• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN

4.4 Pembahasan

1. Antusiasme

Penelitian tindakan kelas telah dilaksanakan dalam tiga siklus, peneliti

menitikberatkan pengamatan siswa pada tingkat antusiasme siswa, kerja

kelompok dan prestasi belajar siswa. Pengamatan yang dilaksanakan peneliti

dengan menggunakan tiga cara yaitu pengamatan oleh peneliti, wawancara

kepada guru, dan wawancara siswa.

Siklus I berjalan sesuai dengan rencana menurut pengamatan dari

peneliti, wawancara dengan guru dan wawancara kepada siswa pada siklus I

ini aspek antusiasme siswa masih belum terlihat bagus ini ditunjukkan dari

hasil pengamatan peneliti siswa membawa buku penunjang pembelajaran dan

mengikuti segala aktivitas pembelajaran, siswa sudah memperhatikan

penjelasan yang diberikan oleh guru tetapi masih ada beberapa siswa yang

tidak segera melaksanakan interuksi guru. Beberapa siswa belum

melaksanakan tugas tepat waktu, sehingga pembelajaran menjadi lama pada

saat pengerjaan tugas kelompok. Keaktifan siswa dalam memecahkan

permasalahan juga masih didominasi oleh siswa tertentu. Guru pun

berpendapat demikian, menurut wawancara dengan guru pembelajaran terlihat

berbeda karena metode yang digunakan, siswa memperhatikan penjelasan dari

guru. Siswa juga melaksanakan instruksi yang diberikan guru dengan segera

namun kelemahannya adalah pencapaian waktu yang tidak sesuai rencana

metode yang baru sehingga kesiapan menerima pembelajaran yang baru masih

terlihat asing. Siswa juga masih malu mengemukakan pendapat atau

pertanyaan mereka. Dari wawancara kepada siswa sebagian siswa

berpendapat siswa memperhatikan penjelasan dari guru, namun ada beberapa

siswa yang tidak melaksanakan interuksi dengan segera. Pembelajaran tepat

waktu namun masih terbuang pada saat tugas membahas gambar bagi siswa.

Jawaban dan pertanyaan masih didominasi pada siswa tertentu dalam

kelompok, karena siswa msih merasa malu sehingga tidak mempunyai

keberanian dalam bertanya. Skor rata-rata Antusiasme siswa dari siklus I

menurut pengamatan peneliti 56,25 menurut wawancara dengan guru 62,5

sedangkan menurut wawancara siswa skor rata-rata 62,5. Skor rata-rata

tingkat antusiasme siswa siklus I sebesar 60,41.

Pembelajaran siklus II berjalan sesuai dengan rencana, pembelajaran

lebih meningkat dari siklus I menurut peneliti yang sesuai dengan pendapat

guru dan siswa, siswa datang menuju kelas tepat waktu, siswa sudah mulai

tanggap dengan instruksi yang diberikan guru kepada mereka, siswa

mendukung pembelajaran, siswa siap dalam mengikuti pembelajaran

walaupun menurut wawancara dengan guru siswa belum siap menerima

pembelajaran, siswa masih ragu dalam menanggapi pertanyaan guru. Peneliti

juga mengamati bahwa masih ada beberapa siswa masih pasif dalam

guru skor rata-rata 81,25 dan menurut wawancara dengan siswa skor rata-rata

yang diperoleh adalah 87,5. Skor rata-rata tingkat antusiasme siklus II sebesar

81,16.

Siklus III berjalan sesuai rencana, siswa terlihat sangat bersemangat

sehingga siswa benar-benar siap mengikuti pembelajaran dengan datang tepat

waktu, bersemangat mengikuti pembelajaran. Siswa tidak gaduh atau sibuk

sendiri, siswa memperhatikan penjelasan guru dan segera melaksanakannya,

kegiatan pembelajaran juga tepat waktu biarpun para siswa masih ingin lebih

banyak waktu. Menurut awncara dengan guru pembelajaran pada siklus ini

sangat menyenangkan karena sesuai dengan kesadaran siswa sendiri dan guru

hanya benar-benar menjadi fasilitator, siswa membawa buku penunjang

pembelajaan. Siswa sudah mampu mengadaptasi proses pembelajaran dengan

baik sehingga mereka tidak kesulitan mengikuti. Siswa mempunyai

keingintahuan tinggi sehingga mendukung pembelajaran aktif, karena siswa

aktif menanggapi pertanyaan teman. Skor rata-rata dari hasil pengamatan

peneliti sebesar 93,75 sama dengan hasil wawancara guru dan skor 100 dari

hasil wawancara dengan siswa. Skor rata-rata tingkat antusiasme siswa siklus

III sebesar 96,8.

2. Kerja Kelompok

Aspek kedua adalah kerja kelompok, pada siklus I pengamatan

malu menyampaikan ide dalam kelompok. Dari hasil wawancara guru skor

rata-rata pada aspek kerja kelompok 50 sama dengan skor hasil pengamatan

peneliti hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa belajar secara

kelompok dengan kelompok acak. Namun ada beberapa yang sudah mulai

menyampaikan pendapatnya agar tugas yang diberikan kepada mereka selesai.

Ada beberapa siswa berpendapat bahwa siswa sudah mau menanggapi

pertanyaan teman dan mendiskusikannya. Menurut guru, siswa sudah mau

berusaha menyampaikan pendapatmya dalam kelompok, pada saat

menyampaikan hasil kerja kelompok mereka juga terlihat percaya diri

walaupun masih harus ditunjuk guru. Guru juga berpendapat sama dengan

peneliti bahwa siswa sudah mengerti tugas yang diberikan kepadanya

sehingga mereka sadar akan adanya permasalahan. Menurut hasil wawancara

dengan siswa skor rata-rata 65. Skor rata-rata tingkat kerja kelompok siswa

pada siklus I sebesar 55. Karena tingkat antusiasme siswa menurut peneliti,

guru dan siswa sendiri belum menunjukkan hasil yang memuaskan maka

dilanjutkan penelitian siklus II.

Siklus II berjalan sesuai dengan rencana Siswa masih enggan

menyampaikan pendapat di dalam forum kelas sesuai dengan wawancara yang

diberikan kepada siswa bahwa siswa belum peka dalam menanggapi jawaban

teman lain. Meskipun jawaban yang akan disampaikan merupakan jawaban

menjadikan semua siswa aktif dan merata dalam pembagian tugas. Kualitas

jawaban siswa dalam kelompok meningkat, keinginan siswa mencari sumber

belajar meningkat dari siklus sebelumnya. Di siklus II ini siswa terlihat lebih

bersemangat mengikuti pembelajaran meskipun belum maksimal. Skor

rata-rata pengamatan peneliti sebesar 70, sedangkan dari hasil wawancara dengan

guru perolehan skor rata-rata aspek kerja kelompok 85 sedangkan untuk hasil

wawancara dengan siswa skor rata-rata 90. Skor rata-rata siklus II sebesar

81,66. Sehingga perlu dilanjutkan siklus III .

Siklus III siswa sudah mengalami peningkatan dalam kerja dalam

kelompok, siswa mampu bekerja dalam kelompok kecil, siswa sudah mulai

berani menanggapi presentasi dari teman lain walaupun masih dengan bahasa

yang kurang baku tapi mereka sudah berani. Siswa percaya diri dalam

mempresentasikan jawaban didepan kelas, pembagian tugas juga terlihat

merata. Menurut siswa sendiri menyatakan bahwa mereka bersemangat

mengikuti pembelajaran, mereka bisa bekerja dalam kelompok, didalam

anggota kelompok semua berperan aktif, siswa berani bertanya pada guru

hal-hal yang mereka belum ketahui. Walaupun masih ada kekurangan yang

dilihat peneliti yaitu tanggapan yang masih kurang antar kelompok, serta

penyampaian jawaban siswa yang masih perlu diperbaiki, namun artikulasi

dan intonasi siswa yang menyampaikan presentasi sudah cukup baik,

pemahaman anak pada materi dalam menjawab tugas tepat. Perolehan skor

hasil wawancara guru dan wawancara dengan skor sama sebersar 95. Siklus

III ini antusiasme dan kerja kelompok mengalami peningkatan dari siklus

sebelumnya serta kemampuan siswa dalam aspek tersebut telah menyeluruh

sehingga siklus III ini dianggap selesai dan tidak diadakan tindakan lagi. Skor

rata-rata siklus III tingkat kerja kelompok siswa sebesar 93,33.

3. Prestasi Belajar

Analisis data peningkatan prestasi belajar siswa pada siklus I, siklus II,

dan siklus III, data awal saat belum diadakan tindakan, rata-rata nilai siswa

60,80 dan baru 30% siswa yang memenuhi KKM. Setelah diadakan penelitian

tindakan kelas rata-rata nilai siswa menjadi 78,1 dengan 80% siswa mencapai

KKM. Karena keberhasilan indikator tersebut setelah diadakan siklus I, siklus

II, dan siklus III menjadikan peneliti menghentikan penelitian dan tidak

dilanjutkan.

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam tiga siklus. Materi yang

diajarkan adalah perjuangan melawan penjajahan belanda dan jepang serta

pergerakan nasional diberikan secara bertahap dalam setiap siklus. Materi

yang diberikan masih dibawah satu standar kompetensi.

Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

konstruktivisme dalam metode pembelajaran baik secara kelompok maupun

Dalam pelaksanaan siklus I menggunakan pendekatan konstruktivisme

media gambar. Pembagian kelompok masih berjumah delapan anak masing

masing kelompok. Pelaksanaan siklus pertama masih berlangsung klasikal

dan siswa belum beradaptasi dengan pendekatan yang digunakan. Dalam

pelaksanaan siklus I lima siswa mendapatkan nilai 30, tujuh siswa

mendapatkan nilai 50 , tujuh siswa mendapatkan nilai 60,00, dua belas siswa

mendapatkan nilai 70,00 dan satu siswa mendapatkan nilai 80.

Analisis data menunjukkan pada siklus I peserta didik yang mendapat

nilai diatas nilai KKM terdapat 40% atau 13 peserta didik dari 32 peserta

didik. Peserta didik yang memperoleh nilai tes dibawah nilai KKM terdapat

60% dari 32 peserta didik atau 19 peserta didik.hal ini disebabkan karena anak

masih belum bisa menyesuaikan diri dengan metode belajar yang berbeda,

mereka juga masih sulit untuk belajar dengan kelompok-kelompok yang baru

dan buka seperti biasanya. Nilai rata-rata yang ditunjukkan dari siklus I adalah

57,5. Jumlah peserta didik masih 60% yang belum memenuhi nilai KKM.

Penelitian dilanjutkan ke siklus II.

Proses pembelajaran siklus II peneliti menggunakan pendekatan

konstruktivisme dan lebih menonjolkan pada metode belajar yang

menyenangkan diluar kelas. Peserta lebih menyukai metode pembelajaran

yang bervariasi dan menyenangkan. Gambar yang digunakan baik berupa

slide show dan gambar dua dimensi berjumlah banyak. Jumlah peserta didik

Pada siklus ini peneliti memperoleh data akhir satu anak mendapatkan nilai

30, empat anak mendapatkan nilai 40, satu anak yang mendapatkan nilai 50,

delapan anak mendapatkan nilai 60, sebelas belas anak mendapatkan nilai 70,

enam anak mendapatkan nilai 80, dan satu anak mendapatkan 90.

Dari analisis data yang disajikan terdapat 55% memenuhi nilai KKM

yaitu 18 siswa,sedangkan 45% siswa belum memenuhi nilai KKM atau

sebanyak 14 siswa. Hal itu menunjukkan bahwa pencapaian nilai anak yang

memenuhi KKM telah lebih dari 50% peserta didik. Nilai rata-rata pada akhir

siklus II adalah 64,4 telah meningkat dari siklus I yaitu 57,5 nilai tersebut

belum memenuhi nilai KKM yang diberlakukan di SD Negeri Girisekar

sehingga perlu perencanaan lagi menuju siklus III.

Siklus III pembelajaran lebih bervariasi dengan jumlah anggota

kelompok lebih sedikit yaitu empat anak masing-masing kelompok. Materi

yang digunakan berupa gambar, LKS dan soal. Pada siklus ini anak-anak yang

tadinya tidak terlihat menonjol mampu menunjukkan potensi diri mereka

dalam kelompok kecil. Mereka bersemangat dalam belajar ditunjukan dengan

kesediaan mereka membawa buku-buku sumber belajar lain dari rumah dan

meminjam ke perpustakaan. Pembelajaran yang dilakukan tidak hanya diluar

kelas tetapi dikombinasikan dengan didalam kelas.

Proses pembelajaran siklus III menunjukkan dua anak mendapatkan

dan 2 anak mendapatkan nilai 100. Dari data yang disajikan terdapat 80%

anak yang nilainya telah mencapai nilai KKM atau sebanyak 26 peserta didik.

Terdapat 20% anak yang belum memenuhi KKM yaitu 6 anak. Dari data

tersebut juga menunjukkan peningkatan nilai rata-rata yaitu 78,1 maka akhir

siklus III telah menunjukkan peningkatan dan mencapai nilai KKM maka

siklus III ini diselesaikan.

Hasil penelitian diatas menunjukkan peningkatan prestasi belajar

setelah mendapat tindakan siklus I yaitu 57,5 , dilanjutkan siklus II nilai

rata-rata menjadi 64,4 karena belum mencapai nilai KKM diadakan siklus III

yaitu dengan rata-rata 78,1. Jumlah peserta didik dari data awal hanya 30%

mencapai nilai KKM, maka adanya tindakan siklus I mencapai 40% siswa

mencapai KKM, siklus II terdapat 55% siswa mencapai nilai KKM, dan siklus

III mencapai 80% mencapai KKM. Dengan demikian , hasil dari penelitian

diatas membuktikan hipotesis menggunakan pendekatan konstruktivisme

media gambar dapat meningkatkan prestasi belajar dalam materi

mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan

Belanda dan Jepang.

Dokumen terkait