• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. Bagian akhir Skripsi yang memuat: Daftar pustaka, Lampiran-lampiran, dan Riwayat Hidup Penulis.

19 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Peningkatan

Peningkatan adalah proses, cara, perbuatan meningkatkan usaha, kegiatan (KBBI, 2007: 1198). Peningkatan berasal dari kata tingkat yang artinya jenjang atau babak (Poerwodarminto, 1999: 103). Tingkat dapat pula dimaknai kelas atau posisi. Karena imbuhan pe-an maknanya berubah menjadi menuju tingkatan atau kelas selanjutnya (Poerwodarminto, 1999: 413).

Berdasarkan pengertian di atas dapat ditegaskan bahwa sesuatu yang mengalami peningkatan artinya mengalami perubahan menjadi lebih. Kata menjadi lebih dapat berarti lebih baik, lebih tinggi, lebih maju dan sebagainya tergantung kata sifat yang menyertainya.

B. Hakikat Hasil Belajar 1. Belajar

a. Pengertian Belajar

Menurut E.R. Hilgard dalam Susanto (2013: 5) belajar adalah suatu perubahan kegiatan reaksi terhadap lingkungan. Perubahan kegiatan yang dimaksud mencakup pengetahuan, kecakapan, tingkah laku, dan ini diperoleh melalui latihan (pengalaman). Belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembiasaan, pengalaman dan sebagainya. Menurut Ibnu Khaldun dalam Majid (2014: 107)

20

belajar merupakan suatu proses mentrasformasikan nilai-nilai yang diperoleh dari pengalaman untuk dapat mempertahankan eksistensi manusia dalam peradaban masyarakat. Goodman dalam Majid (2014: 107) menyatakan bahwa siswa belajar dengan menggunakan tiga cara, yaitu melalui pengalaman (dengan kegiatan langsung atau tidak langsung), pengamatan (melihat contoh atau model), dan bahasa. Dengan cara seperti ini, siswa belajar melalui kehidupan secara langsung.

Islam menggambarkan belajar dengan bertolak dari Firman Allah dalam Q.S An-Nahl: 78:

ِهك تاَهّمهأِ نوهطهبِْن مِْمهكَج َرْخَأِه ّاللَ َو

َِعْمّسلاِهمهكَلَِلَعَج َوِاًئْيَشَِنوهمَلْعَتِلاِْم

َِنو هرهكْشَتِْمهكّلَعَلَِةَد ئْفلأا َوِ َراَصْبلأا َو

Artinya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur

(Al-Qur’an dan Terjemah, An-Nahl: 78).

Makna dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa pada mulanya manusia tidak memiliki pengetahuan atau tidak mengetahui sesuatu pun, maka belajar adalah perubahan tingkah laku lebih merupakan proses internal siswa dalam rangka menuju tingkat kematangan.

21

Dari pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang terdapat pada diri seseorang yang diperoleh dari pengetahuan, pengalaman dan pembiasaan.

b. Prinsip-Prinsip Belajar 1) Perhatian dan Motivasi

Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, dperlukan untuk lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan

sehrai-hari, akan membangkitkan motivasi untuk

mempelajarinya. Sedangkan motivasi itu sendiri adalah tenaga yang menggerakan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi mempunyai kaiktan yang erat dengan minat. Siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikina timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 42).

2) Keaktifan

Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik maupun psikis. Kegiatan fisik berupa membaca,

22

menulis berlatih ketrampilan dan sebagainya. Sedangkan kegiatan psikis berupa pemecahan masalah yang dihadapi dengan menggunakan khasanah pengetahuan (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 44).

3) Keterlibatan Langsung/Berpengalaman

Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati secra langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Keterlibatan langsung dapat diartikan keterlibatan mental emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian dan perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 45).

4) Pengulangan

Menurut teori Psikologi Daya, bahwa belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas

daya mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal,

merasakan, berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 46).

23 5) Tantangan

Tantangan yang diahadapi dalam bahan belajar ,e,buat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan mebuat siswa tertantang untuk mempelajarinya (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 47).

6) Balikan dan Penguatan

Siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Begitu juga jika siswa mendapatkan nilai jelek akan merasa takut tidak naik kelas, maka ia terdorong untuk belajar lebih giat lagi. Dengan

menggunakan metode-metode belajar maka akan

memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 48).

7) Perbedaan Individual

Perbedaan individual berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Karenya, perbedaan individu perlu diperhatiakn oleh guru dalam upaya pembelajaran. Dalam hal tersebut guru dapat menggunakan metode atau strategi belajar-mengajar yang bervariasi sehinggan perbedaan-perbedaan kemampuan siswa dapat terlayani. Penggunaan media juga akan membantu melayani perbedaan siswa dalam cara belajar. (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 49).

24

Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan prinsip-prinsip belajar mencakup perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/ berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual.

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil adalah sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan, dsb) oleh usaha (KBBI, 2007: 39). Menurut Nawawi dalam Susanto (2013: 5), bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Hasil belajar diukur melalui bagaimana proses itu dilakukan, apakah sesuai dengan prosedur atau kaidah yang benar, bukan pada produk saat itu, karena proses yang benar kelak akan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat ketika kembali ke masyarakat sebagai outcome/keluaran (Hosnan, 2014: 4).

Sedangkan Djamarah dan Zain dalam Susanto (2013: 3) menetapkan bahwa hasil belajar telah tercapai apabila telah terpenuhi dua indikator berikut, yaitu:

1) Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok.

25

2) Perilaku yang digariskam dalam tujuan

pengajaran/instruksional khusus telah dicapai oleh siswa baik secara individu maupun kelompok.

Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sunal, bahwa evaluasi merupakan proses penggunaan informasi untuk membuat pertimbangan seberapa efektif suatu program telah memenuhi kebutuhan siswa. Selain itu, dengan dilakukannya evaluasi atau penilaian ini dapat dijadikan tindak lanjut, atau bahkan cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa. Kemampuan prestasi beajar siswa tidak saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga sikap dan keterampilan. Dengan demikian, penilaian hasil belajar siswa mencakup segala hal yang dipelajari di sekolah, baik itu menyangkut pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang berkaitan dengan mata pelajaran yang diberikan kepada siswa (Susanto, 2013: 5).

Dari uraian di atas, dapat dipahami makna hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa atau perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa melalui belajar, baik dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

26 b. Macam-macam- Hasil Belajar

1) Pemahaman Konsep

Pemahaman menurut Bloom dalam Susanto (2013: 6) diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Pemahaman ini adalah seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, yang dialami, atau yang ia rasakan berupa hasil penelitian atau observasi langsung yang ia lakukan.

Adapun kriteria-kriteria pemahaman konsep (Susanto, 2013: 7), yaitu:

a) Pemahaman merupakan kemampuan untuk menerangkan dan menginterpretasikan sesuatu, ini berarti bahwa seseorang yang telah memahami sesuatu atau telah memperoleh pemahaman akan mampu menerangkan atau menjelaskan kembali apa yang telah ia terima.

b) Pemahaman bukan sekedar mengetahui, tetapi ia mampu memberikan gambaran, contoh, dan penjelasan yang lebih luas dan memadai.

c) Pemahaman lebih dari sekedar mengetahui, karena pemahaman melibatkan proses mental yang dinamis, tidak hanya memberikan gambaran dalam satu contoh saja tetapi

27

mampu memberikan gambaran yang lebih luas dan baru sesuai dengan kondisi saat ini.

d) Pemahaman merupakan suatu proses bertahap yang masing-masing tahap mempunyai tersendiri.

2) Keterampilan Proses

Usman dan Setiawati dalam Susanto (2013: 9)

mengemukakan bahwa keterampilan proses merupakan

keterampilan yang mengarah kepada pembangunan

kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa. Keterampilan berarti kemampuanmenggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitasnya.

3) Sikap

Sikap tidak hanya merupakan aspek mental semata, melainkan mencakup pula aspek respons fisik. Jadi, sikap ini harus ada kekompakan mental dan fisik secra serempak. Azwar mengungkapkan tentang struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang, yaitu: komponen kognitif, afektif, dan konatif. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen afektif, yaitu perasaan yang menyangkut emosional, dan komponen konatif merupakan aspek kecenderungan

28

berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang (Susanto, 2013: 9).

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ada dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu.

1) Faktor Internal a) Kecerdasan Anak

Kemampuan inteligensi seseorang sangat

mempengaruhi terhadap cepat dan lambatnya penerimaan informasi serta terpecahkan atau tidaknya suatu permasalahan. Kecerdasan siswa sangat membantu pengajar untuk menentukan apakah siswa itu mampu mengikuti pelajaran yang diberikan dan untuk meramalkan keberhasilan siswa setelah mengikuti pelajaran yang diberikan meskipun tidak akan terlepas dari faktor lainnya (Susanto, 2013: 15).

b) Kesiapan atau Kematangan

Kesiapan atau kematangan adalah tingkat

perkembangan di mana individu atau organ-organ sudah berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam proses belajar, kematangan atau kesiapan ini sangat menentukan

29

keberhasilan dalam belajar tersebut. Oleh karena itu, setiap upaya belajar akan lebih berhasil jika dilakukan bersamaan dengan tingkat kematangan individu, karena kematangan ini erat hubungannya dengan masalah minat dan kebutuhan anak (Susanto, 2013: 15).

c) Bakat Anak

Menurut Caplin dalam Susanto (2013: 16) yang dimaksud dengan bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu. Sehubungan dengan hal tersebut, maka bakat akan dapat memengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar.

d) Kemauan Belajar

Kemauan belajar yang tinggi disertai dngan rasa tanggung jawab yang besar tentunya berpengaruh positif terhadap hasil belajar yang diraihnya. Karena kemauan belajar menjadi salah satu penentu dalam mencapai keberhasilan belajar (Susanto, 2013: 16).

e) Minat

Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Seorang

30

siswa yang menaruh minat besar terhadap pelajaran akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya. Kemudian karena pemusatn perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tersebut untuk belajar lebih giat lagi, dan akhirnya mencapi prestasi yang diinginkan (Susanto, 2013: 16).

2) Faktor Eksternal

a) Model Penyajian Materi Pelajaran

Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pula pada model penyajian materi. Model penyajian materi yang menyenangkan, tidak membosankan, menarik, dan mudah dimengerti oleh para siswa tentunya berpengaruh secara positif terhadap keberhasilan belajar (Susanto, 2013: 17). b) Pribadi dan Sikap Guru

Kepribadian dan sikap guru yang kreatif dan penuh inovatif dalam perilakunya, maka siswa akan meniru gurunya yang aktif dan kreatif ini. Pribadi dan sikap guru yang baik ini tercermin dari sikapnya yang ramah, lemah lembut, penuh kasih sayang, membimbing dengan penuh perhatian dan lain-lain (Susanto, 2013: 17).

c) Suasana Pengajaran

Suasana pengajaran yang tenang, terjadinya dialog yang kritis antara siswa dengan guru, dan menumbuhkan

31

suasana yang aktif di antara siswa tentunya akan memberikan nilai lebih pada proses pengajaran. Sehingga keberhasilan siswa dalam belajar dapat meningkat secara maksimal (Susanto, 2013: 17).

d) Kompetensi Guru

Keberhasilan siswa belajar akan banyak dipengaruhi oleh kemampuan guru yang professional. Guru yang professional adalah guru yang memiliki kompeten dalam bidangnya dan menguasai dengan baik bahan yang akan diajarkan serta mampu memilih metode belajar mengajar yang tepat sehingga pendekatan itu bisa berjalan dngan semestinya (Susanto, 2013: 18).

e) Masyarakat

Dalam masyarakat terdapat berbagai macam tingkah laku manusia dan berbagai macam latar belakang pendidikan. Oleh karena itu, pantaslah dalam dunia pendidikan lingkungan masyarakat pun akan ini ikut memengaruhi kepribadian siswa. Kehidupan modern dengan keterbukaan serta kondisi yang luas banyak dipengaruhi dan dibentuk oleh kondisi masyarakat ketimbang oleh keluarga dan sekolah (Susanto, 2013: 18).

Dapat kita pahami bahwa hasil belajar dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor

32

internal adalah faktor yang ada pada diri individu yang sedang belajar. Diantara faktor internal yaitu, kecerdasan anak, kesiapan (kematangan), bakat anak, kemauan belajar dari anak, dan minat. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar dari individu yang sedangkan belajar. Faktor ini datang dari keluarga, sekolah dan masyarakat.

C. Sejarah Kebudayaan Islam

1. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam

Sejarah adalah ilmu yang membahas berbagai peristiwa atau kejadian di masa lalu dengan memerhatikan dari segi waktu, tempat, pelaku, latar belakang, dan hikmah yang terdapat dalam peristiwa tersebut.

Dalam bahasa Arab, kata sejarah disebut tarikh yang secara harfiah berarti ketentuan waktu, dan secara istilah berarti keterangan yang telah terjadi pada masa lampau atau masa yang masih ada. Kata tarikh

digunakan dalam arti perhitungan waktu, seperti keterangan mengenai tahun sebelum dan sesudah masehi dipakai kebutuhan sebelum atau sesudah tarikh masehi. Maksud ilmu tarikh adalah suatu pengetahuan yang berfungsi untuk mengetahui keadaan-keadaan atau kejadian-kejadian yang telah lampau maupun yang sedang terjadi di kalangan umat (Nata, 2010: 81).

Dalam pengertian yang lebih luas, sejarah adalah ilmu yang membahas berbagai masalah yang terjadi di masa lalu baik yang

33

berkaitan dengan masalah sosial, politik, ekonomi, budaya, ilmu pengetahuan, teknologi, pendidikan, hukum, kebudayaan, peradaban, agama, dan lain sebagainya. Berbagai peristiwa tersebut memiliki sejarahnya masing-masing sehingga muncullah ilmu tentang sejarah sosial, sejarah politik, sejarah ekonomi, sejarah kebudayaan, sejarah ilmu pengetahuan dan teknologi, sejarah pendidikan, sejarah agama dan seterusnya.

Pendidikan Islam, baik sebagai sebuah praktik maupun sebagai sebuah disiplin ilmu, merupakan peristiwa sejarah yang dapat dipelajari berdasrkan bukti-bukti yang dapat dilacak. Praktik pendidikan yang pernah ada di zaman Rasulullah SAW., Khulafaur Rasyidin, Bani Umayah, Bani Abbasiyah, Dinasti Usmani, Dinasti Safawi, Dinasti Moghul, Dinasti Fatimiah, kesultanan di abad pertengahan, dan seterusnya merupakan peristiwa sejarah yang dapat dipelajari berdasarkan fakta dan bukti-bukti yang meyakinkan. Di dalam kajian sejarah Islam, berbagai kemajuan dalam bidang pendidikan, kebudayaan, dan peradaban sering dijumpai atau disinggung.

Menurut Abdurahman Mas’ud dalam Thoha, dkk, (1999: 237)., kebudayaan pada umumnya sering diartikan secara sederhana sebagai hasil budi daya manusia, hasil cipta, rasa dan karsa dengan menggunakan simbol-simbol serta artifak. Sejalan dengan pengertian ini, kebudayaan meliputi cara hidup seluruh masyarakat yang

34

mencakup cara sikap, menggunakan pakaian, bertutur bahasa, ibadah, norma-norma tingkah laku serta sistem kepercayaan. Islam yang dihubungkan dengan kebudayaan berarti cara hidup atau way of life

yang juga sangat luas cakupannya. Tentu di sini Islam juga dilihat sebagai realitas sosial. Yakni Islam yang telah menyejarah meruang dan mewaktu, Islam yang dipandang sebagai fenomena sosial, bisa dilihat dan dicermati.

Kebudayaan Islam adalah cara pandang Muslim yang telah berjalan, terlembaga dan tersosialisasi dari kurun waktu ke waktu, satu generasi ke generasi yang lain dalam berbagai aspek kehidupan yang cukup luas tapi tetap menampilkan satu bentuk budaya, tradisi, seni, yang khas Islam.

2. Tujuan Mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam

Tujuan mempelajari sejarah, (Thoha, dkk, 1999: 222) adalah sebagai berikut:

a. Murid-murid yang membaca sejarah adalah untuk menyerap unsur-unsur keutamaan dari padanya agar mereka dengan senang hati mengikuti tingkah laku para Nabi dan orang-orang shaleh dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam membaca saja pun akan merupakan pengikat antara orang besar iru dengan orang-orang yang mengenalnya. Dan besar kemungkinan bacaan itu akan memberi dorongan untuk dilanjutkan sehingga menjadi studi yang mendalam dan akan menambah kemanusiaan yang lebih erat.

35

b. Pelajaran sejarah merupakan contoh teladan baik bagi umat Islam yang meyakinkannya dan merupakan sumber syari’ah yang besar. c. Studi sejarah dapat mengembangkan iman, mensucikan moral,

membangkitkan patriotisme dan mendorong untuk berpegang pada kebenaran serta setia kepadanya.

d. Bidang studi sejarah akan memberikan contoh teladan yang sempurna kepada pembinaan tingkah laku manusia yang ideal dalam kehidupan pribadi dan sosial anak-anak dan mendorong mereka untuk mengikuti teladan yang baik.

Pada PERMENAG Lampiran Bab III- SK KD PAI dan Bahasa Arab tingkat Mts tahun 2013 menjelaskan mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam bertujuan peserta didik memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut:

a. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah SAW dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.

b. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan.

c. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah, secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.

36

d. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggaln sejarah sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau.

e. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil

ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.

3. Ruang Lingkup Sejarah Kebudayaan Islam

Pada PERMENAG Lampiran Bab III- SK KD PAI dan Bahasa Arab tingkat Mts tahun 2013 dijelaskan mengenai ruang lingkup Sejarah Kebudayaan Islam, antara lain:

a. Memahami sejarah Nabi Muhammad SAW periode Makkah

b. Memahami sejarah Nabi Muhammad SAW periode Madinnah

c. Memahami peradaban Islam pada masa Khulafaurrasyidin

d. Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Bani Umaiyah e. Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Bani

Abbasiyah

f. Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Al-Ayyubiyah g. Memahami perkembangan Islam di Indonesia

Dari uraian diatas bahwa ruang lingkup Sejarah Kebudayaan Islam adalah sejarah perkembangan Islam sejak perjuangan Nabi Muhammad sampai dengan masuknya Islam dan perkembangannya di Indonesia.

37 D. Metode Everyone Is a Teacher Here

Metode Everyone Is a Teacher Here merupakan bagian dari strategi pembelajaran aktif (Active Learning). Pembelajaran aktif adalah pada saat anak-anak aktif, terlibat, dan peserta yang lain peduli dengan pendidikan mereka sendiri. Siswa harus didorong untuk berpikir, menganalisa, membentuk opini, praktik, dan mengaplikasikan pembelajaran mereka dan bukan hanya sekedar menjadi pendengar pasif atas apa yang disampaikan guru, tetapi guru benar-benar mengarahkan suasana pembelajaran itu agar siswa benar-benar ikut menikmati suguhan pembelajaran. Beberapa ciri dari pembelajaran yang aktif sebagaimana dalam panduan pembelajaran model ALIS (Uno dan Mohamad, 2015: 75) adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran berpusat pada siswa,

2. Pembelajaran terkait dengan kehidupan nyata,

3. Pembelajaran mendorong anak unutk berpikir tingkat tinggi, 4. Pembelajaran melayani gaya belajar anak yang berbeda-beda

5. Pembelajaran mendorong anak unutk berinteraksi multiarah (siswa-guru)

6. Pembelajaran menggunakan lingkungan sebagai media atau sumber belajar,

7. Pembelajaran berpusat pada anak,

8. Penataan lingkungan belajar memudahkan siswa untuk melakukan kegiatan belajar,

38

10. Guru memberikan umpan balik terhadap hasil kerja anak.

Untuk menciptakan pembelajaran aktif salah satunya adalah anak belajar dari pengalamannya, selain anak harus belajar memecahkan masalah yang dia peroleh. Anak-anak dapat belajar dengan baik dari

pengalaman mereka. Mereka belajar dengan cara melakukan,

menggunakan indera mereka, menjelajahi lingkungan, baik lingkungan berupa benda, tempat serta peristiwa-peristiwa disekitar mereka. Keterlibatan yang aktif dengan objek-objek ataupun gagasan-gagasan dapat mendorong aktivitas mental mereka untuk berpikir, menganalisa, menyimpulkan, dan menemukan pemahaman konsep baru dan mengintegrasikan dengan konsep yang sudah mereka ketahui sebelumnya.

Anak-anak juga belajar dengan baik dan memahami bila apa yang dipelajari terkait dengan apa yang sudah diketahui dan metode pembelajaran yang digunakan sesuai dengan gaya belajar mereka (gaya belajar mendengar, melihat, dan bergerak atau melakukan) dan bagai kecerdasan yang mereka miliki, seperti bahasa, musik, gerak, logika, antarpribadi, dan interpribadi.

Strategi pembelajaran yang aktif dalam proses pembelajaran adalah siswa diharapkan aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk berpikir, berinteraksi, berbuat untuk mencoba, menemukan konsep baru atau mengahsilkan suatu karya. Sebaliknya, anak tidak diharapkan pasif menerima layaknya gelas kosong yang menunggu untuk diisi. Siswa

39

bukanlah gelas kosong yang pasif hanya menerima kucuran ceramah sang guru tentang pengetahuan atau informasi.

1. Pengertian Metode Everyone Is a Teacher Here

Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode

Dokumen terkait