• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah upaya yang berencana dan berlangsung secara terus menerus sepanjang hayat untuk membina peserta didik menjadi manusia yang bermanfaat dan berbudaya. Selain itu, pendidikan merupakan satu upaya mewariskan nilai yang akan menjadi penolong dan penuntun dalam menjalani kehidupan. Untuk itu, Islam menganggap pentingnya pendidikan dalam kehidupan manusia. Sehingga Islam mewajibkan umatnya untuk mencari ilmu, tujuannya yaitu agar menjadi umat yang cerdas, jauh dari kejahilan atau kebodohan. Dengan berilmu Allah mengangkat derajatnya. Sebagaimana Q.S. Al-Mujadilah : 11

ِ عَف ْرَي

ِ

ِهّاللَ

ِ ري بَخَِنوهلَمْعَتِاَم بِه ّاللَ َوٍِتاَجَرَدَِمْل عْلاِاوهتوهأَِني ذّلا َوِْمهكْن مِاوهنَمآَِني ذّلاِ

Artinya: “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa

derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Al-Qur’an dan Terjemah, Al-Mujadilah: 11).

Ayat tersebut menggambarkan betapa tingginya nilai dan derajat orang yang berilmu. Dengan berilmu manusia akan mendapatkan segala kebaikan, dan dengan ilmu pula manusia akan memperoleh kedudukan yang mulia.

Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif, menghargai akal pikiran melaui pengembangan ilmu pengetahuan dan

2

teknologi. Ilmu sejarah juga perlu diketahui karena manusia bisa belajar dari sejarah. Manusia dapat belajar dan menganalisis kejadian-kejadian yang terjadi pada masa lalu. Sejarah merupakan cerminan dari kehidupan masa lalu kita dan dapat dijadikan sebagai introspeksi diri.

Salah satu mata pelajaran yang terhimpun dalam Pendidikan Agama Islam (PAI) yang diajarkan di berbagai jenjang pendidikan yang berkarakterkan Islami adalah Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) adalah mata pelajaran yang lebih menekankan pada perkembangan ajaran agama, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian peserta didik. Karakteristik Sejarah Kebudayaan Islam juga menekankan pada kemampuan mengambil Ibrah atau hikmah (pelajaran) dari sejarah Islam, meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam pada masa kini dan pada masa yang akan datang.

Kebanyakan orang berfikir bahwa pembelajaran sejarah kurang menarik dan membosankan. Salah satu faktornya bisa jadi karena karakter sejarah itu sendiri yang selama ini dianggap sebagai ilmu yang membahas kejadian-kejadian masa lalu, yang bisa jadi tidak menarik minat peserta

3

didik. Khususnya mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam yang di dalam materinya banyak disebutkan nama-nama kalifah dan juga tahun-tahun terjadinya suatu peristiwa. Rendahnya kreatiftas guru di dalam mengajar juga mengakibatkan siswa kurang berminat untuk belajar Sejarah Kebudayaan Islam dengan sungguh-sungguh. Dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran ini, setiap guru dituntut untuk benar-benar memahami strategi pembelajaran yang akan diterapkannya. Tentu saja keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran di dalam kelas tergantung pada kepiawaian guru dalam menggunakan metode, teknik, dan strategi pembelajaran. Namun, masih banyak ditemui pelaksanaan pembelajaran masih kurang variatif, proses pembelajaran memiliki kecenderungan pada metode tertentu, dan tidak memperhatikan tingkat pemahaman siswa terhadap informasi yang disampaikan. Siswa kurang aktif dan kreatif dalam proses belajar, siswa lebih banyak mendengar dan menulis, menyebabkan isi pelajaran sebagai hafalan sehingga siswa tidak memahami konsep yang sebenarnya.

Pemilihan strategi dalam proses pembelajaran yang tepat sangatlah penting, untuk itu guru memilih strategi yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan lingkungan. Artinya, dibutuhkan kreativitas dan ketrampilan guru dalam memilih dan menggunakan strategi pembelajaran, yaitu disusun berdasarkan karakteristik peserta didik dan sesuai kondisi yang diharapkan. Guru juga harus kreatif dalam memproses pembelajaran agar menyenangkan dan tidak membosankan bagi peserta didik. Salah satu

4

strategi pembelajaran untuk mengoptimalkan proses pembelajaran adalah dengan pembelajaran aktif. Aktif dalam strategi ini adalah memposisikan guru sebagai orang yang menciptakan suasana belajar yang kondusif atau sebagai fasilitator dalam belajar, sementara siswa sebagai peserta belajar yang harus aktif. Dalam proses pemebelajaran yang aktif itu terjadi dialog yang interaktif antar pesera didik, peserta didik dengan guru atau peserta didik dengan sumber belajar lainnya. Dengan strategi pembelajaran yang aktif ini diharapkan akan tumbuh dan berkembang segala potensi yang mereka miliki sehingga pada akhirnya dapat mengoptimalkan hasil belajar mereka.

Kemampuan belajar Sejarah Kebudayaan Islam bagi siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah Salatiga pada tahun 2016/2017 pencapaian rata-rata masih di bawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 75. Terbukti dari hasil belajar siswa pada mata pelajaran SKI yaitu dari 32 siswa hanya 14 (44%) siswa yang dapat mencapai KKM, sedangkan 18 (56%) siswa masih di bawah KKM. Presentase ketuntasan siswa kelas VIII masih jauh dari presentase indikator keberhasilan yaitu 85%. Hal ini disebabkan karena proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dilaksanakan secara monoton dan tidak efektif. Dalam hal ini peran guru pengampu mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kurang begitu kreatif dalam menyampaikan materi pembelajaran, metode yang digunakan pun sebatas pada metode ceramah.

5

Berdasarkan uraian di atas dapat diartikan arti penting metode pembelajaran guna mencapai hasil belajar atau prestasi belajar yang maksimal bagi peserta didik. Untuk itu, peneliti bermaksud meneliti masalah tersebut dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu dengan memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan pembelajaran aktif melalui metode Everyone Is a Teacher Here

yaitu sebuah metode yang mudah guna memperoleh partisipasi kelas yang besar dan tanggung jawab individu. Cara ini memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik untuk bertindak sebagai seorang “pengajar” terhadap peserta didik lain (Silberman, 2009: 171). Dengan demikian, pembelajaran akan lebih aktif dan tidak membosankan. Metode pembelajaran ini akan diapresiasikan peneliti melalui penelitian tindakan kelas dengan judul:

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SKI MATERI PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM PADA MASA BANI ABBASIYAH DENGAN

METODE EVERYONE IS A TEACHER HERE PADA SISWA KELAS

VIII SEMESTER II SMP MUHAMMADIYAH SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu: apakah penerapan metode

6

Perkembangan Peradaban Islam pada Masa Bani Abbasiyah pada siswa kelas VIII Semester II SMP Muhammadiyah Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas ini yaitu untuk mengetahui peningkatan hasil belajar SKI materi Perkembangan Peradaban Islam pada Masa Bani Abbasiyah dengan metode Everyone Is a Teacher Here pada siswa kelas VIII Semester II SMP Muhammadiyah Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017.

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Penerapan Metode Everyone Is a Teacher Here dapat meningkatkan hasil belajar SKI materi Perkembangan Peradaban Islam pada Masa Bani Abbasiyah pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017.

Adapun indikator ketuntasan siswa adalah sebagai berikut: 1. Secara Individu

Siswa dapat mencapai skor ≥ 75 pada materi perkembangan peradaban Islam pada masa Bani Abbasiyah.

2. Secara Klasikal

Siklus akan berhenti apabila mendapat nilai ≥ 85% dari total siswa dalam satu kelas mendapat nilai ≥ 75.

7 E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam dunia pendidikan berupa gambaran mengenai sebuah teori yang menyatakan bahwa peningkatan hasil belajar SKI dapat dilakukan menggunakan metode Everyone Is a Teacher Here.

2. Manfaat Praktis

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut:

a. Bagi siswa:

1) Agar siswa dapat lebih berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran SKI.

2) Siswa dapat lebih kreatif dalm kegiatan pembelajaran SKI. 3) Siswa dapat meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran

SKI dengan menggunakan metode Everyone Is a Teacher Here.

b. Bagi peneliti:

1) Dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, peneliti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman tentang Penelitian Tindakan Kelas.

2) Peneliti dapat mendeteksi permasalahan yang ada di dalam proses pembelajaran, sekaligus mencari alternatif pemecahan masalah yang tepat.

8

3) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai langkah awal untuk penelitian selanjutnya.

c. Bagi guru:

1) Meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran SKI. 2) Meningkatkan motivasi guru untuk menciptakan pembelajaran

SKI yang aktif dan inovatif.

3) Memberi alternatif model pembelajaran bagi guru dalam membelajarkan SKI.

d. Bagi Sekolah

1) Memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan hasil belajar SKI pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah Salatiga.

2) Meningkatkan kualitas sekolah dengan termotivasinya guru-guru untuk berinovasi dalam pembelajaran.

F. Definisi Operasional

Supaya tidak terjadi kesalahpahaman karena ada perbedaan penafsiran maka disampaikan definisi operasional sebagai batasan pengertian dalam penelitian sebagai berikut:

1. Peningkatan

Peningkatan berasal dari kata tingkat yang artinya jenjang atau babak (Poerwodarminto, 1999: 103). Tingkat dapat pula dimaknai kelas atau posisi. Karena imbuhan pe-an maknanya berubah menjadi menuju tingkatan atau kelas selanjutnya (Poerwodarminto, 1999: 413).

9

2. Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam

Menurut Nawawi dalam Susanto (2013: 5), bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar (Susanto, 2013: 15-18), yaitu:

a. Faktor Internal 1) Kecerdasan anak

2) Kesiapan atau kematangan 3) Bakat anak

4) Kemauan belajar 5) Minat

b. Faktor Eksternal

1) Model penyajian materi pelajaran 2) Pribadi dan sikap guru

3) Suasana pengajaran 4) Kompetensi guru 5) Masyarakat

3. Metode Everyone Is a Teacher Here

Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan

10

tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai satu pun metode mengajar. Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam menjalankan fungsinya dan merupakan alat untuk mencapi tujuan pembelajaran (Djamarah dan Zain, 2002: 53).

Metode Everyone Is a Teacher Here yaitu sebuah metode yang mudah guna memperoleh partisipasi kelas yang besar dan tanggung jawab individu. Cara ini memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik untuk bertindak sebagai seorang “pengajar” terhadap peserta didik lain (Silberman, 2009: 171).

G. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian

Sesuai dengan jenis masalahnya, penelitian ini adalah penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan di kelas dengan tujuan (1) meningkatkan dan/ atau memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas. Perbaikan dan peningkatan di kelas dipandang sebagai tumpuan peningkatan pendidikan dan hasil belajar siswa serta efesiensi pendidikan. (2) meningkatkan relevansi pendidikan, karena suatu proses pembelajaran dapat dinyatakan meningkat kualitasnya, antara lain apabila ada unsure-unsur yang terdapat di dalamnya menjadi sesuai (relevan)

11

dengan karakteristik pribadi siswa, tuntutan masyarakat, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. (3) meningkatkan mutu pendidikan. (4) meningkatkan efesiensi pengelolaan pendidikan (Basrowi dan Suwandi, 2008: 52-54). Manfaat dari penelitian tindakan kelas yaitu meningkatkan situasi tempat pengalaman praktik berarti guru berani menggunakan hal-hal yang baru dengan segala resiko yang mungkin terjadi dalam mencobakan hal-hal yang baru diduga akan memberikan perbaikan serta peningkatan.

Alasan peneliti menggunakan jenis PTK adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran yang dilakukan oleh guru di dalam kelas dengan cara menerapkan metode Everyone Is a Teacher Here sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat terutama pada mata pelajaran SKI materi perkembangan peradaban Islam pada masa Bani Abbasiyah. PTK yang digunakan adalah jenis kolaboratif, dimana peneliti bertindak sebagai pengamat.

12

Gambar 1.1. Bagan Rancangan PTK (Sumber: Arikunto, dkk, 2014: 16)

2. Subjek Penelitian

Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini yang menjadi subjek dan objek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah Salatiga.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMP

Muhammadiyah Salatiga. 4. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada awal bulan Mei sampai dengan awal bulan Juni, karena Penelitian Tindakan Kelas memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar yang efektif di kelas. Perencanaan Pengamatan SIKLUS I SIKLUS II Pelaksanaan Pelaksanaan Pengamatan Refleksi Refleksi ? Perencanaan

13 5. Langkah-langkah Penelitian

Melalui kegiatan Penelitian Tindakan Kelas diharapkan meningkatnya profesionalisme guru yang sekaligus meningkatkan kualitas pendidikan serta sumber daya manusia. Salah satu kegiatan untuk mengatasi masalah yang terdapat di dalam kelas yaitu melalui Penelitian Tindakan Kelas.

Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakn dengan bagan yang berbeda, namun pada dasarnya PTK terdiri dari 4 (empat) tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan: perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (Arikunto, dkk, 2014: 16).

a. Perencanaan (planning), dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah penelitian kolaborasi. Cara ini dikatakan ideal karena adanya upaya untuk mengurangi unsur subjektivitas pengamat serta mutu kecermatan amatan yang dilakukan (Arikunto, dkk, 2014: 17).

b. Pelaksanaan (acting), tahap ini merupakan tahap implementasi atau penerapan isi rancangan yaitu mengenakan tindakan di kelas. Hal yang perlu diingat pada tahap ini adalah bahwa pelaksana guru

14

harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat (Arikunto, dkk, 2014: 18). Implementasi tindakan pada prinsipnya merupakan realisasi dari suatu tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya. Strategi apa yang digunakan, materi apa yang akan diajarkan atau dibahas dan sebagainya (Kusumah dan Dwitagama 2010: 39).

c. Pengamatan (observing), observasi adalah alat untuk memotret seberpa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Tahap ini, peneliti harus menguraikan jenis data yang dikumpulkan, cara mengumpulkan, dan alat atau instrument pengumpulan data (Suyadi, 2010: 63). Tahap pengamatan sebenarnya berjalan bersamaan dengan tahap pelaksanaan tindakan. Pengamat melakukan pengamatan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan lembar observasi atau evaluasi yang telah disusun. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes, ulangan harian, presentasi, dll) dan data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, partisipasi siswa dalam pembelajaran, dan lain-lain (Daryanto, 2011: 27).

d. Refleksi, Pada bagian refleksi dilakukan analisis data mengenai proses, masalah, hambatan yang dijumpai, dan dilanjutkan dengan

15

refleksi terhadap dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan (Aqib, 2008: 32). Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Istilah refleksi

berasal dari kata bahasa Inggris reflection, yang artinya pemantulan. Kegiatan refleksi sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan (Arikunto, 2014: 19-20).

6. Instrument Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Tes: instrumen untuk mengumpulkan data hasil belajar peserta didik yaitu dengan melalui tes tertulis.

b. Skala sikap: instrumen untuk mengukur kecenderungan sikap peserta didik terhadap pembelajaran yang diikutinya.

c. Lembar observasi: instrumen untuk mengetahui kemampuan guru pengampu mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dan kemampuan siswa kelas VIII dalam mengikuti pembelajaran SKI dengan menggunakan metode Everyone Is a Teacher Here.

d. Dokumentasi: instrumen untuk mengumpulkan data tentang peristiwa atau kejadian-kejadian masa lalu yang telah didokumentasikan.

16 7. Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk pengambilan data dalam penelitian ini adalah melalui:

a. Test

Digunakan untuk memperoleh data prestasi siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah Salatiga dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

b. Observasi

Digunakan untuk memperoleh data kemampuan guru pengampu pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dalam mengelola proses pembelajaran dan kemampuan siswa kelas VIII dalam mengikuti pembelajaran SKI dengan menggunakan metode

Everyone Is a Teacher Here. c. Dokumentasi

Digunakan untuk memperoleh data sekolah, siswa, guru pengampu pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, dan data lain sebagai bahan pertimbangan penelitian.

8. Analisis Data

Analisis data ini hanya menggunakan perbandingan sebelum dan sesudah kegiatan penelitian yang dilakukan. Menghitung peningkatan hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah Salatiga, yaitu dengan menghitung rata-rata nilai SKI kelas VIII pada siklus I dan II dengan menggunakan rumus:

17 Keterangan :

M = Nilai rata-rata Σ FX = Jumlah frekuensi

Σ N = Jumlah data (Daryanto, 2005: 109)

Menghitung prosentase ketuntasan belajar siswa, digunakan rumus:

P =

F

x 100% N

Keterangan :

P = Jumlah nilai dalam persen

F = Frekuensi

N = Jumlah nilai keseluruhan (Djamarah, 2005: 264-265) H. Sistematika Penulisan

Sistematika laporan hasil penelitian tindakan kelas ini disusun dalam format skripsi berdasarkan petunjuk yang telah dikeluarkan oleh institusi sebagai berikut:

1. Bagian awal Skripsi yang memuat halaman sampul, lembar logo, halaman judul, lembar persetujuan pembimbing, pengesahan, pernyataan keaslian tulisan, moto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel dan daftar lampiran.

M =

∑ FX ∑ N

18 2. Bagian inti skripsi yang terdiri dari:

BAB I PENDAHULUAN, yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, berisi tentang Metode PTK yang

Dokumen terkait