• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI-NILAI PENDIDIKAN TOLERANSI DALAM AL-QUR’AN SURAH YUNUS AYAT 40-41 DAN AL-BAQARAH AYAT 256 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "NILAI-NILAI PENDIDIKAN TOLERANSI DALAM AL-QUR’AN SURAH YUNUS AYAT 40-41 DAN AL-BAQARAH AYAT 256 SKRIPSI"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI-NILAI PENDIDIKAN TOLERANSI DALAM

AL-

QUR’AN

SURAH YUNUS AYAT 40-41

DAN AL-BAQARAH AYAT 256

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

Diajukan Oleh :

Abdul Chalim ( 111-14-095 )

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

ِبَس ِفِ َوُهَ ف ِمْلِعْلِا ِبَلَط ِفِ َجَرَخ ْنَم

ِللا ِلْي

“Barang siapa keluar untuk mencari ilmu, maka dia berada di jalan

Allah”

(7)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karunia-Nya, karya skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Ayah dan Ibuku tercinta, Bp. Kodirun dan Ibu Kholidah yang selalu membimbingku, menghiburku, memberikan doa, nasihat, kasih sayang, dan motivasi dalam kehidupanku.

2. Dosen Pembimbing Skripsiku, Ibu. Dra. Urifatun Anis, M.Pd.I. yang selalu memberikan pengarahan serta bimbingan dengan penuh kesabaran selama proses skripsi ini.

3. Kepada teman-teman yang sudah saya anggap sebagai adik saya sendiri yang bernama Alfi Cahyani yang berasal dari Trenggalek yang menempuh pendidikan jurusan Tadris Matematika di IAIN Tulungagung, dan serta teman-teman yang selalu memberikan motivasi dan semangat dalam mengerjakan skripsi ini.

4. Kepada keluarga besar KKN IAIN Salatiga yang bertempatkan di Dsa. Padas Kec. Kedungjati Kab. Grobogan yang telah memberikan pengalaman tentang bagaiman bisa hidup bertoleransi antar umat berbeda agama dan menghargai pendapat antara satu dengan yang lain. 5. Kepada segenap keluarga besar Indonesian Escorting Ambulance (IEA)

(8)

KATA PENGANTAR

ِمْيِحَّرنا ِهَمْحَّرنا ِالله ِمْسِب

Alhamdulillahirobbil„alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya telah memberikan kekuatan, petunjuk, dan perlindungan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Nilai-nilai Pendidikan Toleransi Dalam Al-Qu‟an Surah Yunus Ayat 40-41 dan Surah Al-Baqarah ayat 256. Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada nabi Muhammad SAW, keluarganya, dan para sahabatnya.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan di dalamnya. Selain itu, penulis juga banyak memperoleh bantuan, bimbingan, pengarahan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga.

4. Ibu. Dra. Urifatun Anis, M.Pd.I.., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Bapak Mohammad Ali Zamroni, M.A., selaku Dosen Pembimbing Akademik.

6. Kedua orang tuaku dan Keluarga besar yang telah memberikan doa, motivasi, serta dukungan moril dan materil kepada penulis.

7. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah membuka cakrawala keilmuan di bidang pendidikan kepada penulis.

(9)

9. Keluarga Besar Racana IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu dan pengalaman keorganisasian kepada penulis.

10. Kepada segenap keluarga besar Indonesian Escorting Ambulance (IEA) yang telah mengajarkan berbuat kebaikan tanpa harus berharap balas budi. Mengajarkan pentingnya nyawa seseorang walaupun orang tersebut tidak kita kenal. Membantu menyelamatkan nyawa orang lain dengan cara mengawal ambulance atau membantu membukakan jalan untuk ambulance agar ambulance bisa cepat sampai tujuan

11. Teman-teman seperjuanganku angkatan 2014 IAIN Salatiga yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

12. Semua pihak yang terlibat dan dengan ikhlas memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

Demikian ucapan terimakasih penulis sampaikan. Penulis hanya bisa berdoa

kepada Allah SWT, semoga amal kebaikan yang tercurahkan diridhoi oleh Allah SWT

dengan mendapatkan balasan yang berlipat ganda.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi

penulis dan bagi para pembaca. Dengan keterbatasan dan kemampuan, skripsi ini masih

jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis

harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini.

Salatiga, 10 September 2018

Penulis

(10)

ABSTRAK

Abdul Chalim. 2018. Nilai-nilai Pendidikan Toleransi Dalam Al-Qur‟an Surah Yunus Ayat 40-41 dan Surah Al-Baqarah ayat 256. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Urifatun Anis, M.Pd.I

Kata kunci: pendidikan Toleransi

Tujuan penelitian dalam skripsi ini ada dua hal, yaitu : (1) Bagaimana nilai pendidikan toleransi dalam agama Islam menurut Al-Qur‟an Surah Al-Baqarah ayat 256 dan Surah Yunus ayat 40-41? (2) Bagaimana penerapan pendidikan toleransi dalam kehidupan bermasyarakat yang sesuai dengan Al-Qur‟an Surah Al-Baqarah ayat 256 dan Yunus ayat 40-41?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan metode library research. Karena penelitian di sini adalah kajian pustaka atau literer, maka penulis dalam mengkaji Nilai-nilai Pendidikan Toleransi Dalam Al-Qur‟an Surah Yunus Ayat 40-41 dan Surah Al-Baqarah ayat 256 dengan menggunakan buku-buku pendidikan, toleransi dan Tafsir.

Dalam penelitian ini, fokus penelitian Pendidikan Toleransi yang diteliti yaitu pada nilai-nilai pendidikan toleransi yang bersumber dari Al-Qur‟an, penerapan pendidikan toleransi dalam kehidupan sehari-hari. Hasil temuan penulis dalam penelitian ini adalah manusia diperintahkan untuk menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi dalam kehidupan sehari-hari. Sesuai perintah dalam Al-Qur‟an yang melarang manusia untuk memaksakan kehendak orang lain sesuai dengan kehendaknya sendiri. Menghargai orang lain dalam menjalankan aktivitas dan ibadahnya selagi tidak mengganggu norma yang berlaku dalam masyarakat.

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN. ... vii

KATA PENGANTAR...viii

ABSTRAK... x

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 7

C. Tujuan Penulisan ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Definisi Operasional ... 9

F. Metode Penelitian ... 11

G. Studi Pustaka ... 14

H. Sistematika Penulisan ... 15

(12)

A. Redaksi Surah Al-Baqarah ayat 256 dan Surah Yunus Ayat 40-41 ... 16

B. Arti Kosa Kata (mufrodat) dan Penjelasan Dari Kata Kunci Yang Menunjukan Toleransi ... 18

C. Pokok Isi Kandungan ... 21

D. Pengertian Nilai ... 23

E. Pengertian Pendidikan ... 24

F. Pengertian Toleransi ... 26

G. Tujuan Pendidikan Toleransi ... 27

H. Ruang Lingkup Pendidikan Toleransi ... 33

BAB III ASBABUN NUZUL DAN MUNASABAH AL QUR‟AN SURAH YUNUS 40-41 DAN AL-BAQARAH AYAT 256 A. Asbabun Nuzul ... 35

1. Pengertian Asbabun Nuzul ... 35

2. Asbabun Nuzul Surah Al-Baqarah ayat 256 ... 36

B. Munasabah ... 37

1. Pengertian Munasabah ... 37

2. Macam-macam Munasabah ... 39

a. Munasabah Surah Al-Baqarah ayat 256 ... 40

b. Munasabah Surah Yunus Ayat 40-41 ... 42

BAB IV PEMBAHASAN A. Pandangan Beberapa Ahli Tafsir Terhadap Surah Al-Baqarah dan Yunus Ayat 40-41 ... 46

1. Tafsir Surah Al-Baqarah ayat 256 ... 46

a. Tafsir Al-Misbah ... 46

b. Tafsir Al-Maraghi ... 50

c. Al-Qur‟an dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan)... 51

d. Tafsir Muyassar ... 52

(13)

a. Tafsir Al-Misbah ... 54 b. Tafsir Al-Maragi ... 56 c. Al-Qur‟an dan Tafsirnya (Edisi yang

Disempurnakan)... 58 d. Tafsir Muyassar ... 60 B. Nilai-nilai Pendidikan Toleransi Yang Diajarkan Dalam Surah

Yunus Ayat 40-41 dan Al-Baqarah ayat 256... 61 1. Surah Al-Baqarah ayat 256 ... 61 2. Surah Yunus ayat 40-41 ... 64 C. Penerapan Nilai-nilai Pendidikan Toleransi Dalam Kehidupan

Berdasarkan Surah Yunus Ayat 40-41 dan Al-Baqarah ayat 256 ... 66 BAB V PENUTUP

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Toleransi dalam pergaulan antar umat beragama berpangkal dari penghayatan ajaran agama masing-masing. Demi memelihara kerukunan beragama sikap toleransi harus dikembangkan untuk menghindari konflik. Biasanya konflik antar umat beragama disebabkan oleh sikap merasa paling benar dengan cara mengeliminasi kebenaran orang lain.

(15)

Artinya: (yaitu) orang- orang yang diusir dari kampung

halamannya tanpa alasan yang benar, hanya karena mereka berkata,

“Tuhan kami ialah Allah.” Seandainya Allah tidak menolak (keganasan)

sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentu telah dirobohkan

biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi

dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Allah

pasti akan Menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sungguh, Allah

Maha Kuat, Maha Perkasa. (QS. Al Hajj: 40)

(16)

dilakukannya untuk mengajarkan kepada umatnya bahwa kerjasama dengan orang-orang non-muslim adalah sikap dan pandangan Islam (Ahmad Al-Mursi, 2009: 4). Selain dari nabi Muhammad dicontohkan juga oleg sahabat Umar bin Khattab yang melihat seorang pengemis yang beraga Yahudi. Kemudian beliau bertanya kepada pengemis tersebut “apa

yang membuatmu seperti ini?”. Jawab seorang pengemis tersebut “jizyah, kebutuhan dan usia”. Mendengar jawaban tersebut Umar langsung

menuntun seorang pengemis tersebut untuk pergi kerumahnya, lalu dia memberi uang yang memenuhi kebutuhannya pada saat itu (Ahmad Al-Mursi, 2009: 5). Kemudian berkelanjutan pada masa sesudah beliau selama berabad-abad lamanya, tanpa ada perasaan risih dan beban psikologis sedikitpun, dan menemui masa suram setelah terjadinya Perang Salib sampai dewasa ini dengan terjadinya konflik antar agama yang seharusnya tidak terjadi.

(17)

merendahkan citra Islam sebagai agama rahmatan lill alamin. Dalam Al-Qur‟an dijelaskan:

-

“Dan di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepadanya (al-Quran), dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman

kepadanya. Sedangkan Tuhan-mu lebih Mengetahui tentang orang-orang

yang berbuat kerusakan.(40) Dan jika mereka (tetap) mendustakanmu

(Muhammad), maka katakanlah, “Bagiku pekerjaanku dan bagimu

pekerjaanmu. Kamu tidak bertanggung jawab terhadap apa yang aku

kerjakan dan aku pun tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu

kerjakan.” (Q.S Yunus: 40-41).

Artinya: Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam),

sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan

jalan yang sesat. Barangsiapa ingkar kepada Thaghut dan beriman

kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang

(18)

Mengetahui. ( Al-Baqarah : 256 )

Sikap toleransi dan menghormati agama lain akan menghindarkan kekerasan dalam beragama. Kekerasan adalah sebuah tindakan membahayakan umat manusia. Kekerasan akan menimbulkan prasangka, kekakuan, dan kebekuan. Kekerasan merupakan awal perpecahan umat manusia, dan menggiring pada perselisihan internal dan eksternal. Untuk itu, Islam menolak kekerasan dan mengajak pada prinsip-prinsip Islam seperti tasamuh (toleransi), i‟tidal (Moderasi), adalah (keadilan).

Negara kita, meskipun mayoritas bangsa kita beragama Islam, namun sikap toleransi tetap menjadi agenda utama. Pemerintah mencanangkan “Tri Kerukunan Umat Beragama”, yaitu kerukunan

internal umat beragama, kerukunan umat beragama, dan kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah. Tiap-tiap warga negara diberi kebebasan untuk memeluk agama sesuai keyakinan masing-masing, yang penting tetap menjaga kerukunan umat beragama (Humaidy Abdussami dan Masnun Tahir, 2009: 116).

(19)
(20)

Di negara Indonesia ini banyak sekali menganut kepercayaan dan memeluk berbagai macam agama. Walaupun berbeda-beda akan tetapi sedikit sekali gesekan yang ada dalam negeri ini. Ada beberapa gesekan yang ada di negeri yang mengatas-namakan agama Islam. Seperti Gerakan Syiah di negeri Suriah dengan ISIS, gerakan teroris yang mengatas namakan Islam, dan beberapa golongan Islam yang penuh dengan kekerasan dan memaksa untuk mengikuti ajaran yang dianut oleh golongan tersebut. Sehingga menimbulkan persepsi agama Islam adalah agama yang anti akan toleransi, menghargai satu sama lain, dan menganggap ajaran agama Islam adalah ajaran yang penuh dengan kekerasan.

Oleh karena itu, dengan melihat kondisi yang ada dalam masyarakat pada saat ini, yang menganggap bahwa agama Islam adalah agama yang megajarkan tanpa toleransi. Dengan melihat kondisi tersebut penulis tertarik untuk meneliti dengan judul “Nilai-nilai Pendidikan Toleransi Dalam Surah Yunus Ayat 40-41 dan Surah Al-baqarah Ayat 256”.

B. Rumusan masalah

(21)

1. Apa nilai-nilai pendidikan toleransi dalam agama Islam menurut Al-Qur‟an Surah Al-Baqarah ayat 256 dan Surah Yunus ayat 40-41?

2. Apa penerapan pendidikan toleransi dalam kehidupan bermasyarakat yang sesuai dengan Al-Qur‟an Surah Al-Baqarah ayat 256 dan Yunus ayat 40-41?

C. Tujuan Penulisan

Pada permasalahan pokok di atas penulisan ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui nilai-nilai pendidikan toleransi yang bersumber dalam Al-Qur‟an Surah Yunus ayat 40-41 dan Surah Al-Baqarah ayat 256.

2. Mengetahui penerapan pendidikan toleransi dalam kehidupan sosial di masyarakat yang sesuai dengan Al-Qur‟an Surah Surah Al -Baqarah ayat 256 dan Yunus ayat 40-41.

D. Manfaat Penelitian

(22)

2. Supaya masyarakat secara umum bisa mengetahui pendidikan toleransi dengan masyarakat beda agama yang bersumber dari Al-Qur‟an.

E. Definisi Operasional

1. Nilai-nilai

Istilah nilai dalam kamus besar bahasa indonesia artinya sifat-sifat ( hal-hal ) yang berguna bagi manusia. Dalam pengertian lain nilai adalah suatu panetapan atau suatu kualitas objek yang menyangkut suatu jenis aprsiasi atau minat. ( Tim PIP,. 2007: 42 ).

Nilai memilki arti harga ( Departemen pendidikan nasional, 2007: 783 ). Nilai merupakan sifat yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Sesuatu yang dianggap bernilai , maka sudah pasti akan dianggap lebih berharga darimpada hal-hal yang lain. manusia adalah ciptaan yang sudah dibekali dengan akal yang luar biasa hebat, maka akan wajar sekali jika manusia akan memilih sesuatu yang lebih berharga dan bernilai untuk kehidupannya ( Poerdaminta, 2006: 677 ).

2. Pendidikan

(23)

kepribadian, kecerdasaan, akhal mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. ( Wiji Suwarno, 2006: 21-22. )

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan; proses, cara perbuatan mendidik (Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 263 )

Pendidikan bisa dartikan sebagai usaha sadar manusia dalam usaha untuk mengetahui sesuatu, bisa melakukan sesuatu, dan menularkan suatu ilmu pengetahuan. Melalui indra penglihatan dan pendengaran dari masing-masing orang.

3. Toleransi

Istilah toleransi (Said Agil Husin Al-Munawar, 2003: 13) berasal dari bahasa Inggris, yaitu: “tolerance” berarti sikap

membiarkan, mengakui dan menghormati keyakinan orang lain tanpa memerlukan persetujuan. Bahasa Arab menterjemahkan

dengan “tasamuh”, berarti saling mengizinkan, saling

memudahkan.

(24)

satu pihak dengan pihak yang lain. Yang kemudian akan menimbulkan sikap kebersamaan dan kesatuan yang erat.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk dalam jenis pustaka (library research). Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan literatur (kepustakaan).

2. Sumber Data

Penelitian ini diperoleh dari Al-Qur‟an Surah Yunus ayat 40-41 dan Surah Al-Baqarah ayat 256, selain itu penulis juga mengambil dari buku-buku yang relevan dalam pembahasan skripsi ini. Sumber data ini dibedakan menjadi dua yaitu:

a) Data Primer

Sumber data primer adalah sumber yang diambil dari data inti yaitu Al-Qur‟an dan terjemah dari Depag, Kitab Tafsir Misbah, Kitab Tafsir Maragi, Tafsir Al-Muyassar, Al-Qur‟an dan Tafsirnya (Edisi yang disempurnakan).

(25)

Sumber data sekunder adalah sumber data yang diambil dari sumber-sumber lain yang berasal dari buku yang berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan toleransi beragama. Di antaranya: Metodologi Ilmu Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, Maqasyid Syariah, Fikih Hubungan Antar Agama, Ulumul Qur‟an I, Pembahasan Ilmu-ilmu Al-Qur‟an, Pendidikan Multikultural, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ilmu Perbandingan Agama, Resolusi Konflik Keagamaan di Berbagai Daerah, Islam dan Hubungan Antar Agama, Tafsir Al-Qur‟an Tematik Hubungan-Antar Umat Beragama, Asbabun Nuzul Sejarah Turunnya Ayat-ayat Al-Qur‟an, Landasan Manajemen Pendidikan, Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Kebijakan Pendidikan yang Unggul, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Dasar-Dasar Pendidikan, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Toleransi dan Kemerdekaan Agama dalam Islam sebagai Dasar Menuju Dialog dan Kerukunan Antar Agama, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Toleransi-Toleransi Islam “Toleransi-Toleransi Kaum Muslimin dan Sikap

(26)

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dengan menggunakan metode dokumentasi. Metode dokumentasi adalah metode penelitian dengan mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan transkip, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat baik berupa buku maupun laporan hasil penelitian terdahulu dan sebagainya (Suharsimin, 2004: 274). Skripsi ini menggunakan metode dokumentasi dalam hal mengumpulkan materi dari buku-buku.

4. Analisis Data

Dalam menganalisis data metode yang digunakan adalah metode tahlili. Metode tahlili adalah metode yang menjelaskan tentang isi kandungan yang ada dalam Al-Qur‟an dan seluruh aspeknya. Dalam metode tahlili biasanya mufassir sering menggunakan sesuai dengan urutan ayat dan mushaf. Mufassir memulainya dengan menjelaskan dengan kosa kata dan diikuti penjelasan secara global. Dan mufassir juga menjelaskan asbabul nuzul dan menyampaikannya dari hadits-hadits, atau dari sahabat-sahabat, dan dari para tabi‟in (Budiharjo, 2012:132). Dalam

(27)

G. Studi Pustaka

Kajian pustaka digunakan sebagai perbandingan terhadap penelitian yang baik dari segi kekurangan maupun kelebihan yang telah ada sebelumnya. Dengan kajian pustaka ini diharapkan dapat mempunyai andil yang besar dalam mendapatkan informasi tentang teori yang ada kaitannya dengan judul penelitian ini (Latifah, 2017:13). Dari uraian di atas dapat dipahami dari penelitian ini diharapkan menyempurnakan atas penelitian terdahulu sehingga pembaca dapat menambah wawasannya.

Sebelum penulis menjabarkan pembahasan tentang Nilai-nilai Pendidikan Toleransi Dalam Surah Yunus Ayat 40-41 dan Surah Al-baqarah Ayat 256. Maka penulis mencoba menelaah skripsi yang ada untuk dijadikan sebagai perbandingan dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa kajian pustaka untuk berfikir. Beberapa kajian pustaka diantaranya:

Arief Yulianto yang meneliti di Kecamatan Ampel yakni “Pengaruh Toleransi Antar Umat Beragama Terhadap Perkembangan Islam di

Dusun Margosari Kelurahan Ngadirejo Kecamatan Ampel”. Di dalam karya

tulis ini berisikan tentang hubungan antara masyarakat yang beragama Muslim dan Non Muslim di Dusun Margosari Kelurahan Ngadirejo Kecamatan Ampel.

(28)

Kasus Siswa SMKN 1 Salatiga Tahun 2016”. Di dalam karya tulis ini

berisikan tentang menumbuhkan sikap siswa dalam toleransi beragama melalui ekstrakulikuler rohis di SMKN 1 Salatiga.

Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang toleransi agama dalam kehidupan masyarakat. Namun dalam penelitian terdapat perbedaan yaitu dalam penelitian ini membahas tentang pendidikan toleransi yang bersumber dari Al-Qur‟an dan Tafsir Al-Qur‟an. H. Sistematika Penulisan

Penulisan merupakan suatu cara untuk menyusun hasil penelitian dari data bahan yang disusun menurut susunan tertentu, sehingga menghasilkan kerangka skripsi yang mudah dipahami dengan lima hal yang dijabarkan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, penegasan istilah, manfaat penelitian, metode penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, analisis data, dan sistematika penulisan.

(29)

Bab III Asbabul Nuzul dan munasabah berisi tentang sejarah turunnya Surah Yunus dan Al-Baqarah, yang berhubungan dengan toleransi antar umat beragama.

Bab IV Pembahasan pada bab ini berisi tentang penafsiran Surah Yunus ayat 40-41 dan Al-Baqarah ayat 256, menurut beberapa mufassirin, nilai-nilai toleransi dalam Surah Yunus ayat 40-41 dan Al-Baqarah ayat 256, urgensi nilai-nilai pendidikan toleransi dalam Surah Yunus ayat 40-41 dan Al-Baqarah ayat 256, serta implementasi nilai-nilai toleransi dalam kehidupan berdasarkan Surah Yunus 40-41 dan Al-Baqarah ayat 256 terhadap pendidikan Islam.

(30)

BAB II

KOMPILASI AYAT

Dalam bab ini akan dibahas tentang kompilasi ayat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kompilasi memiliki arti kumpulan yang tersusun dengan teratur (Departemen Pendidikan Nasional. 2007: 584). Dalam kompilasi ayat ini akan dibahas sebagai berikut:

A. Redaksi Surah Al-Baqarah ayat 256 dan Surah Yunus Ayat 40-41

Artinya : Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam),

sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar

dengan jalan yang sesat. Barangsiapa ingkar kepada Thaghut dan

beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh)

pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha

(31)

Artinya: Dan di antara mereka ada orang-orang yang beriman

kepadanya (al-Quran), dan di antaranya ada (pula) orang-orang

yang tidak beriman kepadanya. Sedangkan Tuhan-mu lebih

Mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan. Dan jika

mereka (tetap) mendustakanmu (Muhammad), maka katakanlah,

“Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu tidak

bertanggung jawab terhadap apa yang aku kerjakan dan aku pun

tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan.”

B. Arti Kosa Kata (Mufrodat) dan Penjelasan Dari Kata Kunci Yang Menunjukan Toleransi.

Setelah menyajikan teks dan terjemahannya, perlu bagi penulis untuk menyajikan beberapa kosa kata dengan ayat-ayat tersebut. Kosa kata yang disajikan sesuai dengan urutan ayat. Yaitu surah Al-Baqarah ayat 56 dan surah yunus ayat 40-41

a. Surah Al-Baqarah ayat 256 (kementrian Agama RI. 2011: 42)

(32)

ْدَق

Sesungguhnya menunjukan tentang toleransi. Kata kuncinya adalah lafal .

ياركإ

Lafal

ياركإ

menurut kamus arab indonesia berasal dari kata

ياركأ

yang

mempunyai arti memaksa. Lafal

ياركإ

berdsadarkan Tashrif Isthtilahy Tsulasy Mazid dalam bentuk masdhar dengan mengikuti wazan

َمَعْفَأ

Kata masdhar sendiri memiliki arti isim yang dibaca nasob yang berfungsi menguatkan fi‟ilnya. Lafal

اًهاَرْكِإ

menjadi kata

ياركإ

karena

(33)

fungsi

َّنِإ

menasobkan Isim dan merofakkan Khabar dengan syarat

َل

tidak di ulang dan syaratnya tidak isim nakirah (Ahmad. 2003: 25).

b. Surah Yunus ayat 40-41 (kementrian Agama RI. 2011: 213)

(34)

Dalam surah Yunus ayat 40-41ini kuncinya adalah pada lafal مَمَع. Lafal ِمَمَع menurut kamus arab indonesia َمَمَع yang mempunyai arti amal

atau perbuatan (Asad. 1995: 14). Dalam Al-Qur‟an surah yunus ayat 41 ِمَمَع

kata ِل menunjukan kepemilikan atau orang yang melakukan perbuatan.

Karena bisa dilihat dari arti kosa kata مَمَع yang berarti amalku sedangkan

ْمُكُهَمَع yang mempunyai arti amalanmu, sehingga penulis berpendapat bahwa

fungsi dari jar (kasroh) dan kata ْمُك menunjukan kata kepemilikan atau

sebagai kata orang yang melakukan suatu perbuatan.

C. Pokok Isi Kandungan

Setelah menyajikan teks ayat dan terjemahannya beberapa pokok kandungan surah Al-Baqarah ayat 256 dan Yunus ayat 40-41.

Adapaun redaksi surah Al-Baqarah ayat 256. Sebagaimana disajikan dalam teks berikut.

Adapun pokok-pokok isi kandungan yang terdapat dalam surah Al-Baqarah ayat 256 (Departemen Agama RI. 2009: 383):

(35)

b. Pendapat yang mengatakan bahwa Islam disiarkan dengan pedang atau kekerasan adalah tidak benar, dan bertentangan dengan kenyataan sejarah.

c. Orang yang memilih agama Islam sebagai agamanya adalah bagaikan orang yang telah mendapatkan pegangan yang kuat dan kokoh, yang tidak dikuatirkan putus.

d. Allah SWT adalah pelindung orang yang beriman.

e. Orang-orang kafir memilih setan sebagai pelindung mereka. Karena itu, mereka akan menjadi penghuni neraka, dan mereka akan kekal di dalamnya selama-lamanya.

Redaksi surah yunus ayat 40-41

Adapun pokok-pokok pengertian yang terkandung dalam surah Yunus ayat 40-41(MGMP. 2017: 21-22)

a. Di antara manusia ada yang beriman kepada Al-Qur‟an dan ada yang tidak beriman kepadaAl-Qur‟an.

(36)

c. Terhadap orang-orang yang mendustakan Al-Qur‟an kita diperintahkan supaya mengatakan, “bagiku amalanku dan

bagimu amalanmu”.

d. Kita terlepas dari amalan orang yang mendustakan Al-Qur‟an dan mereka terlepas dari amalan kita.

D. Pengertian Nilai

Nilai memilki arti harga ( Departemen pendidikan nasional, 2007: 783 ). Nilai merupakan sifat yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Sesuatu yang dianggap bernilai , maka sudah pasti akan dianggap lebih berharga dari pada hal-hal yang lain. Manusia adalah ciptaan yang sudah dibekali dengan akal yang luar biasa hebat, maka akan wajar sekali jika manusia akan memilih sesuatu yang lebih berharga dan bernilai untuk kehidupannya ( Poerdaminta, 2006: 677 ).

Dalam pengertian lain nilai adalah suatu panetapan atau suatu kualitas objek yang menyangkut suatu jenis aprsiasi atau minat. ( Tim PIP,. 2007: 42 ).

(37)

Dari beberapa pernyataan diatas dapat dsimpulkan bahwa nilai bisa diartikan sebagai harga atau sebagai salah satu tolak ukur terhadap sessuatu baik berupa suatu benda dan sifat atau suatu perilaku seseorang.

E. Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar atau disengaja guna untuk menambah pengetahuan, wawasan serta pengalaman untuk menentukan tujuan hidup sehingga bisa memiliki pandangan yang luas untuk ke arah masa depan lebih baik dan dengan pendidikan itu sendiri dapat menciptakan orang-orang berkualitas (Abdul Mujib. 2006.: 10)

Pendidikan adalah usaha sadar dan berencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekutatan spritual keagamaan, pengadilan diri, kepribadian, kecerdasaan, akhak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Wiji Suwarno, 2006: 21-22).

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan; proses, cara perbuatan mendidik (Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 263)

(38)

1. Ki Hadjar Dewantara dalam Kongres Taman Siswa pada tahun 1930: pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak (Tim Pengembangan MKDK, 1991: 3).

2. John Dewey mengemukakan bahwa pendidikan dapat dipahami sebagai upaya “konservatif” dan “Progresif”

dalam bentuk pendidikan sebagai formasi, sebagai rekapitulasi dan retrospeksi, dan sebagai rekontruksi (Rian Nugroho. 2008: 19).

3. Dalam Garis Besar Haluan Negara (GBHN) pada tahun 1973, dikemukakan tentang pengertian pendidikan, bahwa pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu usaha yang didasari untuk mengembangkan kerpibadian dan kemampuan manusia yang dialaksanakan di dalam kemampuan di luar sekolah, dan berlangsung seumur hidup (Choirul Mahfud. 2006: 33) . 4. Crow and Crow pendidikan tidak hanya dipandang sebagai

(39)

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu pengetahuan dengan tujuan mendewasakan manusia melalui pengalaman suatu pengajaran ataupun pelatihan.

F. Pengertian Toleransi

Kata toleransi berasal dari kata toleran yang berarti berifat atau bersikap menenggang ( menghargai, membiarkan, membolehkan ) pendirian ( pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dsb ) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. Untuk kata toleransi sendiri memiliki arti sifat atau sikap toleran: dua kelompok yang berbeda kebudayaan itu saling berhubungan dengan penuh, batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan, penyimpangan yang masih bisa diterima dalam pengukuran kerja (Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 1204).

Toleransi dalam arti membiarkan dan memberi keleluasaan kepada penganut agama lain adalah sikap atau tindakan yang harus dimunculkan ketika berhadapan dengan masyarakat plural. Sebagaimana pendapat Heiler yang dikutip oleh Djam‟anuri menyatakan toleransi yang

(40)

Istilah toleransi berasal dari bahasa Inggris, yaitu: “tolerance” berarti sikap membiarkan, mengakui dan menghormati keyakinan orang lain tanpa memerlukan persetujuan. Bahasa Arab menterjemahkan dengan “tasamuh”, berarti saling mengizinkan, saling memudahkan (Said Agil

Husin Al-Munawar, 2003: 13).

Bisa dikatakan bahwa sikap toleransi adalah sikap yang saling menghormati dan menghargai antara satu manusia dengan yang lain tanpa adanya saling ejek atau saling menjatuhkan antara satu pihak dengan pihak yang lain. Yang kemudian akan menimbulkan sikap kebersamaan dan kesatuan yang erat.

G. Tujuan Pendidikan Toleransi

Kerukunan hidup dalam antar pemeluk agama yang berbeda dalam masyarakat plural yang harus diperjuangkan dengan catatan tidak mengorbankan akidah. kalimat yang secara tegas menunjukan hal ini seperti terekam dalam surah QS. Yunus ayat 41 yang menyatakan “bagimu perkejaanmu dan bagiku pekerjaanku” dan ayat tersebut didukung juga

(41)

Membiarkan tetap dalam akidah masing-masing kemudian terus bekerja sama dalam hal-hal kemasyarakatan khususnya dan kemanusiaan umunya adalah cita-cita toleransi yang dikembangkan oleh islam. Untuk itulah membangun persatuan melalui persaudaraan yang baik adalah jalan yang ditempuh bersama. Inilah yang akan dibahas dalam sub bab ini adalah Membangun Persatuan Melalui Persaudaraan:

Persatuan dan kesatuan antar semua manusia tidak mungkin dapat terwujud kalau tidak ada semangat persaudaraan. Dalam keontek ke-Indonesiaan persaudaraan harus dilakukan bukan hanya kepada non muslim, namun juga terhadap sesama muslim. Untuk itulah sebelum membahas tentang pentingnya persaudaraan terhadap non muslim, maka terlebih dahulu akan dibahas tentang persaudaraan sesama muslim.

1. Persaudaraan Sesama Muslim

(42)

dijadikan perdebatan antar sesama umat muslim. Padahal masing-masing orang mempunyai dasar sendiri-sendiri melalui gurunya maisng-masing. Perdebatan inilah yang terkadang membuat sesama muslim saling terpecah belah karena kesadarannya untuk saling menghormati antar sesama muslim. Padahal sesama orang muslim itu adalah saudara. Seperti yang dijelaskan dalam QS Al-hujurat ayat 10

:

Artinya: Sesungguhnya orang-orang Mukmin itu

bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua

saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah

agar kamu mendapat rahmat.

(43)

mengehntikan peperangan mereka, dengan nasihat atau ancaman dan/atau dengan sangsi hukum. Dengan kata lain, orang mukmin yang lain mendamaikan kedua golongan mukmin yang berperang itu dengan mengajak kepada hukum Allah dan meridai dengan apa yang terdapat di dalamnya, baik yang berkaitan dengan hal-hak atau kewajiban-kewajiban keduanya secara adil. Tetapi jika salah satu kelompok enggan menerima perdamaina menurut hukum Islam dan melanggar terhadap apa yang telah ditetapkan oleh Allah tentang keadilan bagi makhluk-Nya, maka kelompok itu boleh diperangi sehingga tunduk dan patuh kepada hukum Allah, dan kembali kepada perintah Allah yaitu perdamaian. Jika kelompok itu kembali kepada hukum dan perintah Allah, maka orang-orang mukmin harus mendamaikan kedua kelompok itu dengan jujur, adil, dan menghilangkan trauma peperangan agar permusuhan di antara keduanya tidak menimbulkan peperang kembali di waktu yang lain.oleh karena itu perlu diberikan catatan khususnya kepada orang-orang mukmin yang bertindak sebagai juru damai harus berlaku adil dan jujur terhadap dua kelompok yang bertikai tersebut.

(44)

Tidak jarang terjadi kesalah pahaman antar umat Muslim dan non Muslim karena didasari bebarapa hal. Contohnya adalah adanya anggapan bahwa agama selain Islam adalah agama yang harus di perangi jika tidak mau memasuki Islam. Tindakan tersebut dilakukan oleh hanya beberapa kelompok semata sebagai contohnya kelompok yang mengatas namankan ISIS yang memerangi agama lain bahkan juga memarangi saudara sesama Muslim yang tidak sejalan dengannya. Padahal tindakan seperti sangat tidak dibenarkan Allah SWT telah menjelaskan dalam QS Al-Baqarah ayat 256:

Artinya : Tidak ada paksaan dalam (menganut)

agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan)

antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat.

Barangsiapa ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada

Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali

yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha

Mendengar, Maha Mengetahui.

(45)

merasakan kedamaian. Mengapa ada paksaan, padahal telah jelas jalan yang benar dan mana jalan yang sesat. Tidak ada paksaan dalam menganut agama karena telah jelas mana jalan yang lurus (Quraish shihab, 2007: 551-552)

Dari pernyataan tersebut bahwa sudah jelas umat Muslim dilarang memaksa seseorang yang menganut agama lain untuk memasuki agama Islam. Dalam negara Indonesia ini banyak orang yang menganut agama dan kepercayaan yang berbeda-beda. Penting untuk bisa menghargai satu dengan yang lain agar tidak terjadi suatu gesekan antar sesama masyarakat. Saling menghormati dan tidak menjelek-jelekan antar semua umat beragama agar menciptkan rasa cinta kasih dan saling memiliki sehingga solidaritas masyarakat semakin baik. Ketika solidaritas masyarakat membaik maka akan lebih mudah ketika akan mengadakan kegiatan gotong royong, terciptanya kondisi aman, dan tentram karena tidak ada gesekan antar umat beragama. Dari situlah akan terwujud nilai-nilai pancasila butir kelima yang berbunyi “keadilan sosial bagi seluruh

(46)

H. Ruang Lingkup Pendidikan Toleransi

Dalam pembahasan kali ini akan disampaikan tentang ruang

lingkup pendidikan toleransi yang ditulis oleh Umar Hasyim yang berjudul toleran dan kemerdekaan beragama dalam islam sebagai dasar menuju dialog dan kerukunan antar umat beragama. Diantaranya sebagai berikut:

a. Mengikuti hak-hak setiap orang

Setiap orang tentunya mempunyai kepentingan yang berbeda dalam kehidupan. Mengakui hak setiap orang merupakan sikap mental yang mengakui bahwa setiap manusia berhak

menenrukan sikapdan nasibnya masing-masing. b. Menghormati keyakinan orang lain

Tidak menghormati keyakinan orang lain atau memaksakan keyakinan seseorang dengan kekerasan akan mengakibatkan orang lain bersikap hipokrit atau munafik. Dari uraian tersebut jelaslah bahwa hidup saling bermasyarakat harus bisa saling menghormati. c. Setuju dalam perbedaan

Perbedaan tidak harus menimbukan pertentangan karena di dunia ini selalu ada perbedaan yang terdapat dalam setiap manusia.

(47)

Tidak akan terjadi saling menghormati antar sesama orang lain bila tidak saling pengertian. Maka akibatnya akan saling membenci antara satu dengan yang lain.

e. Keasadaran dan kejujuran

(48)

BAB III

ASBABUL NUZUL DAN MUNASABAH

AL-QUR’AN SURAT YUNUS AYAT 40-41 DAN AL-BAQARAH AYAT 256

A. Asbabul Nuzul

a. Pengertian Asbabun Nuzul

(49)

penyimpangan dan kerusakan dalam tatanan kehidupan manusia merupakan sebab turunnya Al-Qur‟an (syadali, Rofi‟i, 1997: 89)

b. Asbabun Nuzul Surah Al baqarah ayat 256

Ibnu Abbas berkata, “ayat ini turun berkenaan dengan seseorang sahabat anshar bernama hushain yang memaksa dua anaknya yang beragama nasrani untuk masuk islam. Namun, mereka menolak” (Wahbah Zuhaili, 2009: 43).

(50)

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Sa‟id atau „Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas. (Nurcholis, 1997: 83)

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari jalur Sa‟id atau Ikrimah, dari Ibnu Abbas berkata, “Tidak ada paksaan dalam memasuki agama Islam”

turun pada seorang laki-laki dari kaum Anshar dari bani Salim bin Auf yang biasa dipanggil Hushain, ia mempunyai anak yang bergama Nashrani, akan tetapi ia sendiri bergama Islam, maka ia berkata kepada Nabi Saw, “apakah aku harus memaksa mereka untuk masuk dalam agama

Islam, sesungguhnya mereka menolak agama kecuali Nashrani. Maka Allah menurunkan ayat ini. (Imam As-Suyuthi, 2014: 83-84)

B. Munasabah

1. Pengertian Munasabah

(51)

keduanya seperti dua orang yang bersaudara. Di dalam qiyas, ada yang disebut illat munasabah yaitu ada alasan yang logis dalam melandasi suatu hukum yang menghubungan antara dua kasus. Misalnya memabukkan adalah illah munasabahnya yang menyebabkan dilarangnya khamr. Apabila dalam memabukkan itu ditemukan minuman selain khamr, yaitu hukumnnya sama dengan khamr yaitu haram. Sebab itu keserasian ayat dengan ayat, surah dengan surah dalam Al-Qur‟an adalah suatu yang logis. Pengetahuan tentang munasabah ini sangat bermanfaat dalam memahami keserasian dalam antar makna, mukjizat Al-Qur‟an secara retorik, kejelasan keterangannya, keteraturan susunan kalimatnya, dan keindahan gaya bahasanya. Al-Zarkasyi menyebutkan, “menjadikan sebagian pembeicaraan berkaitan dengan sebagian pembicaraan lainnya, sehingga hubungannnya menjadi kuat, bentuk susunannya kukuh bersesuaian bagiannya laksana sebuah bangunan yang kukuh. ” Qadhi Abu Bakar Ibn

(52)

atau persesuaian antara yang satu dengan yang lain (syadali, Rofi‟i, 1997: 168).

Secara terminologi, Al-bi qa‟i menjelaskan bahwa munasabah adalah suau ilmu yang mengetahui sistematis perurutan bagian Al-Qur‟an. Dengan kata lain Munasabah yaitu suatu ilmu yang membicarakan hubungan suatu ayat dengan ayat yang lain, atau suatu surah dengan surah yang lain. menurut Qadhi Abu Bakar Ibnal Arabi, munasabah adalah hubungan antara bagian ayat Al-Qur‟an sehingga menjadi satu kata yang bermakna dimensional dan terstruktur. Hubungan itu dapat berupa hubungan yang khusus, hubungan yang konsekuensi logis, seperti hubungan sebab akibat, hubungan dua hal yang sebanding atau berlawanan. Kajian munasabbah berkaitan erat dengan kajian ayat dan surah dalam Al-Qur‟an. Ilmu ini merupakan produk dari ulama tafsir. Mereka mencari ayat yang benar-benar ada munasabbah dengan ayat-ayat lain (Amroeni Drajat. 2017: 55-62).

2. Macam-macam munasabah antara lain sebagai berikut:

a. Munasabah ayat di awal surah dan ayat di akhir surah

b. Keserasian ayat awal surah dengan ayat di akhir surah sebelumnya.

c. Keserasian keistimewaan setiap surah yang di muali huruf

(53)

Dalam bab ini penulis akan mebahas munasabah dari surah Al-Baqarah ayat 256 dan surah Yunus ayat 40-41 sebagai berikut.

a. Surah Al-Baqarah ayat 256

Dalam ayat di atas secara gamblang dinyatakan bahwa tidak ada paksaan dalam menganut keyakinan agama lain, Allah menghendaki setiap orang merasakan kedamaian. Kedamaian tidak akan diperoleh kalau jiwa tidak damai, oleh karena itu tidak ada paksaan dalam menganut akidah agama islam. Konsideran yang dijelaskan oelh ayat tersebut karena telah jelas jalan yang lurus. Sebab turun ayat tersebut sebagaimana dikutip oleh ibnu kasir yang bersumber dari sahabat Ibnu „Abbas adalah seorang

laki-laki dari Ansar dari Bani Salim bin „Auf yang dikenal dengan nama Husein mempunyai anak yang beragama Nasrani. Sedangkan ia sendiri beragama Islam. Husein menanyakan kepada Nabi Muhammad sallahu „alaihi wa sallam, “apakah saya harus

memaksa keduanya untuk masuk Islam?” kemudian turunlah ayat

(54)

Artinya: Dan jika Tuhan-mu Menghendaki, tentulah

beriman semua orang di bumi seluruhnya. Tetapi apakah kamu

(hendak) memaksa manusia agar mereka menjadi orang-orang

yang beriman? Dan tidak seorang pun akan beriman kecuali

dengan izin Allah, dan Allah Menimpakan azab kepada orang yang

tidak mengerti. (Q.S. Yunus/10:99-100)

(55)

b. Surah Yunus ayat 40-41

(56)

dulu telah mendustakannmu dan berlanjut kedustaan hingga kini dan masa akan datang, maka katakanlah kepada mereka, “bagiku

pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu, yakni biarlah kita berpisah secara baik-baik dan masing-masing akan dinilai oleh Allah serta diberi balasan dan ganjaran yang sesuai, kamu berlepas dari apa yang aku kerjakan, baik pekerjaanku di masa sekarang, maupun masa yang akan datang, sehingga kamu tidak perlu mempertanggung jawabkannya dan juga tidak menambah dosamu, dan akupun terlepas dari apa yang kamu kerjakan, baik yang kamu kerjakan di masa sekarang maupun masa yang akan datang, dan juga tidak memperoleh ganjaran atau dosa jika kamu memperolehnya.”

Ayat 40 dengan ayat 36 surah ini :

Artinya: Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali

persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun

berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui apa yang mereka kerjakan.

(57)

Al-Qur‟an. Ada juga penasfdir yang memahami ayat ini tentang

masyarakat yang dihadapi Nabi Muhammad SAW. Yakni sebagian dari mereka akan beriman dan sebagian lagi, kini dan masa akan datang, menolak dan akan tetap menolak. Hanya saja, pendapat ini memiliki kelamahan karena kata minhum/di antaara mereka tentulah tertuju kepada siapa yang dibicarakan sebelumnya adalah kaum musyrikin. Tidak ada kata yang dapat dipahami sebagai menunjuk kepada seluruh masyarakat yang dihadapi oleh Nabi Muhammad SAW sampai akhir masa. Di sisi lain tidak ada yang menghadang pemahaman pertama di atas, karena sebagian banyak ayat dan riwayat yang mengisyaratkan bahwa sebenarnya ada di anatara kaum musyrikin yang percaya dalam hati kecil mereka kebenaran Al-Qur‟an dan Kebenaran Nabi Muhammad SAW.

Sekian banyak ayat Al-Qur‟an yang kandungannya seperti ayat 41 di atas, seperti, antara lain, firman-Nya:

Artinya: ”Untukmulah agamamu, dan untukkulah,

agamaku".

(58)

Artinya: “ Katakanlah: "Kamu tidak akan ditanya (bertanggung

jawab) tentang dosa yang kami perbuat dan kami tidak akan ditanya

(pula) tentang apa yang kamu perbuat"(QS. Saba‟ [34]: 25).

Itu semua menunjukan betapa Islam tidak memaksakan

nilai-nilai bagi seorangpun, tetapi memberi kebebasan kepada setiap orang

untuk memilih agama dan kepercayaan yang berkenan di hatinya (M.

(59)

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pandangan Beberapa Ahli Tafsir Terhadap Surah Al Baqarah ayat 256 dan Yunus ayat 40-41

1. Tafsir Surah Al-Baqarah 256

Artinya : Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama

(Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang

benar dengan jalan yang sesat. Barangsiapa ingkar kepada

Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah

berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan

putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui

a. Tafsir Al-Misbah

(60)

Perlu ditegaskan bahwa tidak ada paksaan dalam menganut agama adalah menganut akidahnya. Ini berarti ketika seseorang sudah memiliki satu akidah, katakanlah akidah Islam, maka seorang tersebut terikat dengan tuntutunan-tuntunannya. Dia berkewajiban menjalankan perintah-perintahnya dan meninggalkan larangan-larangannya.

Allah menghendaki agar setiap orang merasakan kedamaian. AgamaNya dinamai Islam, yakni damai. Kedamaian tidak dapat diraih kalau jiwa tidak damai. Seseorang ketika mengalami suatu pemaksaan dalam melakukan sesuatu atau menganut suatu ajaran biasanya akan mengalami suatu ketidak nyamanan atau tidak ada ketenangan dalam melakukannya karena dilandasi dengan terpaksa. Sehingga dalam menjalani ajarannya dengan setengah-setengah.

(61)

digunakan untuk yang melampui batas dalam keburukan. Setan, Dajjal, Penyihir, yang menetapkan hukum yang bertentangan dengan ketentuan Ilahi, Tirani, semuanya digelar dengan Thaghut (Quraish Shihab, 2007. 552). Yang menganut ajaran Islam memang harus menolak ajakan dari mereka yang mendustakan Allah atau membuat seorang Muslim yang menganggap bahwa ada Tuhan selain Allah. Karena hal tersebut akan membuat sebuah kemusyrikan. Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa seseorang yang akan masuk Islam harus menghilangkan kepercayaan atau ingkar kepada kaum Taghut, maka seorang tersebut telah berpegang teguh pada tali iman yang kuat. Ketika seorang ingin masuk Islam dengan sungguh-sungguh hal yang pertama yang harus dilakukan adalah mengingkari iman kepada jin, manusia, dan benda yang lainnya yang disamakan sama dengan Allah. Karena dalam syahadat disebutkan bahwa umat Islam dilarang menyekutukan Allah. Maka hal pertama yang harus dilakukan adalah meninggalkan segala kepercayaan terhadap makhluk yang menganggap bahwa dirinya berhak disembah dan kemudian beriman kepada Allah. Bukankah dalam syahadat kalimat pertama adalah “aku bersaksi bahwa tiada tuhan” hal

(62)

Islam harus ingkar kepada segala sesuatu yang diserupakan sama dengan Allah. Baru kemudian “selain Allah” baru

iman bahwa Allah adalah Tuhan yang Esa, Tuhan yang satu, Tuhan yang berhak disembah, dan tidak yang menyerupai bahkan menyamaiNya.

Berpegang teguh pada bubul tali yang amat kuat. Berpegang teguh, disertai dengan upaya sungguh-sungguh, bukan sekedar berpegang semata, sebagai mana dipahami dalam kata (لسمتسا) istamsaka, yang menggunakan huruf-huruf sin dan ta‟ bukan (لسم) masaka. Tali yang dipegangnyapun amat kuat, materi tali yang dipegangnya kuat, dan hasil jalinan materi tidak akan putus.

(63)

yakni gabungan kepada Allah yang Maha Esa dan Kerasulan Nabi Muhammad Saw.

Tidak ada paksaan dalam menganut agama, karena telah jelas jalan yang lurus. Sehingga bagi orang gila atau orang yang belum dewasa, atau orang yang belum mengetahui tuntunan agama tidak akan dikenakan dosa terhadap apa yang telah dilakukan. Karena belum mengetahui tuntunan ajarannya. Akan tetapi tidak boleh seseorang berkata tidak tahu, sedangkan seorang tersebut mempunyai potensi untuk mengetahui akan tetapi potensi tersebut tidak digunakan.

banasy-syai‟u dan istabana: jelas dan terang. Dalam pepatah dinyatakan tabayyanassubhu li zi ainaini (َ اهْٕابات

(64)

Ar-Rusydu dan Ar-Rasyadu: petunjuk dan semua kebaikan. Lawan katanya adalah Al-Gayyu (tersesat, atau setiap kejelekan) ini sama dengan Al-Jahlu. Hanya, kata yang disebut terakhir ini menunjukan arti yang bertaut dengan keyakinan(iktikad). Sedang kata pertama, berkait dengan masalah kelakuan (perbuatan). Karenanya dikatakan, hilangnya kebodohan (Al-Jahlu) itu dengan ilmu, dan hilangnya Al-Gayyu dengan petunjuk (Rusyd).

َاا َ طل َ غب َُْ

َ ت -At-tagut: asal katanya tugyan, yang artinya melampui batas dalam suatu hal (Al-Maraghi, 1993: 29)

Dalam uraian di atas juga telah disebutkan bahwa umat Islam dilarang memaksa orang lain untuk masuk dalam agama Islam. Karena telah jelas mana petunjuk yang telah diturunkan oleh Allah kepada manusia.

(65)

menerangkan kenabian Muhammad saw sudah cukup jelas. Maka terserah kepada setiap orang, apakah akan beriman atau kafir, setelah ayat-ayat itu sampai kepada mereka. Inilah sebenarnya etika dakwah dalam islam. Ketika ada seseorang yang mengatakan bahwa Islam adalah agama yang menyebarkan ajarannya dengan pedang atau dengan peperangan sesungguhnya itu hanyalah fitnah untuk menjatuhkan agama Islam.

Adapun peperangan yang terjadi di Jazirah Arab sebenarnya hanya untuk pembelaan diri semata. Karena pada saat itu para kaum Muslimin mengalami penindasan yang dilakukan oleh kaum Non Muslim. Banyak negara yang dipimpin oleh kaum Muslimin akan tetapi tidak memaksa rakyatnya untuk memilih agama Islam. Seperti contoh adalah Negara Arab Saudi, Turki, Malaysia, Indonesia dan banyak negara lain yang dipimpin oleh kaum Muslim akan tetapi mereka tidak memaksa rakyatnya untul memeluk agama Islam. Negara tersebut malah melindungi rakyatnya sebagai rasa tanggung jawab dan mengajarkan nilai toleransi dalam berkehidupan.

(66)

Janganlah kalian memaksa orang untuk memeluk agama Islam karena yang wajib bagi kalian adalah mendakwahi manusia untuk memeluk Islam melalui pemahaman serta berdialog dengan cara yang terbaik. Sebab, agama ini jelas. Lagipula, sudah jelas mana yang petunjuk dan mana kesesatan, mana keimanan dan mana kekafiran (Al-Qarni, 2008: 202).

Barang siapa mengesakan Allah dan kafir terhadap apapun yang mereka sembah selain-Nya, baik itu manusia, jin, setan maupun berhala berarti dia telah berpegang teguh kepada tali iman dan simpul agama yang kuat dan tidak pernah terputus, karena tersambung kepada Allah yang mebuahkan segala keslamatan.

(67)

2. Tafsir Surah Yunus 40-41

Artinya: Dan di antara mereka ada orang-orang yang

beriman kepadanya (al-Quran), dan di antaranya ada (pula)

orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Sedangkan Tuhan-mu

lebih Mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan.

Dan jika mereka (tetap) mendustakanmu (Muhammad), maka

katakanlah, “Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu

tidak bertanggung jawab terhadap apa yang aku kerjakan dan aku

pun tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan.”

a. Tafsir Al-Misbah

(68)

mereka membenarkan kandungannya atau keistimewaannya. Pada ayat ini menegaskan bahwa di antara mereka, yakni kaum musyirikim itu, ada yang mempercayai keberadaannya akan tetapi menolak kebenaran Al-Qur‟an karena keras kepala dan mempertahankan kedudukan sosial mereka dan di anatara mereka ada juga secara lahir dan batin tidak percaya kepadanya serta enggan memperhatikannya karena hati mereka telah terkunci. Tuhanmu Pemelihara dan Pembimbingmu, wahai Muhammad, lebih mengetahui para perusak yang telah mendarah daging dalam jiwanya kebejatan yang sedikitpun tidak menerima kebenaran tuntunan Ilahi. Nah, maka demikian, jika mereka menyambut baik ajakanmu, katakanlah bahwa Allah SWT yang memberi petunjuk kepada kamu dan memberi ganjaran kepadamu dan kepadaku, dan jika mereka sejak dulu telah mendustakannmu dan berlanjut kedustaan hingga kini dan masa akan datang, maka katakanlah kepada mereka, “bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu,

(69)

yang akan datang, sehingga kamu tidak perlu mempertanggung jawabkannya dan juga tidak menambah dosamu, dan akupun terlepas dari apa yang kamu kerjakan, baik yang kamu kerjakan di masa sekarang maupun masa yang akan datang, dan juga tidak memperoleh ganjaran atau dosa jika kamu memperolehnya” (M. Quraish Shihab, 2012: 409-411).

Itu semua menunjukan betapa Islam tidak memaksakan nilai-nilai bagi seorangpun, tetapi memberi kebebasan kepada setiap orang untuk memilih agama dan kepercayaan yang berkenan di hatinya.

b. Tafsir Al-Maragi

ًَِِبََ هِمْؤ َٔه مَم ٍىِماَ

Dan diantara orang orang yang mendustakan itu terdapat orang orang yang kemudian beriman kepada Al-Qur‟an ketika telah datang penjelasan dan tampak

(70)

Dan di antara mereka, ada pula yang meneruskan kekafiran dan tak mau menghentikannya.

َالُّباراَ membuat kerusakan di muka bumi dengan kemusrikan, kezaliman, dan kedurhakaan, karena mereka tidak mempunyai kesiapan untuk beriman. Dan mereka itu akan medapatkan siksa di dunia dan kehinaan. Kamu akan dimenangkan atas mereka. Sedang di akhirat kelak, mereka akan dihinakan pula, karena kerusakan yang telah mereka lakukan dan buruknya kepercayaan mereka.

نِإاَ

Dan jika mereka terus-terus mendustakan kamu, maka katakanlah, “Bagiku amalku, yaitu menyampaikan

wahyu dengan jelas, memberikan peringatan dan kabar gembira. Aku ini bukan penguasa atau pemaksa. Sedang bagian amalmu kezaliman dan kerusakan, yang kamu akan diberi balasan karenanya dihari hisab (perhitungan), sebagaimana firman Allah Ta‟ala:

“Dan kamu tidak akan diberi balasan melainkan

(71)

َ

“Kalian tidak akan mendapatkan hukuman lantaran

perbuatanku, dan akupun tidak akan dihukum lantaran perbuatan kalian”. Peringatan ini sesuai dengan firman

Allah Ta‟ala pada ayat lain:

“Kataknlah, jika aku membuat-buat nasehat itu, maka hanya akulah yang memikul dosaku, dan aku berlepas diri dari dosa yang kamu perbuat.” (Al-Maraghi, 1993: 210)

(72)

mereka bahwa Nabi Muhammad saw berkewajiban meneruskan tugasnya yaitu meneruskan tugas-tugas kerasulannya, sebagai penyampai perintah Allah yang kebenarannya jelas, perintah yang mengandung peringatan dan janji-janji serta tuntutan ibadah berikut pokok-pokok kemaslahatan yang menjadi pedoman untuk kehidupan dunia. Nabi Muhammad saw tidak perkenankan menghakimi mereka, apabila mereka tetap mempertahankan sikap mereka yang mendustakan Al-Qur‟an dan mempersekutukan Allah (Departemen Agama

RI, 2009: 316).

Telah jelas dalam perintah Allah bahwa manusia dilarang menghakimi seseorang hanya karena mempunyai keyakinan lain. Allah telah menjelakan dalam surah Yunus ayat 40-41 bahwa Allah memberikan peluang untuk melakukan peluang sesuai kehendak mereka dengan kata

ْمُكُلَمَع ْمُكَلَو يِلَمَع ىل yang berarti bagiku amalku dan bagimu

(73)

d. Tafsir Muyassar

Ayat 40 diantara manusia ada yang membenarkan

Al-Qur‟an dan ada yang mendustakannya, sampai ia

bertemu dengan Rabbnya, dalam keadaan kafir. Dan

Allah lebih mengetahui orang-orang yang berbuat

kerusakan, menolak kebenaran, mengikuti kebatilan,

menyombongkan diri terhadap petunjuk, dan berpalimg

dari dalil. Dan Allah akan membalas mereka karena

keburukan apa yang mereka perbuat. Ayat 41 dan jika

orang-orang musyrik itu mendustakanmu, wahai Nabi, katakanlah kepada mereka: “Bagiku agamaku dan aku bertanggung jawab di hadapan Allah SWT atas amalku,

dan tidak ada satu dosa pun bagi kalian dari amalku itu.

Dan bagi kalian agama kalian dan kalian akan ditanya

tentang amal perbuatan kalian disisi Allah SWT. Karena

kalian tidak akan disiksa karena amalku dan aku juga

tidak akan disiksa karena amal kalian. Sebab, setiap

orang atas amalnya akan dimintai pertanggungjawaban

lalu dihisab (Al-Qarni, 2008: 191-192).

(74)

B. Nilai-nilai Pendidikan Toleransi yang diajarkan dalam Surah Yunus ayat 40-41 dan Al-Baqarah 256

1. Surah Al-Baqarah

Dalam ayat di atas secara gamblang dinyatakan bahwa tidak ada paksaan dalam menganut keyakinan agama lain, Allah mengehendaki setiap orang merasakan kedamaian. Kedamaian tidak akan diperoleh kalau jiwa tidak damai, oleh karena itu tidak ada paksaan dalam menganut akidah agama Islam. Konsideran yang dijelaskan oleh ayat tersebut karena telah jelas jalan yang lurus (Quraish Shihab, 2007. 552).

Dalam sebuah tatanan masyarakat yang dibangun berdasarkan nila-nilai Al-Qur‟an, prinsip bahwa seorang bebas atau merdeka dapat menetapkan pilihan agamanya adalah pilar yang utama. Praktik tersebut dengan sangat baik telah dilaksanakan oleh Rasulullah sallahu „allahi wa sallam. Sepanjang Nabi sallahu

„allahi wa sallam tidak memaksa seseorang agar masuk Islam

(Kementrian Agama RI, 2012: 27).

(75)

dibedakan dari jalan yang sesat. Maka tidak boleh ada pemaksaan untuk beriman, karena iman adalah keyakinan dalam hati sanubari dan tak soerang pun dapat memaksa hati seseorang untuk meyakini sessuatu, apabila dia sendiri tidak bersedia (Departemen Agama RI, 2009: 381).

Janganlah kalian memaksa orang untuk memeluk Islam karena yang wajib bagi kalian adalah mendakwahi manusia untuk memeluk Islam melalui pemahaman serta berdialog dengan cara yang terbaik. Sebab, agama ini jelas. Lagipula, sudah jelas mana yang petunjuk dan mana yang kesesatan, mana keimanan dan mana kekafiran („Aidh Al-Qarni, 2008: 202).

(76)

Artinya: Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad)

berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau

bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri

dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah

ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka

dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan

tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah

Mencintai orang yang bertawakal.

Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia diperintahkan untuk berperilaku lemah lembut, tidak kasar dan tidak berhati keras. Nabi Muhammad saw mencontohkan dalam kegiatan sehari-harinya. Ketika beliau memaafkan kaumnya yang melakukan kesalahan dan pelanggaran ketika perang Uhud. Dan ketika Nabi Muhammad memimpin dalam musyawarah dalam memutuskan sebelum berperang, beliau menerima usul mereka, walau usul tersebut beliau sendiri urang berkenan; beliau tidak memaki dan mempermasalahkan pemanah yang meninggalkan markas mereka, tetapi beliau hanya menegur dengan halus dan lain-lain (Quraish Shibab, 2002: 309-310).

(77)

dan tidak merasa tenang dalam menjalankan ajarannya karena mengikutinya dengan cara terpaksa dan tidak dengan hati yang tulus.

Allah dan Negara telah menjamin kemerdekaan setiap umat manusia. Itu artinya setiap orang bebas melakukan apa yang diinginkan selagi perlakuan tersebut tidak melanggar norma yang berlaku dalam tatanan masyarakat. Seseorang juga bebas menentukan kepercayaan apa dan ajaran agama yang bagaimana yang ingin dianutnya. Tanpa ada hak orang lain memaksakan kehendak.

2. Surah Yunus ayat 40-41

Allah memerintahkan kepada Nabi Muhmmad jika mereka menyambut baik ajakanmu, katakannlah bahwa Allah SWT yang memberi petunjuk kepada kamu dan memberi ganjaran kepadamu dan kepadaku, dan jika mereka sejak dulu telah mendustakanmu dan berlanjut kedustaan hingga kini dan masa akan datang, maka katakanlah kepada mereka, “bagiku pekerjaanku dan bagimu

(78)

dan juga tidak menambah dosamu, dan akupun terlepas dari apa yang kamu kerjakan, baik yang kamu kerjakan di masa sekarang maupun masa yang akan datang, dan juga tidak memperoleh ganjaran atau dosa jika kamu memperolehnya (Quraish Shihab, 2007. 552).

Allah memberikan penjelasan kepada Nabi Mumammad, apabila orang musyrikin itu tetap mendustakanmu wahai Muhammad, maka Allah memerintahkan kepadanya untuk mengatakan kepada mereka bahwa Nabi Muhammad saw berkewajiban meneruskan tugasnya yaitu meneruskan tugas-tugas kerasulannya, sebagai penyampai perintah Allah yang kebenarannya jelas, perintah yang mengandung peringatan dan janji-janji serta tuntutan ibadah berikut pokok-pokok kemaslahatan yang menjadi pedoman untuk kehidupan dunia. Telah jelas dalam perintah Allah bahwa manusia dilarang menghakimi seseorang hanya karena mempunyai keyakinan lain (Departemen Agama RI, 2009: 316).

(79)

pertanggung jawaban terhadap apa yang kamu kerjakan (Ahmad Mustafa, 1993: 210).

Allah telah menjelaskan dalam surah Yunus ayat 40-41 bahwa Allah memberikan peluang untuk melakukan peluang sesuai kehendak mereka dengan kata ْمُكُلَمَع ْمُكَلَو يِلَمَعّل yang berarti bagiku amalku dan bagimu amalmu. Aku tidak akan diminta pertanggung jawaban atas amalan yang kamu perbuat, dan aku tidak akan diminta pertanggung jawaban atas amalanmu. Seseorang berhak memilih keyakinan masing-masing sesuai dengan keinginannya. Tidak ada hak bagi sseorang untuk memaksa orang lain untuk meyakini suatu kepercayaa karena itu adalah hak setiap orang untuk memilih keyakinan atau kepercayaannya.

C. Penerapan Nilai-nilai Pendidikan Toleransi Dalam Kehidupan

Berdasarkan Surah Yunus ayat 40-41 dan Al-Baqarah ayat 256

(80)

Upaya pemeliharaan kerukunan telah banyak diupayakan, baik oleh pemerintah maupun kelompok masyarakat, namun kasus-kasus konflik masih banyak terjadi, baik internal maupun antar umat beragama. Diantara kasus-kasus intern agama, misalnya: kasus Syiah di Sampang, kasus Ahmadiyah di Tasikmalaya, mislanya: kasus rumah ibadat filadelfia di Bekasi, GKI Yasmin di Bogor, dan lain sebagainya (Kementrian Agama RI, 2014: 1).

(81)

kehormatan syiar mereka, bahkan Al-Qur‟an menjadikan salah satu sebab diperkenankannya perang adalah untuk menjaga kebebasan beribadah. Islam menetapkan bahwa orang-orang kafir dzimi di negara Islam atau di negara yang tunduk kepada kaum muslimin memiliki hak dan kewajiban yang sama seperti kaum muslimin. Pemerintah wajib menjaga seluruh rakyat dan menerapkan peraturan perundang-undangan yang juga diterapkan kepada kaum muslimin, maka batasan-batasan Islami tidak boleh dijatuhkan terhadap masalah yang tidak diharamkan oleh mereka (Ahmad Al-Mursi, 2009: 1-6).

Selain dari Al-Qur‟an yang menerangkan tentang perintah untuk melakukan toleransi, Nabi Muhammad SAW sendiri telah menguatkan dalam berbagai macam contoh dalam kehidupannya untuk bertoleransi dalam kehidupan. Nabi juga memerintahkan untuk bertoleransi walaupun dalam keadaan perang sekalipun. Telah menjadi suatu kebiasan oleh Nabi Muhammad yang memerinntahkan pasukan tentaranya yang diutus ke medan perang untuk selalu berlaku lemah lembut kepada musuhnya. Terutama terhadap kaum yang lemah seperti wanita, orang tua, dan anak kecil (Yunus Ali, 1983: 7-8).

(82)

1. Sebagai pemeluk agama Islam dilarang untuk memaksa seseorang yang beragama selain Islam untuk masuk kedalam agama Islam.

2. Umat Islam hanya berkewajiban untuk berdakwah kepada seluruh umat manusia dengan cara yang baik dan lemah lembut tanpa ada unsur memaksa.

3. Umat Muslim diperintahkan untuk saling menjaga kerukunan dengan cara saling menghormati dan menghargai agama lain atau kepercayaan orang lain.

4. Agama Islam diperintahkan untuk menjaga hak dan kebebasan, kebebasan yang pertama adalah kebebasan beribadah dan yang kedua adalah berkeyakinan; setiap pemeluk agama berhak atas agamanya dan mazhab lain.

Ini adalah beberapa contoh sikap toleransi yang dapat diterapkan dalam suatu kehidupan bermasyarakat dan bernegara berdasarkan surah Yunus ayat 40-41 dan surah Al-Baqarah ayat 256.

(83)

Referensi

Dokumen terkait