode Common Effect
Model (CEM) menunjukkan bahwa Price to Book Value berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Hal ini menunjukkan bahwa jika Price to Book
Value (PBV) meningkat maka harga saham pada perusahaan sub sektor otomotif dan komponen juga meningkat.
Price to Book Value (PBV) berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham karena Price to Book Value yang tinggi mencerminkan tingginya
nilai perusahaan dimata investor sehingga saat Price to Book Value meningkat
maka akan menarik minat investor untuk membeli saham perusahaan sehingga
harga saham akan mengalami peningkatan.
Price to Book Value merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur nilai perusahaan seperti dikemukakan oleh Brigham dan Houston
(2010:151) yang menyatakan bahwa nilai perusahaan dapat diukur dengan Price
book Value (PBV) atau market/book (M/B) ratio. Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai
sebuah perusahaan yang terus tumbuh. Perusahaan yang dipandang baik oleh
investor yaitu perusahaan dengan laba dan arus kas yang aman, hal itu dapat
dicerminkan melalui Price to Book Value.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi
dan Suaryana (2013). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Price to Book
Value berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.
4.3.5 Pengaruh PER Terhadap Harga Saham
Hasil pengujian secara parsial (Uji t) menunjukkan bahwa Price to
Earning Ratio berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham. Hal ini menunjukkan bahwa jika Price to Earning Ratio akan diikuti oleh peningkatan
82
harga saham pada perusahaan sub sektor otomotif dan komponen periode
2011-2015.
Price to Earning Ratio berpengaruh tidak signifikan terhadap harga saham karena Price to Earning Ratio pada perusahaan sub sektor otomotif dan
komponen cenderung berfluktuasi namun fluktuasi yang terjadi tidak selalu
searah dengan fluktuasi pada harga saham. Pada beberapa perusahaan meskipun
memiliki harga saham yang tinggi, namun memiliki Earning per Share sehingga
Price to Earning Ratio berpengaruh tidak signifikan terhadap harga saham perusahaan sub sektor otomotif dan komponen di Bursa Efek Indonesia periode
2011-2015.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Murhadi (2013:65) yang menyatakan bahwa Price Earning Ratio (PER)
menunjukkan hubungan antara harga pasar saham biasa dengan Earning Per
Share (EPS). Semakin tinggi PER menunjukkan bahwa perusahaan memliki pertumbuhan keuangan yang baik dan biasanya semakin tinggi PER semakin
banyak diminati oleh investor. Price Earing Ratio (PER) terlalu tinggi,
mendindentifikasi bahwa harga pasar saham perusahaan tersebut mahal.
Selanjutnya, hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Ratih, et al (2013). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Price Earning
Ratio berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham pada perusahaan sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2012.
4.3.6 Pengaruh EPS Terhadap Harga Saham
Hasil pengujian secara parsial (Uji t) dengan metode Common Effect
Model (CEM) menunjukkan bahwa Earning per Share berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham. Hal ini menunjukkan bahwa jika Earning per
Share meningkat, maka akan diiringi dengan meningkatnya harga saham pada perusahaan sub sektor otomotif dan komponen di Bursa Efek Indonesia periode
2011-2015.
Earning per Share berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap harga saham karena Earning per Share pada perusahaan sub sektor otomotif dan
komponen meskipun berfluktuasi namun fluktuasi yang terjadi secara umum
searah dengan fluktuasi yang terjadi pada harga saham. Earning per Share pada
mencerminkan besar laba yang diperoleh per lembar saham sehingga semakin
tinggi Earning per Share memberi sinyal positif pada investor tentang keuntungan
yang diperoleh pada setiap lembar saham sehingga menyababkan Earning per
Share berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham perusahaan sub sektor otomotif dan komponen di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Menurut Fahmi (2012:97) yang menyatakan bahwa Earnings Per Share (EPS)
adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang
saham dari setiap saham yang dimilikinya. Selanjutnya Tandelilin (2010:373)
menyatakan bahwa Earning per share adalah laba bersih yang siap di bagikan
kepada pemegang saham di bagi dengan jumlah lembar saham perusahaan.
84
Dewi dan Suaryana (2013). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Earning per
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN