BAB III METODE PENELITIAN
5.2 Saran
Berdasarkan pembahasan, diberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi Perusahaan Sub Sektor Otomotif dan Komponen
Bagi perusahaan Otomotif dan Komponendi Bursa Efek Indonesia diharapkan
agar menjaga berbagai rasio keuangan khususnya rasio-rasio yang mengukur
nilai perusahaan karena dari hasil pengujian menunjukkan bahwa salah satu
rasio nilai perusahaan (PBV) berpengaruh positif signifikan terhadap harga
saham. Dengan meningkatnya nilai perusahaan akan memberi keyakinan
bagi investor untuk membeli saham perusahaan karena dinilai perusahaan
tumbuh dan dapat memberikan tingkat return yang tinggi sehingga
permintaan saham perusahaan di pasar saham akan meningkat selanjutnya
meningkatnya permintaan saham akan menyebabkan meningkatnya harga
saham perusahaan.
2. Bagi Investor
Bagi investor diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam
mengambil keputusan investasi khususnya keputusan berinvestasi di
perusahaan sub sektor otomotif dan komponen yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi Peneliti selanjutnya diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan
referensi untuk penelitian sejenis lainnya terkait dengan rasio-rasio keuangan
yang tidak disertakan pada penelitian ini agar diperleh hasil penelitian yang
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pasar Modal
Pasar modal adalah sarana pertemuan antara pihak yang memiliki
kelebihan dan dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjual
belikan sekuritas. Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan pasar untuk
memperjual-belikan sekuritas yang umurnya lebih dari satu tahun, seperti saham
dan obligasi. Sedangkan tempat berlangsung kegiatan jual beli sekuritas adalah
bursa efek. Di dalam pasar modal, pelaku pasar modal akan berinteraksi dengan
sistem jual-beli instrumen yang diperjual-belikan. Jual-beli ini terjadi akibat
adanya adanya kelebihan dana ataupun modal dari investornya dengan keinginan
mendapatkan nilai tambah dari proses tersebut.
Di Indonesia tempat terdapat satu bursa efek, yaitu Bursa Efek Indonesia.
Sejak tahun 2007, Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES)
bergabung dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesai (Tandelilin,
2010:26).
Menurut Husnan (2009:3), pasar modal dapat didefenisikan juga sebagai
pasar untuk berbagai instrument keuangan atau sekuritas jangka panjang yang bisa
diperjual belikan baik bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan
Dalam kegiatan di pasar modal, terdapat pelaku-pelaku di pasar modal
diantaranya yaitu emiten, underwritter, broker atau pialang (Fahmi, 2012:89).
1. Emiten merupakan perusahan yang terlibat dalam menjual sahamnya di pasar
modal.
2. Underwritter atau penjamin, yaitu pihak yang menjamin perusahaan tersebut
dala menjual sahamnya di pasar modal.
3. Broker atau pialang, yaitu perantara antara si penjual (emiten) dengan si
pembeli (investor). Jadi, fungsi broker dalam hal ini bertugas memberikan
informasi kepada investor mengenai emiten serta melakukan penjualan efek
kepada investor di pasar modal.
Produk-produk pasar modal dapat dijadikan sebagai salah satu investasi
yang menarik kepada para pemodal atau investor hal ini di karenakan dapat
memberi tingkat hasil dan tingkat likuiditas yang tinggi yang dapat
diperjual-belikan setiap saat, sehingga investor dapat dengan mudah melakukan penjualan
asset apabila memerlukan dana yang segera sifatnya.
Menurut Sunariyah (2011: 12), jenis-jenis pasar modal tersebut beberapa
macam, yaitu:
1. Pasar Perdana (Primary Market)
Pasar perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan
saham (emiten) kepada pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh pihak
18
2. Pasar Sekunder (Secondary Market)
Pasar sekunder didifinisikan sebagai saham setelah melewati masa penawaran
pada pasar perdana. Jadi, pasar sekunder dimana saham dan sekuritas lain
diperjualbelikan secara luas, setelah melalui masa penjualan di pasar perdana.
Harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran
antara pembeli dan penjual.
3. Pasar Ketiga (Third Market)
Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain diluar
bursa (over the counter market). Bursa pararel merupakan suatu sistem
perdagangan efek yang terorganisir di luar bursa efek resmi, dalam bentuk
pasar sekunder yang diatur dan dilaksanakan oleh Perserikatan Perdagangan
Uang dan Efek dengan diawasi dan dibina oleh Badan Pengawas Pasar
Modal.
4. Pasar Keempat (Fourth Market)
Pasar keempat merupakan bwntuk perdagangan efek antar pemodal dengan
kata lain tanpa melalui perantara efek.
2.1.2 Saham
Saham dapat didifinisikan sebagai tanda pernyertaan modal seseorang atau
pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseoan terbatas. Dengan
menyertkan modal tersebut, maka pihak tersebut memilik klaim (hak tagih) atas
pendapatan perusahaan, klaim atas aset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat
Menurut Indiarto (2009:85) saham merupakan surat bukti bahwa
kepemilikan aset-aset yang menerbitkan saham dengan memilik saham
perusahaan, maka investor akan smempunyai hak terhadap pendapatan dan
kekayaan perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban
perusahaan. Saham merupakan salah satu jenis sekuritas yang cukup populer
diperjualbelikan di pasar modal.
Sedangkan menurut Sjahrial (2012:19) saham adalah surat berharga yang
dikeluarkan oleh sebuah perusahanyang berbentuk perseroan terbatas atau yang
disebut dengan emiten. Saham menyatakan bahwa pemilik saham tersebut juga
pemilik/pemegang saham perusahaan.
Menurut Fahmi (2012:81), jenis saham dibagi menjadi 2 (dua) yaitu saham
biasa (common stock) dan saham istimewa (preferred stock).
1. Saham Biasa (Common Stock)
Merupakan surat berharga dimana pemegangnya memiliki hak mengikuti
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan Rapat Umum Pemegang Saham
Luar Biasa (RUPSLB), serta berhak untuk menentukan membeli right issue
(penjualan saham terbatas) atau tidak, dan memperoleh keuntungan berupa
dividen di akhir tahun.
Saham Biasa dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
a. Blue chip-stock (saham unggulan), saham dari perusahaan yang dikenal
secara nasional dan memiliki sejarah laba, laba pertumbuhan dan manajemen
20
b. Growth stock, saham-saham yang diharapkan memberikan pertumbuhan laba
yang lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata saham lain.
c. Defensive stock (saham-saham defensif), saham yang cenderung stabil
meskipun dalam keadaan perekonomian yang labil atau tidak menentu,
contohnya saham food and beverage.
d. Cyclical Stock, saham yang nilainya cenderung naik pesat saat keadaan
ekonomi bik, dan turun secara cepat saat keadaan ekonomi buruk.
e. Seasonal stock, saham perusahaan yang penjualannya bervariasi karena
musiman. Contohnya saat musim liburan mainan anak-anak memiliki
penjualan yang tinggi.
f. Speculative stock, saham yang kondisinya memiliki tingkat spekulasi yang
tinggi, namun kemungkinan tingkat pengembaliannya rendah.
2. Saham istimewa (Preffered Stock)
Merupakan surat berharga dimana pemegangnya akan memperoleh
pendapatan tetap dalam bentuk deviden yang diterima setiap kuartal (tiga
bulan).
2.1.3 Harga Saham
Harga saham mengalami perubahan naik atau turun dari satu waktu ke
waktu lain. Perubahan tersebut tergantung pada kekuatan permintaan dan
penawaran, apabila suatu saham mengalami kelebihan permintaan, maka harga
cenderung naik. Sebaliknya jika terjadi kelebihan penawaran, maka harga saham
cenderung turun. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal
terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki
klaim (hak tagih) atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan
berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
Menurut Rusdin (2008: 66), “harga saham ditentukan menurut hukum
permintaan dan penawaran atau kekuatan tawar-menawar di bursa. Makin banyak
orang membeli, maka harga saham tersebut cenderung naik. Sebaliknya, makin
banyak orang ingin menjual saham tersebut, maka saham tersebut kaan bergerak
turun.”
Ada beberapa kondisi dan situasi yang menentukan harga suatu saham
mengalami fluktuasi (Fahmi, 2012:87), yaitu:
1. Kondisi makro dan mikro ekonomi
2. Kebijakan perusahaan dalam memutuskan untuk ekspansi (perluasan usaha),
seperti membuka kantor cabang (brand office), kantor cabang pembantu (sub
brand office), baik dibuka domestic maupun luar negeri, 3. Pergantian direksi secara tiba-tiba.
4. Adanya direksi atau pihak perusahaan yang terlibat tindak pidana dan
kasusnya sudah masuk ke pengadilan.
5. Kinerja perusahaan yang mengalami penurunan dalam setiap waktunya,
6. Risiko sistematis, yaitu bentuk risiko yang terjadi secara menyeluruh dan
telah ikut menyebabkan perusahaan ikut terlibat.
7. Efek dari psikologi pasar yang ternyata mampu menekan kondisi teknikal jual
22
Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2012:149), bahwa dalam melakukan
analasis harga saham, terdapat dua pendekatan yang sering digunakan, yaitu:
1. Analisis Fundamental
Analisis fundamental dangat berhubungan dengan kondisi keuangan
perusahan. Analisis fundamental merupakan salah satu cara melakukan
penilaian saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai indikator
terkait kondisi makro ekonomi dan kondisi industri suatu perusahaan,
termasuk berbagai indikator keuangan dan manajemen perusahaan”. Dengan
demikian, analasis fundamental merupakan analisis yang berbasis pada
berbagai riil untuk mengevaluasi atau memproyeksi nilai suatu saham.
2. Analisis Teknikal
Analisis teknikal merupakan cara menganalisis saham berdasarkan observasi
pergerakan saham di masa lalu. Menurut Darmadji dan Fakrudin (2012:160),
“analisis teknikal salah satu metode yang digunakan untuk menilai saham,
dimana dengan metode ini para analisis melakukan evaluasi saham berbasis
pada data-data statistik dari aktivitas perdagangan saham, seperti harga saham
dan volume transaksi”.
2.1.4 Manfaat dan Risiko Investasi Saham
Adapun manfaat investasi saham menurut Syahyunan (2015:19) pada
dasarnya, ada 2 (dua) keuntungan yang diperoleh pemodal (investor) dengan
1. Dividen
Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit
saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen yang diberikan
setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam rapat umum
pemegang saham (RUPS). Dividen yang dibagikan perusahaan (emiten) dapat
berupa dividen tunai, artinya kepada setiap pemegang saham diberikan
dividen berupa bunga tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham
atau dapat pual berupa dividen saham (stock dividend) yang berarti kepada
setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah
saham yang dimiliki seorang investor akan bertambah dengan adanya
pembagian dividen saham tersebut.
2. Capital gain
Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital Gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder.
Sedangkan beberapa kerugian/resiko yang ditanggung investor dengan
membeli atau memiliki saham menurut Syahyunan (2015:20), yaitu:
1. Capital Loss
Capital Loss yaitu kerugian dari hasil jual beli saham, berupa selisih antara nilai jual yang lebih rendah daripada nilai beli saham.
2. Opportunity loss, yaitu kerugian berupa selisih suku bunga deposito dikurangi
total hasil yang diperoleh dari total investasi, seandainya terjadi penurunan
24
3. Kerugian karena perusahaan dilikuidasi, namun nilai likuidasi yang dibagikan
lebih rendah dari harga beli saham.
4. Saham dikeluarkan dari bursa (desliting) karena memiliki kinerja buruk,
misalnya dalam kurun waktu tertentu saham tersebut tidak pernah
diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan
dividen secara berturut-turut selama beberapa tahun, dan berbagai kondisi
lainnya sesuai Peraturan Efek di Bursa.
5. Saham dihentikan sementara perdagangannya (di-suspend) oleh otoritas
Bursa Efek yang menyebabkan investor tidak dapat menjual sahamnya
hingga suspensi tersebut dicabut. Suspensi biasanya berlangsung dalam
waktu singkat, misalnya satu sesi perdagangan, dua sesi perdagangan, namun
dapat pula berlangsung dalam kurun waktu beberapa hari perdagangan. Hal
tersebut dilakukan otoritas bursa jika suatu saham mengalami lonjakan harga
yang luar biasa, suatu perusahaan dipailitkan oleh kreditornya, atau berbagai
kondisi lain yang mengharuskan otoritas bursa menghentikan perdagangan
saham tersebut untuk sementara sampai perusahaan yang bersangkutan
memberikan konfiarmasi atsu kejelasan informasi lainnya, hingga informasi
yang belum jelas tersebut tidak menjadi ajang spekulasi.
2.1.5 Laporan Keuangan
1. Jenis jenis Laporan Keuangan
a. Neraca
Neraca (Balanced Sheet) merupakan suatu laporan mengenai posisi kinerja
b. Laporan laba Rugi
Laporan Laba-Rugi (Income Statement) merupakan laporan yang merangkum
pendapatan dan beban perusahaan selama satu periode akuntasi, biasanya satu
kuartal atau satu tahun (Brigham dan Houston, 2010:87).
Menurut Syahyunan (2013:25) laporan keuangan adalah produk dari
manajemen dalam rangka mempertanggung-jawabkan (stewadship) penggunaan
sumber daya dan sumber dana yang dipercayakan kepadanya. Secara umum
laporan ini menyediakan informasi tentang posisi keuangan pada saat tertentu,
kinerja dana arus kas dalam suatu periode yang ditunjukkan bagi pengguna
laporan keuangan di luar perusahaan untuk menilai dan mengambil keputusan
yang bersangkutan dengan perusahaan. Sebagai sumber informasi, laporan
keuangan harus disajikan secara wajar, transparan, mudah dipahami, dan dapat
diperbandingkan dengan tahun sebelumnya ataupun antar perusahaan sejenis.
Menurut Syahyunan (2013:26) dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
Terdapat jenis laporan keuangan utama 3 (tiga), yaitu:
1. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan yang berupa aset, kewajiban, dan
ekuitas suatu perusahaan pada saat tertentu. Aset yang disajikan dalam
kriteria lancar dan tidak lancar. Kewajiban disajikan sebagai kewajiban
jangka pendek dan jangka panjang. Ekuitas adalah hak residual atas aset
26
2. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi adalah ringkasan mengenai pendapatan dan beban (biaya)
serta laba atau rugi yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu.
Perusahaan dapat mengklasifikan pendapatan dan beban atas sifat atau fungsi
dalam perusahaan. Berdasarkan sifat, berarti pendapatan dan beban dinamai
dengan peruntukkan, misalnya pengeluaran untuk bahan baku dinamakan
beban bahan baku, untuk gaji dan upah dinamakan beban pegawai dan
seterusnya. Sedangkan fungsi pokok perusahaan biasanya terdiri dari fungsi
produksi, beban penelitian dan pengembangan, beban pemasaran serta beban
administrasi dan umum.
3. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kas dan setara kas dan kebutuhan perusahaan dalam
memanfaatkan dana tersebut, yang diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi,
investasi, dan pendanaan.
2.1.6 Return on Equity (ROE)
Menurut Sudana (2011:22) return on equity adalah kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba setelah pajak dengan menggunakan modal
sendiri yang dimiliki perusahaan. Rasio ini penting bagi pihak pemegang saham
untuk mengetahui efektifitas dan efesiensi pengelolaan modal sendiri yang
dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan.
Return on Equity menurut Brigham & Houston (2010:149) adalah rasio laba bersih terhadap ekuitas biasa, mengukur tingkat pengembalian atas investasi
pemegang saham biasa. Rasio ini mengukur tingkat pengembalian dari bisnis atas
modal sendiri atau seluruh modal yang ada. Return on Equity merupakan salah
satu indikator yang digunakan pemegang saham untuk mengukur keberhasilan
bisnis yang dijalani. Menurut Brigham & Houston (2010:149) ROE dapat
dirumuskan sebagai berikut: Menghitung Return on Equity digunakan rumus
sebagai berikut:
2.1.7 Return on Assets (ROA)
Menurut Brigham dan Houston (2010:148) mengatakan bahwa Return on
Assets adalah rasio laba bersih terhadap total aset mengukur pengembalian atas total aset. Menurut Hanafi (2008:42) menyatakan rasio Return on Assets adalah
mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat
aset yang tertentu.
Menurut Rivai et al. (2013:490) Return on Assets menunjukkan
kemampuan dalam mengelola aset yang menghasilkan laba sebelum pajak.
Return on Assets dihitung dengan rumus sebagai berikut:
2.1.8 Debt to Equity Ratio (DER)
Menurut Harahap (2010:303) menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio
menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi utang-utang
28
rasio leverage. Debt to Equity Ratio dirumuskan sebagai berikut (Harahap, 2010:
303):
Rasio ini mengukur seberapa besar harga saham yang ada dipasar
dibandingkan dengan nilai buku sahamnya. Semakin tinggi rasio ini
menunjukkan perusahaan semakin dipercaya, artinya nilai perusahaan menjadi
lebih tinggi.
2.1.9 Price to Book Value (PBV)
Menurut Tryfino (2009 :9) Price to Book Value (PBV) adalah perhitungan
atau perbandingan antara market value dengan book value suatu saham. Rasio ini
berfungsi untuk melengkapi analisis book value. Jika pada analisis book value,
investor hanya mengetahui kapasitas per lembar dari nilai saham, pada rasio PBV
investor dapat mengetahui langsung sudah berapa kali market value suatu saham
dihargai dari book value-nya.
Menurut Brigham dan Houston (2010:151) nilai perusahaan juga dapat
diukur dengan Price book Value (PBV) atau market/book (M/B) ratio. Rasio ini
mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi
perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh. Perusahaan yang
dipandang baik oleh investor yaitu perusahaan dengan laba dan arus kas yang
aman, hal itu dapat dicerminkan melalui Price to Book Value. Menurut Brigham
dan Houston (2009:115) Price to Book Value dapat dihitung dengan rumus
2.1.10 Price Earning Ratio (PER)
Menurut Sudana (2013:23) rasio ini mengukur bagaimana investor menilai
prospek pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang, dan tercermin pada
harga saham yang bersedia dibayar investor untuk setiap rupiah laba yang
diperoleh perusahaan. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan bahwa investor
mempunyai harapan yang baik tentang perkembangan perusahaan yang akan
datang, sehingga untuk pendapatan per saham tertentu, investor bersedia
membayar dengan harga yang mahal.
Rumus untuk menghitung Price Earning Ratio (PER) suatu saham adalah
membagi harga saham perusahaan terhadap earning per lembar saham. Secara
matematis,rumus untuk menghitung PER adalah sebagai berikut (Tandelilin,
2010:320):
2.1.11 Earning per Share (EPS)
Menurut Tandelilin (2010:373) Earning per share adalah laba bersih yang
siap di bagikan kepada pemegang saham di bagi dengan jumlah lembar saham
perusahaan. Adapun fungsi dari menghitung EPS adalah untuk mengukur
besarnya laba yang diberikan kepada pemegang saham (Syahyunan, 2013:95).
Maka dari itu laba bersih sesudah pajak harus dikurangi dengan dividen preferen
stock. Earning per share (EPS) merupakan jumlah keuntungan yang diperoleh
30
kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih per lembar merupakan
indikator fundamental keuangan perusahaan, yang seringkali dipakai sebagai
acuan untuk mengambil keputusan investasi dalam saham. Menurut Fahmi
(2013:52) rumus yang digunakan untuk menghitung Earnings Per Share (EPS)
adalah sebagai berikut:
Kemampuan sebuah perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dalam
per lembar saham merupakan indikator fundamental keuangan perusahaan yang
nantinya menjadi acuan para investor dalam memilih saham. Oleh karena itu,
penilaian yang akurat dan cermat bisa meminimalkan resiko sekaligus membatu
investor dalam meraih keuntungan.
2.2 Penelitian Terdahulu
Adapun beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini
antara lain adalah sebagai berikut:
1. Dadrasmoghadam dan Akbari (2015) dengan judul penelitian “Relationship
between Financial Ratios in The Stock Prices of Agriculture-Related Campanies Accepted on the Stock Exchange for Iran”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Current Ratio, Return on Assets, dan Return on Equity
berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham sedangkan Activity Ratio
dan Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif signifikan terhadap harga
2. Idawati dan Wahyudi (2015) dengan judul penelitian “Effect of Earning per
Share and Return on Assets against Share Price on Coal Mining Company Listed in Indonesia Stock Exchange”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Earning per Share dan Return on Assets berpengaruh positif signifikan
terhadap harga saham.
3. Dewi dan Suaryana (2013) meneliti dengan judul “Pengaruh Earning per
Share, Debt to Equity Ratio, Price Book Value terhadap harga saham”. Dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda, dan variabel
dependen dalam penelitian ini adalah harga saham sedangkan variabel
independen penelitian ini earning per share, debt to equity ratio, price book
value. Menurut hasil penelitian menyatakan bahwa earning per share dan price book value berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham semntara debt to equity ratio berpengaruh siginifikan negatif terhadap harga
saham.
4. Ratih, et. al. (2013) meneliti dengan judul “Pengaruh Earning per Share,
Price Earning Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on Equity terhadap harga saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) tahun 2010-2012”. Dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi
linier, variabel dependen penelitian ini adalah harga saham sedangkan
variabel independen adalah earning per share, price earning ratio, debt to
equity ratio, return on equity. Menurut hasil penelitian ini bahwa earning per share, price earning ratio, return on equity berpengaruh positif dan signifikan
32
terhadap harga saham sedangkan debt to equity ratio berpengaruh negatif
terhadap harga saham.
5. Ramdhani (2013) meneliti dengan judul “Pengaruh Return on Assets dan
Debt to Equity Ratio terhadap harga saham pada Institusi Finansial di Bursa Efek Indonesia”. Dalam penelitian yang dilakukan terdapat variabel dependen
yaitu harga saham, sedangkan variabel independen yaitu return on assets dan
debt to equity ratio, untuk menganalsis data menggunakan regresi linier. Menurut hasil penelitian dinyatakan bahwa return on assets tidak
berpengaruh terhadap harga saham, begitu juga dengan debt to equity ratio
yang tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham.
6. Viandita, et al. (2013) meneliti dengan judul “Pengaruh Debt Ratio, Price
Earning Ratio, Earning per Share, dan Size terhadap harga saham (Studi pada perusahaan industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)” (2013). Dalam
penelitian yang dilakukan ini variabel dependen dalam peneitian ini adalah
harga saham, sedangkan untuk variabel independen adalah debt ratio, price
earning ratio, earning per share, dan size untuk menganalsis data penelitian digunakan analisis statistik regresi linier berganda. Menurut hasil penelitian
dinyatakan bahwa debt ratio, price earning ratio, earning per share, size
berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
7. Shamsudin et.al (2013) dengan judul penelitian “The Performance of Stock
and the Indicators”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Return on Assets, Total Assets Turnover, dan Loan to Deposit Ratio berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
8. Hadianto (2008) meneliti dengan judul “Pengaruh Earning per Share, Price