• Tidak ada hasil yang ditemukan

Randomized Posttes-Only Control Group Design

C. Pengujian Hipotesis Penelitian dan Pembahasan 1 Pengujian Hipotesis Penelitian

2. Pembahasan Hasil Penelitian

Dari hasil perhitungan uji hipotesis menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih baik dari pada rata-rata hasil belajar siswa kelas kontrol. Sehingga dapat dikatakan bahwa perbedaan rata-rata hasil belajar matematika siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol merupakan efek dari perlakuan. Dengan demikian, terdapat pengaruh pada penerapan metode turnamen belajar (learning tournament) terhadap hasil belajar matematika siswa.

Pembelajaran dengan menggunakan metode turnamen belajar (learning tournament) mendorong siswa untuk aktif selama pembelajaran berlangsung. Hal ini karena metode turnamen belajar (learning tournament) merupakan salah satu cara belajar dimana siswa diarahkan untuk lebih banyak terlibat

dalam proses pembelajaran, yang bertujuan agar siswa aktif dalam belajar, memahami konsep matematika secara mudah, melatih siswa untuk percaya diri dalam memecahkan soal latihan, dan melatih siswa untuk mempunyai sikap yang obyektif dan jujur dalam menyelesaikan tugasnya dalam kelompok. Peranan guru dalam metode ini hanya sebatas motivator yang membantu kebutuhan-kebutuhan siswa dalam proses belajarnya, serta menjadi sumber informasi apabila dibutuhkan oleh siswa. Pada pelaksanaannya siswa hanya diberikan gambaran dan langkah-langkah secara garis besar, kemudian siswa mengolah dan mengaplikasikannya, sehingga siswa dapat memahami konsep yang dipelajarinya. Dengan menggunakan metode ini siswa akan mengalami kepuasan dan motivasi tersendiri dalam memahami pelajaran.

Pada awal pertemuan siswa masih kaku dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode turnamen belajar, sehingga pada awal pembelajaran guru masih aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini terjadi karena siswa terbiasa menerima informasi dari guru. Sehingga pada pertemuan awal aktivitas kelas belum dapat dikondisikan dengan baik. Keaktifan siswa hanya terlihat pada siswa tertentu saja.Pada pertemuan ini, keaktifan kelas didominasi oleh beberapa siswa yang pandai saja, siswa yang kurang pandai merasa bingung selama pembelajaran berlangsung.

Pada pertemuan berikutnya, aktivitas kelas sudah dapat dikondisikan dengan baik. Pada saat mengerjakan lembar kerja siswa (LKS), ada beberapa siswa yang masih merasa bingung dalam memahami materi bilangan pecahan. Ada beberapa siswa yang dalam menentukan pecahan pada gambar, siswa masih mengalami kesulitan dalam menentukan besar daerah yang diarsir dan yang tidak diarsir, dan siswa masih bingung dalam menentukan mana yang dijadikan penyebut dan pembilangnya. Oleh karena itu, guru membantu siswa memberikan bimbingan dan arahan terkait dengan kesulitan- kesulitan yang dialami oleh siswa dan sudah ada beberapa siswa tidak malu untuk bertanya kepada guru mengenai proses perhitungannya. Sehingga pada

pertemuan ini sudah terjadi interaksi dan tanya jawab antara siswa dengan guru.

Pertemuan selanjutnya sampai dengan pertemuan terakhir, siswa sudah mulai terbiasa dengan metode turnamen belajar (learning tournament). Siswa terlihat lebih antusias dengan pembelajarannya dan terlihat lebih aktif dari pertemuan sebelumnya. Sehingga pembelajaran berjalan dengan baik dan menunjukkan peningkatan pada pemahaman siswa. Hal ini terbukti dengan adanya hasil yang baik pada saat siswa mengerjakan lembar kerja siswa (LKS).

Sedangkan pembelajaran pada kelas kontrol menggunakan metode konvensional. Siswa hanya menerima semua penjelasan dari guru dan mencatat materi yang telah diberikan oleh guru. Dan terkadang juga ada beberapa siswa yang bertanya, namun lebih banyak siswa yang pasif selama pembelajaran berlangsung. Banyak siswa yang mengobrol dengan temannya, ada siswa yang bercanda dengan temannya dan masih banyak lagi aktivitas- aktivitas lain yang dilakukan oleh siswa. Sehingga banyak siswa yang pasif selama pembelajaran, mereka hanya aktif untuk hal-hal yang bersifat negatif. Sehingga proses belajar mengajarnya juga tidak dapat terkondisikan dengan baik, sehingga hasil belajar pada kelas kontrol tidak dapat maksimal.

Oleh karena itu, hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode turnamen belajar lebih baik dibandingkan dengan yang diajarkan dengan menggunakan metode konvensional. Hal ini dapat terjadi karena metode turnamen belajar mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan metode konvensional. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Melvin L Silbermen terkait dengan beberapa kelebihan metode turnamen belajar. Adapun kelebihan metode turnamen belajar juga adalah salah satu cara terbaik untuk mengembangkan memberikan tugas belajar yang diberikan secara berkelompok kecil peserta didik, dukungan sejawat, keragaman pandangan, pengetahuan dan keahlian, membantu mewujudkan belajar dengan cara bekerjasama satu bagian yang berharga untuk iklim belajar dikelas. Metode turnamen belajar merupakan

salah satu cara belajar dimana siswa diarahkan untuk lebih banyak mendominasi proses pembelajaran, yang bertujuan agar siswa aktif dalam belajar, melatih belajar sendiri, dan bekerja sama dalam menyelesaikan tugasnya dalam kelompok.

Pembelajaran aktif dengan strategi turnamen belajar dilakukan dengan permainan yang bersifat kompetisi tim dan penggabungan kelompok belajar serta kerja sama. Kompetisi atau persaingan dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar dalam bentuk persaingan kelompok, juga persaingan dalam bentuk individu. Kompetisi dapat dilakukan dengan cara bekerja kelompok kemudian bersaing dengan kelompok lain sehingga hal ini akan meningkatkan semangat anak didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang serta dapat menarik perhatian anak didik. Kompetisi yang dimaksud bukan kompetisi untuk saling menjatuhkan dan yang lain direndahkan, tetapi kompetisi yang dimaksud adalah kompetisi dalam kelompok belajar agar mencapai hasil yang lebih tinggi tanpa menjatuhkan orang atau siswa. Menurut Sudjana, bahwa kerja sama dan persaingan dapat digunakan sebagaivariasi dalam kegiatan belajar siswa sehingga menunjang motivasi dan perhatian belajar.

Keunggulan lain adalah mengoptimalkan partisipasi siswa. Metode ini memberikan kesempatan pada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukan partisipasi mereka pada orang lain. Membantu siswa mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap secara aktif. Berdasarkan teori tersebut dapat terbukti bahwa pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif metode turnamen belajar berpengaruh terhadap hasil belajar yang baik bagi siswa.

Adapun temuan dalam penelitian, kekurangan dari metode turnamen belajar adalah guru harus membuat ringkasan materi dengan singkat dan jelas, sehingga hal ini dapat menyebabkan siswa yang cenderung pendiam dan pasif dalam mengikuti diskusi kelompok sulit memahami materi tersebut, maka guru dalam hal ini harus melakukan komunikasi agar siswa terlibat aktif

dengan melakukan tanya jawab mengenai materi pelajaran yang belum dipahami.

Berdasarkan tes hasil belajar dari kelas eksperimen dapat diketahui bahwa pada kelas eksperimen yang diajarkan dengan menggunakan metode turnamen belajar mendapatkan nilai diatas atau memenuhi KKM sebanyak 68% yaitu 17 siswa, artinya sebanyak 17 siswa telah tuntas pada pokok bahasan bilangan pecahan. Sedangkan yang mendapat nilai dibawah rata-rata sebanyak 32% yaitu 8 siswa, artinya sebanyak 8 siswa belum tuntas pada pokok bahasan bilangan pecahan.

Sedangkan dari 25 siswa di kelas kontrol yang diajarkan dengan menggunakan metode konvensional mendapat nilai diatas KKM sebanyak 20% yaitu 5 siswa, artinya sebanyak 5 siswa telah tuntas pada pokok bahasan bilangan pecahan. Sedangkan yang mendapat nilai dibawah KKM sebanyak 80% yaitu 20siswa, artinya sebanyak 20 siswa belum mencapai nilai criteria ketuntasan minimal pada pokok bahasan bilangan pecahan.

Dokumen terkait