• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

5.1 PEMBAHASAN

5.1.1. Pengaruh pesepsi pasien tentang bauran pemasaran produk terhadap

keputusan pasien rawat jalan memilih layanan kesehatan di RSUD Majenang

Pada penelitian ini, persepsi pasien tentang produk merupakan salah satu

bauran pemasaran yang diduga berhubungan dengan keputusan pasien memilih

layanan kesehatan. Pada uji bivariat diketahui pasien yang memilih lebih banyak

pada kelompok yang memiliki persepsi produk baik (70,2%) dibandingkan

kelompok pasien yang memiliki persepsi kurang baik (29,8%). Sedangkan pasien

yang tidak memilih lebih banyak pada kelompok yang memiliki persepsi kurang

baik (70,3%) dibandingkan kelompok pasien yang memiliki persepsi baik

(29,7%).

Dari hasil perhitungan uji chi-square diperoleh nilai p value sebesar 0,000 (>0,05), sehingga Ha diterima. Hal ini berarti bahwaada pengaruh antara persepsi

bauran pemasaran produk terhadap keputusan pasien rawat jalan memilih layanan

kesehatan di RSUD Majenang. Penelitian ini didukung penelitian sebelumnya

oleh Cahya Nurlia et al (2012) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara produk dengan keputusan memilih layanan kesehatan di RS Islam Faisal Makssar

(p value=0,001).

Produk adalah alat pemasaran yang paling mendasar. Menurut Kotler dan

Amstrong (2008) produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar

80

keinginan dan kebutuhan. Produk mencakup objek fisik, jasa, orang, tempat,

organisasi dan gagasan. Produk rumah sakit adalah pelayanan jasa yang

disediakan rumah sakit yang merupakan keseluruhan konsep objek atau proses

yang memberikan sejumlah nilai dan manfaat kepada pasien.

Persepsi pasien tentang pelayanan yang diberikan di poliklinik

merupakan penilaian berdasarkan pengalaman nyata pasien terhadap produk jasa

di poliklinik RSUD Majenang. Persepsi tentang produk akan baik jika pasien

merasa pelayanan dokter maupun pemeriksaan penunjang serta pelayanan lainnya

sudah lengkap sesuai dengan yang dibutuhkan dan diharapkan pasien. Menurut

Kotler dan Keller (2012) konsumen akan menyukai produk yang menawarkan ciri

paling berkualitas, berkinerja, atau inovatif.

Produk yang berkualitas menjadi faktor yang mempengaruhi keputusan

pasien. Persepsi pasien yang baik terhadap produk menandakan produk di RSUD

Majenang berkualitas untuk pasien sehingga berhubungan dan mempengaruhi

keputusan pasien. Sejalan dengan penjelasan yang dikembangkan (Lupiyoadi,

2006) tentang faktor yang mempengaruhi keputusan pelanggan. Kualitas produk

yang baik secara langsung akan mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen, dan

bila hal tersebut berlangsung secara terus-menerus akan mengakibatkan konsumen

yang selalu setia membeli atau menggunakan produk tersebut.

Penjelasan tersebut sesuai dengan perolehan nilai p value pada analisis bivariat sebesar 0,000 yang menunjukkan ada hubungan antara persepsi dengan

keputusan pasien. Hubungan ini memberikan arti jika menurut pasien produk di

poliklinik baik maka pasien akan memilih, namun jika penilaian terhadap produk

kurang baik akan memungkinkan pasien menjadi tidak memilih layanan dan puas

81

Hasil wawancara mendalam yang telah dilakukan kepada responden juga

mendukung bahwa ada hubungan antara bauran pemasaran produk dengan

keputusan pasien. Responden mengungkapkan bahwa pelayanan medis maupun

penunjang medis sudah diberikan dengan baik. Namun di sisi lain, terdapat

responden yang mengatakan bahwa pelayanan yang diberikan belum maksimal

karena dokter datang tidak menentu.

Adanya hubungan persepsi produk dengan keputusan pasien

menunjukkan bahwa pasien sangat memperhatikan produk layanan yang

disediakan oleh rumah sakit. Pasien akan menunjukkan perilaku untuk

memutuskan membeli layanan jika menurut pasien produk tersebut baik, namun

sebaliknya jika menurut pasien produk masih kurang baik maka dimungkinkan

pasien tidak memutuskan membeli layanan.

Kondisi ini menyebabkan RSUD Majenang harus turut memperhatikan

unsur produk yang dapat mempertahankan pasien agar tetap menjadi pelanggan

rumah sakit dan menciptakan persepsi yang baik dari pasien. Produk sebagai alat

pemasaran dasar akan menjadi unsur utama yang diperhatikan pasien saat

memutuskan membeli layanan. Kondisi ini menjadi hal penting yang harus

diperhatikan RSUD Majenang dalam mengelola bauran pemasaran produk.

Karena dapat mempengaruhi perilaku pasien untuk tetap bertahan menjadi

pelanggan atau beralih pada rumah sakit lain.

RSUD Majenang telah memiliki beberapa produk diferensiasi yang

mampu membuat rumah sakit ini berbeda dari rumah sakit pesaing seperti adanya poli DOT‟S, pelayanan penunjang di antaranya fisioterapi, radiologi, rehabilitasi medis dan haemodialisis. Namun, untuk melengkapi kebutuhan pasien sesuai

82

yang diharapkan, RSUD Majenang dapat menambahkan produk layanan yang

disesuaikan dengan kebutuhan dan harapan pasien atau meningkatkan kualitas

produk yang sudah ada sehingga keputusan pasien semakin meningkat.

Upaya yang dapat dilakukan di antaranya layanan pendaftaran disediakan

melalui telepon, menambah jam pendaftaran dan layanan dokter spesialis pada

waktu tertentu yang memungkinkan poliklinik ramai dikunjungi pasien atau

menambah fasilitas rumah sakit yang menunjang kesehatan dan lain sebagainya.

Upaya ini menjadi pembeda pemsaran produk jasa dengan produk barang

umumnya, di mana rumah sakit sebagai penyedia jasa memberikan layanan sesuai

selera pasien atau konsumen (Buchari Alma, 2007).

5.1.2. Pengaruh pesepsi pasien tentang bauran pemasaran harga terhadap

keputusan pasien rawat jalan memilih layanan kesehatan di RSUD Majenang

Pada penelitian ini, persepsi pasien tentang harga merupakan salah satu

bauran pemasaran yang diduga berhubungan dengan keputusan pasien memilih

layanan kesehatan. Pada uji bivariat diketahui pasien yang memilih lebih banyak

pada kelompok yang memiliki persepsi harga terjangkau (64,9%) dibandingkan

kelompok pasien yang memiliki persepsi kurang terjangkau (35,1%). Sedangkan

pasien yang tidak memilih lebih banyak pada kelompok yang memiliki persepsi

kurang terjangkau (54,1%) dibandingkan kelompok pasien yang memiliki

persepsi terjangkau (45,9%).

Dari hasil perhitungan uji chi-square diperoleh nilai p value sebesar 0,109 (>0,05), sehingga Ha ditolak. Hal ini berarti bahwa ada tidak pengaruh antara

83

persepsi bauran pemasaran harga terhadap keputusan pasien rawat jalan memilih

layanan kesehatan di RSUD Majenang.

Penelitian sebelumnya oleh Cahya Nurlia et al (2012) yang memperoleh nilai p value=0,001, yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara harga dengan keputusan pasien memilih layanan kesehatan di RS Islam Faisal Makassar.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan olah Delsa Dezolla (2012) yang

memperoleh nilai p value=0,172, yang menunjukkan tidak terdapat hubungan antara dimensi harga dengan keputusan memilih berobat di Poliklinik Ambun

Pagi RSUP DR.M.Djamil pada tahun 2012.

Penetapan harga yang dilakukan rumah sakit yang menyesuaikan dengan

segmentasi ekonomi pasien diiringi dengan upaya pemberian pelayanan prima

saat ini dapat dianggap baik karena sebesar 64,9% pasien mempunyai pesepsi baik

terhadap harga. Penetapan harga yang disesuaikan dengan status ekonomi kelas

menengah atas dapat menaikkan pamor atau gengsi bagi pelanggan. Hal ini sesuai

dengan keterangan Kotler dan Keller (2012), ketika menetapkan harga,

perusahaan harus mempertimbangkan persepsi konsumen mengenai harga dan

bagaimana persepsi ini mempengaruhi keputusan membeli dari konsumen.

Keputusan penetapan harga, seperti keputusan bauran pemasaran yang lain, harus

berorientasi pada konsumen. Konsumen akan memberi penilaian apakah harga

suatu produk sudah tepat bagi mereka.

Hasil distribusi frekuensi menunjukkan bahwa pasien memilih lebih

banyak pada kelompok yang memiliki persepsi harga terjangkau. Jika persepsi

pasien tentang harga rumah sakit baik akan dimungkinkan pasien kembali

84

menyebutkan bahwa penelitian berulang sudah menunjukkan gejala loyalitas,

namun pembelian ulang saja tidak cukup, karena pelanggan yang membeli ulang

belum tentu puas dan mempunyai sikap positif terhadap jasa rumah sakit

melainkan karena faktor lainnya (Lupiyoadi, 2006).

Berdasarkan hasil wawancara kepada responden, mereka mengatakan

bahwa harga/tarif di RSUD Majenang masih terjangkau dan sesuai dengan

kemampuan ekonomi. Selain itu tarif yang diberlakukan lebih rendah dibanding

dengan harga/tarif di rumah sakit swasta.

Karena bauran pemasaran harga berhubungan dengan keputusan pasien,

maka RSUD Majenang harus mempertimbangkan kembali penetapan harga

dengan memperhatikan kondisi ekonomi masyarakat, kemampuan keuangan

rumah sakit, dan mempertahankan pangsa pasar rumah sakit. Dengan demikian

diharapkan pasien menjadi lebih antusias untuk memilih layanan di rumah sakit

dan akan terus menerus memanfaatkan layanannya.

5.1.3. Pengaruh pesepsi pasien tentang bauran pemasaran promosi

terhadap keputusan pasien rawat jalan memilih layanan kesehatan di RSUD Majenang

Pada penelitian ini, persepsi pasien tentang promosi merupakan salah satu

bauran pemasaran yang diduga berhubungan dengan keputusan pasien memilih

layanan kesehatan. Pada uji bivariat diketahui pasien yang memilih lebih banyak

pada kelompok yang memiliki persepsi promosi baik (71,9%) dibandingkan

kelompok pasien yang memiliki persepsi kurang baik (28,1%). Sedangkan pasien

85

baik (70,3%) dibandingkan kelompok pasien yang memiliki persepsi baik

(29,7%).

Dari hasil perhitungan uji chi-square diperoleh nilai p value sebesar 0,000 (>0,05), sehingga Ha diterima. Hal ini berarti bahwaada pengaruh antara persepsi

bauran pemasaran promosi terhadap keputusan pasien rawat jalan memilih

layanan kesehatan di RSUD Majenang. Penelitian ini didukung oleh penelitian

yang dilakukan Delsa Dezolla (2012) yang memperoleh nilai 0,001 sehingga ada

terdapat hubungan antara dimensi promosi dengan keputusan memilih berobat di

Poliklinik Ambun Pagi RSUP DR.M.Djamil pada tahun 2012.

Promosi merupakan proses mengkomunikasikan variabel bauran

pemasaran yang sangat penting dilaksanakan oleh perusahaan dalam memasarkan

produk. Aktivitas promosi rumah sakit umumnya terkait dengan kegiatan

mengkomunikasikan dan mempersuasi pelanggan. Inti dari kegiatan promosi

adalah suatu bentuk kegiatan komunikasi pemasaran yang berusaha untuk

menyebarkan informasi, mempengaruhi, mengingatkan pasar sasaran agar

bersedia menerima, membeli, dan loyal produk yang ditawarkan oleh perusahaan

(Lupiyoadi, 2006).

Konsep promosi rumah sakit adalah bagaimana pasien tahu tentang jenis

pelayanan yang ada di rumah sakit, bagaimana mereka termotivasi untuk

menggunakan, lalu menggunakan secara berkesinambungan dan menyebarkan

informasi itu kepada rekan-rekannya. Upaya promosi rumah sakit dapat

dijalankan dalam bentuk pemberian informasi dan promosi layanan melalui media

elektronik, media cetak, dan lingkungan rumah sakit, serta aktivitas kehumasan

seperti kerjasama dan event. Namun promosi rumah sakit tidak bisa dilakukan secara bebas sebagaiman perusahaan umumnya, karena mempunyai aturan khusus

86

yang harus dipatuhi berupa pedoman etika pomosi rumah sakit oleh Perhimpunan

Seluruh Rumah Sakit Indonesi dalam PP PERSI nomor 47 tahun 2006.

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, mereka menyebutkan

bahwa kurang mengetahui jika RSUD Majenang telah melakukan promosi di

bidang kesehatan. Namun ada responden yang mengatakan bahwa pihak rumah

sakit telah melakukan upaya promosi kesehatan dan bekerja sama dengan pihak

puskesmas. Maka dari itu, pihak rumah sakit harus meningkatkan upaya promosi

kesehatan agar masyarakat luas mengetahui keberadaan dan fasilitas pelayanan

yang ada.

Sejumlah upaya promosi telah dilakukan oleh bagian marketing RSUD

Majenang melalui media elektronik, media cetak dan internet (jejaring sosial).

Dari upaya tersebut menghasilkan sebagian besar pasien (71,9%) memiliki

persepsi baik terhadap promosi RSUD Majenang. Upaya promosi oleh RSUD

Majenang, misalnya dapat dilakukan dengan cara public relation. Public relation

adalah upaya komunikasi menyeluruh suatu rumah sakit untuk mempengaruhi

persepsi, opini, keyakinan, dan sikap berbagai kelompok terhadap rumah sakit

(Supriyanto dan Ernawaty, 2010).

5.1.4. Pengaruh pesepsi pasien tentang bauran pemasaran tempat terhadap

keputusan pasien rawat jalan memilih layanan kesehatan di RSUD Majenang

Pada penelitian ini, persepsi pasien tentang tempat merupakan salah satu

bauran pemasaran yang diduga berhubungan dengan keputusan pasien memilih

layanan kesehatan. Pada uji bivariat diketahui pasien yang memilih lebih banyak

87

kelompok pasien yang memiliki persepsi kurang baik (14,0%). Sedangkan pasien

yang tidak memilih lebih banyak pada kelompok yang memiliki persepsi baik

(51,4%) dibandingkan kelompok pasien yang memiliki persepsi kurang baik

(48,6%).

Hasil perhitungan uji chi-square diperoleh nilai p value sebesar 0,001 (>0,05), sehingga Ha diterima. Hal ini berarti bahwaada pengaruh antara persepsi

bauran pemasaran tempat terhadap keputusan pasien rawat jalan memilih layanan

kesehatan di RSUD Majenang. Penelitian ini didukung dengan penelitian oleh

Cahya Nurlia et al (2012) nilai p value=0,001, namun berbada dengan penelitian yang dilakukan oleh Delsa Dezolla (2012) nilai p value=0,172, menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dimensi tempat dengan

keputusan memilih berobat di Poliklinik Ambun Pagi RSUP DR.M.Djamil pada

tahun 2012.

Tempat merupakan unsur bauran pemasaran yang merupakan gabungan

antara lokasi dan saluran distribusi (Lupiyoadi, 2006). Bagi pasien, tempat

merupakan kenyamanan atau kemudahan pasien untuk melakukan akses dan

memperoleh layanan rumah sakit yang terkait dengan lokasi yang strategis,

fasilitas, sistem rujukan dan lainnya. Persepsi pasien baik atau kurang baik tentang

tempat dapat dipengaruhi oleh penilaian pasien terhadap kemudahan dalam

mencari ruang poliklinik, ketersediaan fasilitas penunjang kebutuhan pasien

seperti kantin, ATM, fasilitas lain di lingkungan sekitar klinik serta ketersediaan

fasilitas untuk parkir kendaraan bermotor yang cukup luas dan aman.

Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada responden, mereka

88

utama transportasi umum. Namun ada yang menyatakan bahwa tempat di ruang

tunggu kurang memadai. Hal ini disebabkan jumlah tempat duduk di ruang tunggu

setiap poli terkadang tidak sebanding dengan jumlah pasien yang cukup banyak

pada hari-hari tertentu.

Karena dari hasil analisis bivariat bauran pemasaran tempat dengan

keputusan pasien, maka pihak rumah sakit harus melakukan upaya untuk

mengatasi bauran pemasaran tempat. Hal ini dapat dilakukan dengan cara

mengelola tempat parkir untuk kendaraan beroda empat, karena sering terjadi

ledakan pengunjung. Selain itu juga menambah jumlah tempat duduk di ruang

tunggu pada setiap poli,

5.1.5. Pengaruh pesepsi pasien tentang bauran pemasaran orang terhadap

keputusan pasien rawat jalan memilih layanan kesehatan di RSUD Majenang

Pada penelitian ini, persepsi pasien tentang orang merupakan salah satu

bauran pemasaran yang diduga mempengaruhi keputusan pasien memilih layanan

kesehatan. Pada uji bivariat diketahui pasien yang memilih lebih banyak pada

kelompok pasien yang memiliki persepsi baik (84,2%) dibandingkan kelompok

pasien yang memiliki persepsi kurang baik (15,8%). Sedangkan pasien yang tidak

memilih lebih banyak pada kelompok pasien yang memiliki persepsi kurang baik

(78.45%) dibandingkan kelompok pasien yang memiliki persepsi baik (21,6%).

Hasil uji chi-square diperoleh nilai p value lebih kecil dari 0,05 (0,000<0,05). Hasil ini dapat diartikan bahwa ada pengaruh antara persepsi bauran

pemasaran orang terhadap keputusan pasien rawat jalan memilih layanan

89

Cahya Nurlia (2012) dengan nilai p value=0,002 namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Delza Dezolla (2012) dengan nilai p value=0,125, hal ini menunjukkan tidak terdapat hubungan antara dimensi orang dengan

keputusan memilih berobat di Poliklinik Ambun Pagi RSUP DR.M.Djamil pada

tahun 2012.

Unsur bauran pemasaran orang atau lebih dikenal dengan istilah sumber

daya manusia merupakan semua pelaku yang memainkan sebagian penyajian jasa

karena mempengaruhi persepsi konsumen. Menurut Sunyoto (2012) orang adalah

elemen esensial yang penting dalam produksi dan penyelenggaraan pelayanan

yang dapat menjadi nilai tambah dan lebih kompetitif.

Dalam pemasaran jasa orang atau karyawan diharapkan mempunyai

karakter responsiveness, assurance, emphaty yaitu mempunyai kemampuan cepat tanggap menyelesaikan keluhan pasien, memberikan informasi yang jelas dan

mudah dimengerti, tindakan cepat saat pasien membutuhkan. Selain itu, petugas

harus memiliki ketrampilan, memberi pelayanan yang sopan dan ramah, jaminan

keamanan pelayanan dan kepercayaan terhadap pelayanan (Supriyanto dan

Ernawaty, 2010).

Hal lain yang penting dalam pelayanan rumah sakit adalah memberikan

perhatian secara khusus kepada setiap pasien, perhatian terhadap keluhan pasien

dan keluarganya, pelayanan kepada pasien tanpa memandang status sosial dan

lain-lain. Jika hal tersebut terpenuhi maka penilaian pasien terhadap rumah sakit

akan baik. Persepsi pasien baik tentang orang di RSUD Majenang jika menurut

pasien keramahan petugas, sopan santun, dapat berkomunikasi dengan baik dan

90

menunjukkan bahwa penilaian pasien terhadap bauran pemasaran orang lebih

banyak baik, kondisi ini menandakan keramahan petugas, sopan santun, cara

komunikasi dan pelayanan dalam menangani keluhan sebagian besar sesuai

harapan pasien (Supriyanto dan Ernawaty, 2010).

Orang merupakan semua pelaku yang memainkan sebagian penyajian

jasa rumah sakit dan karenanya mempengaruhi persepsi pasien. Dengan demikian,

RSUD Majenang dapat merekrut atau mempertahankan karyawan yang dianggap

memiliki kemampuan untuk membuat penilaian yang baik dari pelanggan.

Dari hasil wawancara, responden mengatakan bahwa petugas rumah sakit

telah memberikan pelayanan dengan baik dan ramah. Namun ada responden yang

menyebutkan bahwa masih terdapat beberapa petugas yang rumah ramah saat

memberikan pelayanan. Hal ini harus diperhatikan oleh pihak rumah sakit karena

petugas rumah sakit berhubungan langsung dengan pasien. Selain itu pasien bisa

langsung menilai mereka dalam memberikan pelayanan.

Selain untuk mendukung kualitas produk, upaya tersebut akan

menguntungkan rumah sakit karena persepsi pasien akan selalu baik tentang orang

atau sumber daya manusia yang dimiliki RSUD Majenang. Menurut Lupiyoadi

(2006) organisasi jasa harus merekrut dan mempertahankan karyawan yang

mempunyai skill, sikap, komitmen, dan kemampuan dalam membina hubungan

baik dengan konsumen.

5.1.6. Pengaruh pesepsi pasien tentang bauran pemasaran proses terhadap

keputusan pasien rawat jalan memilih layanan kesehatan di RSUD Majenang

91

Pada penelitian ini, persepsi pasien tentang proses merupakan salah satu

bauran pemasaran yang diduga mempengaruhi keputusan pasien memilih layanan

kesehatan. Pada uji bivariat diketahui pasien yang memilih lebih banyak pada

kelompok pasien yang memiliki persepsi baik (75,4%) dibandingkan kelompok

pasien yang memiliki persepsi kurang baik (24,6%). Sedangkan pasien yang tidak

memilih lebih banyak pada kelompok pasien yang memiliki persepsi kurang baik

(73,0%) dibandingkan kelompok pasien yang memiliki persepsi baik (27,0%).

Dari hasil uji chi-square diperoleh nilai p value lebih kecil dari 0,05 (0,000<0,05). Hasil ini dapat diartikan bahwa ada pengaruh antara persepsi bauran

pemasaran proses terhadap keputusan pasien rawat jalan memilih layanan

kesehatan di RSUD Majenang. Penelitian ini didukung oleh penelitian Cahya

Nurlia et al (2012) dengan nilai p value=0,003 yang menunjukkan ada hubungan antara proses RS Islam Faisal dengan keputusan memilih layanan kesehatan di RS

Islam Faisal Makassar.

Proses merupakan gambaran semua aktivitas, umumnya terdiri dari

prosedur, jadwal pekerjaan, mekanisme, aktivitas, dan hal-hal rutin dimana jasa

dihasilkan dan disampaikan kepada konsumen (Lupiyoadi, 2006). Proses rumah

sakit mencakup prosedur pelayanan, termasuk tahap-tahap yang dilalui pasien

hingga meninggalkan rumah sakit. Layanan yang sama hasilnya berbeda nilainya

jika prosesnya berbeda. Kecepatan dan ketepatan proses dapat dijadikan alat untuk

merangsang minat pelanggan.

Pasien sebagai pelanggan rumah sakit dapat memberikan persepsi tentang

92

pengobatan dan perawatan yang cepat dan tepat, perawat atau dokter melakukan

jadwal pelayanan dengan tepat, dan petugas melakukan pelayanan dengan tidak

berbelit-belit. Persepsi pasien tentang proses pemberian pelayanan sebagian besar

baik (75,4%).

Selain itu dari hasil wawancara yang telah dilakukan, responden

menyebutkan bahwa prosedur yang diterapkan sudah baik. Namun di sisi lain, ada

responden yang menyebutkan bahwa prosedur yang harus dilalui cukup lama

mulai dari antri pendaftaran hingga pembayaran administrasi. Hal ini harus

diperhatikan pihak rumah sakit agar pasien tidak berpindah saat melakukan

pengobatan.

Karena persepsi proses berhubungan dengan keputusan pasien, RSUD

Majenang diharapkan terus meningkatkan bauran pemasaran proses karena baru

sebagian dari responden yang memiliki persepsi baik. Selain itu, peningkatan

unsur bauran pemasaran proses seperti prosedur dan mekanisme pelayanan sehari-

hari dapat meningkatkan kualitas produk di RSUD Majenang. Sehingga secara

tidak langsung turut meningkatkan keputusan pasien.

5.1.7. Pengaruh pesepsi pasien tentang bauran pemasaran bukti fisik

terhadap keputusan pasien rawat jalan memilih layanan kesehatan di RSUD Majenang

Pada penelitian ini, persepsi pasien tentang bukti fisik merupakan salah

satu bauran pemasaran yang diduga berhubungan dengan keputusan pasien

memililih layanan kesehatan. Pada uji bivariat diketahui pasien yang memilih

lebih banyak pada kelompok pasien yang memiliki persepsi baik (71,4%)

93

Sedangkan pasien yang tidak memilih lebih banyak pada kelompok pasien yang

memiliki persepsi kurang baik (62,2%) dibandingkan kelompok pasien yang

memiliki persepsi baik (37,8%).

Dari hasil uji chi-square diperoleh nilai p value lebih besar dari 0,05 (0,091>0,05). Hasil ini dapat diartikan bahwa tidak ada pengaruh antara persepsi

bauran pemasaran bukti fisik terhadap keputusan pasien rawat jalan memilih

layanan kesehatan di RSUD Majenang. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan

oleh Cahya Nurlia (2012) yang memperoleh nilai p value=0,039 sehingga ada hubungan antara bukti fisik dengan keputusan memilih layanan kesehatan di RS

Islam Faisal Makassar.

Bukti fisik merupakan lingkungan fisik tempat jasa diciptakan dan

langsung berinteraksi dengan konsumen (Lupiyoadi, 2006). Pentingnya bukti fisik

bagi pasien adalah dalam pengambilan keputusan memanfaatkan layanan rumah

sakit. Unsur-unsur yang termasuk dalam sarana fisik antara lain lingkungan fisik,

dalam hal bangunan fisik, peralatan, perlengkapan dan barang lainnya yang

disatukan dengan jasa yang diberikan. Lingkungan fisik yang disediakn oleh

rumah sakit sebagi tempat untuk pelayanan kesehatan harus memperhatikan

Dokumen terkait