• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

A. Pembahasan

Obat tradisional telah dikenal secara turun temurun dan digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan kesehatan. Pemanfaatan obat tradisional pada umumnya lebih diutamakan sebagai upaya menjaga kesehatan (preventif) meskipun ada pula sebagai upaya pangobatan suatu penyakit (kuratif). Obat tradisional itu sendiri merupakan obat-obatan yang diolah secara tradisional, turun-temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat, baik bersifat magic maupun pengetahuan tradisional. Selain itu kelebihan dari pengobatan dengan menggunakan ramuan tumbuhan tradisional tersebut ialah tidak adanya efek samping yang ditimbulkan seperti yang sering terjadi pada pengobatan kimiawi.

Khasiat obat tradisional telah meningkatkan popularitas obat tradisional itu sendiri. Hal ini terbukti dari semakin banyaknya industri jamu dan industri farmasi yang memproduksi obat tradisional untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Banyaknya pendirian bebagai industi jamu ini diharapkan dapat menggerakan sektor pertanian, industri dan UKM, dengan cara meningkatkan kesejahteraan petani, khususnya tanaman obat-obatan. PT.Sido Muncul merupakan salah satu dari sekian banyak industri yang mengolah komoditas tanaman obat-obatan. PT.Sido Muncul termasuk industri skala besar yang bergerak dalam bidang herbal.

Seiring berkembangnya perusahaan dan semakin meningkatnya permintaan masyarakat akan produk jamu, maka semakin banyaknya juga limbah yang dihasilkan. Untuk itu proses sanitasi dan pengolahan produk sisa hasil produksi sangatlah dibutuhkan. Sebab proses sanitasi ini harus diolah hingga sedemikian rupa agar sisa produk akhir tidak mencemari lingkungan dan dapat digunakan lagi untuk pemprosesan berikutnya. Air limbah tersebut harus diolah terlebih dahulu, hal ini bertujuan agar air limbah mempunyai

commit to user

kualitas yang sama dengan kualitas air lingkungan yang tidak bersifat toksik bagi organisme maupun bagi manusia yang memanfaatkannya. Seperti halnya sanitasi air (sanitasi cair), air limbah industri umumnya berasal dari pencucian bahan baku, pencucian alat-alat produksi, pembersihan ruangan produksi serta penggunaan kamar mandi. Pada umumnya komponen pencemaran air ini terdiri dari beberapa bagian, antara lain yaitu pencemaran bahan buangan padat, bahan buangan organik, bahan buangan anorganik, bahan buangan olahan pangan, bahan buangan cairan minyak, bahan buangan zat kimia, dan bahan buangan berupa gas.

PT. Sido Muncul merupakan salah satu perusahaan berskala besar yang bergerak dalam bidang herbal, salah satu produk andalannya adalah produk jamu disamping produk makanan dan minuman seperti mie instan dan kecap. Maka dari itu, proses sanitasi limbahnya dapat dikelompokkan ke dalam tiga bagian yaitu limbah padat, limbah organik dan limbah anorganik. Limbah padat, umumnya berasal dari sisa-sisa atau ampas pembuatan jamu. Ampas ini biasanya sebelum dibuang akan dikumpulkan kembali untuk diolah kembali. Sebab ampas bahan-bahan tersebut masih mempunyai kandungan minyak atsiri yang tinggi, misalnya ampas produk Tolak Angin yang terdiri dari ampas jahe, ampas kencur, ampas daun adhas, ampas daun sirih dan lain sebagainya. Untuk itu dibutuhkan pengolahan lebih lanjut untuk mendapatkan minyak atsiri yang masih terkandung dalam bahan-bahan tersebut. Proses tersebut biasanya disebut dengan proses penyulingan. Proses penyulingan dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu pengempaan (expression), ekstraksi menggunakan pelarut (solvent extraction), dan penyulingan (destilation). Dari ketiga cara tersebut, yang umumnya sering digunakan oleh PT.Sido Muncul untuk mendapatkan minyak atsiri adalah cara ketiga atau yang terakhir, yaitu penyulingan (destilation). Penyulingan itu sendiri salah satu cara untuk mendapatkan minyak atsiri dengan cara mendidihkan bahan baku yang dimasukkan kedalam ketel hingga terdapat uap yang diperlukan. Atau dengan cara mengalirkan uap air jenuh (saturated atau superheated) dan ketel pendidih air ke dalam ketel penyulingan. Penyulingan ini bertujuan untuk

commit to user

memisahkan zat-zat yang tidak mudah menguap. Dengan kata lain, penyulingan adalah proses pemisahan komponen-komponen campuran dengan dua atau lebih cairan berdasarkan perbedaan tekanan uap dari setiap komponen tersebut. Sedangkan media penambahan bahan yang digunakan untuk mempercepat dalam proses penyulingan antara lain yaitu air, uap, dan air dan uap. Tetapi umumnya penyulingan yang biasa digunakan adalah penyulingan dengan menggunakan air dan uap.

Penyulingan minyak atsiri di PT.Sido Muncul sudah sangat modern yaitu dengan menggunakan tenaga uap, sehingga semua peralatan yang digunakan bekerja secara otomatis. Sebelumnya proses penyulingan minyak dengan uap, PT.Sido Muncul menggunakan bahan bakar minyak tanah dan solar. Tetapi semakin berkembangnya teknologi, maka penggunaan bahan bakar minyak tanah dan solar diganti dengan mesin uap. Hal ini dikarenakan panas yang dihasilkan dari mesin uap lebih cepat dari pada pemanasan dengan minyak tanah maupun dengan solar. Sehingga hal ini dapat mempersingkat waktu penyulingan. Tetapi dalam penggunaan mesin uap ini terkadang sering terjadi kelebihan uap panas, sehingga untuk mengatasi permasalahan tersebut, uap panas akan dikeluarkan melalui pipa besi dan uap tersebut akan dikeluarkan di selokan, dimana selokan tersebut mempunyai kedalaman sekitar ± 2 meter. PT.Sido Muncul mempunyai 7 buah alat penyulingan dan umumnya tiap-tiap alat distilasi yang digunakan oleh PT.Sido Muncul mempunyai dua ketel bahan, tetapi cara kerjanya secara bergantian. Hal ini disebabkan setelah pemprosesan ketel bahan tidak boleh langsung dibuka tutupnya, sebab tekanan udara didalam ruang tersebut masih cukup tinggi. Sehingga untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti uap air akan menyembur keluar, maka setelah pemprosesan biasanya ketel bahan didiamkan selama beberapa jam dan setelah itu baru dibuka penutupnya. Pada umumnya bahan-bahan yang diambil minyak atsirinya berupa bahan simplisia, seperti jahe, kunyit, daun adas, daun sirih, dan lain-lain. Dalam sekali proses penyulingan biasanya dalam satu ketel bahan dapat memuat 120 kg bahan dengan penambahan air sekitar ± 10 L. Sehingga dari penyulingan bahan

commit to user

sebanyak 1200kg per bulan akan dihasilkan minyak atsiri sebanyak ± 8 L. Dan dalam sekali penyulingan dapat memakan waktu selama ± 10 jam. Maka dari itu proses penyulingan di PT.Sido Muncul dibagi menjadi dua shif yaitu shif pagi antara jam 06.00 – 14.30 WIB dan shif siang antara jam 09.00 – 17.30 WIB. Dalam proses penyulingan minyak atsiri, penambahan air tidak terlalu dipentingkan seberapa banyaknya air yang digunakan. Biasanya air yang digunakan tergantung dari banyak sedikitnya bahan yang akan disuling. Sehingga air yang digunakan diharapkan dapat merendam semua bahan yang hendak disuling. Hal ini bertujuan agar proses menguapan bahan dapat berjalan dengan cepat. Minyak atsiri yang dihasilkan akan terbawa bersama dengan uap air yang dihasilkan, sehingga minyak atsiri dan uap air yang dihasilkan akan bercampur dan membentuk dua lapisan. Dimana lapisan atas merupakan minyak atsiri yang dihasilkan dan lapisan bawah merupakan air. Lapisan yang terbentuk akan dipisahkan dengan mesin sparator, sehingga air akan dikeluarkan akan dialirkan secaara langsung ke kolam limbah untuk diolah dan minyak atsiri yang dihasilkan dapat diambil. Pada umumnya minyak atsiri yang dihasilkan biasanya digunakan untuk campuran pembuatan jamu dan beberapa produk lainnya, seperti sabun aroma terapi.

Sedangkan penanganan limbah pada PT.Sido Muncul dibagi menjadi yaitu limbah padat, limbah organik dan limbah anorganik. Limbah padat yang dihasilkan di PT.Sido Muncul umumnya berupa sisa-sisa tempat atau wadah pengemas jamu yang sudah tidak terpakai maupun yang sudah off grade atau sudah melebihi tanggal kadaluarsa. Pada umumnya sisa wadah pengemas ini terbuat dari plastik metalize yang dilapisi oleh alumunium foil yang sangat sulit dibakar. Sehingga untuk mengatasi hal tersebut PT.Sido Muncul menggunakan sebuah alat pembakaran yang disebut dengan incenerator. Sebelumnya pada tahun-tahun silam, sisa wadah pengemas hanya bisa dijual ke pedagang rosok saja. Tetapi dengan adanya mesin incenerator maka pembakaran sisa-sisa wadah jamu dapat dibakar dengan sendirinya. Disamping itu dengan adanya alat tersebut maka pendapatan perusahaan pun juga ikut meningkat. Hal ini disebabkan karena sisa-sisa pembakaran tersebut

commit to user

dapat didaur ulang kembali untuk dijadikan wadah pengemas jamu. Selain itu sisa pembakaran yang dihasilkan juga dapat dijual ke tukang patri untuk dibuat berbagai macam peralatan memasak, seperti wajan, panci, dandang, dan lain sebagainya. Cara kerja mesin incenerator ini sangatlah rumit, dimana bahan bakar yang digunakan adalah petrodisel. Pertama-tama bahan yang hendak dibakar akan dimasukkan terlebih dahulu ke kotak atau bak bahan kemudian bahan tersebut akan dibakar dengan uap panas yang bersuhu sekitar 12000C. Hasil pembakaran dari mesin incenerator ini adalah gas dan residu pembakarannya berupa abu. Penurunan volume hasil pembakaran dapat mencapai 70% dari sampah padat. Metode pembakaran sampah organic dalam suatu wadah yang disebut incinerator untuk mengurangi jumlah massa sampah organic tersebut dan membunuh mikroorganisme yang ada didalamnya disebut dengan incineration (insinerasi). Tidak semua bahan organic buangan yang menjalani proses insenerasi habis terbakar karena buangan itu sebagian berupa bahan tak terbakar yang akan tersisa sebagai abu. Pada waktu proses pembakaran, proses tersebut tidak mengeluarkan asap sehingga dengan adanya mesin tersebut dapat mengurangi polusi udara. Hal ini dikarenakan cara kerja mesin tersebut menggunakan gaya gravitasi. Sehingga asap hitam yang dihasilkan sewaktu pembakaran yang seharusnya dikeluarkan dari cerobong asap akan diserap atau tertarik ke bawah dan akan dikeluarkan dibawah tanah. Memang sekilas dari penggunaan mesin ini tidak menyebabkan pencemaran udara, tetapi dengan adanya mesin ini dapat mengakibatkan pencemaran tanah. Hal ini dapat terlihat dengan adanya pohon pisang yang tumbuh di sekitar area pembakaran mempunyai daun yang berwarna hijau pekat yang berbeda dengan daun pisang pada umumnya. Sebab daun pisang yang tumbuh di sekitar area perusahaan sudah terkontaminasi dan mengandung karbon, sehingga warnanya cenderung hitam.

Limbah organik yang dihasilkan oleh PT.Sido Muncul, umumnya berasal dari sisa proses produksi atau ampas yang sudah tidak terpakai. Ampas tersebut dikumpulkan untuk diolah lebih lanjut menjadi pupuk organik dan briket, sehingga limbah yang dihasilkan dapat dimanfaatkan kembali. Proses

commit to user

pembuatan pupuk ini tidaklah seperti proses pembuatan pupuk pada umumnya. Dimana proses pembuatan pupuk di PT.Sido Muncul ini menggunakan EM4 (effective microorganisme) sebagai starter yang dapat menghasilkan bakteri. Bakteri yang tumbuh dan berkembang pada proses pelapukkan ini antara lain yaitu Pseudomonas flurencent sp, dimana bakteri ini berfungsi untuk melarutkan fosfat dari bentuk yang tidak bisa diserap (terikat dalam mineral liat tanah) menjadi bentuk yang mudah diserap oleh tanaman, selain itu dapat membantu proses dekomposisi. Pseudomonas dapat menghasilkan enzim pengurai yang disebut lignin dan berfungsi juga untuk memecah mata rantai dari pada zat-zat kimia yang tidak dapat terurai oleh mikroba lainnya. Pada umumnya proses pembuatan pupuk organik lebih cenderung menggunakan proses pembusukkan secara alami tanpa penambahan setarter atau bahan organik tambahan, sedangkan proses pembuatan pupuk organik di PT.Sido Muncul sendiri menggunakan EM 4 sebagai bahan campuran dalam pembuatan pupuk tersebut. Hal ini disebabkan karena dengan penambahan EM 4 maka pupuk organik yang dihasilkan akan berkualitas baik, dimana kandungan unsur hara seperti nitrogen, phospor, dan kalium yang dibutuhkan oleh tanah akan tersedia dalam jumlah yang cukup. Selain itu dengan adanya penambahan EM 4, maka proses pengomposannya pun juga akan berlangsung cepat. Sebab dalam EM 4 terkandung bakteri (Strepthomyces, ragi (yeast), Lactobacillus, dan bakteri fotosintetik) yang dapat mempercepat proses fermentasi. Selain itu dengan adanya penambahan EM 4 tersebut dapat memperbaiki dan mempertahankan mutu tanah. Proses pengomposan ini berlangsung selama 3 - 4 minggu sebelum pupuk organik yang dihasilkan dapat digunakan. Selama proses pelapukan ini, bahan atau sisa ampas produk yang di gunakan harus diaduk / dibalik secara rutin setiap minggunya untuk mendapatkan udara secara merata, sehingga dapat menghasilkan hasil yang maksimal. Selain itu dalam pembuatan pupuk organik ini juga membutuhkan tingkat kelembaban yang tinggi. Sebab kelembaban kompos dapat disebabkan oleh kandungan air campuran bahan pembuat kompos. Kandungan air yang cukup akan mempercepat

commit to user

berkembangnya mikroorganisme serta membantu aktivitas jasad-jasad tersebut dalam membusukkan biomassa. Oleh sebab itu, sangat dianjurkan untuk membasahi campuran bahan kompos tersebut dengan air secara berkala. Selain itu, udara juga mempengaruhi proses pengomposan yang bersifat aerobik. Makin banyak udara yang masuk ke dalam celah-celah bahan yang akan dikomposkan, akan makin cepat pula proses pembusukan terjadi. Jadi, dengan adanya pemasukan udara akan memperpendek waktu pengomposan atau pelapukkan. Demikian juga suhu yang dibutuhkan pada proses pengomposan berpengaruh pada kecepatan proses pengomposan. Suhu yang baik dalam proses pengomposan ini adalah suhu optimum untuk pertumbuhan mikroorganisme, yaitu 50-600C. Disamping itu, hal ini dilakukan agar pupuk yang dihasilkan dapat mengalami pelapukan secara merata. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kelembaban udara atau kadar air, aerasi atau kandungan udara, suhu, jumlah mikroorganisme perombak sampah, dan keasaman campuran kompos merupakan faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses pengomposan. Proses pengadukan ini biasanya menggunakan bighoe (traktor yang besar). Biasanya pada waktu proses pengadukan, sisa ampas bahan yang diaduk / yang dibalik akan mengeluarkan gas yang baunya khas jamu dan biasanya gas tersebut terasa lebih hangat. Pupuk organik yang dihasilkan pada umumnya sebagian akan diberikan kepada para petani binaan PT.Sido Muncul, seperti para petani tanaman obat di daerah Tawangmangu. Hal ini dikarenakan daerah Tawangmangu merupakan daerah pemasok bahan baku jamu terbesar di PT.Sido Muncul, sebab berbagai jenis tanaman obat di daerah tersebut sudah sesuai dengan standar bahan baku yang telah ditetapkan oleh PT.Sido Muncul. Selain itu, sebagian besar pupuk organik yang diproduksi digunakan sendiri untuk kebun obat di PT.Sido Muncul. Tetapi penggunaan pupuk organik tersebut baru dilaksanakan beberapa tahun belakang ini. Sebab dahulu PT.Sido Muncul bekerjasama dengan Bapak Suharto untuk mendistribusikan pupuk organik yang diproduksi. Selain itu, PT.Sido Muncul juga mendistribusikan pupuk organik yang diproduksinya ke Lembah Hijau Multifarm. Tetapi karena lahan perusahaan yang cukup luas

commit to user

dan cukup memadahi untuk dibukanya lahan pertanian yang ditumbuhi berbagai macam tanaman obat, maka sejak saat itu pupuk organik yang diproduksi oleh PT.Sido Muncul tidak diperjual belikan. Selain dibuat pupuk organik, ampas sisa .produksi di PT.Sido Muncul ini juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan briket (bahan bakar). Produk ini merupakan produk terobosan terbaru dari PT.Sido Muncul yang baru diuji coba. Briket yang dihasilkan biasanya berbentuk seperti batu bara yaitu berwarna hitam dan berbentuk bulat.

Sedangkan dalam penanganan limbah cair, PT.Sido Muncul mengunakan penambahan beberapa polimer-polimer yang dapat berfungsi untuk menetralisir limbah. Limbah cair dari PT.Sido Muncul ini berasal dari sisa-sisa pencucian bahan baku, pencucian peralatan dan mesin, pencucian lantai produksi, dan lain sebagainya. Air limbah yang dihasilkan dari berbagai proses tersebut akan dialirkan melalui pipa besi yang mempunyai kecepatan 14 L/jam dan limbah tersebut akan ditampung dalam bak atau kolam yang mempunyai kedalaman 7 meter. Di dalam bak tersebut, air akan disaring untuk pertama kalinya. Hal ini bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing yang berukuran besar agar tidak ikut diproses lebih lanjut. Setelah air limbah tersebut disaring, maka air limbah tersebut akan dialirkan ke bak ekualisasi untuk dinetralisir dengan penambahan tiga komponen zat kimia yang dapat menggumpalkan kotoran-kotoran yang terkandung didalamnya. Komponen tersebut antara lain yaitu alumunium sulfat (AlSO4) yang berfungsi untuk membentuk flok, polimer yang berfungsi untuk memperbesar ukuran flok

yang terbentuk sehingga lebih mudah mengandap, dan soda kaustik (NaOH2)

yang berfungsi untuk menetralkan pH. Dari sini, air limbah akan dialirkan lagi ke bak selanjutnya akan diaduk atau diaerasi agar semua komponennya dapat bercampur merata. Tetapi pada proses netralisasi dengan mesin aerator ini, kadar DO air sangat sulit untuk dinaikkan. Sehingga pada tahap ini pada umumnya hanya didapatkan kadar DO dengan pH4,3. Sehingga dengan menggunakan alat ini, maka dibutuhkan pemprosesan lebih lanjut yang lebih signifikan. Hal ini sangat berbeda jika digunakan pompa air (power head),

commit to user

sebab dengan alat tersebut kadar DO dapat naik dengan cepat dan pH air sudah mendekati netral yaitu 6,3. Setelah itu air tersebut akan disaring kembali untuk memisahkan kotoran-kotoran yang menggumpal dan mengendap setelah dicampur dengan ke tiga zat kimia tersebut. Pada tingkat akhir, air limbah tersebut akan dialirkan ke tower untuk dinetralkan pH-nya. Setelah pH 7 (air netral), maka air tersebut akan diuji cobakan terlebih dahulu dengan mengalirkan air ke kolam indikator kehidupan yang diberi ikan dan keong. Apabila ikan dan keong tersebut tidak mati, maka air tersebut sudah tidak tercemar dan dapat digunakan kembali untuk proses produksi berikutnya, dengan catatan air yang sudah dinetralisir tersebut tidak untuk dikonsumsi.

Dokumen terkait