nilai-nilai toleransi dalam Surah Yunus ayat 40-41 dan Al-Baqarah ayat 256, urgensi nilai-nilai pendidikan toleransi dalam Surah Yunus ayat 40-41 dan Al-Baqarah ayat 256, serta implementasi nilai-nilai toleransi dalam kehidupan berdasarkan Surah Yunus 40-41 dan Al-Baqarah ayat 256 terhadap pendidikan Islam.
BAB II
KOMPILASI AYAT
Dalam bab ini akan dibahas tentang kompilasi ayat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kompilasi memiliki arti kumpulan yang tersusun dengan teratur (Departemen Pendidikan Nasional. 2007: 584). Dalam kompilasi ayat ini akan dibahas sebagai berikut:
A. Redaksi Surah Al-Baqarah ayat 256 dan Surah Yunus Ayat 40-41
Artinya : Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barangsiapa ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.
Artinya: Dan di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepadanya (al-Quran), dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Sedangkan Tuhan-mu lebih Mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan. Dan jika mereka (tetap) mendustakanmu (Muhammad), maka katakanlah,
“Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu tidak
bertanggung jawab terhadap apa yang aku kerjakan dan aku pun tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan.”
B. Arti Kosa Kata (Mufrodat) dan Penjelasan Dari Kata Kunci Yang Menunjukan Toleransi.
Setelah menyajikan teks dan terjemahannya, perlu bagi penulis untuk menyajikan beberapa kosa kata dengan ayat-ayat tersebut. Kosa kata yang disajikan sesuai dengan urutan ayat. Yaitu surah Al-Baqarah ayat 56 dan surah yunus ayat 40-41
a. Surah Al-Baqarah ayat 256 (kementrian Agama RI. 2011: 42)
Lafal Arti Lafal Arti
َل
Tidakْنِمْؤُ يَو
Dan berimanَهاَرْكِإ
Paksaanِوَّللاِب
Kepada Allahِف
Dalamِدَقَ ف
Sungguhِنيِّدلا
Agamaَكَسْمَتْسا
Dia telah berpegang (teguh)ْدَق
Sesungguhnyaِةَوْرُعْلاِب
Pada taliََّيَّ بَ ت
Telah jelas (perbedaan)ىَقْ ثُوْلا
Yabg sangat kuatُدْشُّرلا
Antara jalan yang benarَماَصِفْنا َل
اََلَ
Yang tidak akan putusِّيَغْلا َنِم
Dan jalan yangsesat
ُوَّللاَو
Dan Allahْنَمَف
Barang siapaعيَِسَ
Maha Mendengarْرُفْكَي
Yang ingkarميِلَع
Maha Mengetahuiِتوُغاَّطلاِب
Kepada taghutDari surah Al-Baqarah akan disajikan sebagai kata kunci yamg menunjukan tentang toleransi. Kata kuncinya adalah lafal .
ياركإ
Lafalياركإ
menurut kamus arab indonesia berasal dari kataياركأ
yang mempunyai arti memaksa. Lafalياركإ
berdsadarkan Tashrif Isthtilahy Tsulasy Mazid dalam bentuk masdhar dengan mengikuti wazanَمَعْفَأ
Kata masdhar sendiri memiliki arti isim yang dibaca nasob yang berfungsi menguatkan fi‟ilnya. Lafal
اًهاَرْكِإ
menjadi kataياركإ
karena di depan kata tersebut terdapat kataَل
. Fungsi َل sama halnya denganردصم عراضم معف ضام معف
اًهاَرْكِإ =
paksaanُيِرْكُي =
memaksaَياَرْكَا =
memaksafungsi
َّنِإ
menasobkan Isim dan merofakkan Khabar dengan syaratَل
tidak di ulang dan syaratnya tidak isim nakirah (Ahmad. 2003: 25).b. Surah Yunus ayat 40-41 (kementrian Agama RI. 2011: 213)
Lafal Arti Lafal Arti
ْمُهْ نِمَو
dan di antaramereka
ْمُكَلَو
Dan bagimuِوِب ُنِمْؤُ ي ْنَم
Ada yang beriman kepadaAl-Qur‟an
ْمُكُلَمَع
Amalanmuْمُهْ نِمَو
Dan di antaramereka
ْمُتْ نَأ
Kamuِوِب ُنِمْؤُ ي َل ْنَم
Ada pula yang tidak beriman kepada Al-Qur‟anَنوُئيِرَب
Tidak bertanggung jawabَكُّبَرَو
Sedangkan Tuhanmuُلَمْعَأ اَِّمِ
Terhadap apa yang aku kerjakanُمَلْعَأ
Lebihmengetahui
اَنَأَو
Dan akupunَنيِدِسْفُمْلاِب
Tentang orang-orang yang berbuat kerusakanءيِرَب
Tidak bertanggung jawabَكوُبَّذَك ْنِإَو
Dan jika mereka tetap mendustakanَنوُلَمْعَ ت اَِّمِ
Terhadap apa yang kamu kerjakanْلُقَ ف
Maka katakanlahيِلَمَع ِلِ
Bagiku amalankuDalam surah Yunus ayat 40-41ini kuncinya adalah pada lafal مَمَع. Lafal ِمَمَع menurut kamus arab indonesia َمَمَع yang mempunyai arti amal atau perbuatan (Asad. 1995: 14). Dalam Al-Qur‟an surah yunus ayat 41 ِمَمَع
kata ِل menunjukan kepemilikan atau orang yang melakukan perbuatan. Karena bisa dilihat dari arti kosa kata مَمَع yang berarti amalku sedangkan
ْمُكُهَمَع yang mempunyai arti amalanmu, sehingga penulis berpendapat bahwa fungsi dari jar (kasroh) dan kata ْمُك menunjukan kata kepemilikan atau sebagai kata orang yang melakukan suatu perbuatan.
C. Pokok Isi Kandungan
Setelah menyajikan teks ayat dan terjemahannya beberapa pokok kandungan surah Al-Baqarah ayat 256 dan Yunus ayat 40-41.
Adapaun redaksi surah Al-Baqarah ayat 256. Sebagaimana disajikan dalam teks berikut.
Adapun pokok-pokok isi kandungan yang terdapat dalam surah Al-Baqarah ayat 256 (Departemen Agama RI. 2009: 383):
a. Agama Islam tidak membolehkan umatnya menggunakan paksaan terhadap orang non Muslim untuk memasuki agama Islam.
b. Pendapat yang mengatakan bahwa Islam disiarkan dengan pedang atau kekerasan adalah tidak benar, dan bertentangan dengan kenyataan sejarah.
c. Orang yang memilih agama Islam sebagai agamanya adalah bagaikan orang yang telah mendapatkan pegangan yang kuat dan kokoh, yang tidak dikuatirkan putus.
d. Allah SWT adalah pelindung orang yang beriman.
e. Orang-orang kafir memilih setan sebagai pelindung mereka. Karena itu, mereka akan menjadi penghuni neraka, dan mereka akan kekal di dalamnya selama-lamanya.
Redaksi surah yunus ayat 40-41
Adapun pokok-pokok pengertian yang terkandung dalam surah Yunus ayat 40-41(MGMP. 2017: 21-22)
a. Di antara manusia ada yang beriman kepada Al-Qur‟an dan ada yang tidak beriman kepadaAl-Qur‟an.
b. Allah SWT lebih mengetahui terhadap orang-orang yang berbuat kerusakan.
c. Terhadap orang-orang yang mendustakan Al-Qur‟an kita diperintahkan supaya mengatakan, “bagiku amalanku dan
bagimu amalanmu”.
d. Kita terlepas dari amalan orang yang mendustakan Al-Qur‟an dan mereka terlepas dari amalan kita.
D. Pengertian Nilai
Nilai memilki arti harga ( Departemen pendidikan nasional, 2007: 783 ). Nilai merupakan sifat yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Sesuatu yang dianggap bernilai , maka sudah pasti akan dianggap lebih berharga dari pada hal-hal yang lain. Manusia adalah ciptaan yang sudah dibekali dengan akal yang luar biasa hebat, maka akan wajar sekali jika manusia akan memilih sesuatu yang lebih berharga dan bernilai untuk kehidupannya ( Poerdaminta, 2006: 677 ).
Dalam pengertian lain nilai adalah suatu panetapan atau suatu kualitas objek yang menyangkut suatu jenis aprsiasi atau minat. ( Tim PIP,. 2007: 42 ).
Nilai menurut Milton Rokearch dan james bank adalah suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem kepercayaandalam mana seseorang bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau mengenai suatu yang pantas atau tidak pantas untuk dikerjakan ( Thoha, 1996: 60).
Dari beberapa pernyataan diatas dapat dsimpulkan bahwa nilai bisa diartikan sebagai harga atau sebagai salah satu tolak ukur terhadap sessuatu baik berupa suatu benda dan sifat atau suatu perilaku seseorang. E. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar atau disengaja guna untuk menambah pengetahuan, wawasan serta pengalaman untuk menentukan tujuan hidup sehingga bisa memiliki pandangan yang luas untuk ke arah masa depan lebih baik dan dengan pendidikan itu sendiri dapat menciptakan orang-orang berkualitas (Abdul Mujib. 2006.: 10)
Pendidikan adalah usaha sadar dan berencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekutatan spritual keagamaan, pengadilan diri, kepribadian, kecerdasaan, akhak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Wiji Suwarno, 2006: 21-22).
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan; proses, cara perbuatan mendidik (Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 263)
1. Ki Hadjar Dewantara dalam Kongres Taman Siswa pada tahun 1930: pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak (Tim Pengembangan MKDK, 1991: 3).
2. John Dewey mengemukakan bahwa pendidikan dapat dipahami sebagai upaya “konservatif” dan “Progresif” dalam bentuk pendidikan sebagai formasi, sebagai rekapitulasi dan retrospeksi, dan sebagai rekontruksi (Rian Nugroho. 2008: 19).
3. Dalam Garis Besar Haluan Negara (GBHN) pada tahun 1973, dikemukakan tentang pengertian pendidikan, bahwa pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu usaha yang didasari untuk mengembangkan kerpibadian dan kemampuan manusia yang dialaksanakan di dalam kemampuan di luar sekolah, dan berlangsung seumur hidup (Choirul Mahfud. 2006: 33) . 4. Crow and Crow pendidikan tidak hanya dipandang sebagai
sarana untuk persiapan hidup yang akan datang, tetapi juga untuk kehidupan sekarang yang dialami indvidu dalam perkambangannya menuju ketingkat kedewasaannya (Nanang Fattah. 1996: 5).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu pengetahuan dengan tujuan mendewasakan manusia melalui pengalaman suatu pengajaran ataupun pelatihan.
F. Pengertian Toleransi
Kata toleransi berasal dari kata toleran yang berarti berifat atau bersikap menenggang ( menghargai, membiarkan, membolehkan ) pendirian ( pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dsb ) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. Untuk kata toleransi sendiri memiliki arti sifat atau sikap toleran: dua kelompok yang berbeda kebudayaan itu saling berhubungan dengan penuh, batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan, penyimpangan yang masih bisa diterima dalam pengukuran kerja (Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 1204).
Toleransi dalam arti membiarkan dan memberi keleluasaan kepada penganut agama lain adalah sikap atau tindakan yang harus dimunculkan ketika berhadapan dengan masyarakat plural. Sebagaimana pendapat Heiler yang dikutip oleh Djam‟anuri menyatakan toleransi yang diwujudkan dalam kata dan perbuatan harus dijadikan sikap menghadapi pluralisme agama yang dilandasi dengan kesadaran ilmiah dan harus dilakukan dalam hubungan dan kerja sama yang bersahabat antar pemeluk agama (Djam‟anuri, 1998: 27)
Istilah toleransi berasal dari bahasa Inggris, yaitu: “tolerance” berarti sikap membiarkan, mengakui dan menghormati keyakinan orang lain tanpa memerlukan persetujuan. Bahasa Arab menterjemahkan dengan “tasamuh”, berarti saling mengizinkan, saling memudahkan (Said Agil Husin Al-Munawar, 2003: 13).
Bisa dikatakan bahwa sikap toleransi adalah sikap yang saling menghormati dan menghargai antara satu manusia dengan yang lain tanpa adanya saling ejek atau saling menjatuhkan antara satu pihak dengan pihak yang lain. Yang kemudian akan menimbulkan sikap kebersamaan dan kesatuan yang erat.
G. Tujuan Pendidikan Toleransi
Kerukunan hidup dalam antar pemeluk agama yang berbeda dalam masyarakat plural yang harus diperjuangkan dengan catatan tidak mengorbankan akidah. kalimat yang secara tegas menunjukan hal ini seperti terekam dalam surah QS. Yunus ayat 41 yang menyatakan “bagimu perkejaanmu dan bagiku pekerjaanku” dan ayat tersebut didukung juga dalam surah QS. Al-kafirun ayat 6 yang berbunyi “bagimu agamamu dan bagiku agamaku”. Ungkapan ayat ini merupakan pengakuan eksistensi secara timbal balik sehingga masing-masing pihak dapat melaksanakan apa yang dianggapnya benar dan baik, tanpa memutlakkan pendapat kepada orang lain sekaligus tanpa mengabaikan keyakinan masing-masing.
Membiarkan tetap dalam akidah masing-masing kemudian terus bekerja sama dalam hal-hal kemasyarakatan khususnya dan kemanusiaan umunya adalah cita-cita toleransi yang dikembangkan oleh islam. Untuk itulah membangun persatuan melalui persaudaraan yang baik adalah jalan yang ditempuh bersama. Inilah yang akan dibahas dalam sub bab ini adalah Membangun Persatuan Melalui Persaudaraan:
Persatuan dan kesatuan antar semua manusia tidak mungkin dapat terwujud kalau tidak ada semangat persaudaraan. Dalam keontek ke-Indonesiaan persaudaraan harus dilakukan bukan hanya kepada non muslim, namun juga terhadap sesama muslim. Untuk itulah sebelum membahas tentang pentingnya persaudaraan terhadap non muslim, maka terlebih dahulu akan dibahas tentang persaudaraan sesama muslim.
1. Persaudaraan Sesama Muslim
Tidak jarang terjadi konflik antar sesama muslim hanya karena beda pemahaman terhadap ibadah yang dijalankan. Padahal masing-masing ibadah mempunyai dasar-dasar tersendiri. Sebagai contoh ibadah sholat subuh ada yang memakai doa qunut dan ada yang tidak memakai qunut. Kemudian ada perbedaan lagi tentang mendoakan orang yang telah meninggal. Ada yang menggunakan budaya yasin tahlil adapun yang tidak menggunakannya. Perbedaan tersebut adalah salah satu contoh yangs sering
dijadikan perdebatan antar sesama umat muslim. Padahal masing-masing orang mempunyai dasar sendiri-sendiri melalui gurunya maisng-masing. Perdebatan inilah yang terkadang membuat sesama muslim saling terpecah belah karena kesadarannya untuk saling menghormati antar sesama muslim. Padahal sesama orang muslim itu adalah saudara. Seperti yang dijelaskan dalam QS Al-hujurat ayat 10
:
اَمَّوِإ
َنوُىِمْؤُمْنا
ةَوْخِإ
اوُحِهْصَأَف
َهْيَب
ْمُكْيَوَخَأ
اوُقَّتاَو
ََّالله
ْمُكَّهَعَن
َنوُمَحْرُت
-ٔٓ
Artinya: Sesungguhnya orang-orang Mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.
Ayat yang terdapat dalam surah Al-Hujurat ini secara umum berisi tentang petunjuk kepada masyarakat Muslim khusunya, dan masyarakat manusia pada umumnya. Ayat ini memerintahkan komunitas Muslim agar menciptakan perdamaian di lingkunag intern masyarakat mereka. Jik ada dua golongan dari orang-orang mukmin saling berperang, orang-orang mukmin diperintahkan untuk
mengehntikan peperangan mereka, dengan nasihat atau ancaman dan/atau dengan sangsi hukum. Dengan kata lain, orang mukmin yang lain mendamaikan kedua golongan mukmin yang berperang itu dengan mengajak kepada hukum Allah dan meridai dengan apa yang terdapat di dalamnya, baik yang berkaitan dengan hal-hak atau kewajiban-kewajiban keduanya secara adil. Tetapi jika salah satu kelompok enggan menerima perdamaina menurut hukum Islam dan melanggar terhadap apa yang telah ditetapkan oleh Allah tentang keadilan bagi makhluk-Nya, maka kelompok itu boleh diperangi sehingga tunduk dan patuh kepada hukum Allah, dan kembali kepada perintah Allah yaitu perdamaian. Jika kelompok itu kembali kepada hukum dan perintah Allah, maka orang-orang mukmin harus mendamaikan kedua kelompok itu dengan jujur, adil, dan menghilangkan trauma peperangan agar permusuhan di antara keduanya tidak menimbulkan peperang kembali di waktu yang lain.oleh karena itu perlu diberikan catatan khususnya kepada orang-orang mukmin yang bertindak sebagai juru damai harus berlaku adil dan jujur terhadap dua kelompok yang bertikai tersebut.
Tidak jarang terjadi kesalah pahaman antar umat Muslim dan non Muslim karena didasari bebarapa hal. Contohnya adalah adanya anggapan bahwa agama selain Islam adalah agama yang harus di perangi jika tidak mau memasuki Islam. Tindakan tersebut dilakukan oleh hanya beberapa kelompok semata sebagai contohnya kelompok yang mengatas namankan ISIS yang memerangi agama lain bahkan juga memarangi saudara sesama Muslim yang tidak sejalan dengannya. Padahal tindakan seperti sangat tidak dibenarkan Allah SWT telah menjelaskan dalam QS Al-Baqarah ayat 256:
Artinya : Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barangsiapa ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.
Tidak ada paksaan dalam menganut suatu kepercayaan, Allah menghendaki agar setiap orang
merasakan kedamaian. Mengapa ada paksaan, padahal telah jelas jalan yang benar dan mana jalan yang sesat. Tidak ada paksaan dalam menganut agama karena telah jelas mana jalan yang lurus (Quraish shihab, 2007: 551-552)
Dari pernyataan tersebut bahwa sudah jelas umat Muslim dilarang memaksa seseorang yang menganut agama lain untuk memasuki agama Islam. Dalam negara Indonesia ini banyak orang yang menganut agama dan kepercayaan yang berbeda-beda. Penting untuk bisa menghargai satu dengan yang lain agar tidak terjadi suatu gesekan antar sesama masyarakat. Saling menghormati dan tidak menjelek-jelekan antar semua umat beragama agar menciptkan rasa cinta kasih dan saling memiliki sehingga solidaritas masyarakat semakin baik. Ketika solidaritas masyarakat membaik maka akan lebih mudah ketika akan mengadakan kegiatan gotong royong, terciptanya kondisi aman, dan tentram karena tidak ada gesekan antar umat beragama. Dari situlah akan terwujud nilai-nilai pancasila butir kelima yang berbunyi “keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia”.
H. Ruang Lingkup Pendidikan Toleransi
Dalam pembahasan kali ini akan disampaikan tentang ruang
lingkup pendidikan toleransi yang ditulis oleh Umar Hasyim yang berjudul toleran dan kemerdekaan beragama dalam islam sebagai dasar menuju dialog dan kerukunan antar umat beragama. Diantaranya sebagai berikut:
a. Mengikuti hak-hak setiap orang
Setiap orang tentunya mempunyai kepentingan yang berbeda dalam kehidupan. Mengakui hak setiap orang merupakan sikap mental yang mengakui bahwa setiap manusia berhak
menenrukan sikapdan nasibnya masing-masing. b. Menghormati keyakinan orang lain
Tidak menghormati keyakinan orang lain atau memaksakan keyakinan seseorang dengan kekerasan akan mengakibatkan orang lain bersikap hipokrit atau munafik. Dari uraian tersebut jelaslah bahwa hidup saling bermasyarakat harus bisa saling menghormati. c. Setuju dalam perbedaan
Perbedaan tidak harus menimbukan pertentangan karena di dunia ini selalu ada perbedaan yang terdapat dalam setiap manusia. d. Saling mengerti
Tidak akan terjadi saling menghormati antar sesama orang lain bila tidak saling pengertian. Maka akibatnya akan saling membenci antara satu dengan yang lain.
e. Keasadaran dan kejujuran
Sikap toleransi menyangkut kesadaran dan batin seseorang, dan kesadaran jiwa menimbulkan kejujuran dan kepolosan dalam sikap dalam perilaku (Umar, 1979:23-25).
BAB III
ASBABUL NUZUL DAN MUNASABAH
AL-QUR’AN SURAT YUNUS AYAT 40-41 DAN AL-BAQARAH AYAT 256
A. Asbabul Nuzul
a. Pengertian Asbabun Nuzul
Al-Qur‟an berfungsi sebagai petunjuk hidup manusia dalam menghadapi situasi dan berbagai dimensi permasalah. Ayat-ayat Al-Qur‟an diturunkan dalam waktu dan keadaan yang berbeda-beda. Kata asbab jamak dari sabab berarti alasan-alasan atau sebab-sebab. Asbab al-nuzul berarti pengetahuan tentang sebab-sebab diturunkannya ayat-ayat. Menurut al-Zarqani, asbab al-nuzul adalah “suatu kejadian yang menyebabkan turunnya satu atau beberapa ayat, atau suatu peristiwa yang dapat dijadikan petunjuk hukum berkenaan turunnya suatu ayat". Pendapat yang hampir sama dikemukakan Shubhi al-Shalih: “Sesuatu yang menyebabkan turunnya satu atau beberapa ayat yang memberi jawaban terhadap sebab itu, atau menerangkan hukumnya pada masa terjadinya sebab itu. (Anhar Anshory, 2012. Hal. 47-48). Sedang menurut bahasa “Sabab Al-Nuzul” berarti turunnya ayat-ayat Al-Qur‟an. Al-Qur‟an diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW secara berangsur-angsur dalam masa kurang lebih 23 tahun. Al-Qur‟an diturunkan guna memperbaiki akidah, ibadah, akhlak, dan pergaulan manusia yang sudah menyimpang dari kebenaran. Karena itu, dapat dikatakan bahwa terjadinya
penyimpangan dan kerusakan dalam tatanan kehidupan manusia merupakan sebab turunnya Al-Qur‟an (syadali, Rofi‟i, 1997: 89)
b. Asbabun Nuzul Surah Al baqarah ayat 256
Ibnu Abbas berkata, “ayat ini turun berkenaan dengan seseorang sahabat anshar bernama hushain yang memaksa dua anaknya yang beragama nasrani untuk masuk islam. Namun, mereka menolak” (Wahbah Zuhaili, 2009: 43).
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa sebelum ada Islam datang, ada seorang wanita yang selalu kematian anaknya. Ia berjanji kepada dirinya, apabila ia mempunyai anak dan hidup akan dijadikam Yahudi. Ketika Islam datang dan kaum Yahudi Bani Nadhir diusir dari Madinah (karena pengkhianatannya), ternyata anak tersebut dan beberapa anak lainnya yang sudah termasuk keluarga Anshar, terdapat sama-sama kaum Yahudi. Berkatalah kaum Anshar: “jangan biarkan anak-anak kita bersama mereka”. Diriwayatkan oleh Abu Daud, Nasai dan Hibban yang bersumber dari Ibnu Abbas. Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa turunnya ayat tersebut berkenaan dengan husein dari golongan Anshar, suku Bani Sakim bin „Auf yang mempunyai dua anak yang beragama Nasrani, sedang ia sendiri beragama Islam. Ia bertanya kepada Nabi Muhammad Saw:” Bolehkah saya paksa anak tersebut karena tidak taat kepadaku, dan tetap beragama Nasrani?”. Allah menjelaskan jawabannya dengan ayat tersebut di atas bahwa tidak ada paksaan dalam Islam.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Sa‟id atau „Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas. (Nurcholis, 1997: 83)
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari jalur Sa‟id atau Ikrimah, dari Ibnu Abbas berkata, “Tidak ada paksaan dalam memasuki agama Islam” turun pada seorang laki-laki dari kaum Anshar dari bani Salim bin Auf yang biasa dipanggil Hushain, ia mempunyai anak yang bergama Nashrani, akan tetapi ia sendiri bergama Islam, maka ia berkata kepada Nabi Saw, “apakah aku harus memaksa mereka untuk masuk dalam agama Islam, sesungguhnya mereka menolak agama kecuali Nashrani. Maka Allah menurunkan ayat ini. (Imam As-Suyuthi, 2014: 83-84)
B. Munasabah
1. Pengertian Munasabah
Pengertian asbab al-Nuzul mempunyai pengaruh dalam memahami makna dan menafsirkan ayat, sedangkan pengetahuan tentang munasabbah-korelasi ayat, surah dan surah, juga membantu dalam pentakwilan dan pemahaman ayat dengan baik dan cermat. Secara etimologi, kata Munasabah )تبساىمنا( berarti al-musyd-kalah, saling keserupaan, dan al-muqarabah, saling berdekatan. Al-Zarkasyi menyebutkan bahwa munasabah adalah al muqarabah, kedekatan, kemiripan, keserupaan. Direksi fulan munasabah dengan direksi fulun, artinya berdekatan dan berdampingan. Dua hal yang berdekatan sebenarnya karena adanya ikatan atau hubungan, kesamaan antara
keduanya seperti dua orang yang bersaudara. Di dalam qiyas, ada yang disebut illat munasabah yaitu ada alasan yang logis dalam melandasi suatu hukum yang menghubungan antara dua kasus. Misalnya memabukkan adalah illah munasabahnya yang menyebabkan dilarangnya khamr. Apabila dalam memabukkan itu ditemukan minuman selain khamr, yaitu hukumnnya sama dengan khamr yaitu haram. Sebab itu keserasian ayat dengan ayat, surah dengan surah dalam Al-Qur‟an adalah suatu yang logis. Pengetahuan tentang munasabah ini sangat bermanfaat dalam memahami keserasian dalam antar makna, mukjizat Al-Qur‟an secara retorik, kejelasan keterangannya, keteraturan susunan kalimatnya, dan keindahan gaya bahasanya. Al-Zarkasyi menyebutkan, “menjadikan sebagian