• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERSEPSI PASIEN TENTANG BAURAN PEMASARAN TEHADAP KEPUTUSAN PASIEN RAWAT JALAN MEMILIH LAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAJENANG TAHUN 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PERSEPSI PASIEN TENTANG BAURAN PEMASARAN TEHADAP KEPUTUSAN PASIEN RAWAT JALAN MEMILIH LAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAJENANG TAHUN 2015"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH PERSEPSI PASIEN TENTANG BAURAN

PEMASARAN TEHADAP KEPUTUSAN PASIEN

RAWAT JALAN MEMILIH LAYANAN KESEHATAN

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAJENANG

TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajakukan sebagai salah satu syarat

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

Alfia Suci Tafdilla 6411411085

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

(2)

ii

Pengaruh Persepsi Pasien tentang Bauran Pemasaran terhadap Keputusan Pasien Rawat Jalan Memilih Layanan Kesehatan di RSUD Majenang Tahun 2015

XVI + 100 halaman + 23 tabel + 10 gambar + 12 lampiran

Bauran pemasaran adalah kumpulan alat pemasaran taktis terkendali yang dipadukan perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkan di pasar sasaran (Kotler dan Armstrong, 2008). Sedangkan bauran pemasaran rumah sakit adalah sekolompok variabel yang dapat dikendalikan dan digunakan rumah sakit untuk mempengaruhi reaksi para pembeli layanan (Supriyanto dan Ernawaty, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh persepsi pasien tentang bauran pemasaran terhadap keputusan pasien rawat jalan memilih layanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Majenang tahun 2015.

Jenis penelitian adalah analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian adalah 94 pasien rawat jalan. Teknik pengambilan sampel secara porportionate stratified random sampling.

Hasil penelitian ini adalah persepsi pasien yang berhubungan yaitu persepsi pasien tentang bauran pemasaran produk (p value=0,000), promosi (p value=0,000), tempat (p value=0,001), orang (p value=0,000), dan proses (p value=0,000). Sedangkan yang tidak berhubungan yaitu persepsi pasien tentang bauran pemasaran harga (p value=0,109) dan bukti fisik (p value=0,091).

Saran yang peneliti rekomendasikan adalah pihak RSUD harus lebih terbuka lagi dalam menanggapi keluhan pasien dan meningkatkan kondisi lingkungan internal RSUD demi kenyamanan pasiennya. Selain itu menyediakan kotak saran dan melakukan survei kepuasan pelanggan secara rutin.

Kata Kunci : pesepsi pasien, bauran pemasaran, keputusan pasien

(3)

iii

Department of Public Health Sciences Faculty of Sport Science Semarang State University October 2015

ABSTRACT

Alfia Suci Tafdilla

The Perception Patients about Marketing Mix of the Decision Outpatients Choose Health Services at District General Hospital Majenang in 2015

XVI + 100 pages + 23 table + 10 image + 12 attachments

Marketing mix is a set of controllable tactical marketing tools combined company to produce the desired response in the target market (Kotler and Armstrong, 2008). While the hospital marketing mix is a group of variables that can be controlled and used the hospital to influence the reaction of the users of services (Supriyanto and Ernawaty, 2010). This report aims to review the perception patients about marketing mix of the decision outpatients choose health services in the District General Hospital Majenang in 2015.

The kind of research is analytic observational by approach cross sectional. The sample was 94 outpatients. The sample technique in porportionate stratified random sampling

Results of this research is the perception of patient related that the patient's perception of the marketing mix product (p value = 0.000), promotion (p value = 0.000), where (p value = 0.001), people ( p value = 0.000), and processes (p value = 0.000). While that is not related, the patient's perception about the marketing mix price (p value = 0.109) and physical evidence (p value = 0.091).

Suggestions researchers recommend is the party hospital should also be an open again in responding to a complaint patients and improving environmental conditions internal by comfort hospital patients. In addition to provide a suggestion box and survey customer satisfaction routinely .

Keywords : perception of patients, marketing mix, patient decision

(4)
(5)
(6)

vi

MOTO DAN PERSEMBAHAN

Moto

Raihlah asamu dengan berjuang, belajar dan bersyukur (Penulis)

“Allah tak pernah janjikan langit selalu biru, jalan hidup tanpa batu,

matahari tanpa hujan, kebahagiaan tanpa kesedihan, sukses tanpa

perjuangan, tetapi Allah janjikan kekuatan dari kelemahan, dia berikan

cahaya untuk terangi kegelapan. Dia berikan rahmat-Nya dari segala ujian.

Dia berikan pertolongan untuk segala kesusahan.” (Q.S. Al Baqarah:124)

Persembahan

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Orang tuaku, Bapak Ismiyadi dan Ibu Eli

Marliani tercinta

2. Adekku, Brian Wahyu Candrasari tersayang

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan berkah,

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

judul “Pengaruh Persepsi Pasien tentang Bauran Pemasaran terhadap Keputusan

Pasien Rawat Jalan Memilih Layanan Kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah

Majenang Tahun 2015” dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun untuk melengkapi

persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu

Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang. Keberhasilan penyelesaian skripsi

ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan, dan kerjasama bebagai pihak.

Atas semua kesempatan dan kepercayaan yang telah diberikan, sehingga

penulis dapat menjadi seperti sekarang, lebih menghargai hidup, dan tiap detik

pengorbanan dari semuanya, karena sebaik-baiknya manusia adalah yang

bermanfaat bagi orang lain. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis

menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Drs. H.

Harry Pramono, M.Si, atas pemberian ijin penelitian.

2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan

Universitas Negeri Semarang, Irwan Budiono, S.KM, M.Kes., atas

persetujuan penelitian.

3. Dosen pembimbing Drs. Bambang Wahyono, M.Kes., atas arahan dan

bimbingannya dalam penyelesaian skripsi ini.

(8)

viii

dr.Intan Zainafree,M.H.Kes, atas kritik dan saran dalam perbaikan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat atas bekal ilmu

pengetahuan yang diberikan selama di bangku kuliah.

6. Seluruh petugas Kesbangpol Kabupaten Cilacap dan RSUD Majenang atas

bantuan pengambilan data dan pelaksanaan penelitian.

7. Semua pasien RSUD Majenang atas bantuannya dalam pelaksanaan

penelitian.

8. Bapak, Ibu, dan saudaraku yang telah memberikan dorongan, bantuan, dan

semangat baik materiil maupun spiritual selama ini.

9. Teman-teman peminatan AKK dan Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat

angkatan 2011, serta semua pihak yang telah memberikan bantuan dan

motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

Penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis mengharapkan

kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan dari

skripsi ini nantinya. Harapan penulis semoga hasil penyusunan skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, Oktober 2015

(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

PERNYATAAN ... iv

PENGESAHAN ... v

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1LATAR BELAKANG MASALAH ... 1

1.2RUMUSAN MASALAH ... 6

1.3TUJUAN PENELITIAN ... 6

1.3.1.Tujuan Umum ... 6

1.3.2.Tujuan Khusus ... 7

1.4MANFAAT HASIL PENELITIAN ... 7

1.4.1.Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Majenang ... 7

1.4.2.Bagi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat ... 7

(10)

x

1.4.4.Bagi Masyarakat ... 8

1.5KEASLIAN PENELITIAN ... 8

1.6RUANG LINGKUP PENELITIAN ... 10

1.6.1.Ruang Lingkup Tempat ... 10

1.6.2.Ruang Lingkup Waktu... 10

1.6.3.Ruang Lingkup Keilmuan ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1.LANDASAN TEORI ... 11

2.1.1.Pemasaran di Rumah Sakit ... 11

2.1.1.1.Pengertian Pemasaran ... 11

2.1.1.2.Strategi Pemasaran ... 12

2.1.1.2.1.Lingkungan Eksternal ... 14

2.1.1.2.2.Lingkungan Internal ... 15

2.1.1.3Manajemen Pemasaran ... 18

2.1.1.4.Bauran Pemasaran ... 19

2.1.2.Persepsi ... 24

2.1.2.1.Pengertian Persepsi ... 24

2.1.2.2.Proses Pembentukan Persepsi ... 24

2.1.2.3.Persepsi Pasien terhadap Bauran Pemasan... 26

2.1.3.Jasa ... 27

2.1.4.Perilaku Konsumen ... 28

2.1.4.1.Konsep Perilaku Konsumen ... 25

(11)

xi

2.5.1.Pelayanan Rawat Jalan ... 32

2.6.1.Rumah Sakit ... 34

2.1.6.1.Pengertian Rumah Sakit ... 35

2.1.6.2.Klasifikasi Rumah Sakit ... 36

2.2.KERANGKA TEORI ... 38

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

3.1 KERANGKA KONSEP ... 39

3.2 VARIABEL PENELITIAN ... 39

3.2.1.Varibel Bebas ... 39

3.2.2.Variabel Terikat ... 40

3.3 HIPOTESIS PENELITIAN ... 40

3.4 DEFINISI OPERASIONAL ... 41

3.5 JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN ... 43

3.6 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN ... 44

3.6.1.Populasi ... 44

3.6.2.Sampel... 44

3.7 SUMBER DATA ... 45

3.7.1.Data Primer ... 46

3.7.2.Data Sekunder ... 47

3.8 INSTRUMEN DAN TEKNIK PENGAMBILAN DATA ... 47

3.8.1.Instrumen Penelitian ... 47

3.8.2.Teknik Pengambilan Data ... 48

(12)

xii

3.8.2.2.Dokumentasi... 49

3.9 PROSEDUR PENELITIAN... 49

3.9.1.Tahap Pra Penelitian ... 49

3.9.2.Tahap Penelitian... 50

3.9.3.Tahap Analisis Data ... 50

3.10TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA... 50

3.10.1.Pengelohan Data ... 50

3.10.2.Analisis Data ... 51

3.10.2.1.Analisis Univariat ... 51

3.10.2.2.Analisis Bivariat ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 53

4.1 GAMBARAN UMUM ... 53

4.2 HASIL PENELITIAN ... 54

BAB V HASIL PENELITIAN ... 79

5.1 PEMBAHASAN ... 79

5.2 KETERBATASAN PENELITIAN ... 94

BAB VI HASIL PENELITIAN ... 95

6.1 SIMPULAN ... 95

6.2 SARAN ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 98

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

1.1 Keaslian Penelitian ... 8

2.1 Bauran Pemasaran dari Sudut Pandang Konsumen ... 26

3.1 Definisi Operasional... 41

3.2 Jumlah Sampel dari Setiap Poli... 45

4.1 Distribusi Karakteristik Responden Penelitian ... 54

4.2 Distribusi Persepsi Bauran Pemasaran Produk ... 56

4.3 Distribusi Persepsi Bauran Pemasaran Harga ... 57

4.4 Distribusi Persepsi Bauran Pemasaran Promosi ... 57

4.5 Distribusi Persepsi Bauran Pemasaran Tempat ... 58

4.6 Distribusi Persepsi Bauran Pemasaran Orang ... 58

4.7 Distribusi Persepsi Bauran Pemasaran Proses ... 59

4.8 Distribusi Persepsi Bauran Pemasaran Bukti Fisik ... 59

4.9 Distribusi Persepsi Bauran Pemasaran ... 60

4.10 Distribusi Keputusan Pasien ... 60

(14)

xiv

4.12 Pengaruh Persepsi Bauran Pemasaran Harga terhadap Keputusan Pasien

Memilih Layanan ... 62

4.13 Pengaruh Persepsi Bauran Pemasaran Promosi terhadap Keputusan Pasien

Memilih Layanan ... 63

4.14 Pengaruh Persepsi Bauran Pemasaran Tempat terhadap Keputusan Pasien

Memilih Layanan ... 64

4.15 Pengaruh Persepsi Bauran Pemasaran Orang terhadap Keputusan Pasien

Memilih Layanan ... 65

4.16 Pengaruh Persepsi Bauran Pemasaran Proses terhadap Keputusan Pasien

Memilih Layanan ... 66

4.17 Pengaruh Persepsi Bauran Pemasaran Bukti Fisik terhadap Keputusan Pasien

Memilih Layanan ... 67

4.18 Pengaruh Persepsi Bauran Pemasaran terhadap Keputusan Pasien Memilih

Layanan ... 68

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

2.1 Model Sederhana Proses Pemasaran ... 12

2.2 Manajemen Strategi Pemasaran ... 13

2.3 Manajemen sebagai Proses ... 18

2.4 Komponen 7P dari Bauran Pemasaran ... 23

2.5 Konsep Perilaku Konsumen Bidang Kesehatan ... 29

2.6 Proses Pembelian Konsumen Model Lima Tahap ... 29

2.7 Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Membeli ... 30

2.8Faktor Psikologi dalam Keputusan Membeli ... 32

2.9Kerangka Teori... 38

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I. Surat Tugas Pembimbing ... 101

Lampiran II. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas kepada Kesbangpol Kabupaten Cilacap... 102

Lampiran III. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas kepada Rumah Sakit Umum Daerah Majenang ... 103

Lampiran IV. Surat Ijin Penelitian dari Kesbangpol ... 104

Lampiran V. Surat Ijin Penelitian dari RSUD Majenang ... 105

Lampiran VI.Ethical Clearance ... 106

Lampiran VII. Surat Persetujuan menjadi Responden ... 107

Lampiran VIII. Kuesioner Penelitian dan Panduan Wawancara ... 110

Lampiran IX. Data Mentah Hasil Penelitian ... 116

Lampiran X. Data Responden Penelitian ... 118

Lampiran XI. Hasil Penelitian ... 127

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun

2009 tentang Kesehatan, tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya

kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk, untuk mewujudkan derajat

kesehatan yang optimal sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk mencapai tujuan

tersebut diselenggarakan upaya kesehatan yang menyeluruh, terpadu, merata dan

dapat diterima serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, dengan peran

serta masyarakat sebagai salah satu faktor yang memberikan andil bagi

keberhasilan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan,

kesadaran dan perilaku masyarakat di bidang kesehatan (UU RI No.36 tahun

2009).

Rumah Sakit adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan yang

diselenggarakan baik oleh pemerintah atau swasta. Menurut Undang-Undang

Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit mempunyai tugas

memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna (meliputi promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatif) dengan menyediakan pelayanan rawat inap,

rawat jalan, dan gawat darurat (UU RI No.44 tahun 2009). Menurut WHO dalam

Bambang Hartono, rumah sakit harus terintegrasi dalam sistem kesehatan di mana

(18)

2

kesehatan masyarakat di wilayah tersebut. Sementara itu, saat ini terdapat banyak

pelayanan kesehatan yang dapat menjadi pesaing rumah sakit, seperti klinik

bersalin, praktik bersama dokter spesialis, klinik pengobatan alternatif dan

lain-lain (Bambang Hartono, 2010:4-6).

Begitu juga di daerah Majenang yang saat ini memiliki rumah sakit swasta

sehingga menjadikan masyarakat memiliki banyak pilihan untuk menentukan

rumah sakit mana yang akan mereka pilih. Hal ini menyebabkan persaingan antar

rumah sakit sangat ketat dalam menarik minat konsumen untuk mengakses

pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit tersebut. Salah satu cara yang bisa

dilakukan rumah sakit untuk menarik minat konsumen terhadap produknya adalah

dengan melakukan kegiatan pemasaran. Untuk menjalankan kegiatan pemasaran

dengan baik, dan sesuai dengan sasaran yang diharapkan, perusahaan harus

menerapkan suatu strategi yang tepat sesuai dengan lingkungan pemasaran

perusahaannya atau yang lebih dikenal dengan strategi pemasaran (Wayan Arie,

Putu Dedy, 2013).

Pemasaran rumah sakit dapat dilaksanakan agar utilitas rumah sakit

menjadi lebih tinggi yaitu dengan cara mempelajari dan memahami perilaku

konsumen (Supriyanto dan Ernawaty, 2010). Upaya pemenuhan dan harapan

pelanggan dapat menciptakan peningkatan jumlah pemanfaatan pelayanan bahkan

pelanggan yang loyal, sehingga pihak rumah sakit merasa penting untuk

melakukan pemasaran. Salah satu hal penting yang harus diketahui dalam

pemasaran adalah bauran pemasaran . Bauran pemasaran merupakan usaha pokok

(19)

3

pemanfaatan pelayanan. Elemen bauran pemasaran terdiri dari product, price, promotion, place, people, process, physical evidence (Supriyanto dan Ernawaty, 2010).

Pihak konsumen juga sangat berperan dalam perkembangan pemasaran

rumah sakit. Karena perilaku konsumenlah yang dapat menilai layanan yang telah

diberikan. Perilaku konsumen adalah perilaku yang ditunjukkan melalui

pencarian, pembelian, penggunaan, pengevaluasian, dan penentuan produk atau

jasa yang mereka harapkan. Memahami pengaruh konsumen individu dalam

proses keputusan adalah masalah utama untuk memahami perilaku konsumen.

Pengaruh pertama dalam pemilihan konsumen adalah stimulasi. Stimulasi

menunjukkan penerimaan informasi oleh konsumen dan proses informasi terjadi

saat konsumen mengevaluasi informasi dari iklan, teman, atau dari

pengalamannya sendiri. Pengaruh kedua datang dari konsumen itu sendiri yang

meliputi persepsi, sikap, dan manfaat yang dicarinya, serta karakteristik konsumen

itu sendiri (demografi, kepribadian, dan gaya hidupnya). Pengaruh ketiga, atas

pilihan konsumen adalah respon konsumen, yaitu hasil akhir dari proses

keputusan konsumen dan suatu pertimbangan yang menyeluruh dari keseluruhan

faktor di atas. Dalam pengambilan keputusan, konsumen juga dipengaruhi oleh

variabel-variabel lingkungan seperti kebudayaan, kelompok referensi, dan

determinan sosial (Ria C.K, Arya S., Christyanan S., 2013).

Berdasarkan pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Cahya Nurlia,

Asiah Hamzah, Indar (2012) dengan judul “hubungan bauran pemasaran dengan

(20)

4

Faisal Makassar tahun 2011” terdapat hubungan antara produk, harga, promosi,

lokasi, orang, proses dan bukti fisik terhadap keputusan pasien rawat inap

memilih layanan kesehatan di RS Islam Faisal Makassar. Dengan hasil rincian

sebagai berikut, produk (p=0,001), harga (p=0,001), promosi (p=0,046), lokasi (p=0,005), orang (p=0,002), proses (p=0,003) dan bukti fisik (p=0,039) (Nurlia, Hamzah, Indar, 2012).

Selain itu, berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh

Indra Setya Permana (2014) dengan judul “pengaruh bauran pemasaran terhadap loyalitas pasien di Rumah Sakit Umum Majenang” terdapat pengaruh antara tarif,

proses, personel dan bukti fisik dengan loyalitas pasien. Dengan hasil rincian

sebagai berikut, tarif (p=0,005), proses (p=0,036), personel (p=0,026), dan bukti fisik (p=0,014) (Indra Setya, 2014).

Salah satu rumah sakit umum daerah milik pemerintah yang ada di

Kabupaten Cilacap adalah RSUD Majenang. Adapun fasilitas dan saran pelayanan

yang ada di RSUD Majenang meliputi rawat jalan yang terdiri dari 9 jenis

poliklinik, pelayanan gawat darurat dan pelayanan rawat inap.

Berdasarkan survei yang telah dilakukan di bagian rekam medis Rumah

Sakit Umum Majenang pada hari Sabtu, 7 Maret 2015 terdapat 4 poliklinik rawat

jalan yang terdiri dari poli anak, poli umum, poli gigi, dan poli DOT‟S yang

mengalami penurunan jumlah pasien pada pada tahun 2014 yaitu dari triwulan I

ke triwulan II dan III sedangkan pada triwulan IV mengalami peningkatan dengan

adanya penambahan pasien baru di setiap bulannya. Dengan rincian sebagai

(21)

5

pasien, triwulan III sebanyak 473 pasien, dan triwulan IV sebanyak 614 pasien.

Poli umum pada triwulan I sebanyak 569 pasien, triwulan II sebanyak 459 pasien,

triwulan III sebanyak 312 pasien, dan triwulan IV sebanyak 336 pasien. Poli gigi

pada triwulan I sebanyak 518 pasien, triwulan II sebanyak 416 pasien, triwulan III

sebanyak 294 pasien, dan triwulan IV sebanyak 296 pasien. Sedangkan poli

DOT‟S pada triwulan I sebanyak 215 pasien, triwulan II sebanyak 159 pasien,

triwulan III sebanyak 158 pasien, dan triwulan IV sebanyak 166 pasien (Data

Rawat Jalan RSUD Majenang, 2014).

Alasan lain penelitian dilakukan hanya pada 4 poli yaitu pada tahun 2013

kunjungan pasien poli anak sebesar 3.055 sedangkan pada tahun 2014 sebesar

2.229 sehingga pertumbuhan kunjungan pasien mengalami penurunan sebesar

-37,05%. Pada poli gigi dan mulut jumlah kunjungan pasien tahun 2013 sebanyak

1.703 sedangkan pada tahun 2014 sebanyak 1.531 sehingga pertumbuhan

kunjungan pasien mengalami penurunan sebesar -11,23%. Pada poli umum

jumlah kunjungan pasien tahun 2013 sebanyak 1.807 sedangkan pada tahun 2014

sebanyak 1.858, dibanding poli yang lain poli umum yang paling sedikit

mengalami peningkatan kunjungan pasien sebesar 2,74%. Sedangkan untuk poli

DOT‟S belum dapat diketahui jumlah pertumbuhan kunjungannya dikarenakan

poli ini baru disediakan pihak rumah sakit sejak tahun 2014.

Penurunan jumlah kunjungan pasien ini merupakan masalah yang tidak

bisa dibiarkan begitu saja oleh pihak rumah sakit terutama bagian yang menangani

pemasaran rumah sakit. Berkurangnya jumlah kunjungan pasien di poliklinik

(22)

6

nantinya akan mengakibatkan berkurangnya pendapatan rumah sakit. Apabila

jumlah kunjungan pasien berkurang dan pendapatan rumah sakit juga ikut

berkurang, maka akan berdampak pada kegiatan operasional rumah sakit menjadi

terganggu dan pelayanan yang diberikan kepada pasien menjadi tidak maksimal.

Selain berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di Rumah

Sakit Umum Majenang pada hari Sabtu, 7 Maret 2015 terdapat kecenderungan

kurang puas terhadap fasilitas pelayanan, waktu tunggu, pelayanan administrasi

pendaftaran serta pembayaran, ada beberapa pegawai rumah sakit yang kurang

ramah saat memberikan pelayanan, dan kurangnya area parkir bagi kendaraan

beroda empat. Untuk itu, pihak rumah sakit sebaiknya lebih meningkatkan

kegiatan survei kepuasan pelanggan. Karena semakin sering kegiatan survei

kepuasan pelanggan dilakukan maka semakin terpenuhinya harapan pelanggan

dan kepuasan meningkat sehingga menjadi loyal. Survei kepuasan pelanggan

dapat dilakukan dengan menghubungi pelanggan, membaca surat yang dikirim

pada kotak saran, menanyakan pada saat pasien berobat dengan kuesioner dan

lain-lain.

Fakta dan uraian tersebut di atas selanjutnya memotifasi penelitian tentang

Pengaruh Persepsi Pasien Tentang Bauran Pemasaran Tehadap Keputusan

Pasien Rawat Jalan Memilih Layanan Kesehatan Di Rumah Sakit Umum

Daerah Majenang Tahun 2015”. Hal ini penting untuk memperkirakan

keinginan dan harapan konsumen agar pelayanan yang disediakan bisa

(23)

7

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya

adalah sebagai berikut : “Bagaimana pengaruh persepsi pasien tentang bauran

pemasaran tehadap keputusan pasien rawat jalan memilih layanan kesehatan di

Rumah Sakit Umum Daerah Majenang tahun 2015?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh persepsi

pasien tentang bauran pemasaran terhadap keputusan pasien rawat jalan memilih

layanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Majenang tahun 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui pengaruh persepsi bauran pemasaran produk terhadap keputusan

pasien rawat jalan memilih layanan kesehatan di RSUD Majenang tahun 2015.

2. Mengetahui pengaruh persepsi bauran pemasaran harga terhadap keputusan

pasien rawat jalan memilih layanan kesehatan di RSUD Majenang tahun 2015.

3. Mengetahui pengaruh persepsi bauran pemasaran promosi terhadap keputusan

pasien rawat jalan memilih layanan kesehatan di RSUD Majenang tahun 2015.

4. Mengetahui pengaruh persepsi bauran pemasaran tempat terhadap keputusan

pasien rawat jalan memilih layanan kesehatan di RSUD Majenang tahun 2015.

5. Mengetahui pengaruh persepsi bauran pemasaran orang terhadap keputusan

pasien rawat jalan memilih layanan kesehatan di RSUD Majenang tahun 2015.

6. Mengetahui pengaruh persepsi bauran pemasaran proses terhadap keputusan

(24)

8

7. Mengetahui pengaruh persepsi bauran pemasaran bukti fisik terhadap

keputusan pasien rawat jalan memilih layanan kesehatan di RSUD Majenang

tahun 2015.

8. Mengetahui pengaruh secara bersama-sama persepsi bauran pemasaran yang

meliputi : produk, harga, promosi, tempat, orang, proses, dan bukti fisik

terhadap keputusan pasien rawat jalan memilih layanan kesehatan di RSUD

Majenang tahun 2015.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.4.1Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Majenang

Sebagai referensi dalam upaya peningkatan dan pengembangan pelayanan

rawat jalan sehingga tingkat kepuasan dan loyalitas pasien rawat jalan dapat

meningkat.

1.4.2Bagi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan kepustakaan dalam

pengembangan.

1.4.3Bagi Peneliti

Merupakan sarana penerapan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama

pendidikan yang meliputi metode penelitian, kualitas pelayanan kesehatan,

ekonomi kesehatan dan administrasi rumah sakit

1.4.4Bagi Masyarakat

Dapat memperoleh informasi tentang pelayanan kesehatan di poli rawat

(25)

9

1.5 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Penelitian-penelitian yang Relevan dengan Penelitian ini.

(26)

10

tetapi tidak sig-nifikan dan ada juga yang tidak memiliki penga-ruh terhadap jumlah kunju-ngan di polikli-nik gigi, THT, tumbuh kem-bang, dan anak (uji T).

Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian

sebelumnya adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini mengenai persepsi pasien tentang bauran pemasaran terhadap

keputusan pasien rawat jalan memilih layanan kesehatan di Rumah Sakit

Umum Daerah Majenang.

2. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif (metode kuesioner)

serta dilakukan pula kajian kualitatif (metode wawancara mendalam) dengan

rancangan cross sectional.

3. Penelitian ini dilakukan hanya di empat poli yaitu poli anak, poli umum, poli

gigi, dan poli DOT‟S (pasien non asuransi pemerintah/swasta).

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

1.6.1 Ruang Lingkup Tempat

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Majenang.

1.6.2 Ruang Lingkup Waktu

Penelitian dilakukan pada tanggal 16-22 September 2015.

1.6.3 Ruang Lingkup Materi

Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup Ilmu Kesehatan Masyarakat

(27)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Pemasaran di Rumah Sakit

2.1.1.1. Pengertian Pemasaran

Pemasaran merupakan suatu kegiatan analisis, perencanaan, penawaran

produk/jasa dan pengendalian program yang diformulasikan dengan hati-hati

untuk menghasilkan pertukaran nilai-nilai secara sukarela dengan target pasar

yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan organisasi. Pemasaran menekankan

sepenuhnya pada penyusunan penawaran organisasi (supply) dalam konteks kebutuhan (demand) dan keinginan pasar (want) dan penggunaan harga secara efektif (cost effective), komunikasi dan distribusi untuk menginformasikan, memotivasi dan melayani pasar (Supriyanto dan Ernawati, 2010:5).

Menurut Kotler dan Keller (2012:5) pemasaran adalah suatu proses

kemasyarakatan di mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka

butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas

mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan orang lain. Sedangkan

menurut AMA (Asosiasi Pemasaran Amerika)yang dikutip oleh Kotler dan Keller

(2012:5)definisi pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses

untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan memberikan nilai kepada

pelanggan dan untuk mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang

menguntungkan organisasi dan pemangku kepentingannya. Pengertian lainnya,

(28)

12

kegiatan yang menawarkan suatu produk untuk memenuhi kebutuhan dan

keinginan konsumen.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa arti pemasaran adalah untuk

mengetahui dan memahami pelanggan dengan baik sehingga produk atau jasa

sesuai dengan kebutuhan konsumen. Di mana pemasaran menyalurkan barang dari

produsen kepada konsumen dan akhirnya dapat memenuhi kebutuhan

konsumennya tersebut. Intinya pemasaran bertujuan untuk mencapai sasaran

dengan mengenali kebutuhan dan keinginan konsumen dengan cara yang lebih

efektif yaitu dengan merancang, menentukan harga promosi dan akhirnya bisa

memberikan kepuasan bagi konsumen.

Berikut merupakan model sederhana proses dalam pemasaran :

Menciptkan nilai untuk pelanggan dan Menangkap kembali membangun hubungan pelanggan nilai dari pelanggan

Gambar 2.1 Model sederhana proses pemasaran Sumber : (Kotler dan Armstrong , 2008)

2.1.1.2. Strategi pemasaran

Satu unsur penting dalam proses pemasaran adalah rencana dan strategi

pemasaran kreatif yang dapat memandu kegiatan pemasaran. Pengembangan

strategi pemasaran yang tepat sepanjang waktu membutuhkan campuran antara

disiplin dan fleksibilitas. Perusahaan harus setia pada strategi, tetapi harus juga

(29)

13

2006:43). Hal ini sejalan dengan pendapat pakar pemasaran yang menyatakan

bahwa, strategi pemasaran merupakan rencana, implementasi, dan pengendalian

kegiatan yang bertujuan untuk mempengaruhi pertukaran guna mencapai

sasaran-sasaran organisasi (Peter-Olson, 1999:10 dalam Mulyadi, 2013:110)

Menurut Kotler dan Keller (2012:43) ada empat aktivitas dalam

pengembangan strategi yaitu :

1. Menetapkan misi korporat,

2. Menentukan unit-unit bisnis strategi (SBU-Strategic Business Units), 3. Menugaskan sumber daya pada setiap SBU ,

4. Menilai peluang pertumbuhan.

Strategi yang dimaksudkan di atas adalah suatu tindakan awal dalam

proses pembentukan perencanaan dalam meluncurkan produk atau jasa sesuai

dengan tujuan organisasi. Perencanaan strategi adalah seni dan ilmu untuk

planning (perencanaan), implementing (penerapan) dan controlling (kontrol). Hubungan ketiga item manajemen strategi tersebut digambarkan melalui gambar

sebagai berikut (Fajar Laksana, 2008:43; Kotler dan Keller, 2012:43) :

Perencanaan Pengimplementasian Pengendalian

Gambar 2.3 Manajemen Strategi Pemasaran

(Sumber: Fajar Laksana, 2008; Kottler dan Keller 2012)

Fajar Laksana (2008:52) menyatakan langkah pertama dalam manajemen

(30)

14

faktor-faktor lingkungan perusahaan ke dalam golongan peluang, ancaman,

kekuatan dan kelemahan. Golongan peluang dan ancaman merupakan bagian dari

lingkungan eksternal, sedangkan golongan kekuatan dan kelemahan merupakan

bagian dari lingkungan internal. Faktor-Faktor yang ada dalam masing-masing

lingkungan dijelaskan sebagai berikut :

2.1.1.2.1. Lingkungan Eksternal

Lingkungan eksternal merupakan gambaran ancaman atau peluang pasar

yang perlu disikapi dan ditindaklanjuti oleh manajemen termasuk manajemen

pemasaran untuk dapat bertahan di persaingan pasar. Aspek-aspek tersebut sulit

dikendalikan sehingga perusahaan harus mampu melakukan adaptasi. Dalam

industri jasa pelayanan kesehatan pada rumah sakit, faktor eksternal tidak dapat

diubah dan dipengaruhi rumah sakit. Lingkungan eksternal tersebut meliputi

(Lupiyoadi dan Hamdan 2006 ,Kotler dan Keller 2012, Mulyadi 2013, Supriyanto

2010):

1. Faktor demografi. Pada umumnya, target pasar yang pertama kali dimasukkan

dalam strategi rumah sakit adalah masyarakat di lingkungan sekitarnya.

Dengan demikian, faktor demografi tentunya merupakan salah satu faktor

yang diperhitungkan.

2. Faktor sosial dan ekonomi. Faktor-faktor ini tentunya akan mempengaruhi

kemampuan daya beli masyarakat sekitar (ability to pay) dan termasuk keinginan masyarakat untuk menggunakan fasilitas pelayanan di RS

(willingness to pay).

3. Perkembangan teknologi kesehatan global. Dalam jasa perumahsakitan

perkembangan teknologi kesehatan, baik dalam usaha melakukan diagnosis

(31)

15

bervariasi memaksa rumah sakit untuk mampu memilah jenis teknologi yang

akan digunakan di rumah sakit tersebut. Keinginan untuk mengejar berbagai

teknologi baru justru hanya akan menyebabkan inefisiensi dalam perdanaan

rumah sakit.

4. Politis/legal. Pembangunan rumah sakit tentunya harus disesuaikan dengan

peraturan daerah setempat. Rumah sakit juga harus bekerjasama (terutama

bagi rumah sakit swasta) dengan kebijakan yang sedang diterapkan oleh

pemerintah daerah setempat.

5. Keunikan. Bentuk keunggulan pembeda pada produk/jasa suatu perusahaan yang dianggap target pasar signifikan dan unggul. Sebagai contoh adalah

pendirian rumah sakit khusus Bedah Minimal Invasif, yang saat ini sedang

menjadi trend dalam dunia kedokteran bedah, oleh karena luka operasi kecil (minimal) dan waktu tinggal (length of stay) yang singkat.

6. Sikap serta penerimaan masyarakat. Oleh karena industri kesehatan adalah

industri jasa, dan dalam hal jasa maka tidak ada tolak ukur yang pasti, maka

seringkali, pandangan masyarakat sangat berpengaruh. Sebagai contoh adalah

kasus-kasus dugaan malpraktek dari suatu rumah sakit yang pada akhirnya

berdampak pada jumlah kunjungan pasien. Turunnya kunjungan pasien ini

dipengaruhi oleh penerimaan masyarakat yang sesungguhnya belum tentu

terbukti benar.

2.1.1.2.2. Lingkungan Internal

Lingkungan internal adalah lingkungan di dalam perusahaan tersebut,

sehingga secara umum tentunya perusahaan lebih mampu mengendalikan

lingkungan internal dengan memberlakukan berbagai aturan dan kebijakan.

(32)

16

yang menunjukan kemampuan organisasi untuk menangkap pasar sasaran. Yang

termasuk lingkungan internal di antaranya adalah (Mulyadi N. 2013, Supriyanto

2010) :

1. Sumber daya manusia perusahaan/kemampuan karyawan. Tidak dapat

dipungkiri bahwa terutama dalam industri jasa kesehatan, sumber daya

manusia (kemampuan karyawan/employee capabilities) merupakan salah satu kekuatan perusahaan untuk dapat memberikan pelayanan yang berujung pada

keputusan pembelian dan loyalitas pasien. Dalam industri jasa kesehatan,

dokter tentunya merupakan sumber daya manusia yang utama. Perawat

sebagai penunjang pelayanan kesehatan juga akan menjadi tombak pelayanan

yang diberikan oleh rumah sakit.

2. Sistem informasi yang terintegrasi sehingga memungkinkan jalannya

administrasi pelayanan terpadu, juga merupakan faktor yang dapat menjadi

kekuatan atau bahkan kelemahan perusahaan/rumah sakit. Dalam hal

perumahsakitan, sistem informasi terintegrasi dapat menuju ke arah

manajemen paperless.

3. Manajemen perusahaan yang efisien dan efektif, meliputi seluruh bidang atau

departemen, proses bisnis dan fungsional. Kerjasama antara setiap departemen

dalam perusahaan atau rumah sakit yang baik dan terpadu memungkinkan

perusahaan berjalan sesuai dengan harapan.

4. Budaya kerja. Sering kali budaya kerja dipengaruhi oleh budaya lokal

masyarakat sekitarnya. Oleh karena rumah sakit merupakan suatu organisasi

padat karya, dengan bermacam variasi pegawai, maka perlu dibuat budaya

kerja yang sesuai dengan visi dan misi perusahaan. Karyawan yang inovatif,

(33)

17

kontribusi yang besar dalam kinerja perusahaan. Untuk rumah sakit, oleh

karena pelayanan kesehatan yang dibutuhkan setiap pasien dapat berbeda-beda

serta melalui banyak bagian yang berbeda, maka kinerja setiap bagian dalam

rumah sakit tersebut perlu dipertahankan pada posisi terbaik.

5. Keterampilan pemasaran. Unit pemasaran tersendiri membuat perusahaan

lebih mampu berfokus untuk memasarkan, menyampaikan ide kepada

pelanggan dan calon pelanggan potensial dibandingkan perusahaan dengan

unit pemasaran yang bergabung dengan unit kerja lain.

6. Keuangan (financial)/biaya produksi. Dukungan keuangan yang cukup kuat dalam suatu perusahaan tentunya merupakan kekuatan bagi perusahaan

tersebut. Setiap langkah perusahaan untuk menjadi lebih baik dan lebih besar

tentunya memerlukan cost yang harus diperhitungkan.

7. Ketersediaan teknologi. Dalam dunia perumahsakitan saat ini, berbagai

peralatan modern telah dikembangkan untuk membantu penentuan penyakit,

laboratorium dan teknologi bantu operasi bagi pasien. Kemampuan rumah

sakit untuk menyediakan alat-alat canggih itu tentunya merupakan nilai

tambah yang memberikan kekuatan bagi rumah sakit.

8. Citra rumah sakit (brand image, perceived best). Brand atau citra adalah bagaimana perusahaan ingin orang luar melihatnya (misalnya, pelayanan yang

murah dan bermutu). Pada saat ini beberapa rumah sakit berusaha

menunjukkan citra sebagai rumah sakit bertaraf international, sebagai upaya

untuk meningkatkan image rumah sakit yang tentunya bertujuan meningkatkan kepercayaan pelanggan untuk berobat ke rumah sakit tersebut.

Semakin banyak faktor internal dan eksternal yang dapat diidentifikasi

(34)

18

membuat strategi tepat guna sesuai dengan visi, misi dan tujuan rumah sakit dan

semakin bagus kemampuan perusahaan beradaptasi terhadap perubahan

lingkungan eksternal (Fajar Laksana, 2008:51-53).

2.1.1.3. Manajemen Pemasaran

Manajemen pemasaran terjadi ketika setidaknya satu pihak dalam sebuah

pertukaran potensial berpikir tentang cara-cara untuk mencapai respons yang

diinginkan oleh pihak lain. Pengertian manajemen pemasaran menurut Kotler dan

Keller (2012:5) adalah seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan meraih,

mempertahankan serta menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan,

menghantarkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul.

Sedangkan menurut Ben. M. Enis dan William J.Shultz dalam Buchari Alma

(2007:130) manajemen pemasaran adalah proses meningkatkan efektivitas dan

efisiensi atau aktivitas pemasaran yang dilakukan oleh individu atau organisasi

dalam perencanaan, pengarahan dan pengawasan seluruh kegiatan pemasaran

perusahaan ataupun bagian dari perusahaan.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen

pemasaran adalah segala sesuatu yang perlu ada perencanaan terlebih dahulu agar

segala sesuatu sesuai dengan yang diinginkan oleh konsumen yang kemudian

akan menimbulkan suatu perencanaan. Untuk memahami manajemen sebagai

suatu proses, maka di bawah ini digambarkan pendekatan sistem (system approach, pada umumnya) :

(masukan) (luaran)

feedback (balikan)

Gambar 2.3 Manajemen sebagai proses (Sumber: Buchari Alma, 2007)

inputs processing (proses) output objective

(35)

19 Penjelasannya sebagai berikut :

Untuk keberhasilan kegiatan manajemen pemasaran pada sebuah perusahaan

maka diperlukan masukan. Masukan ini misalnya berasal dari informasi kegiatan

yang berjalan di lapangan. Misalnya barang-barang merk X kurang laku, ternyata

harganya lebih tinggi dari saingan. Ini adalah merupakan masukan informasi yang

harus diproses. Setelah diadakan analisis, dari berbagai sumber informasi lainnya,

akhirnya munculah output (luaran), yaitu berupa suatu keputusan atau kebijaksanaan yang harus ditempuh guna mencapai tujuan perusahaan. Setelah

keputusan diambil dan dilaksanakan, ditunggu bagaimana hasil pelaksanaanya.

Inilah yang disebut feedback (balikan) yang sangat berguna bagi manajemen untuk memperbaiki kebijaksanaan lebih lanjut.

2.1.1.4. Bauran Pemasaran

Pengertian bauran pemasaran (marketing mix) menurut Fajar Laksana (2008:17) adalah alat pemasaran yang digunakan untuk mencapi tujuan pemasaran

di pasar sasaran, yang meliputi item alat pemasaran yaitu product, price, promotion, dan place (4P). Menurut Kotler dan Armstrong (2008:62) bauran pemasaran adalah kumpulan alat pemasaran taktis terkendali yang dipadukan

perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkan di pasar sasaran.

Sedangkan menurut Supriyanto dan Ernawaty (2010:143) bauran pemasaran

(marketing mix) adalah salah satu konsep umum (taktik) yang dikembangkan dalam pemasaran. Bauran pemasaran terdiri dari semua hal yang dapat dilakukan

perusahaan untuk mempengaruhi permintaan produknya.

Menurut McCarthy dalam Kotler dan Keller (2012:24)

mengklasifikasikan alat pemasaran menjadi empat kelompok besar yang disebut

(36)

20

promosi (promosion). Colwell dalam Supriyadi dan Ernawaty (2010:13) menganjurkan 7P (product, price, place, promotion, people, physical evidence, process) sedangkan Simon Majaro mengganti physical evident menjadi costumer service.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bauran pemasaran

merupakan unsur dalam mencapai tujuan pemasaran yang efektif baik dalam

memuaskan kebutuhan maupun keinginan konsumen. Sedangkan bauran

pemasaran rumah sakit adalah sekelompok variabel yang dapat dikendalikan dan

digunakan oleh rumah sakit untuk mempengaruhi reaksi para pembeli layanan

(Supriyanto dan Ernawaty, 2010:145).

Sementara itu, untuk pemasaran jasa diperlukan bauran pemasaran yang

diperluas dengan penambahan unsur yang telah berkembang. Pemasaran jasa

dikatakan sebagai salah satu bentuk produk yang berarti setiap tindakan atau

perbuatan yang ditawarkan dari satu pihak ke pihak lainnya dan bersifat tidak

berwujud. Sedangkan alat pemasaran yang bisa digunakan pada jasa antara lain

(Supriyanto dan Ernawaty 2010, Lupiyoadi dan Hamdan 2006) antara lain:

1. Produk (Product)

Produk merupakan keseluruhan konsep objek atau proses yang memberikan

sejumlah nilai kepada konsumen. Yang perlu diperhatikan dalam produk

adalah konsumen tidak hanya membeli fisik dari produk itu saja tetapi

membeli manfaat dan nilai dari produk tersebut yang disebut the offer.

Terutama pada produk jasa yang kita kenal tidak menimbulkan beralihnya

(37)

21

2. Harga (Price)

Sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat dari memiliki atau

menggunakan produk atau jasa yang nilainya ditetapkan oleh pembeli dan

penjual melalui tawar menawar, atau ditetapkan oleh penjual untuk satu harga

yang sama terhadap semua pembeli.

3. Tempat (Place)

Tempat diasosiasikan sebagai saluran distribusi yang ditunjukkan untuk

mencapai taget konsumen. Sistem distribusi ini mencakup lokasi, transportasi,

pergudangan, dan sebagainya.

4. Promosi (Promotion)

Suatu komunikasi dari penjual dan pembeli yang berasal dari informasi yang

tepat yang bertujuan untuk merubah sikap dan tingkah laku pembeli, yang

tadinya tidak mengenal menjadi mengenal sehingga menjadi pembeli dan tetap

mengingat produk tersebut.

Sedangkan menurut Lupiyoadi dan Hamdani (2006:70) di dalam perusahaan

jasa bauran pemasaran di tambah menjadi 7P, adapun 3P itu adalah :

5. Orang (People)

Dalam hubungannya dengan pemasaran jasa, maka „orang‟ yang berfungsi

sebagai penyedia jasa sangat mempengaruhi kualitas jasa yang diberikan.

Keputusan dalam „orang‟ ini berarti berhubungan dengan seleksi, pelatihan,

motivasi, dan manajemen sumber daya manusia. Untuk mencapai kualitas

terbaik maka pegawai harus dilatih untuk menyadari pentingnya pekerjaan

mereka, yaitu memberikan konsumen kepuasan dalam memenuhi

kebutuhannya. Pentingnya „orang‟ dalam pemasaran jasa berkaitan erat

(38)

22

antara setiap karyawan dan departemen dalam suatu perusahaan yang dalam

hal ini dapat diposisikan sebagai konsumen internal dan pemasok internal.

Tujuan dari adanya hubungan tersebut adalah untuk mendorong „orang‟ dalam

kinerja memberikan kepuasan pada konsumen.

6. Bukti Fisik (Physical Evidence)

Bukti fisik (physical evidence) merupakan lingkungan fisik tempat jasa diciptakan dan langsung berinteraksi dengan konsumen. Ada dua jenis bukti

fisik, yaitu :

a. Bukti penting (essential evidence) : merupakan keputusan-keputusan yang dibuat oleh pemberi jasa mengenai desain dan tata letak (layout) dari gedung, ruang dan lain-lain.

b. Bukti pendukung (peripheral evidence) : merupakan nilai tambah yang bila berdiri sendiri tidak akan berarti apa-apa. Jadi, hanya berfungsi

sebagai pelengkap saja, sekalipun demikian peranannya sangat penting

dalam proses produksi jasa.

7. Proses (Process)

Proses merupakan gabungan semua aktivitas, umumnya terdiri atas prosedur,

jadwal pekerjaan, mekanisme, aktivitas, dan hal-hal rutin, di mana jasa

dihasilkan dan disampaikan kepada konsumen. Proses dapat dibedakan

menjadi dua cara, yaitu :

a. Kompleksitas (complexity), berhubungan dengan langkah-langkah dan tahapan proses.

(39)

23

Sehubungan dengan dua cara tersebut, terdapat empat alternatif mengubah

proses yang dapat dilihat oleh pemasar, yaitu :

a. Mengurangi keragaman, berarti terjadi pengurangan biaya, peningkatan

produktivitas, dan kemudahan distribusi,

b. Menambah keragaman, berarti memperbanyak kustomisasi dan

fleksibilitas dalam produksi yang dapat mengakibatkan kenaikan harga,

c. Mengurangi kompleksitas, berarti lebih cenderung terspesialisasi,

d. Menambahkan kompleksitas, berarti lebih cenderung ke penetrasi pasar

dengan cara menambah jasa yang diberikan.

Gambar 2.4 Komponen 7P dari Bauran Pemasaran

(40)

24

2.1.2. Persepsi

2.1.2.1. Pengertian Persepsi

Robbins (2007) mendenifisikan persepsi sebagai suatu proses yang

ditempuh individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan individu agar

memberikan makna bagi lingkungan. Meskipun persepsi sangat dipengaruhi oleh

pengobyekan indra maka dalam proses ini dapat terjadi penyaringan kognitif atau

terjadi modifikasi data.

Kotler dan Amstrong (2009) mendefinisikan bahwa persepsi adalah proses

seseorang memilih, mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk

membentuk gambaran yang berarti mengenal dunia. Persepsi tidak hanya

tergantung pada rangsangan fisik tapi juga pada rangsangan yang berhubugan

dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu proses

perolehan informasi oleh individu melalui alat indera yang kemudian

diinterpretasikan individu sehingga memberikan makna bagi lingkungan. Proses

menginterpretasikan ini biasanya dipengaruhi pula oleh pengalaman dan juga

proses belajar individu.

2.1.2.2. Proses Pembentukan Persepsi

Proses pembentukan persepsi antara satu individu dengan individu lain

berbeda-beda. Pembentukan persepsi tergantung pada berbagai faktor yang

mempengaruhinya, baik faktor internal seperti pengalaman, keinginan, proses

belajar, pengetahuan, motivasi, pendidikan, maupun faktor eksternal, seperti:

lingkungan keluarga , masyarakat, sekolah, faktor sosial budaya, lingkungan fisik

(41)

25

Luthas (2006) mengatakan bahwa ada tiga mekanisme pembentukan

persepsi yaitu selectivity, closure, dan interpretation. Dimana proses selectivity

terjadi apabila seseorang menerima pesan maka akan berlangsung proses

penyeleksian pesan yang dianggap penting dan tidak penting yang diperoleh

dengan cara menyimpulkan dan menafsirkan pesan, proses closure akan menyeleksi hasil kesimpulan kemudian disusun suatu kesatuan kumpulan pesan

atau stimuli dan yang terkhir interpretation terjadi bila pesan tersebut diinterpretasikan atau penafsiran pola stimulus secara menyeluruh ke dalam

lingkungan individu.

Menurut Kotler & Amstrong (2009), seseorang dapat membentuk persepsi

yang berbeda-beda mengenai rangsangan yang sama karena ada tiga macam

proses pemerintah indera, yaitu:

1. Perhatian selektif, yaitu kecenderungan seseorang untuk menyaring sebagian

besar informasi yang dihadapi, sehingga membuat para marketer harus bekerja

sangat keras untuk menarik perhatian konsumen. Pesan marketer akan hilang

diberikan pada orang-orang yang tidak berada dalam pasaran produk.

2. Distorsi selektif, yaitu menguraikan kecenderungan orang untuk

menginterpretasi informasi dengan cara yang akan mendukung apa yang telah

diyakini.

3. Retensi selektif, yaitu kecenderungan untuk mempertahankan informasi yang

mendukung sikap dan kepercayaan individu. Karena perhatian, distorsi dan

retensi selektif, para marketer harus bekerja keras menyampaikan pesan.

Menurut David Krech dalam Sunyoto (2012), presepsi seseorang

(42)

26

dimiliki yang diperoleh dari pendidikan, pengamatan atau bacaan; (b) field of experience, yaitu pengalaman yang telah dialami yang tidak terlepas dari lingkungan sekitarnya. Pembentukan persepsi sangat dipengaruhi oleh informasi

atau rangsangan yang pertama kali diperolehnya. Pengalaman pertama yang tidak

menyenangkan pada pelayanan rumah sakit atau informasi yang tidak benar

mengenai rumah sakit akan berpengaruh terhadap pembentukan persepsi seorang

terhadap kebutuhan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi seseorang menurut

Robbins (2007) adalah :

1. Faktor internal yang meliputi pengalaman, kebutuhan saat ini, nilai yang

dianut dan ekspetasi atas pengharapan.

2. Faktor eksternal yang meliputi penampilan produk, sifat stimulus dan situasi

lingkungan.

2.1.2.3. Persepsi Pasien terhadap Bauran Pemasaran

Bauran pemasaran adalah alat perusahaan untuk memperoleh respon yang

diinginkan dari pasar sasaran. Jadi, 4P mewakili perusahaan. Dilihat dari segi

konsumen, bauran pemasaran berubah menjadi 4C, seperti dijelaskan secara

singkat dalam tabel dibawah ini (Supriyanto dan Ernawaty, 2010).

BAURAN PEMASARAN

Sudut pandang perusahaan (4P) Sudut pandang pasar (4C) - Produk (product)

- Menyenangkan, nyaman untuk memperoleh produk (convenience) - Komunikasi dari perusahaan kepada

pelanggan (communication) Tabel 2.1 Bauran Pemasaran dari Sudut Pandang Konsumen

(43)

27

2.1.3. Jasa

Jasa (service) yang dikemukakan oleh Kotler dan Amstrong (2008:266) adalah bentuk produk yang terdiri dari aktivitas, manfaat, atau kepuasan yang

ditawarkan untuk dijual dan pada dasarnya tak berwujud serta tidak menghasilkan

kepemilikan akan sesuatu. Definisi jasa (service) lainnya, adalah aktivitas atau manfaat yang ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya

tanpa wujud dan tidak menghasilkan kepemilikan apapun. Produksinya mungkin

terikat atau tidak pada produk fisik (Lupiyoadi dan Hamdani, 2006). Adapun jasa

menurut Lupiyoadi dan Hamdani (2006:6) adalah semua aktivitas ekonomi yang

hasilnya bukan berbentuk produk fisik atau konstruksi, yang umumnya dihasilkan

dan dikonsumsi secara bersamaan serta memberikan nilai tambah (misalnya

kenyamanan, hiburan, kesenangan, atau kesehatan konsumen).

Kata jasa mempunyai banyak arti dan ruang lingkup, dari pengertian yang

paling sederhana, yaitu hanya berupa pelayanan dari seseorang kepada orang lain,

bisa juga diartikan sebagai mulai dari pelayanan yang diberikan oleh manusia,

baik yang dapat dilihat (explicit service) maupun yang tidak dapat dilihat (implicit service) sampai kepada fasilitas-fasilitas pendukung yang harus tersedia dalam penjualan jasa dan benda-benda lainnya.

Karakteristik dan klasifikasi jasa menurut Griffin (1996) dalam Lupiyoadi

dan Hamdani (2006:6) adalah sebagai berikut :

(44)

28

berwujud yang dialami konsumen dalam bentuk kenikmatan, kepuasan, atau

kenyamanan.

2. Unstorability (tidak dapat disimpan), jasa tidak mengenal persediaan atau penyimpanan dari produk yang telah dihasilkan. Karakteristik ini juga disebut

inseparability (tidak dapat dipisahkan), mengingat pada umumnya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan.

3. Service variability (variabilitas jasa). Kualitas jasa bergantung pada siapa yang menyediakan jasa itu dan kapan, di mana, dan bagaimana jasa itu

disediakan.

2.1.4. Perilaku Konsumen

2.1.3.1. Konsep Perilaku Konsumen

Schiffman dan Kanuk (2004) dalam Supriyanto dan Ernawaty (2010:267)

mendefinisikan customer behavior as the behavior that consumers display in searching for, purchaseing, using, evaluating and disposing of product and service that they expect will satisfy their needs. Perilaku konsumen fokus pada cara seseorang mengambil keputusan untuk menggunakan sumber daya yang

dimiliki (waktu, uang, upaya) untuk mengkonsumsi barang atau jasa terkait.

Pokok bahasan utama ialah apa yang mereka beli, mengapa mereka beli, kapan

beli, di mana membeli, berapa sering beli, bagaimana mereka mengevaluasi

setelah beli dan perilaku purna beli.

(45)

29

Gambar 2.5 Konsep Perilaku Konsumen Bidang Kesehatan Sumber : (Supriyanto dan Ernawati, 2010:26)

2.1.3.2. Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Membeli

Menurut Schiffman dan Kanuk (2004) dalam Supriyanto dan Ernawaty

(2010:269), seorang pemasar harus mampu memahami dan memprediksi perilaku

konsumen tentang hal-hal yang terkait dengan produk yang dibeli konsumen,

alasan membeli, waktu, tempat, cara dan jumlah yang dibeli. Sedangkan menurut

Kotler dan Keller (2012:185) proses keputusan pembelian konsumen melewati

lima tahap yaitu pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif,

keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian.

Gambar 2.6 Proses Pembelian Konsumen Model Lima Tahap Sumber: (Kotler dan Keller, 2009:235)

Dari pengertian perilaku konsumen, setiap pemasar harus memahami

proses maupun faktor yang mempengaruhi keputusan membeli produk/jasa. Pengetahuan

Perilaku X Perilaku X

(46)

30

Setiap konsumen memiliki keinginan dan harapan berbeda dalam memenuhi

kebutuhannya. bila kebutuhannya dan harapannya terpenuhi, konsumen menjadi

puas, bahkan sangat puas, sehingga nantinya menjadi konsumen yang loyal dan

akhirnya melipat gandakan keuntungan usaha (Supriyanto dan Ernawaty,

2010:269).

Gambar 2.7 Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Beli Sumber : (Supriyanto dan Ernawaty, 2010:269)

Pengaruh langsung pada proses pengambilan keputusan membeli adalah

faktor psikologi dan individu, sedangkan pengaruh tidak langsung adalah faktor

sosial dan budaya.

1. Faktor Budaya

Menurut Kotler dan Keller (2012:166), budaya, sub-budaya dan kelas

sosial sangat penting bagi perilaku pembelian. Budaya merupakan penentu

keinginan dan perilaku paling dasar. Masing-masing budaya terdiri dari

sejumlah sub-budaya yang lebih menampakkan identifikasi dan sosialisasi

khusus bagi para anggotanya. Sub-budaya mencakup kebangsaan, agama,

kelompok ras dan wilayah geografis.

Pada dasarnya, semua masyarakat manusia memiliki stratifikasi sosial.

(47)

31

masyarakat yang relatif homogen dan permanen, yang tersusun secara hirarkis

dan yang para anggota masyarakatnya menganut nilai, minat, dan perilaku

serupa (Kotler dan Keller, 2012).

Menurut Supriyanto dan Ernawaty (2010:270) budaya adalah sekumpulan

nilai, norma, dan simbol yang memiliki arti, yang membentuk perilaku manusia

dan hasil karya (benda, kerajinan, atau karya seni) serta diturunkan dari satu

generasi ke generasi berikutnya. Jadi, budaya adalah perilaku umum dan sikap

mental (nilai, norma, minat, dan simbol yang mempengaruhi perilaku nyata)

baik individu maupun kelompok.

2. Faktor Sosial

Menurut Kotler dan Keller (2012:170), faktor sosial yang mempengaruhi

perilaku konsumen adalah kelompok acuan, keluarga, peran dan status.

Kelompok acuan adalah seseorang yang terdiri dari semua kelompok yang

memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku

untuk membeli.

3. Faktor Individu

Menurut Kotler dan Keller (2012:172), keputusan pembelian juga

dipengaruhi oleh karakteristik individu. Karakteristik tersebut meliputi usia dan

tahap siklus hidup, pekerjaan dan keadaan ekonomi, kepribadian dan konsep

diri, serta nilai dan gaya hidup pembeli. Karena banyak karakteristik ini

memiliki dampak sangat langsung pada perilaku konsumen yang penting bagi

(48)

32 4. Faktor Psikologi

Menurut Supriyanto dan Ernawaty (2010:273), ada empat komponen

utama faktor psikologi yang mempengaruhi keputusan membeli, yaitu persepsi,

motivasi, pembelajaran, serta sikap dan keyakinan.

Gambar 2.8 Faktor Psikologi dalam Keputusan Membeli Sumber: (Supriyanto dan Ernawaty, 2010:273)

2.1.4. Pelayanan Rawat Jalan

Menurut Dewi Ika (2009:18) pelayanan rawat jalan (ambulatory service) adalah salah satu bentuk dari pelayanan kedokteran. Secara sederhana yang

dimaksud dengan pelayanan rawat jalan adalah pelayanan kedokteran yang

disediakan untuk pasien tidak dalam bentuk rawat inap (hospitalization). Kedalam pengertian pelayanan rawat jalan ini termasuk tidak hanya diselenggarakan oleh

sarana pelayanan kesehatan yang telah lazim dikenal seperti rumah sakit atau

klinik, tetapi yang diselenggarakan di rumah pasien (home care) serta di rumah perawatan (nursing home).

Banyak faktor yang berperan sebagai penyebab makin berkembangnya

pelayanan dan juga sarana pelayanan berobat jalan ini. Jika disederhanakan paling

tidak dapat dibedakan atas lima macam: pengaruh psikologi

pada keputusan membeli

persepsi

motivasi

pembelajaran

(49)

33

1. Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menyelenggarakan pelayanan

rawat jalan relatif lebih sederhana dan murah, dan karena itu lebih banyak

didirikan.

2. Kebijakan pemerintah yang untuk mengendalikan biaya kesehatan mendorong

dikembangkannya sebagai sarana pelayanan rawat jalan.

3. Tingkat kesadaran kesehatan penduduk yang makin meningkat, yang tidak

lagi membutuhkan pelayanan untuk mengobati penyakit saja, tetapi juga untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan yang umumnya dapat dilayani oleh

sarana pelayanan rawat jalan saja.

4. Kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran yang dulunya memerlukan

pelayanan rawat inap, tetapi saat ini cukup dilayani dengan pelayanan rawat

jalan saja.

5. Utilisasi rumah sakit yang makin terbatas, dan karenanya untuk meningkatkan

pendapatan, kecuali lebih mengembangkan pelayanan rawat jalan yang ada di

rumah sakit juga terpaksa mendirikan berbagai sarana pelayanan rawat jalan di

luar rumah sakit.

Bentuk pertama dari pelayanan rawat jalan adalah yang diselenggarakan

oleh klinik yang ada kaitannya dengan rumah sakit, yang secara umum dapat

dibedakan atas empat macam:

1. Pelayanan gawat darurat (emergency services) yakni untuk menangani pasien yang membutuhkan pertolongan segera dan mendadak.

2. Pelayanan rawat jalan paripurna (comprehensive hospital outpatient services) yakni yang memberikan pelayanan kesehatan paripurna sesuai dengan

(50)

34

3. Pelayanan rujukan (referral service) yakni hanya melayani pasien yang dirujuk oleh sarana kesehatan lain. Biasanya untuk diagnosis atau terapi,

sedangkan perawatan selanjutnya tetap ditangani oleh sarana kesehatan yang

merujuk.

4. Pelayanan bedah jalan (ambulatory surgery service) yakni yang memberikan pelayanan pelayanan bedah yang dipulangkan pada hari yang sama.

Salah satu cara utama mendeferensikan pelayanan jasa kesehatan termasuk

pelayanan rawat jalan adalah memberikan jasa pelayanan kesehatan yang

berkualitas, lebih tinggi dari pesaing secara konsisten. Kuncinya adalah memenuhi

atau melebihi harapan pasien tentang mutu pelayanan yang diterimanya. Setelah

menerima jasa pelayanan kesehatan, pasien akan membandingkan jasa yang

dialami dengan jasa yang diharapkan. Jika jasa yang dirasakan tidak sesuai

dengan jasa yang diharapkan, maka pasien tidak puas dan akhirnya tidak akan

loyal kepada rumah sakit. Namun jika jasa yang dirasakan memenuhi atau bahkan

melebihi harapan pasien maka pasien akan puas dan tetap bersedia menjalin

hubungan jangka panjang dengan rumah sakit serta menjadi pasien yang loyal

kepada rumah sakit.

2.1.5. Rumah Sakit

2.1.6.1. Pengertian Rumah Sakit

Berdasarkan jenis usahanya, rumah sakit merupakan salah suatu sarana di

bidang kesehatan yang memberikan pelayanan baik di bidang medis maupun non

medis dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan. Sebagai organisasi nirlaba,

(51)

35

semaksimal mungkin kepada masyarakat. Hal ini merupakan salah satu bagian

dan fungsi rumah sakit. Pengertian Rumah Sakit menurut Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/Menkes/Per/III/2010 adalah institusi

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat

darurat (Permenkes No.340 tahun 2010).

Kesimpulan yang dapat ditarik dari definisi di atas adalah bahwa rumah

sakit mempunyai fungsi memberikan pelayanan medis dan para medis juga

sebagai tempat pendidikan dan atau latihan tenaga medis dan para medis serta

tempat penelitian dan pengembangan ilmu teknologi di bidang kesehatan dan

tujuannya didirikannya rumah sakit adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dalam bidang kesehatan (Supriyanto dan Ernawaty, 2010:31).

Menurut UU No.44 tahun 2009, rumah sakit mempunyai fungsi :

1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit; pemeliharaan dan peningkatan

kesehatan:

2. Perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan

ketiga sesuai kebutuhan medis;

3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka

peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan;

4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

(52)

36

2.1.6.2. Klasifikasi Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit dapat dibagi

berdasarkan jenis pelayanan dang pengelolaan. Adapun klasifikasinya sebagai

berikut:

1. Penggolongan rumah sakit berdasarkan jenis pelayanannya :

a. Rumah Sakit Umum : memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang

dan jenis penyakit.

b. Rumah Sakit Khusus : memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau

satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ,

jenis penyakit, dan kekhususan lainnya.

2. Penggolongan rumah sakit berdasarkan penyelenggaranya :

a. Rumah Sakit Pemerintah adalah rumah sakit yang dimiliki dan

diselenggarakan oleh Departement Kesehatan, Pemerintah Daerah, ABRI

dan BUMN.

b. Rumah Sakit Swasta, adalah rumah sakit yang dimiliki dan diselenggarakan

oleh yayasan yang sudah disahkan sebagai badan hukum dan badan hukum

lain yang bersifat sosial.

3. Penggolongan rumah sakit berdasarkan perbedaan tingkat, menurut

kemampuan pelayanan kesehatan yang dapat disediakan, yaitu :

a. Rumah sakit kelas A

Merupakan Rumah Sakit yang telah mampu memberikan pelayanan

(53)

37

ditetapkan sebagai tempat rujukan tertinggi (Top Referral Hospital) atau bisa juga disebut sebagai Rumah Sakit Pusat.

b. Rumah sakit kelas B

Merupakan Rumah Sakit yang telah mampu memberikan pelayanan

Kedokteran Spesialis dan Subspesialis terbatas Rumah Sakit ini didirikan di

setiap Ibukota Provinsi yang mampu menampung pelayanan rujukan dari

Rumah Sakit tingkat Kabupaten.

c. Rumah sakit kelas C

Merupakan Rumah Sakit yang telah mampu memberikan pelayanan

Kedokteran Spesialis terbatas. Rumah Sakit tipe C didirikan di setiap

Ibukota Kabupaten (Regency Hospital) yang mampu menampung pelayanan rujukan dan Puskesmas.

d. Rumah sakit kelas D

Merupakan Rumah Sakit yang hanya bersifat transisi dengan hanya

memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan Kedokteran Umum dan

gigi. Rumah sakit tipe D ini mampu menampung rujukan yang berasal dari

Gambar

Tabel 1.1 Penelitian-penelitian yang Relevan dengan Penelitian ini.
Gambar 2.1 Model sederhana proses pemasaran
Gambar 2.3 Manajemen Strategi Pemasaran
Gambar 2.3 Manajemen sebagai proses
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pasien merupakan konsumen pengguna jasa layanan kesehatan. Pasien di rumah sakit terbagi menjadi pasien rawat jalan, pasien rawat inap dan pasien gawat

Hipotesis yang diajukan adalah adanya hubungan positif antara persepsi pasien terhadap layanan pastoral care dengan kepuasan pasien rawat inap di Rumah Sakit Panti Rapih.. Subjek

Data persepsi pasien pada bauran pemasaran di rumah sakit tersebut menunjukkan tempat tidur yang disediakan serta pilihan utama pasien terhadap pelayanan di rumah rumah

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kekuatan hubungan sedang antara physical facility dengan keputusan memilih layanan kesehatan di RS Islam Faisal

Hasil penelitian yang dilakukan untuk mengetahui hubungan bauran pemasaran dengan loyalitas pasien rawat jalan di RSUD Kota Makassar dapat ditarik kesimpulan bahwa

Kualitas layanan yang baik yang diberikan kepada pasien yang mendapatkan pelayanan kesehatan pada layanan rawat jalan Rumah Sakit Awal Bros Bekasi yang terdiri dari dimensi bukti

Hasil penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh bauran pemasaran terhadap mutu pelayanan pasien di instalasi rawat inap Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar dapat

Penelitian yang dilakukan oleh Yuningsih pada tahun 2009 yang berjudul “Hubungan Bauran Pemasaran dengan Keputusan Memilih Berobat di Sub Bagian Rawat Jalan Rumah