• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

C. Pembahasan

Kemandirian pada anak usia pra sekolah sangat penting bagi tahap perkembangan selanjutnya. Perkembangan kemandirian anak usia pra sekolah tidak lepas dari jenis pola asuh yang diterapkan oleh orang tua. Ada tiga jenis pola asuh orang tua, tetapi dalam penelitian ini hanya akan dibahas satu pola asuh saja, yaitu pola asuh orang tua otoritatif. Pola asuh otoritatif dipandang mempunyai andil dalam membentuk kemandirian anak karena dalam pola asuh ini anak dilatih sejak dini untuk mengontrol emosinya, dilatih untuk bertanggung jawab terhadap prilakunya, dilatih untuk mengungkapkan keinginannya dengan cara yang benar, adanya pemenuhan kebutuhan anak baik secara fisik maupun psikis yang mencukupi serta adanya penerimaan dari orang tua terhadap keadaan anak. Hal ini sesuai dengan pendapat Prasetya, 2003 yang mengatakan dalam pola asuh

otoritatif, prioritas utama diletakkan pada kepentingan anak dan pengendalian perilaku anak untuk berbuat hal-hal yang benar.

Pola asuh orang tua juga dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain adalah pendidikan orang tua, latar belakang keluarga, dan lingkungan sosial. Dalam penelitian ini rata-rata orang tua murid Kelompok Bermain Melati lulusan Sekolah Menengah Umum dan sebagian besar bekerja sebagai pegawai swasta (karyawan perusahaan swasta, PNS dan wiraswasta). Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa rata-rata orang tua murid hampir sama dalam memberikan pendidikan kepada anak dan dalam hal mencukupi kebutuhan anak. Perbedaan tinggi rendahnya pola asuh otoritatif yang diterapkan orang tua juga dipengaruhi oleh latar belakang keluarga, karena setiap keluarga mempunyai karakter yang berbeda-beda sehingga dalam menerapkan pola asuh pun mempunyai metode yang berbeda-beda. Karena adanya perbedaan pendidikan orang tua, latar belakang keluarga dan lingkungan sosial maka hal ini lah yang membedakan tinggi rendahnya pola asuh otoritatif yang diterapkan oleh orang tua murid Kelompok Bermain Melati.

Pola asuh orang tua otoritatif dalam penelitian ini mempunyai sumbangan sebesar 11,8% terhadap perkembangan kemandirian anak usia pra sekolah. Sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Variabel lain tersebut antara lain umur, konsep diri, tingkat intelegensi, jenis kelamin, serta stereotype yang ada dalam masyarakat. Dalam penelitian ini hasil perhitungan koefisien korelasi rxy sebesar 0,343 (p < 0,05) dengan nilai signifikansi 0, 013 yang lebih kecil dari 0,05 ( p < 0,05 ), maka dapat

dikatakan ada hubungan yang positif antara pola asuh otoritatif dengan perkembangan kemandirian anak usia pra sekolah.

Mean empiris pola asuh orang tua otoritatif (146,9) dan kemandirian anak (123,75) yang lebih besar dari mean teoretisnya mengindikasikan bahwa dalam penelitian ini rata-rata subjek penelitian mempunyai pola asuh otoritatif yang tinggi dan kemandirian yang tinggi. Kecenderungan skor mean empiris yang lebih tinggi dibanding mean teoretis pada kedua variabel ini disebabkan karena adanya keterbatasan dalam penelitian ini. Keterbatasan itu antara lain kemungkinan terjadi faking dalam pengisian skala karena skala pola asuh orang tua otoritatif diisi oleh orang tua dan skala observasi kemandirian anak usia pra sekolah dirating oleh guru. Selain itu hasil penelitian ini mungkin mengandung subjektifitas yang tinggi sehingga kurang menggambarkan keadaan subjek penelitian yang sesungguhnya. Untuk menghindari kemungkinan faking pada penelitian selanjutnya, hendaknya peneliti lebih selektif dalam menentukan subjek ataupun rater yang akan mengisi skala penelitian. Sedangkan untuk skala observasi hendaknya pengisian data dilakukan oleh peneliti sendiri atau tim yang ditunjuk oleh peneliti diluar lingkungan subjek yang akan dijadikan penelitian.

Koefisien korelasinya yang tidak terlalu tinggi, hanya 0,343 membuat posisi subjek di setiap variabel bisa tidak sama sehingga tidak bisa diharapkan pola asuh otoritatif tinggi, kemandiriannya juga tinggi. Dari hasil kategorisasi penelitian didapatkan sebagian besar subjek mempunyai kemandirian yang rendah, tetapi hasil kategorisasi ini hanya akan digunakan sebagai tambahan informasi karena dalam penelitian ini hanya akan dilihat ada tidaknya hubungan

yang positif antara pola asuh orang tua otoritatif dengan kemandirian anak usia pra sekolah di Kelompok Bermain Melati. Nilai kemandirian anak yang cenderung rendah ini mungkin karena kriteria kemandirian yang diterapkan oleh guru terlalu tinggi sehingga anak yang sebenarnya cukup mandiri dinilai mempunyai kemandirian yang kurang dan diberi skor yang rendah.

Kemandirian anak usia pra sekolah yang rendah mungkin dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain umur anak yang sebagian besar masih berusia 3 tahun dan masih belum bisa terlepas secara penuh dari kelekatan terhadap orang tua membuat anak terlihat belum mandiri. Perbedaan tingkat intellegensi anak yang membuat anak berbeda kapasitasnya dalam berfikir dan merespon stimulus baru dan terakhir yaitu jenis kelamin anak yang membuat perkembangan kemandirian pada anak laki-laki dan perempuan terlihat berbeda. Perbedaan perlakuan dan stereotipe antara peran pria dan wanita di dalam kehidupan bermasyarakat membuat perbedaan dalam perkembangan kemandirian antara anak laki-laki dan perempuan sehingga anak laki-laki akan terlihat lebih mandiri daripada anak perempuan. Karena kriteria yang terlalu tinggi akan kemandirian dan melihat dari faktor usia, tingkat intellegensi serta jenis kelamin anak membuat guru cenderung memberikan nilai yang rendah dalam menilai kemandirian anak padahal pada kenyataannya anak tersebut tergolong sudah cukup mandiri.

Pada dasarnya sebagian besar subjek penelitian sebenarnya mempunyai kemandirian yang cukup tinggi walaupun hasil yang diperoleh dari penelitian menunjukkan bahwa subjek kurang mandiri. Fakta-fakta dibawah ini dapat

mendukung hasil uji hipotesis yang bernilai positif. Bukti-bukti tersebut antara lain:

1. Semua anak-anak yang bersekolah di Kelompok Bermain Melati tidak ditunggui oleh orang tua ketika sedang bersekolah dan mereka sebagian besar mampu secara aktif berinteraksi dengan teman-teman sebaya dan guru pembimbing.

2. Sebagian besar subjek penelitian bisa mengungkapkan ide dan mau menceritakannya di depan kelas, terlihat kreatif dalam kegiatan menggambar, mewarnai, bermain dengan menggunakan clay dan balok. Selain itu sebagian besar anak-anak terlihat mampu secara aktif dalam kegiatan di kelas maupun luar kelas.

3. Sebagian besar subjek penelitian sudah mampu mengelola emosinya dengan cukup baik, hal ini terlihat ketika anak-anak mau tenang ketika disuruh tenang oleh guru, ketika anak menangis mudah untuk dihibur sehingga anak tidak menangis lagi, tidak mempelihatkan sikap yang destruktif ketika sedang melampiaskan kemarahannya, secara keseluruhan sikap nakal anak masih dalam batas wajar untuk anak seusianya.

4. Subjek penelitian sudah cukup bertanggung jawab atas perbuatannya, misalnya meminta maaf ketika berbuat salah terhadap orang lain, membereskan mainan yang sudah dipakai untuk bermain. Selain itu sebagian besar subjek sudah bisa bertanggung jawab atas dirinya sendiri, misal bisa menggosok gigi, ketika makan tidak disuapi, memakai sepatu sendiri dan juga memakai baju sendiri.

5. Dalam aspek ekonomi sederhana, sebagian besar subjek mampu menyebutkan nominal uang, mampu menyebutkan kegunaan uang, dan mampu menyebutkan kegunaan menabung.

Dari hasil pengamatan diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar anak yang bersekolah di Kelompok Bermain Melati sudah mandiri walaupun sebagian anak sebenarnya sudah mandiri tetapi belum mencapai tahap benar-benar mandiri. Anak yang kemandiriannya dilatih sejak dini akan lebih cepat dalam memaksimalkan potensi-potensi yang ada pada dirinya. Pola asuh yang mendukung perkembangan kemandirian anak adalah pola asuh otoritatif.

Pola asuh otoritatif yang diterapkan dengan baik oleh orang tua akan membawa dampak positif bagi perkembangan kemandirian anak karena anak yang diasuh dalam pola asuh otoritatif akan mempunyai perkembangan yang lebih baik dalam tiga aspek yaitu aspek intelektual, pengendalian emosi dan hubungan sosial dimana ketiga aspek tersebut merupakan aspek kemandirian. Anak yang diasuh oleh orang tua yang otoritatif akan terlihat lebih kreatif, mampu mengemukakan ide-ide yang dipikirkannya, bersikap kompeten, dapat mengambil keputusan sendiri dalam bentuk kemampuan memilih dan bertanggung jawab atas tindakannya karena orang tua yang otoritatif senantiasa mengembangkan komunikasi yang baik dengan anak baik secara verbal maupun non verbal sehingga anak dilatih untuk membuat keputusannya sendiri sejak dini. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Lutfi (1991) yang mengatakan bahwa pola asuh dan sikap orang tua yang demokratis menjadikan adanya komunikasi yang dialogis

antara anak dan orang tua dan adanya kehangatan yang membuat anak merasa diterima oleh orang tua sehingga ada rasa pertautan.

Dalam menerapkan displin, orang tua otoritatif senantiasa menyesuaikan dengan umur anak sehingga anak dapat terlatih untuk bertanggung jawab atas setiap perbuatannya. Dengan adanya disiplin dan latihan untuk bertanggung jawab atas tindakannya anak mulai berlatih untuk mengendalikan emosi dan sikapnya. Dalam pola asuh otoritatif ini prioritas utama diletakkan pada kepentingan anak dan pengendalian perilaku anak untuk berbuat hal-hal yang benar (Prasetya, 2003).

Adanya pemenuhan kebutuhan yang memadahi baik secara fisik maupun psikis serta adanya pandangan positif dari orang tua terhadap anak juga mendukung perkembangan kemandirian sehingga anak mempunyai kepercayaan diri dalam mengembangkan relasi dengan lingkungan sosialnya. Anak yang merasa diterima apa adanya akan memandang dirinya secara positif dan terlihat lebih mandiri karena anak tersebut dapat membuat keputusannya sendiri, mampu mengeluarkan ide-ide yang dia miliki, tidak terlalu tergantung pada orang lain dan lebih mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan baru.

Dari uraian diatas maka dapat dibuat kesimpulan bahwa pola asuh otoritatif sangat mendukung bagi perkembangan kemandirian anak usia pra sekolah. Anak-anak yang diasuh dalam pola asuh otoritatif nantinya akan berkembang menjadi pribadi yang mandiri, bertanggung jawab dan mampu berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Amaliyah (2006) yang menyatakan bahwa hasil dari pola asuh otoritatif ialah

anak-anak yang berkompeten secara sosial, percaya diri, dan bertanggung jawab secara sosial.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait