• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

D. Pembahasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan sebanyak 9 kali pertemuan dengan rincian 8 kali pertemuan untuk memberikan perlakuan dan 1 kali pertemuan untuk post test.

Peneliti menggunakan dua kelas yang dijadikan sebagai sampel penelitian yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang ditetapkan sebelum awal penelitian dilakukan.

Kelas VIII-1 terpilih sebagai kelompok eksperimen yang pembelajarannya menggunakan strategi pembelajaran heuristik vee. Pada kelompok eksperimen, setiap pertemuan masing-masing siswa diberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang didalamnya memuat langkah-langkah penyelesaian masalah dengan strategi pembelajaran heuristik vee yang terdiri dari tahap orientasi, pengungkapan gagasan siswa, pengungkapan permasalahan, pengkonstruksian dan evaluasi. Berikut adalah gambaran saat kegiatan inti pembelajaran dengan menggunakan strategi heuristik vee dikelas eksperimen :

a. Ketika hari pertama pada kelas eksperimen, Sebelum siswa diberikan pengarahan oleh guru pembelajaran menggunakan strategi heuristik vee, dilakukan apersepsi yang di dalamnya disampaikan tujuan pembelajaran, mengingatkan materi pra-syarat, dan memotivasi tentang materi yang akan dipelajari.

b. Lalu tahap orientasi siswa diberikan pengarahan oleh guru pembelajaran menggunakan strategi heuristik vee dengan paparan power point. Tahap awal pembelajaran ini dimulai dengan mengaitkan konsep yang akan dipelajari baik dengan kehidupan sehari-hari ataupun dengan pembelajaran sebelumnya. c. Tahap orientasi siswa sudah mendapatkan pengetahuan awal, kemudian siswa

dibagi kedalam kelompok-kelompok kecil, yang beranggotakan 4-5 orang. Siswa dibagikan satu lembar kerja siswa serta selembar summary in heuristik vee. Sebagian besar siswa dalam kelas eksperimen antusias, di awal pembelajaran memang suasana kelas agak sedikit berisik dan belum bisa dikondisikan hal ini dikarenakan baru pertama kalinya mereka melakukan pembelajaran matematika menggunakan LKS dan summary in heuristik vee.

d. Selanjutnya, Tahap pengungkapan gagasan siswa . Guru memfasilitasi siswa untuk menuangkan ide dan gagasannya pada LKS dengan cara berdiskusi kelompok, yang dimana LKS tersebut pada bagian knowing siswa diberikan waktu untuk mengisi sesuai dengan pengetahuan yang sudah mereka dapatkan pada tahap orientasi, inilah yang menstimulus siswa membuat koneksi.

e. Tahap pengungkapan permasalahan pada LKS berisi problem dan process

mengenai suatu masalah yang dapat dijawab berdasarkan pembelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya. Siswa dituntut untuk mengingat kembali pengetahuannya yang sudah didapatkan pada tahap pengungkapan gagasan, dan mengidentifikasi informasi yang terdapat dalam soal. Pada langkah ini, siswa mempresentasikan hasil dari hipotesisnya dan pengeneralisasiannya. Dalam proses ini siswa antar kelompok bisa bertukar informasi, sehingga antar kelompok saling melengkapi informasi kelompok lainnya. Guru sebagai pengatur jalannya diskusi, serta membimbing siswa membuat kesimpulan sementara.

Gambar 4.6:Siswa berdiskusi kelompok untuk menuangkan ide dengan pengetahuan yang sudah mereka dapatkan pada LKS

f. Setelah melaksanakan tahap orientasi, tahap pengungkapan gagasan siswa dan tahap pengungkapan permasalahan. Pada tahap pengkonstruksian pengetahuan baru siswa kembali bekerja secara kelompok untuk mengkonstruksi gagasan baru dari hasil kesimpulan sementara. Pada langkah ini siswa diminta untuk membuat rangkuman dalam bentuk vee yang berkaitan dengan hasil kesimpulan sementara. Langkah ini dilakukan untuk membuktikan hasil kesimpulan sementara yang dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah matematika. Untuk membuktikan hasil pengerjaan pada tahap pengungkapan gagasan siswa dengan problem dan process. Biasanya pada akhir tahap ini siswa diminta menghubungkan antara jawaban yang dibuatnya pada tahap pengungkapan gagasan siswa dengan pengungkapan permasalahan. Pada tahap

ini kemampuan siswa yang dikembangkan adalah kemampuan

menghubungkan konsep. Berikut ini akan ditampilkan contoh hasil rangkuman yang dikerjakan oleh siswa kelas eksperimen:

(a)

(b) Gambar 4.8

Jawaban Rangkuman (a) siswa kelompok 8 yang benar di kelas eksperimen pada pertemuan pertama dan (b) siswa kelompok 1 yang

Contoh hasil jawaban rangkuman siswa di atas merupakan hasil jawaban rangkuman seorang siswa di kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan strategi heuristik vee. Pada jawaban siswa kelas eksperimen pada bagian (a) maupun pada bagian (b) di atas tampak bahwa siswa sudah mampu merangkum dengan baik, dapat memahami apa yang ditanyakan soal dan mampu mengaitkannya dengan konsep yang telah dipelajarinya. Secara keseluruhan jawaban pada rangkuman siswa kelas eksperimen ini mengalami peningkatan dari setiap pertemuan. Dari hasil rangkuman diperoleh bahwa siswa kelas eksperimen sudah cukup memahami setiap materi yang disampaikan dilihat dari hasil rangkuman yang didapatkan setiap pembelajaran berlangsung.

g. Terakhir siswa diminta memberikan pendapat pada tahap evaluasi untuk mengetahui hal-hal mana yang belum dimengerti dan yang paling sesuai untuk mengungkapkan masalah yang dipelajari dan pengkonstruksian pengetahuan baru, siswa diminta untuk melakukan tanya jawab(diskusi) kelas yang dipandu oleh guru dan mendiskusikan jawaban siswa yang salah.

Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa proses pembelajaran pada kelas eksperimen yang menggunakan strategi heuristik vee terlihat respon yang diberikan siswa saat pertama kali mengenal antusias, karena pembelajaran menggunakan LKS berbeda dengan cara mereka belajar sebelumnya. Respon yang baik ini sejalan dengan keefektifan pembelajaran berkelompok pada pertemuan pertama. Namun ada siswa yang belum terbiasa dan terlihat bingung. Hal tersebut disebabkan karena siswa kurang percaya diri dalam mengerjakan LKS, hal ini terlihat dari seringnya siswa bertanya pada guru jawaban tersebut benar atau salah. Guru mencoba membimbing dan membantu siswa, terlihat seketika itu pengetahuan siswa menjadi terbuka sehingga yang nampak sebelumnya bingung menjadi mulai mengerti.

Pada pertemuan kedua dan selanjutnya pada kelas eksperimen, terlihat siswa sudah mulai terbiasa dan kelompok yang maju kali ini berbeda dengan

sebelumnya, jalannya diskusi sudah cukup baik namun masih ada beberapa siswa yang kurang aktif di kelompoknya. Kemudian sikap siswa yang kurang menanggapi hasil presentasi kelompok yang maju, kini selain mereka memahami bagaimana cara menyelesaikan LKS, mereka juga ikut menanggapi hasil kelompok yang presentasi baik dalam hal membenarkan hasilnya maupun dalam memperbaiki kesalahan dalam menyelesaikan jawaban. Berbeda dengan kelompok eksperimen, yaitu pada kelompok kontrol yang dalam pembelajarannya menggunakan strategi ekspositori yang biasa diterapkan sebelumnya, Metode ceramah dan penugasan yang digunakan oleh guru, dimana guru menerangkan langsung materi-materi dan memberikan tugas-tugas yang terdapat pada buku paket. Pembelajaran di kelas kontrol, siswa tetap diberikan LKS peneliti dengan tujuan agar perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen maupun kontrol tidak jauh berbeda. LKS yang digunakan pada kelas kontrol adalah LKS yang dibuat biasa tetapi tidak jauh berbeda dengan pembahasan yang ada dalam LKS kelas eksperimen. Hal ini memungkinkan LKS yang diberikan kurang memberikan pengaruh terhadap peningkatan kemampuan koneksi matematik siswa.

Tes akhir kemampuan koneksi matematik siswa dilakukan pada akhir pembelajaran. Soal tes yang diberikan sebanyak 6 soal berupa essay. Dalam penelitian ini terdapat dua indikator kemampuan koneksi matematika yang diukur peneliti, yaitu:

a. Mengkoneksikan konsep pythagoras dengan topik matematika lainnya

Indikator mengkoneksikan konsep pythagoras dengan topik matematika lainnya diukur melalui soal nomor 1,3,5 dan 6. Dalam soal nomor 5 pada kelas eksperimen (9 siswa) lebih banyak mendapatkan skor maksimal daripada kelas kontrol (4 siswa).

Hasil penelitian di atas diperkuat oleh hasil pekerjaan post test yang dikerjakan siswa. Di bawah ini merupakan hasil jawaban salah satu siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dari hasil jawaban post test yang telah dikerjakan oleh siswa, sebagai berikut:

Soal no 5

Jawaban dua siswa pada kelas eksperimen sebagai berikut

Pak Ragil akan menanam pohon duren di sekeliling kebunnya yang berbentuk persegi panjang berukuran (3x+3) m dan (4x-8) m serta panjang diagonalnya (5x-3) m. Sepanjang keliling dan kedua diagonalnya akan dibuat pagar dengan biaya Rp 35.000,00 per meter.

Hitunglah : a. Panjang pagar dan b. Biaya pembuatan pagar

Gambar 4.9

Jawaban soal nomor 5 (i) yang benar dan (ii) yang salah pada kelas eksperimen

(i)

Pada gambar jawaban siswa kelas eksperimen pada bagian (i) diatas terlihat bahwa siswa dapat mengkoneksikan konsep pythagoras dengan operasi aljabar dan aritmatika sosial dengan baik dan benar, sedangkan pada bagian (ii) terlihat siswa tidak menjawab dengan tepat karena siswa tidak mampu mengoperasikan aljabar dengan baik sehingga hasil aritmatika sosialnya menjadi kurang benar. Pada kelas eksperimen yang menjawab soal nomor 5 dengan baik dan benar hanya 9 siswa dari 40 siswa.

Jawaban dua siswa pada kelas kontrol sebagai berikut

Gambar 4.10

Jawaban soal nomor 5 (i) yang benar dan (ii) yang salah pada kelas kontrol

(i)

Pada gambar jawaban siswa kelas kontrol pada bagian (i) terlihat siswa dapat mengkoneksikan konsep pythagoras dengan aljabar namun karena mungkin tergesa-gesa dalam menghitung perkalian sehingga jawaban akhir aritmatika sosialnya menjadi kurang tepat sedangkan pada gambar (ii) diatas tidak tepat. Terlihat siswa tidak dapat mengkoneksikan konsep pythagoras dengan aljabar, siswa malah menjumlahkan aljabar-aljabar yang ada di soal yang disesuaikan dengan sukunya masing-masing serta lupa jika aljabar tersebut terlebih dahulu dimasukkan kedalam rumus pythagoras sehingga hasil dari aritmatika sosialnya pun menjadi salah, ini terjadi karena tidak adanya pembelajaran yang menumbuhkan kemampuan koneksi antar topik matematika siswa. Kendala beberapa siswa pada kelas kontrol tidak tahu kapan yang tepat harus menggunakan rumus pythagoras dibandingkan dengan kelas eksperimen. Pada kelas kontrol yang menjawab soal nomor 5 dengan baik dan benar hanya 4 siswa dari 40 siswa.

Indikator mengkoneksikan konsep pythagoras dengan topik matematika lain memiliki skor total 24, siswa pada kelas eksperimen memiliki rata-rata sebesar 15,85. Sedangkan nilai rata-rata pada kelas kontrol lebih kecil yaitu sebesar 14,13.

b. Mengkoneksikan konsep pythagoras dengan kehidupan sehari-hari

Indikator mengkoneksikan konsep pythagoras dengan kehidupan sehari-hari diukur melalui soal nomor 2 dan 4. Pada indikator ini, persentase kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol dengan selisih 5%. Dibawah ini diberikan contoh jawaban pada kelas eksperimen dan kontrol.

Sebagai contoh, diambil jawaban soal nomor 2 dengan pertanyaan

Berapa kira-kira panjang tali layang-layang untuk menarik perahu dengan sudut 45° dan tingginya 150 m, seperti yang ditunjukan gambar?

Jawaban dua siswa pada kelas eksperimen sebagai berikut:

Gambar 4.11

Jawaban soal nomor 2 (i) yang benar dan (ii) yang salah pada kelas eksperimen

(i)

Pada gambar 4.11 bagian (i), terlihat siswa dapat mengkoneksikan konsep pythagoras dengan kehidupan sehari-hari dengan baik dan benar, sedangkan pada gambar (ii) jawaban siswa kelas eksperimen tidak tepat. Siswa sudah dapat mengkoneksikan konsep pythagoras dengan kehidupan sehari-hari dan menggunakan rumus yang tepat tetapi salah mengambil sisi yang seharusnya digunakan sehingga berakibat jawaban akhirnya pun salah. Pada kelas eksperimen terdapat 13 siswa dari 40 siswa yang dapat menjawab dengan baik dan benar.

Jawaban dua siswa pada kelas kontrol sebagai berikut:

Pada gambar jawaban siswa kelas kontrol pada bagian (i) terlihat siswa dapat mengkoneksikan konsep pythagoras dengan kehidupan sehari-hari dengan

Gambar 4.12

Jawaban soal nomor 2 (i) yang benar dan (ii) yang salah pada kelas kontrol

(i)

baik dan benar, sedangkan pada gambar (ii) diatas tidak tepat. Terlihat siswa tidak dapat mengkoneksikan konsep pythagoras dengan kehidupan sehari-hari dan lupa rumus sudut istimewa pada pythagoras. Pada kelas kontrol terdapat 10 siswa dari 40 siswa yang dapat menjawab dengan baik dan benar

Indikator mengkoneksikan konsep pythagoras dengan kehidupan sehari-hari memiliki skor total 7, siswa pada kelas eksperimen memiliki rata-rata sebesar 5,00. Sedangkan nilai rata-rata pada kelas kontrol lebih kecil yaitu sebesar 4,65. Perolehan persentase kelas kontrol pada indikator mengkoneksikan konsep pythagoras dengan kehidupan sehari-hari lebih rendah daripada kelas eksperimen. Kelas ekpserimen memperoleh persentase sebesar 71,43% sedangkan kelas kontol memperoleh persentase sebesar 66,43%. Disebabkan karena kelas eksperimen lebih banyak menjawab dengan jawaban yang mendekati hasil sempurna berbeda dengan kelas kontrol yang lebih sering menjawab dengan hanya menuliskan yang diketahui dalam soal kemudian langsung dimasukkan begitu saja ke rumusnya.

Berdasarkan hasil tes kemampuan koneksi matematika dapat diketahui bahwa siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan strategi pembelajaran heuristik vee memiliki rata-rata kemampuan koneksi matematika 20,85. Sedangkan siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan strategi pembelajaran konvensional memiliki rata-rata kemampuan koneksi matematika 18,78 sehingga dapat disimpulkan bahwa perolehan rata-rata kemampuan koneksi matematika pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol dikarenakan strategi pembelajaran heuristik vee yang digunakan pada kelas eksperimen dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa daripada strategi pembelajaran konvensional yang digunakan pada kelas kontrol.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, terlihat bahwa strategi pembelajaran heuristik vee pada pokok pembahasan pythagoras, yang diterapkan pada proses pembelajaran dan penelitian di SMP Negeri 3 Tangerang memberikan hasil kemampuan koneksi matematika yang tinggi sehingga strategi pembelajaran heuristik vee berpengaruh terhadap kemampuan koneksi matematik siswa.

Temuan tersebut serupa dengan hasil penelitian Ni Md. Okty Purwani dkk (2014) yang mengungkapkan dalam penelitiannya bahwa pembelajaran heuristik

vee menunjukkan pemahaman konsep yang lebih baik, begitu juga hasil penelitian Gerald J. Calais dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa diagram vee (sebuah pembelajaran heuristik) adalah strategi yang ideal untuk meningkatkan kemampuan penemuan siswa dalam penyelidikan sains dan matematika. Dalam penelitian ini, strategi pembelajaran heuristik vee membuat siswa lebih aktif dan merasa dilibatkan dalam pembelajaran karena dalam proses pembelajaran heuristik vee siswa dilatih untuk berpikir dengan menghubungkan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang sedang dipelajari untuk menyelesaikan masalah-masalah yang diberikan sehingga melatih kemampuan koneksi matematika siswa. Untuk mengembangkan kemampuan koneksi dibutuhkan konsep-konsep jika konsep tidak cukup maka siswa akan mengalami kesulitan dalam penemuan pengetahuan baru

Dokumen terkait