• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Strategi Bauran Pemasaran terhadap Keputusan Pasien Rawat Inap Memilih Rumah Sakit Pelabuhan Medan dan Hubungannya dengan Kepuasan Pasien

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Strategi Bauran Pemasaran terhadap Keputusan Pasien Rawat Inap Memilih Rumah Sakit Pelabuhan Medan dan Hubungannya dengan Kepuasan Pasien"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH STRATEGI BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN PASIEN RAWAT INAP MEMILIH RUMAH SAKIT PELABUHAN MEDAN

DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEPUASAN PASIEN

TESIS

Oleh

YUSMARDIANNIE 087013027/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

THE INFLUENCE OF MARKETING MIXED STRATEGY ON THE DECISION TAKEN BY THE PATIENTS TO CHOOSE TO BE HOSPITALIZED AT

PELABUHAN HOSPITAL MEDAN AND THE RELATIONSHIP WITH PATIENTS’ SATISFACTION

THESIS

By

YUSMARDIANNIE 087013027/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

PENGARUH STRATEGI BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN PASIEN RAWAT INAP MEMILIH RUMAH SAKIT PELABUHAN MEDAN

DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEPUASAN PASIEN

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi Rumah Sakit pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

OLEH

YUSMARDIANNIE 087013027/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(4)

Judul Tesis : PENGARUH STRATEGI BAURAN

PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN PASIEN RAWAT INAP MEMILIH RUMAH SAKIT PELABUHAN MEDAN DAN

HUBUNGANNYA DENGAN KEPUASAN PASIEN

Nama Mahasiswa : Yusmardiannie Nomor Induk Mahasiswa : 087013027

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Administrasi Rumah Sakit

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Rismayani, S.E., M.Si Ketua

) (dr. Fauzi, S.K.M

Anggota )

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(5)

Telah diuji

Pada Tanggal : 18 Juni 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Rismayani, S.E, M.Si Anggota : dr. Fauzi, S.K.M

(6)

PENGARUH STRATEGI BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN PASIEN RAWAT INAP MEMILIH RUMAH SAKIT PELABUHAN MEDAN

DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEPUASAN PASIEN

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2012

(7)

ABSTRAK

Pemasaran pelayanan kesehatan merupakan proses dalam memahami kebutuhan dan keinginan pasien agar sesuai dengan harapannya. Informasi yang diperoleh dari riset tersebut diharapkan dapat digunakan untuk menetapkan bauran pemasaran jasa yang sesuai dengan harapan pasien, khususnya pasien rawat inap. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh strategi bauran pemasaran terhadap keputusan pasien rawat inap memilih Rumah Sakit Pelabuhan Medan, dan menganalisis hubungan keputusan pasien rawat inap memilih Rumah Sakit Pelabuhan Medan.

Teori yang digunakan adalah teori tentang bauran pemasaran jasa. Bauran pemasaran merupakan kombinasi unik dari product, price, promotion, place yang dikenal dengan 4 P. Kemudian untuk menyesuaikan dengan karakteristik produk jasa,

Lupiyoadi (2001), menambahkan bauran tersebut dengan unsur people, physical

evidence, process, dan customer service.

Penelitian ini menggunakan pendekatan survei. dan sifatnya explanatory.

Populasi adalah seluruh pasien yang dirawat di ruang rawat inap kelas perawatan Non-VIP yaitu sebanyak 70 pasien. Pengujian hipotesis pertama adalah analisis regresi linier berganda dengan uji F dan uji. Pengujian hipotesis kedua menggunakan

uji korelasi pearson (pearson’s product moment) dengan tingkat kepercayaan 95%

atau α=0.05.

Hasil analisis hipotesis pertama menunjukkan bauran pemasaran berpengaruh signifikan terhadap keputusan pasien rawat inap memilih RS Pelabuhan Medan. R square sebesar 0.76, artinya kemampuan variabel strategi bauran pemasaran dapat menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel keputusan pasien rawat inap memilih Rumah Sakit Pelabuhan Medan sebesar 76.3%, sedangkan sisanya 23.7% dijelaskan oleh variabel-variabel lainnya yang tidak diteliti. Secara parsial variabel orang, proses, dan pelayanan tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pasien rawat inap. Sementara variabel produk, harga, promosi, dan tempat secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan pasien rawat inap memilih Rumah Sakit Pelabuhan Medan. Analisis hipotesis kedua menunjukkan bahwa keputusan pasien rawat inap memilih Rumah Sakit Pelabuhan Medan berhubungan signifikan dengan kepuasan pasien.

Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa strategi bauran pemasaran dapat menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel keputusan pasien rawat inap memilih Rumah Sakit Pelabuhan Medan, dan keputusan pasien rawat inap memilih Rumah Sakit Pelabuhan Medan berhubungan signifikan dengan kepuasan pasien.

(8)

ABSTRACT

Health service marketing is a process in understanding the need and want of patients to meet their expectation. The information obtained from the research is expected to able to be used to determine service marketing mixed that is in line with the patients’ expectation, especially the in-patient patient. The purpose of this study was to analyze the influence of marketing mixed strategy on the decision taken by the patients to choose to be hospitalized at Pelabuhan Hospital Medan and the relationship between the decision taken by the patients to choose to be hospitalized at Pelabuhan Hospital Medan and the satisfaction of patients.

This explanatory survey study employed service marketing mixed theory. Marketing mixed is the combination of product, price, promotion, and place knows as the 4Ps. Then, to make it in line with the service product, Lupiyoadi (2001) included people, physical evidence, processes and customer service into the marketing mixed.

The population of this study was all of the 70 patients being treated in the non-VIP in-patient wards. The first hypothesis was tested through multiple linear regression tests with F test. The second hypothesis was tested through Pearson’s correlation test (Pearson’s product moment) with level of confidence 95% or α = 0.05.

The result of the first hypothesis test showed that marketing mixed had a significant influence on the decision taken by the patients to choose to be hospitalized at Pelabuhan Hospital Medan. R square was 0.76 meaning that the variables of marketing mixed strategy can explain their influence on the variable the decision taken by the patients to choose to be hospitalized at Pelabuhan Hospital Medan was 76.3% while the remaining 23.7% was explained by the other variables which were not studied. Partially, the variables of people, process and service did not have any significant influence on the decision taken by these in-patient patients, while the variables of product, price, promotion and place partially had a significant influence on the in-patient patients’ decision to choose Pelabuhan Hospital Medan. The result of the second analysis showed that the decision taken by the patients to choose to be hospitalized at Pelabuhan Hospital Medan had a significant relationship with the patients’ satisfaction.

The conclusion drawn is that marketing mixed strategy can explain its influence on the variables of the decision taken by the patients to choose to be hospitalized at Pelabuhan Hospital Medan and the decision taken by the patients to choose to be hospitalized at Pelabuhan Hospital Medan which has a significant relationship with patients’ satisfaction.

(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT dengan

izin-Nya pula penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh Strategi

Bauran Pemasaran terhadap Keputusan Pasien Rawat Inap Memilih Rumah Sakit Pelabuhan Medan dan Hubungannya dengan Kepuasan Pasien”.

Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan

pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi

Rumah Sakit pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan, dan

bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan

pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si sebagai Ketua Program Studi, serta seluruh

jajarannya yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulis

(10)

4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

5. Prof. Dr. Rismayani, S.E, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing dan dr. Fauzi,

S.K.M selaku Anggota Komisi Pembimbing yang dengan penuh perhatian dan

kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk

membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

6. Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, M.Si dan dr. Heldy BZ, M.P.H sebagai komisi

penguji atau pembanding yang telah banyak memberikan arahan dan masukan

demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

7. Seluruh dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Minat Studi Administrasi Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu yang sangat

berarti selama penulis mengikuti pendidikan.

8. Direktur Rumah Sakit Umum Pelabuhan Medan yang telah membantu

memberikan izin penelitian.

9. Teristimewa buat suamiku Muhammad Iksan dan buah hati tersayang yang penuh

pengertian dan kesabaran, dan senantiasa berdoa’a sehingga memotivasi penulis

selama mengikuti pendidikan.

10. Rekan-rekan seperjuangan Mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

(11)

proses penyusunan tesis serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu

persatu yang telah membantu penulis selama penyusunan tesis ini.

Akhirnya Penulis menyadari atas segala keterbatasan dan kekurangan, untuk

itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan

tesis ini dengan penuh harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Juli 2012 Penulis

(12)

RIWAYAT HIDUP

Yusmardiannie dilahirkan pada tanggal 16 Maret 1969 di Kota Binjai. Anak

pertama dari lima bersaudara, dari pasangan ayahanda dr. Ahmad Yusmadi Yusuf dan

ibunda Ainal Mardiah. Menikah dengan Muhammad Iksan pada tahun 1995, dan

karuniai 3 (tiga) putra, yaitu M. Kahfi Adrian, M. Ridho Baihaki, dan M. Syahreza

Hanifa.

Pendidikan dimulai dari Sekolah Dasar tahun 1975-1981 di Perguruan Taman

Siswa Binjai, tahun 1981-1984 pendidikan di SMP Negeri 1 Binjai, tahun 1984-1987

pendidikan di SMA Negeri 1 Binjai, tahun 1987-1995 pendidikan dokter di Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara, dan tahun 2008-sekarang pendidikan di

Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Rumah Sakit

Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.

Sejak tahun 1995-1997 bekerja sebagai dokter pegawai tidak tetap (PTT) di

Desa Sei Bamban Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat, tahun 1997-

1998 bekerja sebagai dokter pegawai tidak tetap (PTT) di Desa Aigoti Kecamatan

Sigambal Kabupaten Labuhan Batu, tahun 1999-sekarang bekerja sebagai dokter di

(13)

DAFTAR ISI

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 9

2.3.1. Pengertian Keputusan Pembelian ... 16

2.3.2. Tahapan dalam Proses Keputusan Pembelian ... 18

2.2. Teori tentang Pemasaran Jasa ... 23

2.4.1. Pengertian Bauran Pemasaran Jasa ... 32

2.4.2. Unsur-Unsur Bauran Pemasaran Jasa ... 33

2.7. Landasan Teori ... 41

(14)

BAB 3. METODE PENELITIAN

BAB 4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Pelabuhan Medan ... 55

4.1.1. Sejarah Berdirinya Rumah Sakit Pelabuhan Medan ... 55

4.1.2. Periode Kepemimpinan Rumah Sakit Pelabuhan Medan ... 56

4.1.3. Visi dan Misi Rumah Sakit Pelabuhan Medan ... 57

4.1.4. Susunan Organisasi dan Administrasi Rumah Sakit Pelabuhan Medan ... 57

4.4.1. Pengujian Hipotesis Pertama... 71

4.4.2. Pengujian Hipotesis Kedua ... 78

BAB 5. PEMBAHASAN 5.1. Uji Simultan (Uji F) ... 79

5.2. Uji parsial (Uji t) ... 79

5.2.1. Pengaruh Tarif terhadap Keputusan Pasien Rawat Inap Memilih Rumah Sakit Pelabuhan Medan ... 79

5.2.2 Pengaruh Promosi terhadap Keputusan Pasien Rawat Inap Memilih Rumah Sakit Pelabuhan Medan ... 80

5.2.3. Pengaruh Tempat terhadap Keputusan Pasien Rawat Inap Memilih Rumah Sakit Pelabuhan Medan ... 81

5.2.4. Pengaruh Produk terhadap Keputusan Pasien Rawat Inap Memilih Rumah Sakit Pelabuhan Medan ... 82

(15)

5.2.6. Pengaruh Proses terhadap Keputusan Pasien Rawat Inap Memilih Rumah Sakit Pelabuhan Medan ... 84 5.2.7. Pengaruh Orang terhadap Keputusan Pasien Rawat Inap

Memilih Rumah Sakit Pelabuhan Medan ... 85 5.2. Uji Korelasi Pearson ... 87

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 89 6.2. Saran ... 89

(16)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Bauran Pemasaran ... 49

3.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Keputusan Pasien ... 50

3.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kepuasan Pasien ... 50

3.4. Metode Pengukuran Variabel Bebas dan Variabel Terikat ... 53

4.1. Distribusi Karakteritik Responden di Rumah Sakit Umum Pelabuhan Medan Tahun 2012 ... 60

4.2. Distribusi Jawaban Responden tentang Bauran Pemasaran Berdasarkan Indikator Produk di Rumah Sakit Umum Pelabuhan Medan Tahun 2012... 62

4.3. Distribusi Jawaban Responden tentang Bauran Pemasaran Berdasarkan Indikator Harga di Rumah Sakit Umum Pelabuhan Medan Tahun 2012 ... 63

4.4. Distribusi Jawaban Responden tentang Bauran Pemasaran Berdasarkan Indikator Promosi di Rumah Sakit Umum Pelabuhan Medan Tahun 2012 ... 64

4.5. Distribusi Jawaban Responden tentang Bauran Pemasaran Berdasarkan Indikator Tempat di Rumah Sakit Umum Pelabuhan Medan Tahun 2012 ... 6

4.6. Distribusi Jawaban Responden tentang Bauran Pemasaran Berdasarkan Indikator Orang di Rumah Sakit Umum Pelabuhan Medan Tahun 2012 ... 66

4.7. Distribusi Jawaban Responden tentang Bauran Pemasaran Berdasarkan Indikator Proses di Rumah Sakit Umum Pelabuhan Medan Tahun 2012 ... 67

4.8. Distribusi Jawaban Responden tentang Bauran Pemasaran Berdasarkan Indikator Pelayanan di Rumah Sakit Umum Pelabuhan Medan Tahun 2012 .. 68

4.9. Distribusi Jawaban Responden tentang Keputusan Memilih Rumah Sakit Pelabuhan Medan Tahun 2012 ... 69

4.10. Distribusi Jawaban Responden tentang Kepuasan Memilih Rumah Sakit Pelabuhan Medan Tahun 2012 ... 70

(17)

4.12. Uji Simultan (Uji F) ... 77

4.13. Uji Parsial (Uji t) ... 78

(18)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1. Tiga Determinan Pengenalan Kebutuhan... 20

2.2. Model Proses Pembelian Lima Tahap ... 21

2.3. Langkah-langkah Antara Evaluasi Alternatif dan Keputusan ... 23

2.4. Kerangka Konsep Penelitian ... 42

4.1. Susunan Organisasi dan Administrasi Rumah Sakit Pelabuhan Medan ... 58

4.2. Grafik Normal P-P Plot ... 71

(19)

ABSTRAK

Pemasaran pelayanan kesehatan merupakan proses dalam memahami kebutuhan dan keinginan pasien agar sesuai dengan harapannya. Informasi yang diperoleh dari riset tersebut diharapkan dapat digunakan untuk menetapkan bauran pemasaran jasa yang sesuai dengan harapan pasien, khususnya pasien rawat inap. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh strategi bauran pemasaran terhadap keputusan pasien rawat inap memilih Rumah Sakit Pelabuhan Medan, dan menganalisis hubungan keputusan pasien rawat inap memilih Rumah Sakit Pelabuhan Medan.

Teori yang digunakan adalah teori tentang bauran pemasaran jasa. Bauran pemasaran merupakan kombinasi unik dari product, price, promotion, place yang dikenal dengan 4 P. Kemudian untuk menyesuaikan dengan karakteristik produk jasa,

Lupiyoadi (2001), menambahkan bauran tersebut dengan unsur people, physical

evidence, process, dan customer service.

Penelitian ini menggunakan pendekatan survei. dan sifatnya explanatory.

Populasi adalah seluruh pasien yang dirawat di ruang rawat inap kelas perawatan Non-VIP yaitu sebanyak 70 pasien. Pengujian hipotesis pertama adalah analisis regresi linier berganda dengan uji F dan uji. Pengujian hipotesis kedua menggunakan

uji korelasi pearson (pearson’s product moment) dengan tingkat kepercayaan 95%

atau α=0.05.

Hasil analisis hipotesis pertama menunjukkan bauran pemasaran berpengaruh signifikan terhadap keputusan pasien rawat inap memilih RS Pelabuhan Medan. R square sebesar 0.76, artinya kemampuan variabel strategi bauran pemasaran dapat menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel keputusan pasien rawat inap memilih Rumah Sakit Pelabuhan Medan sebesar 76.3%, sedangkan sisanya 23.7% dijelaskan oleh variabel-variabel lainnya yang tidak diteliti. Secara parsial variabel orang, proses, dan pelayanan tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pasien rawat inap. Sementara variabel produk, harga, promosi, dan tempat secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan pasien rawat inap memilih Rumah Sakit Pelabuhan Medan. Analisis hipotesis kedua menunjukkan bahwa keputusan pasien rawat inap memilih Rumah Sakit Pelabuhan Medan berhubungan signifikan dengan kepuasan pasien.

Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa strategi bauran pemasaran dapat menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel keputusan pasien rawat inap memilih Rumah Sakit Pelabuhan Medan, dan keputusan pasien rawat inap memilih Rumah Sakit Pelabuhan Medan berhubungan signifikan dengan kepuasan pasien.

(20)

ABSTRACT

Health service marketing is a process in understanding the need and want of patients to meet their expectation. The information obtained from the research is expected to able to be used to determine service marketing mixed that is in line with the patients’ expectation, especially the in-patient patient. The purpose of this study was to analyze the influence of marketing mixed strategy on the decision taken by the patients to choose to be hospitalized at Pelabuhan Hospital Medan and the relationship between the decision taken by the patients to choose to be hospitalized at Pelabuhan Hospital Medan and the satisfaction of patients.

This explanatory survey study employed service marketing mixed theory. Marketing mixed is the combination of product, price, promotion, and place knows as the 4Ps. Then, to make it in line with the service product, Lupiyoadi (2001) included people, physical evidence, processes and customer service into the marketing mixed.

The population of this study was all of the 70 patients being treated in the non-VIP in-patient wards. The first hypothesis was tested through multiple linear regression tests with F test. The second hypothesis was tested through Pearson’s correlation test (Pearson’s product moment) with level of confidence 95% or α = 0.05.

The result of the first hypothesis test showed that marketing mixed had a significant influence on the decision taken by the patients to choose to be hospitalized at Pelabuhan Hospital Medan. R square was 0.76 meaning that the variables of marketing mixed strategy can explain their influence on the variable the decision taken by the patients to choose to be hospitalized at Pelabuhan Hospital Medan was 76.3% while the remaining 23.7% was explained by the other variables which were not studied. Partially, the variables of people, process and service did not have any significant influence on the decision taken by these in-patient patients, while the variables of product, price, promotion and place partially had a significant influence on the in-patient patients’ decision to choose Pelabuhan Hospital Medan. The result of the second analysis showed that the decision taken by the patients to choose to be hospitalized at Pelabuhan Hospital Medan had a significant relationship with the patients’ satisfaction.

The conclusion drawn is that marketing mixed strategy can explain its influence on the variables of the decision taken by the patients to choose to be hospitalized at Pelabuhan Hospital Medan and the decision taken by the patients to choose to be hospitalized at Pelabuhan Hospital Medan which has a significant relationship with patients’ satisfaction.

(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan salah satu institusi pelayanan kesehatan yang

mempunyai peran penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit bersifat holistik atau

menyeluruh mulai dari pencegahan, penyembuhan hingga pemulihan penyakit

(Depkes RI, 2005). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

mendefinisikan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Rumah sakit selaku produsen jasa dan pasien selaku pengguna jasa rumah

sakit mengharapkan adanya hubungan timbal balik yang seimbang diantara keduanya.

Selain itu kepuasan tidak semata-mata didapatkan dari kualitas jasa yang ditawarkan

tetapi juga melalui pelayanan yang diberikan dengan memperhatikan keinginan dan

menyesuaikan dengan kebutuhan serta harapan konsumen.

Rumah sakit dan perawat dituntut untuk memberikan pelayanan dengan

sebaik-baiknya kepada pasien dengan memperhatikan apa yang menjadi keinginan,

kebutuhan, dan harapan dari pasiennya sehingga pasien merasa puas dan

menggunakan rumah sakit yang sama dikemudian hari jika pasien diharuskan dirawat

(22)

dan rumah sakit akan merekomendasikan kepada pihak lain sehingga pihak lain bisa

menggunakan rumah sakit yang sama. Dalam hal ini kepuasan yang dirasakan oleh

pasien tidak semata-mata didapat dari kualitas jasa yang diberikan oleh rumah sakit

tetapi juga dari pelayanan yang diberikan oleh perawat.

Pasien sebagai konsumen akan merasa puas bila diberi pelayanan yang baik

dan diperlakukan dengan baik serta mendapatkan kemudahan dalam pelayanan.

Swastha dan Handoko (1997), mengatkan bahwa kepuasan konsumen akan

memengaruhi dalam pengambilan ulang atau pembelian yang sifatnya terus menerus

terhadap pembelian jasa yang sama dan juga akan memengaruhi ucapan konsumen

kepada pihak lain atau pihak luar tentang jasa yang dihasilkan.

Pasien selaku pengguna jasa menuntut pelayanan yang berkualitas dari rumah

sakit. Dahulu pasien menggunakan jasa rumah sakit demi kesembuhan mereka saja.

Sekarang pasien lebih bersifat kritis, terinformasi dan menuntut serta lebih

memperhatikan masalah kualitas sehingga kepuasan pribadi menjadi semacam

kebutuhan yang ingin dipenuhi selain kesembuhan mereka. Kondisi inilah yang

menyebabkan rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang berkualitas

kepada pasien sehingga mereka merasa puas dan berkeinginan menggunakan rumah

sakit yang sama jika suatu waktu mereka diharuskan dirawat di rumah sakit

(23)

PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) merupakan salah satu Badan Usaha Milik

Negara (BUMN) yang melaksanakan kegiatan dibidang pelayanan jasa ke

Pelabuhanan. Saat ini PT. Pelabuhan Indonesia I mengelola 15 Cabang Pelabuhan

yaitu 11 Pelabuhan Perwakilan dan 4 unit usaha lainnya yang meliputi Unit Terminal

Peti Kemas, Unit Galangan Kapal, Unit Depo Peti Kemas, dan Rumah Sakit

Pelabuhan Medan.

Rumah Sakit Pelabuhan Medan (RS Pelabuhan Medan) berkedudukan di

Belawan tepatnya sekitar 2 km menjelang Kota Belawan dan didirikan pada tahun

1972. Dalam perjalanannya, RS Pelabuhan Medan terus melakukan berbagai upaya

pembenahan mutu pelayanan kepada pasien dengan melengkapi sarana dan prasarana

rumah sakit. Rumah Sakit Pelabuhan Medan memberikan pelayanan kesehatan yang

didukung oleh tenaga dokter spesialis. Fasilitas yang tersedia adalah Klinik Umum,

Unit Gawat Darurat (UGD), Klinik Gigi, Klinik Rontgent, Laboratorium, Farmasi

(Pelayanan Obat), Rawat Inap, dan Ambulan.

Belawan merupakan daerah industri dan perkantoran, khususnya

kantor-kantor pemerintah dengan jarak tempuh sekitar 40 menit dari Kota Medan.

Berhubungan dengan kondisi tersebut, maka RS Pelabuhan Medan memiliki Misi

yaitu “menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi mereka yang bekerja

dan bertempat tinggal di Belawan dan sekitarnya”. Sementara Visi RS Pelabuhan

Medan yaitu “menjadi rumah sakit umum pilihan bagi yang bekerja maupun

(24)

terpercaya dan dapat diandalkan”.

Rumah Sakit Pelabuhan Medan menetapkan target pasar yang akan dicapai

yaitu 70% korporasi dan 30% masyarakat umum. Dengan adanya target tersebut,

maka akan memudahkan manajemen rumah sakit untuk membuat prioritas. Dari sisi

ekonomi, mayoritas segmen korporasi yang akan dicakup oleh RS Pelabuhan Medan

adalah perusahaan-perusahaan yang berada di sekitar lokasi rumah sakit Pelabuhan

Medan.

PT. Pelabuhan Indonesia I dalam menjadikan RS Pelabuhan Medan sebagai

anak perusahaan yang bisa mandiri dari induknya, maka salah satu bentuk kegiatan

yang dilakukan dalam memasarkan RS Pelabuhan Medan kepada masyarakat yaitu

dengan menyelenggarakan seminar-seminar kesehatan di kantor-kantor pemerintahan

dan memberikan pelayanan gratis kepada masyarakat berupa operasi bibir sumbing.

Selain itu, pemasaran pelayanan rumah sakit juga dilakukan ke

perusahaan-perusahaan yang belum mengadakan ikatan kerjasama dengan RS Pelabuhan Medan.

Namun kegiatan promosi pengenalan berbagai produk jasa yang disediakan RS

Pelabuhan Medan ke perusahaan-perusahaan belum dapat dilaksanakan secara

optimal, disamping karena keterbatasan sumber daya manusia juga karena masih

terfokus kepada rencana pengembangan RS Pelabuhan Medan.

Rumah Sakit Pelabuhan Medan memiliki sumber pendapatan yang utama

pada saat ini adalah dari rawat inap dan kemudian dari rawat jalan. Namun

(25)

BOR-nya yang rendah. Menurut Depkes., RI., (2003) seharusnya pencapaian Bed

Occupancy Rate (BOR) berkisar 60-80%. Berdasarkan data rekam medik RS

Pelabuhan Medan, diperoleh data BOR rawat inap pada tahun 2010 hanya sebesar

45%, jumlah ini mengalami penurunan dari tahun 2009 yang mencapai 48%.

Rendahnya pencapaian BOR tersebut dapat dikarenakan tingkat kepuasan

pasien terhadap pelayanan rumah sakit masih kurang, hal ini ditandai dengan

diperolehnya informasi dari beberapa pasien terkait kualitas pelayanan RS Pelabuhan

Medan. Hal tersebut diketahui dari hasil laporan costumer service RS Pelabuhan

Medan dan dari kotak saran yang masuk tahun 2009-2010.

Keluhan pasien yang berhasil dihimpun terhadap pelayanan perawat di RS

Pelabuhan Medan dapat dijelaskan sebagai berikut: pasien menyatakan bahwa

perawat kurang ramah, tindakan kurang cepat, kurang teliti, dan informasi yang

disampaikan perawat tidak jelas. Sementara keluhan pasien terhadap pelayanan

dokter yaitu dokter kurang perhatian, menerangkan penyakit kurang jelas, dan kurang

mendengarkan keluhan pasien. Adanya keluhan pasien tersebut dikarenakan pelayan

di rumah sakit sering terganggu karena jumlah tenaga kesehatan yang masih kurang.

Berdasarkan berbagai permasalahan tersebut di atas, maka salah satu upaya

yang dapat dilaksanakan untuk memecahkan permasalahan tersebut adalah dalam

bentuk kegiatan pemasaran. Untuk mewujudkan hal tersebut dapat dilakukan dengan

riset pemasaran. Pemasaran pelayanan kesehatan dapat didefinisikan sebagai proses

(26)

Sehingga diharapkan informasi yang diperoleh dari riset tersebut dapat digunakan

untuk menetapkan bauran pemasaran jasa yang sesuai dengan harapan pasien,

khususnya pasien rawat inap.

1.2. Permasalahan

Dari latar belakang yang diuraikan di atas, maka dirumuskan masalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana pengaruh strategi bauran pemasaran yang terdiri dari : produk (jasa

rawat inap), harga, promosi, lokasi, orang, proses, dan pelayanan kepada

konsumen terhadap keputusan pasien rawat inap memilih Rumah Sakit Pelabuhan

Medan.

2. Bagaimana hubungan keputusan pasien rawat inap memilih Rumah Sakit

Pelabuhan Medan dengan kepuasan pasien.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini

adalah :

1. Menganalisis pengaruh strategi bauran pemasaran yang terdiri dari : produk (jasa

rawat inap), harga, promosi, lokasi, orang, proses, dan pelayanan terhadap

keputusan pasien rawat inap memilih Rumah Sakit Pelabuhan Medan.

2. Menganalisis hubungan keputusan pasien rawat inap memilih Rumah Sakit

(27)

1.4. Hipotesis

1. Strategi bauran pemasaran yang terdiri dari : produk (jasa rawat inap), harga,

promosi, lokasi, orang, proses, dan pelayanan kepada konsumen berpengaruh

terhadap keputusan pasien rawat inap memilih Rumah Sakit Pelabuhan Medan

2. Keputusan pasien rawat inap memilih Rumah Sakit Pelabuhan Medan

berhubungan dengan kepuasan pasien.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :

1. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi pengaruh antara

keputusan memilih berobat di Rumah Sakit Pelabuhan Medan terhadap persepsi

pasien mengenai bauran pemasaran seperti: produk (jasa rawat inap), harga,

promosi, lokasi, orang, proses, dan pelayanan kepada konsumen. Sehingga upaya

pemasaran yang telah dilakukan oleh Rumah Sakit Pelabuhan Medan dapat

dievaluasi pengaruhnya terhadap jumlah pasien rawat inap di Rumah Sakit

Pelabuhan Medan. Evaluasi ini dapat dijadikan sebagai acuan pada perencanaan

program pemasaran periode berikutnya.

2. Sebagai bahan masukan dalam pengembangan wawasan dan menambah ilmu

pengetahuan, khususnya tentang strategi bauran pemasaran dan pengaruhnya

(28)

3. Bagi peneliti, dapat menjadi wahana pembanding antara teori yang didapat di

bangku kuliah dengan penerapannya di lapangan, khususnya tentang strategi

bauran pemasaran.

4. Sebagai referensi bagi peneliti-peneliti lain dalam mengkaji masalah penelitian

(29)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Poernomo (2009) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh

Persepsi Pasien tentang Bauran Pemasaran terhadap Loyalitas Pasien Rawat Inap di

RS Baptis Kediri”. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode

survey dan pendekatan crossectional. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada

hubungan antara persepsi pasien tentang product (p=0,604), place (p=0,062),

promotion (p=0,201), dan people (p=0,291) dengan loyalitas pasien. Ada hubungan

antara price (p=0,016), process (p=0,019) dengan loyalitas pasien. Dengan

menggunakan analisis regresi logistic multivariat antara variabel persepsi pasien

tentang bauran pemasaran dengan loyalitas pasien dapat disimpulkan bahwa persepsi

pasien tentang price (p = 0,026) dan persepsi pasien tentang process (p = 0,033)

memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap loyalitas pasien. Untuk pasien yang

mempunyai persepsi kurang baik tentang price mempunyai risiko menjadi tidak loyal

2 kali lebih besar dari pasien dengan persepsi pricebaik (p = 0,026, Exp(β) = 2,180),

sedangkan untuk pasien yang mempunyai persepsi baik tentang process kurang baik

mempunyai resiko menjadi tidak loyal 2 kali lebih besar dari pasien yang mempunyai

(30)

Wardoyo (2003), meneliti dengan judul penelitian “analisis tingkat kepuasan

pasien intern dan ekstern terhadap mutu pelayanan dalam rangka meningkatkan

admisi Rawat Inap PT (Persero) Rumah Sakit Pelabuhan Surabaya”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara pasien yang berasal dari internal dan

eksternal mengenai karakteristik, harapan penilaian dan kepuasan terhadap pelayanan

rawat inap. Pelayanan yang diterima belum sesuai dengan harapannya.

Butir-butir yang menjadi prioritas adalah pelayanan dokter kurang

menanggapi terhadap keluhan pasien dan informasi kepada pasien kurang jelas.

Perawat kurang tanggap terhadap keluhan pasien. Penunjang medis alatnya kurang

lengkap dan petugasnya kurang siap bila dibutuhkan. Administrasi pelayanannya

lambat, berbelit dan ketepatannya kurang sempurna, kurang menghormati hak dan

pendapat pihak pasien. Lingkungan kurang asri dan banyak nyamuk.

2.2. Teori tentang Kepuasan 2.2.1. Pengertian Kepuasan

Pasien selaku pengguna jasa menuntut pelayanan yang berkualitas dari rumah

sakit. Dahulu pasien menggunakan jasa rumah sakit demi kesembuhan mereka saja.

Sekarang pasien lebih bersifat kritis, terinformasi dan menuntut serta lebih

memperhatikan masalah kualitas sehingga kepuasan pribadi menjadi semacam

kebutuhan yang ingin dipenuhi selain kesembuhan mereka. Kondisi inilah yang

menyebabkan rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang berkualitas

(31)

sakit yang sama jika suatu waktu mereka diharuskan dirawat di rumah sakit

(Ayuningtyas dkk,. 2005).

Lewis dkk. (1996), menyatakan bahwa kepuasan pengguna pelayanan

kesehatan (dalam hal ini adalah pasien) mempunyai kaitan dengan hasil pelayanan

kesehatan yang penting baik secara medis maupun secara ekonomis seperti kepatuhan

terhadap pengobatan, pemahaman terhadap informasi medis, dan kelangsungan

perawatan. Kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan merupakan salah satu

aspek yang sangat penting bagi pasien itu sendiri dan bagi perawat yang merawatnya

serta rumah sakit sebagai tempat yang memberikan pelayanan kepada pasien.

Engel dkk. (1995), mengemukakan bahwa kepuasan konsumen merupakan

faktor dasar yang menentukan proses pembelian selanjutnya. Kepuasan dibentuk dari

harapan atau kepercayaan pasien atas apa yang akan diterimanya dari jasa yang

dipilihnya. Kepuasan atau ketidakpuasan yang dirasakan oleh pasien akan

memengaruhi pemikiran pasien dalam menggunakan rumah sakit yang sama dimasa

yang akan datang.

Kotler (1995), menyatakan kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa

seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesan terhadap kinerja (hasil) suatu

produk atau jasa dengan harapan yang dimiliki. Apabila kinerja yang dihasilkan suatu

produk atau jasa berada di bawah harapan maka konsumen merasa kecewa dan tidak

puas. Sebaliknya bila kinerja yang dihasilkan oleh suatu produk atau jasa dapat

memenuhi atau melampaui harapan maka konsumen akan merasa puas. Begitu juga

(32)

menghasilkan kinerja yang memenuhi atau melampaui harapan dari pasiennya dengan

memberikan pelayanan yang baik maka pasien akan merasakan kepuasan yang tinggi.

Pasien yang merasakan kepuasan yang tinggi akan menciptakan kelekatan emosional

terhadap rumah sakit tersebut. Hal ini dapat menyebabkan pasien menjadi konsumen

setia di rumah sakit tersebut. Tetapi sebaliknya jika kinerja perawat dalam

memberikan pelayanan kepada pasiennya buruk maka pasien merasakan

ketidakpuasan dan hal ini akan memengaruhi penilaian pasien terhadap pelayanan

yang diberikan oleh rumah sakit terutama perawat yang merawatnya.

Lefrancois dalam Musanto (2004), menyatakan bahwa kepuasan merupakan

kebutuhan dasar yang dapat digambarkan sebagai suatu hal yang menyenangkan.

Kebutuhan dasar ini muncul karena adanya dorongan-dorongan tertentu yang harus

disalurkan. Rasa puas akan muncul jika dorongan tersebut dapat disalurkan dan

sebaliknya jika dorongan tersebut tidak disalurkan maka akan muncul perasaan tidak

puas.

Tjiptono dalam Musanto (2004), mengatakan bahwa kepuasan atau

ketidakpuasan adalah respon konsumen terhadap evolusi ketidaksesuaian yang

dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual produk yang dirasakan.

Persaingan yang semakin ketat ini menyebabkan banyak produsen yang terlibat

dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen termasuk rumah sakit yang

berusaha memberikan pelayanan terbaik kepada pasien selaku konsumen sehingga

(33)

Kepuasan yang dialami oleh pasien berkaitan dengan hasil pelayanan yang

diberikan oleh perawat. Pasien sebagai konsumen akan merasa puas bila diberi

pelayanan yang baik dan diperlakukan dengan baik serta mendapatkan kemudahan

dalam pelayanan. Swastha dan Handoko (1997) juga menyatakan bahwa kepuasan

konsumen akan memengaruhi dalam pengambilan ulang atau pembelian yang

sifatnya terus menerus terhadap pembelian jasa yang sama dan juga akan

memengaruhi ucapan konsumen kepada pihak lain atau pihak luar tentang jasa yang

dihasilkan.

Rumah sakit selaku produsen jasa dan pasien selaku pengguna jasa rumah

sakit mengharapkan adanya hubungan timbal balik yang seimbang diantara keduanya.

Selain itu kepuasan tidak semata-mata didapatkan dari kualitas jasa yang ditawarkan

tetapi juga melalui pelayanan yang diberikan dengan memperhatikan keinginan dan

menyesuaikan dengan kebutuhan serta harapan konsumen.

Rumah sakit dan perawat dituntut untuk memberikan pelayanan dengan

sebaik-baiknya kepada pasien dengan memperhatikan apa yang menjadi keinginan,

kebutuhan, dan harapan dari pasiennya sehingga pasien merasa puas dan

menggunakan rumah sakit yang sama dikemudian hari jika pasien diharuskan dirawat

di rumah sakit. Pasien yang merasa puas dengan pelayanan yang diberikan perawat

dan rumah sakit akan merekomendasikan kepada pihak lain sehingga pihak lain bisa

menggunakan rumah sakit yang sama. Dalam hal ini kepuasan yang dirasakan oleh

pasien tidak semata-mata didapat dari kualitas jasa yang diberikan oleh rumah sakit

(34)

Engel dkk. (1995), menyatakan bahwa kepuasan pasien merupakan evaluasi

setelah pemakaian dimana pelayanan yang diberikan sekurang-kurangnya sama atau

melampaui harapan dari pasien. Pasien yang dirawat di rumah sakit melakukan

evaluasi terhadap pelayanan yang diterimanya dan dari evaluasi itulah pasien

mengetahui apakah mereka merasa puas dengan pelayanan yang diberikan perawat

atau tidak. Bagi pasien, kepuasan selalu dikaitkan dengan lingkungan rumah sakit,

suhu udara, kenyamanan, kebersihan, kecepatan pelayanan, ramahnya perawat dan

perhatian dari perawat. Pelayanan yang diberikan oleh perawat yang tidak sesuai

dengan harapan pasien akan menimbulkan ketidakpuasan.

2.2.2. Aspek-Aspek Kepuasan

Kepuasan yang dirasakan oleh pasien merupakan aspek yang sangat penting

bagi kelangsungan suatu rumah sakit. Junadi dalam Sabarguna (2004)

mengemukakan bahwa kepuasan pasien adalah nilai subjektif terhadap kualitas

pelayanan yang diberikan. Penilaian subjektif tersebut didasarkan pada pengalaman

masa lalu, pendidikan, situasi psikis waktu itu, dan pengaruh lingkungan pada waktu

itu.

Sabarguna (2004) menyatakan ada beberapa aspek yang memengaruhi

kepuasan pasien yaitu :

a. Aspek kenyamanan, meliputi lokasi rumah sakit, kebersihan rumah sakit,

kenyamanan ruangan yang akan digunakan pasien, makanan yang dimakan

(35)

b. Aspek hubungan pasien dengan petugas rumah sakit, meliputi keramahan petugas

rumah sakit terutama perawat, informasi yang diberikan oleh petugas rumah sakit,

komunikatif, responatif, suportif, dan cekatan dalam melayani pasien.

c. Aspek kompetensi teknis petugas, meliputi keberanian bertindak, pengalaman,

gelar, dan terkenal.

d. Aspek biaya, meliputi mahalnya pelayanan, terjangkau tidaknya oleh pasien, dan

ada tidaknya keringanan yang diberikan kepada pasien.

2.2.3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kepuasan

Griffith dalam Purwanto (1997), mengemukakan beberapa faktor yang

memengaruhi perasaan puas pada seseorang yaitu :

a. Sikap dan pendekatan petugas rumah sakit kepada pasien yaitu sikap petugas

rumah sakit kepada pasien ketika pasien pertama kali datang di rumah sakit,

keramahan yang ditunjukkan petugas rumah sakit, dan kecepatan penerimaan

pasien yang datang ke rumah sakit.

b. Kualitas pelayanan perawatan yang diterima oleh pasien yaitu apa saja yang telah

dilakukan oleh pemberi layanan kepada pasien berupa pelayanan perawatan yang

berkaitan dengan proses kesembuhan penyakit yang diderita pasien dan

kelangsungan perawatan pasien selama berada di rumah sakit.

c. Prosedur administrasi yaitu berkaitan dengan pelayanan administrasi pasien mulai

masuk rumah sakit, selama perawatan berlangsung, dan ketika keluar dari rumah

sakit, kecekatan petugas dalam melayani pasien, dan penjelasan rincian biaya

(36)

d. Fasilitas-fasilitas yang disediakan rumah sakit yaitu fasilitas ruang inap, kualitas

makanan, kebersihan ruangan, kenyamanan ruangan, dan lokasi rumah sakit.

Kepuasan yang dialami oleh pasien sebagai pengguna jasa rumah sakit hanya

dapat berkembang apabila terdapat hubungan antara penyedia layanan dalam hal ini

rumah sakit terutama perawat yang merawat pasien dengan pasien yang dilayani.

Selain itu jika pasien merasakan kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan oleh

rumah sakit maka pasien akan memberitahukan kepada teman, keluarga, maupun

tetangganya tentang pelayanan yang didapatkannya sehingga teman, tetangga atau

keluarganya juga akan menggunakan jasa rumah sakit yang sama. Oleh sebab itu,

rumah sakit harus dapat meningkatkan kinerja dari para perawatnya sehingga para

perawat di rumah sakit tersebut dapat memberikan pelayanan yang berkualitas kepada

pasien yang menggunakan jasa rumah sakit tersebut (Kotler, 1995).

2.3. Teori tentang Keputusan Pembelian 2.3.1. Pengertian Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian konsumen merupakan urutan-urutan kejadian yang

dimulai dari pengenalan akan kebutuhan kemudian pencarian informasi atas

kebutuhan tersebut setelah itu melakukan evaluasi alternatif dan akhirnya melakukan

keputusan pembelian serta diakhiri dengan perilaku setelah pembelian. Jadi jelas

sekali proses pembelian dimulai jauh sekali sebelum pembelian aktual dilakukan dan

mempunyai konsekuensi yang lama setelah pembelian terjadi.

Kotler (1995), menyatakan “Proses keputusan pembeli berhubungan dengan

(37)

pembelian yang tidak terlepas dari karakter pembeli yang terdiri dari faktor budaya,

sosial, perorangan, dan kejiwaan”. Menurut Lamb, et. al, (2001) “Proses pengambilan

keputusan konsumen tidak bisa terjadi dengan sendirinya karena merupakan

hubungan yang sangat rumit dan saling memengaruhi dari faktor-faktor kebudayaan,

sosial, individu dan psikologis”.

Perilaku konsumen akan memengaruhi proses keputusan yang diambil oleh

konsumen dalam pembelian sebuah produk dan jasa. Keputusan pembelian sangat

dipengaruhi oleh pengenalan kebutuhan. Pengenalan kebutuhan biasanya kompleks.

Sebagai dasar untuk memahami perilaku pembelian, maka pengenalan kebutuhan

yang dikemukakan Engel et. al. (1995) akan membantu memberikan pemahaman.

Secara umum ada 3 (tiga) model pengenalan kebutuhan, yaitu: informasi yang

disimpan di dalam ingatan seseorang, perbedaan individu masing-masing dan

pengaruh lingkungan.

Sumber : Engel. et.al. (1995).

(38)

1. Informasi yang disimpan di dalam ingatan

Informasi yang tersimpan di dalam ingatan konsumen tentang berbagai produk

dan jasa, apakah melalui proses pencarian informasi, maupun efek iklan akan

memberikan dampak yang memengaruhi seseorang dalam pengenalan sebuah

kebutuhan.

2. Perbedaan individu

Perbedaan individu seseorang akan memengaruhi tingkat kebutuhan, ekspresi,

cara pandang dan bersosialisasi dengan lingkungannya. Sikap individu memiliki

konsep diri dan pendirian. Semua ini memengaruhi seorang individu dalam

pengenalan terhadap kebutuhannya.

3. Pengaruh lingkungan

Lingkungan seseorang mempunyai andil dalam membentuk pola pengambilan

keputusan seorang individu terhadap perilaku keputusan pembelian, seperti faktor

budaya kelas sosial, pengaruh pribadi, keluarga, dan situasi.

2.3.2. Tahapan dalam Proses Keputusan Pembelian

Kotler (1995), menyatakan bahwa “Ada lima tahapan dalam proses keputusan

pembelian yaitu : pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif,

keputusan pembelian dan perilaku setelah pembelian”. Dapat digambarkan dengan

model sebagai berikut :

Sumber : Kotler, (1995)

(39)

Penganalisaan keinginan dan kebutuhan ini ditunjukkan terutama untuk

mengetahui adanya keinginan dan kebutuhan yang belum terpenuhi atau terpuaskan.

Jika kebutuhan tersebut diketahui, maka konsumen akan segera memahami adanya

kebutuhan yang belum perlu segera dipenuhi atau masih bisa ditunda pemenuhannya,

serta kebutuhan-kebutuhan yang sama-sama harus segera dipenuhi. Proses pembelian

dimulai ketika pembeli mengenal suatu masalah atau kebutuhan. Kebutuhan ini dapat

dipicu ole situmus intern atau stimulus ekstern. Zeithaml dan Bitner dalam Yazid

(2001) yaitu “Mengistilahkan situasi ini sebagai gap antara yang diharpkan dengan

kenyataan yang dialami atau diterima konsumen”.

Kotler (1995) menyatakan “Dalam pencarian informasi, konsumen yang

tergerak mungkin atau mungkin juga tidak mencari informasi lebih banyak”. Apakah

drive konsumen itu amat kuat dan produk yang akan memaskan drive-nya sudah

tersedia di tangan, konsumen akan membelinya.

Konsumen membentuk preferensi diantara merek-merek dalam kelompok

pilihan. Konsumen mungkin juga membentuk suatu maksud pembelian untuk

membeli merek yang paling disukai. Semakin kuat sikap negatif orang lain dan

semakin dekat orang lain tersebut dengan konsumen, maka konsumen akan semakin

menyesuaikan maksud pembeliannya. Ketika konsumen akan bertindak, factor situasi

(40)

Dua faktor yang dapat memengaruhi keputusan pembelian yaitu :

1. Sikap atau pendirian orang lain.

2. Situasi yang tidak dapat diantisipasi

Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh seorang konsumen sebelum

membuat keputusan pembelian, dapat digambarkan sebagai berikut :

Sumber : Kotler (1995)

Gambar 2.3. Langkah-Langkah Antara Evaluasi Alternatif dan Keputusan Faktor Pertama : Sikap atau Pendirian Orang Lain

Seseorang yang memiliki sikap yang semakin kuat akan menyebabkan

konsumen akan semakin menyesuaikan maksud pembeliannya. Preferensi seseorang

terhadap suatu merek akan meningkat jika orang yang dia senangi juga menyukai

merk yang sama. Pengaruh orang lain menjadi kompleks bila beberapa orang yang

dekat dengan pembeli mempunyai pendapat yang saling berlawanan dan sipembeli

ingin menyenangkan mereka semua. Evaluasi

Alternatif

Maksud Pembelian

Faktor situasi yang tidak diantisipasi

Pendirian Orang Lain

(41)

Faktor Kedua : Situasi yang Tidak Dapat Diantisipasi

Pembeli yang akan menentukan sangat puas, agak puas atau tidak puas

dengan pembelian, merupakan fungsi dari seberapa dekat antara harapan pembeli atas

produk tersebut dengan daya guna yang dirasakan dari produk. Jika data guna produk

tersebut berada di bawah harapan konsumen, konsumen tersebut akan merasa

dikecewakan, jika memenuhi harapan, konsumen tersebut akan merasa puas, jika

melebihi harapan, konsumen tersebut akan merasa sangat puas. Perasaan-perasaan ini

mempunyai arti dalam hal apakah konsumen tersebut akan membeli produk itu lagi

dan membicarakan tentang produk tersebut kepada orang lain secara menguntungkan

atau merugikan (Swastha, 1997).

Swastha (1997), mengungkapkan bahwa ketidaksesuaian yang diharapkan

terhadap sesuatu produk atau jasa akan selalu ada pada setiap kejadian pembelian.

“Ada kemungkinan pembeli memiliki ketidaksesuaian sesudah ia melakukan

pembelian karena mungkin harganya dianggap terlalu mahal, atau mungkin karena

tidak sesuai dengan keinginan dengan gambaran sebelummnya. Untuk mencapai

keharmonisan dan meminimumkan ketidaksesuaian, pembeli harus mengurangi

keinginan-keinginan lain sesudah pembelian, selain itu pembeli juga harus

mengeluarkan waktu lebih banyak lagi untuk membuat evaluasi sebelum membeli”.

Konsumen membentuk harapan atas dasar pesan-pesan yang diterima dari

penjual, teman dan sumber informasi lain. Jika penjual membesar-besarkan manfaat

produk, konsumen akan mengalami harapan yang tidak tercapai (disconfirmed

(42)

bagaimana gaya dan sifat konsumen menanggulanginya. Sebagian besar konsumen

memperbesar jarak ketidakpuasan ini ketika produk tersebut tidak sempurna dan tidak

cocok sehingga mereka sangat tidak puas. Semakin besar jarak antara harapan dan

hasil yang dirasakan, maka semakin besar ketidakpuasan konsumen.

Konsumen setelah memutuskan untuk melakukan pembelian atas suatu

produk atau jasa maka langkah selanjutnya dari perusahaan adalah bagaimana

memberikan pengaruh secara konsisten terhadap konsumen melalui strategi-strategi

pemasaran yang dilakukan perusahaan sehingga tercipta konsumen yang loyal dan

mereka mau melaksanakan tindakan adopsi yaitu suatu keputusan untuk

menggunakan produk atau jasa perusahaan secara terus-menerus.

Setiadi (2003) menyampaikan tahap-tahap dalam proses adopsi sebagai

berikut :

1. Kesadaran yaitu konsumen menyadari adanya inovasi atau produk dan jasa yang

baru tetapi masih kekurangan informasi mengenai tentang produk dan jasa

tersebut.

2. Minat yaitu konsumen tertarik untuk mencari informasi tentang produk dan jasa

yang baru tersebut.

3. Evaluasi yaitu konsumen sudah berusaha mempertimbangkan untuk mencoba

produk dan jasa yang baru tersebut.

4. Percobaan yaitu konsumen di sini mencoba memakai atau menggunakan produk

atau jasa yang baru tersebut untuk memperbaiki perkiraannya atas nilai inovasi

(43)

5. Adopsi yaitu konsumen akhirnya memutuskan untuk terus menggunakan produk

dan jasa baru secara penuh, teratur, dan konsisten.

2.4. Teori tentang Pemasaran Jasa

Sektor jasa mengalami peningkatan yang sangat pesat dibandingkan beberapa

dekade sebelumnya. Dinamika tersebut dapat dilihat pada perkembangan berbagai

industri jasa. Implikasinya adalah meningkatnya persaingan di antara perusahaan jasa.

Meningkatnya intensitas persaingan dan jumlah pesaing tersebut menurut Tjiptono

(1997) mengakibatkan setiap perusahaan harus memperhatikan kebutuhan dan

keinginan konsumen, serta berusaha lebih baik lagi dalam memenuhi apa yang

diharapkan konsumen dengan apa yang dilakukan pesaingnya.

Jasa menurut Kotler (1995), merupakan setiap tindakan atau kegiatan yang

ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan

tidak mengakibatkan kepemilikan apa pun. Dalam hal ini produk jasa mungkin

berkaitan dengan produk fisik atau tidak. Sedangkan Zethaml dan Bitner dalam

Lupiyoadi (2001), mengatakan bahwa jasa merupakan semua aktivitas ekonomi yang

hasilnya tidak merupakan produk dalam bentuk fisik atau konstruksi, yang biasanya

dikonsumsi pada saat yang sama dengan waktu yang dihasilkan dan memberi nilai

tambah atau pemecahan masalah.

Produk jasa sangat bervariasi dan tidak ada yang benar-benar sama satu

dengan lainnya. Untuk memahami produk jasa adalah dengan cara melihat

(44)

konsumen dengan pemberi jasa. Berdasarkan hal ini, jasa dapat dibedakan ke dalam

kelompok high-contact service dan low-contact service. Pada high-contact service,

dalam menerima jasa, konsumen harus menjadi bagian dari sistem, misalnya pada

jasa rumah sakit. Sedangkan pada low-contact service, konsumen tidak perlu menjadi

bagian dari sistem, misalnya pada jasa reparasi mobil (Lupiyoadi, 2001).

Sektor jasa memerlukan pemasaran yang lebih kompleks dibandingkan

pemasaran tradisional yang telah dikenal selama ini. Salah satu diantaranya adalah

aspek interaksi antara pihak konsumen dengan penyedia jasa. Sejalan dengan itu,

Kotler (1995), mengatakan bahwa pemasaran jasa tidak hanya membutuhkan

pemasaran eksternal, tetapi juga pemasaran internal dan pemasaran interaktif. Ruang

lingkup pemasaran eksternal menggambarkan bagaimana perusahaan melakukan

pemasaran tradisional pada umumnya, seperti bagaimana menetapkan segmentasi

pasar, target pasar, posisi pasar, bauran pemasaran, distribusi dan promosi. Pemasaran

internal menggambarkan bagaimana perusahaan memberikan pelatihan dan

meningkatkan motivasi agar karyawan dapat melayani konsumen dengan baik.

Sedangkan pemasaran interaktif adalah bagaimana para karyawan berinteraksi

dengan para konsumen selama pemberian jasa.

2.4.1. Pengertian Pemasaran

Pemasaran adalah proses perencanaan dan implementasi dari konsep, promosi

dan distribusi (ide, produk maupun jasa), sehingga dapat diciptakan pertukaran untuk

(45)

pada dasarnya harus menghasilkan win-win solution, dimana konsumen membeli

produk yang sesuai dengan keinginannya, sementara perusahaan memperoleh profit

dari produk yang dihasilkannya. Berdasarkan profit tersebut, perusahaan dapat

melanjutkan kegiatan usaha agar dapat memenuhi keinginan konsumen lebih besar di

masa yang akan dating (Rangkuti, 2002).

Seiring dengan perkembangan teknologi dan perubahan sosial, timbul

pemikiran mutakhir tentang konsep pemasaran yang memiliki pandangan dan

cakupan yang lebih luas dibandingkan sebelumnya. Dalam hal ini aspek etika mulai

mendapat perhatian. Penyempurnaan definisi ini salah satunya adalah yang diusulkan

oleh Ranchhod dalam Hapsari (2006), yang menyatakan bahwa pemasaran adalah

proses perencanaan dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang memuaskan secara etis

dan sungguh-sungguh dalam memenuhi kebutuhan individu, ekologi dan sosial,

disamping juga untuk mencapai tujuan organisasi.

2.4.2. Pengertian Jasa

Pada kelancaran dan perkembangan suatu perusahaan dalam menarik minat

konsumennya tidak terlepas dari jasa yang ditawarkan atau dipasarkan oleh suatu

perusahaan. Pemasaran merupakan jembatan penghubung antara organisasi dengan

konsumennya. Peran penghubung ini akan berhasil jika seluruh upaya pemasaran

diorientasikan kepada konsumen. Pemasaran jasa yang baik harus didukung oleh

aspek-aspek yang menciptakan pemasaran jasa dan isu-isu strategis yang perlu

diperhatikan oleh para penyedia jasa. Karena pada dasarnya pemasaran harus

(46)

Jasa memiliki keseragaman inti yang dikemukakan oleh beberapa ahli, antara

lain sebagai berikut: Menurut Kotler (1995): “Jasa adalah setiap tindakan atau

kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada

dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produknya

dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan dengan suatu produk fisik.”

Zeithaml dan Bitner dalam Buchari (2000), menyatakan: “Jasa adalah suatu

kegiatan ekonomi yang outputnya bukan berupa produk fisik, biasanya dikonsumsi

secara bersamaan seiring dengan produksinya, dan memberikan nilai tambah (seperti

kenikmatan, hiburan, santai atau kesehatan) yang pada intinya bersifat tidak berwujud

bagi pembelinya.”

Stanton (1996) mengemukakan: “Jasa adalah kegiatan yang dapat

diidentifikasikan secara tersendiri, yang pada hakikatnya bersifat tak terabas

(intangible), yang merupakan pemenuhan kebutuhan, dan tidak harus terikat pada

penjualan produk atau jasa lain. Untuk menghasilkan jasa mungkin atau mungkin

pula tidak diperlukan penggunaan benda nyata (tangible). Akan tetapi, sekalipun

penggunaan itu perlu, namun tidak terdapat adanya pemindahan hak milik atas benda

tersebut (pemilikan permanen)”.

2.4.3. Karakteristik Jasa

Menurut Stanton (1996) sifat atau karakteristik jasa adalah sebagai berikut:

1. Maya atau tidak teraba (intangibility). Oleh karena jasa-jasa tidak teraba,

konsumen tidak dapat mengambil contohnya (secara mencicipi, merasakan,

(47)

2. Tak terpisahkan (inseparability). Jasa kerapkali tak terpisahkan dari pribadi

penjual. Tambahan pula , jasa tertentu harus diciptakan dan digunakan habis pada

saat yang bersamaan. Umpamanya, dokter gigi menciptakan dan menggunakan

hampir keseluruhan jasanya pada saat itu.

3. Heterogenitas. Industri jasa, bahkan individu penjual jasa, tidak mungkin

mengadakan standardisasi dari output. Setiap “unit” jasa agak berbeda dari

“unit-unit” lain jasa yang sama itu. Umpamanya pekerjaan order reparasi seorang

montir mobil tidak sama kualitasnya antara satu order dengan lainnya.

4. Cepat hilang (perishability) dan permintaan yang berfluktuasi. Jasa cepat hilang

dan tidak dapat disimpan. Ada pengecualian penting dalam pernyataan umum

mengenai cepat rusaknya dan penyimpanan jasa-jasa ini. Umpamanya dalam hal

asuransi kesehatan dan jiwa, jasa dibeli. Dan dipegang oleh perusahaan asuransi

(=penjual) sampai saat diperlukan oleh pembeli atau yang berhak menerima

(beneficiary). Pemegangan ini merupakan sejenis penyimpanan (storage).

Menurut Edward and Wheatley dalam Buchary (2000) mengungkapkan

beberapa perbedaan antara jasa dan barang, adalah sebagai berikut:

1. Pembelian jasa, sangat dipengaruhi oleh motif yang didorong oleh emosi.

2. Jasa bersifat tidak berwujud, berbeda dengan barang yang bersifat berwujud,

dapat dilihat, dirasa, dicium, memiliki berat, ukuran dan sebagainya.

3. Barang bersifat tahan lama, tetapi jasa tidak. Jasa dibeli dan dikonsumsi pada

waktu yang sama.

(48)

5. Ramalan permintaan dalam marketing barang merupakan masalah, tidak demikian

halnya dengan marketing jasa. Untuk menghadapi masa-masa puncak, dapat

dilatih tenaga khusus.

6. Masa puncak yang sangat padat, merupakan masalah tersendiri bagi marketing

jasa. Pada masa puncak, ada kemungkinan layanan yang diberikan oleh produsen

sangat minim, misalnya waktunya dipersingkat, agar dapat melayani langganan

sebanyak mungkin. Jika mutu jasanya tidak dikontrol, maka ini dapat berakibat

negatif terhadap perusahaan, karena banyak langganan merasa tidak puas.

7. Usaha jasa sangat mementingkan unsur manusia.

8. Distribusinya bersifat langsung, dari produsen ke konsumen.

2.5. Teori tentang Pemasaran Rumah Sakit

Pemasaran pada organisasi pelayanan kesehatan mulai dikenal pada awal

tahun 1980. Namun sampai saat ini belum banyak rumah sakit yang memanfaatkan

fungsi pemasaran dalam struktur organisasinya. Kalaupun ada, fungsinya masih

terbatas dan saling tumpang tindih, bahkan ada yang sama sekali belum

memikirkannya. Sampai saat ini pun masih banyak pihak yang menganggap rumah

sakit tidak perlu pemasaran.

Pemasaran dianggap melanggar etika karena pelayanan rumah sakit

merupakan pelayanan yang bersifat sosial. Selain itu, tidak pantas bagi tenaga

kesehatan untuk memasarkan jasanya kepada publik dan saling berkompetisi.

(49)

akan mengarah kepada supply induced demand. Persepsi yang keliru ini karena

pemasaran diartikan dalam arti sempit sebagai kegiatan penjualan, periklanan dan

promosi (Mudijana, 2004).

Tiga dekade terakhir ini telah terjadi perubahan signifikan pada

penyelenggaraan sistem pelayanan kesehatan di Indonesia, termasuk pelayanan

rumah sakit. Banyak pihak yang tertarik dan terjun dalam sektor ini dengan

mendirikan rumah sakit. Beberapa rumah sakit swasta sejak awal telah menyatakan

dirinya bertujuan mencari laba dari investasi besar yang mereka keluarkan. Sementara

itu, pemerintah sendiri telah memprivatisasi rumah sakitnya dan menyatakan rumah

sakit tersebut harus mandiri dan tidak boleh lagi mengharapkan subsidi dari negara.

Demikian pula telah banyak rumah sakit dan sarana kesehatan lain yang didirikan

dengan modal asing di Indonesia. Semua ini mengakibatkan persaingan semakin

marak dan tajam agar dapat bertahan dan kerkembang. Akhirnya akan memaksa

pengelola rumah sakit mengedepankan pengelolaan institusinya sebagai suatu industri

jasa yang menghasilkan komoditi bisnis. Kegiatan pemasaran sebagai salah satu

kegiatan yang dilakukan oleh entitas bisnis mulai dilirik dan dianggap sebagai salah

satu kiat untuk mempertahankan eksistensi rumah sakit di lingkungan yang sangat

kompetitif (Jacobalis, 2004).

2.5.1. Tujuan Pemasaran Rumah Sakit

Tujuan utama pemasaran pelayanan kesehatan adalah untuk mengetahui

kebutuhan, keinginan dan nilai-nilai sebuah target pasar. Dengan mengetahui apa

(50)

tersebut, maka selanjutnya penyedia jasa akan berusaha untuk menciptakan sebuah

sistem yang memungkinkan pemenuhan kepuasan konsumen yang mengkonsumsi

jasa tersebut. Sehingga apabila konsumen merasa puas maka diharapkan konsumen

tersebut akan melakukan pembelian ulang, mendukung institusi (rujukan, positive

word of mouth dan lain-lain) dan menjadi konsumen yang loyal. Atas dasar tersebut

di atas, pemasaran pelayanan kesehatan didefinisikan sebagai proses untuk

memahami kebutuhan dan keinginan konsumen. Proses ini menggambarkan suatu

keadaan yang dinamis. Fokus proses adalah kepuasan konsumen yang memiliki

kebutuhan dan keinginan yang selalu berubah. Sehingga proses disini dibutuhkan

untuk menyesuaikannya dengan perubahan tersebut (Berkowitz, 1996).

2.5.2. Etika Pemasaran Rumah Sakit

Kotler (1995), mengatakan bahwa ada perbedaan antara kebutuhan, keinginan

dan permintaan.

a. Kebutuhan manusia adalah keadaan merasa tidak memiliki kepuasan dasar.

Manusia membutuhkan makanan, pakaian, perlindungan, keamanan, hak milik,

harga diri dan beberapa hal lain untuk bisa hidup. Kebutuhan ini tidak diciptakan

oleh masyarakat atau petugas pemasaran, karena pada dasarnya sudah terdapat

pada diri manusia.

b. Keinginan adalah hasrat atau pemuas tertentu dari kebutuhan tersebut. Keinginan

tersebut dibentuk oleh kekuatan institusi sosial seperti sekolah, keluarga, dan

perusahaan. Sehingga keinginan dengan sendirinya lebih banyak dari pada

(51)

c. Permintaan adalah keinginan akan suatu produk yang didukung dengan

kemampuan serta kesediaan membelinya. Keinginan akan menjadi permintaan

jika didukung dengan daya beli.

Adanya perbedaan ini menyebabkan pengkritik pemasaran mengatakan bahwa

petugas pemasaran mencipkatan kebutuhan atau pemasar membuat orang membeli

barang-barang yang tidak mereka inginkan. Padahal petugas pemasaran tidak

menciptakan kebutuhan, karena kebutuhan itu sudah ada sebelumnya. Peranan

pemasar adalah memengaruhi keinginan dan permintaan dengan membuat suatu

produk yang cocok, menarik, terjangkau dan mudah didapatkan oleh konsumen yang

dituju.

Berdasarkan paparan di atas jelaslah bahwa peranan etika pemasaran sangat

penting khususnya bagi jasa pelayanan kesehatan. Sehingga tujuan pemasaran rumah

sakit menurut Jacobalis (2004) seharusnya adalah mengenal dan memahami

kebutuhan dan keinginan pasien dengan sebaik-baiknya, sehingga secara etis jasa-jasa

rumah sakit yang diproduksi dan ditawarkan harus sesuai dengan kebutuhan dan

keinginan mereka.

Kusumanto (2004) yang mengatakan bahwa kondisi sakit itu sendiri bukanlah

kebutuhan, bahkan dihindari. Oleh karena itu, yang harus dipahami oleh rumah sakit

dalam memberikan pelayanan kesehatan adalah memahami apa sebenarnya

kebutuhan dan keinginan orang sakit itu. Kebutuhan orang sakit adalah pengobatan

atau pelayanan medis yang sifatnya kuratif, atau tindakan medis termasuk pemberian

(52)

tempat untuk mendapat pelayanan kesehatan. Hal ini dipengaruhi oleh latar belakang

pendidikan, ekonomi, budaya dan sosial orang tersebut. Pertimbangan lain yang juga

turut memengaruhi keinginan tadi adalah jenis penyakit yang dideritanya, apakah

masih dapat diatasi sendiri, apakah harus dibantu orang lain, apakah gawat dan

sebagainya.

2.6. Teori tentang Bauran Pemasaran Jasa 2.6.1. Pengertian Bauran Pemasaran Jasa

Bauran pemasaran menurut Kotler (1995) adalah kelompok kiat pemasaran

yang digunakan perusahaan untuk mencapai sasaran pemasarannya dalam pasar

sasaran. Bauran ini merupakan suatu alat bagi perusahaan yang perlu ditetapkan agar

implementasi strategi pemasaran berjalan dengan baik. Penetapan bauran pemasaran

dilakukan apabila penentuan segmentasi, target pasar dan posisi pasar yang tepat

telah dilakukan.

2.6.2. Unsur-Unsur Bauran Pemasaran Jasa

Menurut Rangkuti (2002), strategi bauran pemasaran sebagai bagian dari

perencanaan pemasaran minimal harus mencakup hal-hal sebagai berikut :

1. Produk apa yang dihasilkan

2. Berapa harga yang akan dijual kepada konsumen

3. Bagaimana strategi promosi dapat meningkatkan awareness atas produk /jasa

yang dihasilkan ditengah persaingan.

(53)

Khusus untuk bauran pemasaran produk jasa, menurut Lupiyoadi (2001),

keempat hal tersebut di atas belumlah mencukupi. Jika selama ini bauran pemasaran

umumnya dikenal dengan istilah 4 P yang meliputi : product, price, place dan

promotion, maka untuk produk jasa perlu ditambahkan dengan physical evidence,

people dan process. Ketiga hal ini berkaitan dengan perbedaan karakteristik produk

jasa. Salah satu karakteristik adalah produk jasa pada tahap produksi hingga tahap

konsumsi merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan dan

mengikutsertakan konsumen dan pemberi jasa secara langsung. Atau dengan kata

lain, terjadi interaksi langsung antara keduanya. Sebagai suatu bauran, unsur-unsur

tersebut saling memengaruhi satu sama lain sehingga bila salah satunya tidak tepat

pengorganisasiannya akan memengaruhi strategi pemsaran secara keseluruhan.

1. Produk (Product)

Manusia memenuhi kebutuhan dan keinginan dengan produk barang dan jasa.

Produk, menurut Kotler (1995) adalah sesuatu yang dapat ditawarkan untuk

memenuhi kebutuhan atau keinginan. Produk juga merupakan keseluruhan konsep

objek atau proses yang memberikan sejumlah nilai atau manfaat kepada konsumen.

Yang perlu diperhatikan dari unsur ini adalah konsumen tidak hanya membeli fisik

produk itu saja tetapi membeli manfaat dan nilai dari produk tersebut. Terutama pada

produk jasa yang tidak menimbulkan beralihnya kepemilikan dari penyedia jasa

kepada konsumen.

Produk jasa yang dimaksud di sini adalah keseluruhan konsep produk yang

Gambar

Gambar 2.1. Tiga Determinan Pengenalan Kebutuhan
Gambar 2.2. Model Proses Pembelian Lima Tahap
Gambar 2.3. Langkah-Langkah Antara Evaluasi Alternatif dan Keputusan
Gambar 2.4. Kerangka Konsep Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Secara  parsial  variabel  biaya  rawat  inap  secara  negatif  berpengaruh  terhadap kepuasan pasien  rawat  inap, artinya apabila biaya rawat  inap  naik  maka 

Populasi penelitian adalah seluruh pasien pribadi rawat inap yang sudah pernah di rawat inap di Rumah Sakit Columbia Asia Medan yaitu pasien pribadi yang dengan keinginan

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ”PENGARUH MUTU PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PELABUHAN MEDAN (PRIMA HUSADA

PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PELABUHAN MEDAN (PRIMA HUSADA CIPTA) TAHUN 2017” ini beserta seluruh isinya adalah benar

Berdasarkan data yang diperoleh dari manajemen rumah sakit kemudian dianalisis, didapatkan bahwa dari empat komponen penilaian terhadap kepuasan pasien rawat inap

DATA PASIEN ANAK RAWAT INAP RUMAH SAKIT PIRNGADI MEDAN TAHUN

Berdasarkan hasil penelitian bauran pemasaran produk, harga, tempat, promosi, orang, proses, serta bukti fisik mempunyai pengaruh terhadap loyalitas pasien rawat inap, baik

Berdasarkan data yang diperoleh dari manajemen rumah sakit kemudian dianalisis, didapatkan bahwa dari empat komponen penilaian terhadap kepuasan pasien rawat inap