BAB I PENDAHULUAN
G. Tujuan Pendidikan Toleransi
Kerukunan hidup dalam antar pemeluk agama yang berbeda dalam masyarakat plural yang harus diperjuangkan dengan catatan tidak mengorbankan akidah. kalimat yang secara tegas menunjukan hal ini seperti terekam dalam surah QS. Yunus ayat 41 yang menyatakan “bagimu perkejaanmu dan bagiku pekerjaanku” dan ayat tersebut didukung juga dalam surah QS. Al-kafirun ayat 6 yang berbunyi “bagimu agamamu dan bagiku agamaku”. Ungkapan ayat ini merupakan pengakuan eksistensi secara timbal balik sehingga masing-masing pihak dapat melaksanakan apa yang dianggapnya benar dan baik, tanpa memutlakkan pendapat kepada orang lain sekaligus tanpa mengabaikan keyakinan masing-masing.
Membiarkan tetap dalam akidah masing-masing kemudian terus bekerja sama dalam hal-hal kemasyarakatan khususnya dan kemanusiaan umunya adalah cita-cita toleransi yang dikembangkan oleh islam. Untuk itulah membangun persatuan melalui persaudaraan yang baik adalah jalan yang ditempuh bersama. Inilah yang akan dibahas dalam sub bab ini adalah Membangun Persatuan Melalui Persaudaraan:
Persatuan dan kesatuan antar semua manusia tidak mungkin dapat terwujud kalau tidak ada semangat persaudaraan. Dalam keontek ke-Indonesiaan persaudaraan harus dilakukan bukan hanya kepada non muslim, namun juga terhadap sesama muslim. Untuk itulah sebelum membahas tentang pentingnya persaudaraan terhadap non muslim, maka terlebih dahulu akan dibahas tentang persaudaraan sesama muslim.
1. Persaudaraan Sesama Muslim
Tidak jarang terjadi konflik antar sesama muslim hanya karena beda pemahaman terhadap ibadah yang dijalankan. Padahal masing-masing ibadah mempunyai dasar-dasar tersendiri. Sebagai contoh ibadah sholat subuh ada yang memakai doa qunut dan ada yang tidak memakai qunut. Kemudian ada perbedaan lagi tentang mendoakan orang yang telah meninggal. Ada yang menggunakan budaya yasin tahlil adapun yang tidak menggunakannya. Perbedaan tersebut adalah salah satu contoh yangs sering
dijadikan perdebatan antar sesama umat muslim. Padahal masing-masing orang mempunyai dasar sendiri-sendiri melalui gurunya maisng-masing. Perdebatan inilah yang terkadang membuat sesama muslim saling terpecah belah karena kesadarannya untuk saling menghormati antar sesama muslim. Padahal sesama orang muslim itu adalah saudara. Seperti yang dijelaskan dalam QS Al-hujurat ayat 10
:
اَمَّوِإ
َنوُىِمْؤُمْنا
ةَوْخِإ
اوُحِهْصَأَف
َهْيَب
ْمُكْيَوَخَأ
اوُقَّتاَو
ََّالله
ْمُكَّهَعَن
َنوُمَحْرُت
-ٔٓ
Artinya: Sesungguhnya orang-orang Mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.
Ayat yang terdapat dalam surah Al-Hujurat ini secara umum berisi tentang petunjuk kepada masyarakat Muslim khusunya, dan masyarakat manusia pada umumnya. Ayat ini memerintahkan komunitas Muslim agar menciptakan perdamaian di lingkunag intern masyarakat mereka. Jik ada dua golongan dari orang-orang mukmin saling berperang, orang-orang mukmin diperintahkan untuk
mengehntikan peperangan mereka, dengan nasihat atau ancaman dan/atau dengan sangsi hukum. Dengan kata lain, orang mukmin yang lain mendamaikan kedua golongan mukmin yang berperang itu dengan mengajak kepada hukum Allah dan meridai dengan apa yang terdapat di dalamnya, baik yang berkaitan dengan hal-hak atau kewajiban-kewajiban keduanya secara adil. Tetapi jika salah satu kelompok enggan menerima perdamaina menurut hukum Islam dan melanggar terhadap apa yang telah ditetapkan oleh Allah tentang keadilan bagi makhluk-Nya, maka kelompok itu boleh diperangi sehingga tunduk dan patuh kepada hukum Allah, dan kembali kepada perintah Allah yaitu perdamaian. Jika kelompok itu kembali kepada hukum dan perintah Allah, maka orang-orang mukmin harus mendamaikan kedua kelompok itu dengan jujur, adil, dan menghilangkan trauma peperangan agar permusuhan di antara keduanya tidak menimbulkan peperang kembali di waktu yang lain.oleh karena itu perlu diberikan catatan khususnya kepada orang-orang mukmin yang bertindak sebagai juru damai harus berlaku adil dan jujur terhadap dua kelompok yang bertikai tersebut.
Tidak jarang terjadi kesalah pahaman antar umat Muslim dan non Muslim karena didasari bebarapa hal. Contohnya adalah adanya anggapan bahwa agama selain Islam adalah agama yang harus di perangi jika tidak mau memasuki Islam. Tindakan tersebut dilakukan oleh hanya beberapa kelompok semata sebagai contohnya kelompok yang mengatas namankan ISIS yang memerangi agama lain bahkan juga memarangi saudara sesama Muslim yang tidak sejalan dengannya. Padahal tindakan seperti sangat tidak dibenarkan Allah SWT telah menjelaskan dalam QS Al-Baqarah ayat 256:
Artinya : Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barangsiapa ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.
Tidak ada paksaan dalam menganut suatu kepercayaan, Allah menghendaki agar setiap orang
merasakan kedamaian. Mengapa ada paksaan, padahal telah jelas jalan yang benar dan mana jalan yang sesat. Tidak ada paksaan dalam menganut agama karena telah jelas mana jalan yang lurus (Quraish shihab, 2007: 551-552)
Dari pernyataan tersebut bahwa sudah jelas umat Muslim dilarang memaksa seseorang yang menganut agama lain untuk memasuki agama Islam. Dalam negara Indonesia ini banyak orang yang menganut agama dan kepercayaan yang berbeda-beda. Penting untuk bisa menghargai satu dengan yang lain agar tidak terjadi suatu gesekan antar sesama masyarakat. Saling menghormati dan tidak menjelek-jelekan antar semua umat beragama agar menciptkan rasa cinta kasih dan saling memiliki sehingga solidaritas masyarakat semakin baik. Ketika solidaritas masyarakat membaik maka akan lebih mudah ketika akan mengadakan kegiatan gotong royong, terciptanya kondisi aman, dan tentram karena tidak ada gesekan antar umat beragama. Dari situlah akan terwujud nilai-nilai pancasila butir kelima yang berbunyi “keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia”.