• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Metode Turnamen Belajar (Learning Tournament) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Iv Min Parung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Metode Turnamen Belajar (Learning Tournament) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Iv Min Parung"

Copied!
200
0
0

Teks penuh

(1)

KELAS IV MIN PARUNG

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

SITI NURJANAH NIM. 108018300020

JURUSAN KI-PGMI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Department of Islamic Education, Teacher Education Program Faculty Tarbiyah Islamic Elementary School and Teaching Syarif Hidayatullah State Islamic University in Jakarta.

(6)

ii

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode turnamen belajar dan yang diajarkan dengan menggunakan metode konvensional, dan untuk mengetahui pengaruh metode turnamen belajar terhadap hasil belajar matematika siswa. Penelitian ini dilakukan Di MIN Parung pada kelas IV. Dengan teknik Cluster Random Sampling diperoleh dua kelas sebagai sampel. Kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan metode turnamen belajar dan kelas kontrol pembelajarannya menggunakan metode konvensional. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen dengan desain penelitian Randomized Posttest-Only Control Group Design. Instrumen penelitian ini berupa tes hasil belajar matematika siswa, berbentuk tes uraian. Dari nilai tes hasil belajar matematika siswa diperoleh kedua kelas berdistribusi normal dan homogen. Kemudian dari perhitungan uji hipotesis dengan mengunakan uji-t, diperoleh nilai thitung > ttabel (3,70 > 1,68). Maka terima H1, rata-rata hasil belajar matematika

siswa yang diajarkan dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif metode turnamen belajar lebih tinggi dari rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode konvensional. Dengan demikian metode turnamen belajar berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika siswa.

(7)

iii

rahmat dan hidayah-Nya maka skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam

semoga selalu terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, seorang teladan yang

baik dan pembimbing umat.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa kemampuan dan

pengetahuan penulis sangat terbatas, maka hanya bimbingan, pengarahan, dan

dukungan dari berbagai pihak sangat membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Nurlena Rifa’i, M.A, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Drs. Rusydi Zakaria, M.Ed. M.Phil selaku Ketua Jurusan

Kependidikan Islam dan Bapak Fauzan, MA selaku ketua Prodi PGMI yang

telah meluangkan waktu dan tenaganya dalam memberikan pengarahan dan

motivasi kepada penulis.

3. Ibu Dra. Afidah Mas’ud selaku pembimbing yang penuh kesabaran dan perhatian yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk membimbing

dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Ibu Sururin, selaku Dosen Pembimbing Akademik, terima kasih atas

bimbingan, motivasi dan nasehatnya.

5. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan Kependidikan Islam Prodi Pendidikan Guru

Madrasah Ibtidaiyah.

6. Pimpinan dan Staff Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis

dalam menyediakan serta memberikan pinjaman literatur yang dibutuhkan.

7. Kepala sekolah MIN Parung Bapak H. Aad Adlani, S.Ag, M.Pd.i beserta guru

(8)

iv

penulis, dan dukungan baik dari segi moril maupun materil. Semoga suatu

saat nanti ananda bisa membalas semua kebaikan Abi dan Umi serta ananda

bisa menjadi kebanggan Abi dan Umi. Amin...

9. Kakaku tercinta M. Asep Saepudin dan Adikku tercinta Siti Latifah sa’diah dan Mustopa Abdul M yang telah memberikan supportnya untuk aku.

10.Terimakasih untuk tunanganku M. Firdaus Mustaqim, yang selalu

memberikan support, sebagai sumber inspirasi dan motivasi sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

11.Semua teman-temanku PGMI angkatan 2008, Lusi, Rihlah, Nuy, Muth, Lista

yang selalu memberikan motivasi, dan tentunya PGMI KOBE VIA semoga

pertemanan dan persahabatan kita akan abadi selamanya.

12.Kakak kelas dan adik kelas PGMI yang telah memberikan doa dan membantu

mempermudah penulis dalam menyusun skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi

ini. Oleh karena itu, penulis sangan mengharapkan saran dan kritik yang dapat

membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Harapan penulis, semoga skripsi ini

bermanfaat khususnya bagi penulis umumnya bagi semua pihak yang

membacanya.

Jakarta, 05 September 2013

Penulis

(9)

v

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GRAFIK viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 7

C. Pembatasan Masalah 8

D.Perumusan Masalah 8

E. Tujuan Penelitian 8

F. Manfaat Penelitian 9

BAB II LANDASAN TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori 10

1. Hasil Belajar Matematika 10

a. Pembelajaran Matematika 10

b. Pengertian Belajar 14

c. Hasil Belajar Matematika 17

d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar 22

2. Strategi Pembelajaran Aktif 23

a. Pengertian Strategi Pembelajaran 23

b. Pengertian Pembelajaran Aktif 25

c. Pembelajaran Aktif Metode Turnamen Belajar 26

3. Pembelajaran Konvensional 28

B. Hasil Penelitian Yang Relevan 31

C. Kerangka Berfikir 31

(10)

vi

D. Teknik Pengumpulan Data 35

E. Instrumen Penelitian 36

F. Uji Coba Instrumen 38

a.Validitas 38

b. Realibilitas 40

c. Uji Tingkat Kesukaran 40

d. Uji Daya Pembeda 41

G. Teknik Analisis Data 42

a. Uji Prasyarat Analisis Data Kuantitatif 42

1. Uji Normalitas 42

2. Uji Homogenitas 43

3. Uji Hipotesis 44

4. Hipotesis Statistik 44

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data 46

1. Deskripsi Data Hasil Belajar Matematika Kelas Eksperimen 46 2. Deskripsi Data Hasil Belajar Matematika Kelas Kontrol 48

B. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis 52

1. Uji Normalitas Tes Hasil Belajar Matematika Siswa 52

a. Uji Normalitas Kelas Eksperimen 52

b. Uji Normalitas Kelas Kontrol 52

2. Uji Homogenitas Tes Hasil Belajar Matematika Siswa 53

C. Pengujian Hipotesis Penelitian dan Pembahasan 53

1. Pengajuan Hipotesis Penelitian 53

2. Pembahasan Hasil Penelitian 54

3. Data Respon Siswa 58

(11)

vii

DAFTAR PUSTAKA 62

LAMPIRAN-LAMPIRAN 64

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan pembelajaran konvensional dengan turnamen belajar 30

Tabel 3.1 Randomized Posttes-Only Control Group Design 35

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar 37

Tabel 3.3 Kriteria Penskoran Soal Uraian Untuk No. 2, 3, 5, 7, 8, 9 39

Tabel 3.4 Kriteria Penskoran Soal Uraian Untuk No. 4, 6, 10, 11, 12, 13 39

Tabel 3.5 Kriteria Penskoran Soal Uraian Untuk No. 1, 14, 15, 16 39

Tabel 3.6 Kriteria Penskoran Soal Uraian Untuk No. 17 40

Tabel 3.7 Klasifikasi Tingkat Kesukaran 41

Tabel 3.8 Klasifikasi Daya Pembeda 42

Tabel 4.1 Rekapitulasi Skor Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen 46

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas

Eksperimen 47

Tabel 4.3 Rekapitulasi Skor Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol 49

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas

Kontrol 49

Tabel 4.5 Perbandingan Hasil Belajar Matematika Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol Rekapitulasi Skor Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol 51

Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Normalitas 52

Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Homogenitas 53

Tabel 4.8 Hasil Uji Perbedaan Dengan Statistik Uji t 54

DAFTAR GRAFIK

Gambar 4.1 Kurva Ogive Kelas Eksperimen 47

Gambar 4.2 Grafik Histogram Dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil Belajar

Matematika Siswa Kelas Eksperimen 48

(12)

viii

1. Lampiran 1 RPP Kelas Eksperimen 64

2. Lampiran 2 RPP Kelas Kontrol 104

3. Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa 108

4. Lampiran 4 Kisi-Kisi Instrumen Uji Coba Tes Hasil Belajar 133

5. Lampiran 5 Instrumen Uji Coba Tes Hasil Belajar 134

6. Lampiran 6 Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar 137

7. Lampiran 7 Instrumen Tes Hasil Belajar 138

8. Lampiran 8 Uji Validitas & Uji Reliabilitas 141

9. Lampiran 9 Taraf Kesukaran Butir Soal 144

10. Lampiran 10 Uji Daya Pembeda 146

11. Lampiran 11 Daftar Hasil Belajar Matematika

Kelas Eksperimen dan Kontrol 148

12. Lampiran 12 Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen 149

13. Lampiran 13 Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol 152

14. Lampiran 14 Perhitungan Uji Normalitas Kelas Eksperimen 155

15. Lampiranss 15 Perhitungan Uji Normalitas Kelas Kontrol 159

16. Lampiran 16 Perhitungan Uji Homogenitas 163

17. Lampiran 17 Perhitungan Uji Hipotesis Statistik 164

18. Lampiran 18 Nilai Koefisien Korelasi “r”

Product Moment dari Pearson 166

19. Lampiran 19 Luas dibawah Kurva Normal 0 – Z 167

20. Lampiran 20 Nilai Kritis Distribusi Kai Kuadrat (Chi Square) 169

21. Lampiran 21 Nilai Kritis Distribusi F 170

22. Lampiran 22 Nilai Kritis Distribusi t 174

23. Lampiran 23 Daftar Nama Kelompok Turnamen Belajar 175

24. Lembar Wawancara Siswa 176

25. Foto Hasil Penelitian 177

[image:12.595.114.494.107.761.2]
(13)

1

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan bagi semua orang. Kegiatan pendidikan

merupakan kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan tidak

dapat dipisahkan dari kehidupannya. Dengan pendidikan, kebutuhan manusia

tentang perubahan dan perkembangan dapat terpenuhi.

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Republik

Indonesia No. 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 yang berbunyi:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

Dengan demikian, pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi

peserta didik agar menjadi individu yang mandiri dan prosesnya dapat dimulai

sedini mungkin. Penyelenggaraan pendidikan ke arah yang lebih maju dapat

menumbuh kembangkan potensi individu agar mampu memimpin kelangsungan

hidup dan kehidupan ini. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan mutu

pendidikan pada setiap jenjangnya. Keberhasilan dan peningkatan mutu

pendidikan menjadi tujuan dan cita-cita bersama agar dapat menciptakan sumber

daya manusia yang berkualitas. Pendidikan yang diperoleh melalui sekolah

diharapkan mampu menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.

Dalam proses pendidikan diperlukan proses belajar mengajar yang harus

saling mendukung antara guru sebagai pengajar dan siswa sebagai pelajar. Guru

sebagai pengajar harus memenuhi kewajibannya membimbing siswanya dalam

mengikuti pembelajaran di sekolah. Sedangkan siswa sebagai pelajar wajib

1

(14)

mengikuti pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu diperlukan kerjasama yang

baik antara guru, siswa dan komponen-komponen pendidikan sehingga tercipta

proses pendidikan yang berkualitas.

Pada dasarnya siswa memiliki hak dan kewajiban dalam memperoleh

pendidikan. Hak siswa yaitu memperoleh pendidikan yang layak dengan tidak

memandang status social dan kemasyarakatan. Sedangkan kewajiban siswa yaitu

menaati peraturan yang telah dibuat setelah mereka memasuki dunia pendidikan

sekolah. Diantara kewajiban-kewajiban siswa adalah mengikuti kurikulum

pendidikan. Dalam kurikulum tersebut terdapat pelajaran matematika yang wajib

diikuti oleh setiap siswa. Hal ini diperkuat oleh undang-undang Republik

Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa setiap

siswa yang berada pada jenjang pendidikan dasar dan menengah wajib mengikuti

pelajaran matematika.

Matematika adalah bagian yang sangat penting dalam ilmu pengetahuan

dan teknologi, diperlukan oleh setiap orang untuk dijadikan sarana dalam berfikir,

karena matematika dapat memberi manfaat serta kemudahan dalam kehidupan

sehari-hari, misalnya matematika digunakan untuk memecahkan persoalan yang

ada dalam kehidupan sehari-hari. Matematika dari tahun ke tahun berkembang

semakin meningkat sesuai dengan tuntutan zaman. Tuntutan zaman mendorong

manusia untuk lebih kreatif dalam mengembangkan matematika sebagai ilmu

dasar.

Belajar matematika adalah suatu kegiatan, dengan bermain, berbuat, bekerja

dengan alat-alat.2 Dengan berbuat anak menghayati sesuatu dengan seluruh indera

dan jiwanya. Konsep-konsep matematika menjadi lebih jelas dan mudah dipahami

oleh anak sehingga konsep itu benar-benar tahan lama di dalam ingatan siswa.

Belajar matematika berarti mengalami. Merngalami berarti menghayati sesuatu

aktual penghayatan. Dengan menghayati berulang-ulang perbuatan maka belajar

matematika akan menjadi efektif, teknik akan menjadi lancar, konsep makin lama

makin jelas dan generalisasi makin mudah disimpulkan.

22

(15)

Dengan demikian kegiatan pembelajaran matematika di sekolah harus dapat

melibatkan siswa seluruhnya. Diperlukan pembelajaran aktif dan metode

pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran matematika sehingga siswa dapat

berbuat, mengalami, memahami dan menghayati pembelajaran matematika yang

diberikan sesuai dengan pengertian belajar matematika diatas. Karena

keberhasilan suatu pembelajaran dilihat dari keberhasilan siswa dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran yaitu dilihat dari tingkat pemahaman, penguasaan materi,

serta prestasi belajar siswa. Semakin tinggi tingkat pemahaman, penguasan

materi, serta prestasi belajar siswa maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan

pembelajaran siswa.

Pembelajaran matematika cenderung abstrak, karena matematika merupakan

ilmu dengan objek yang abstrak maka sulit untuk dipahami anak usia SD.

Menurut piaget anak usia SD masih berfikir pada tahap operasi konkrit, artinya

siswa SD belum berfikir formal, sebagaimana kita ketahui, matematika adalah

ilmu deduktif, formal, dan menggunakan bahasa symbol yang memiliki arti yang

padat. Karena adanya perbedaan karakteristik antara matematika dan anak usia

SD, maka matematika akan sulit dipahami oleh anak SD jika diajarkan tanpa

memperhatikan tahap berfikir anak SD. Jika matematika ini dianggap sulit oleh

siswa SD karena pembelajarannya cenderung abstrak maka hal ini dapat

mempengaruhi minat belajar matematika siswa, Untuk membantu anak berpikir

abstrak, guru dalam proses pembelajaran matematika harus banyak memberikan

pengalaman-pengalaman belajar dengan menggunakan berbagai alat peraga atau

dengan pembelajaran aktif.

Pada saat ini, masih ada guru yang memberikan konsep-konsep matematika

sesuai dengan jalan pikirannya sendiri, tanpa memperhatikan bahwa jalan pikiran

siswa berbeda dengan jalan fikiran orang dewasa dalam memahami

konsep-konsep matematika yang abstrak. Sesuatu yang dianggap mudah menurut logika

orang dewasa dapat dianggap sulit untuk dimengerti oleh seorang anak, maka

dalam pembelajaran matematika di SD konsep-konsep matematika yang abstrak

(16)

Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang

sangat penting dalam setiap penyelenggaraan dan jenjang pendidikan.3 Ini berarti

berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan bergantung pada proses

belajar yang dialami siswa. Oleh karena itu pemahaman yang benar mengenai arti

belajar dengan segala aspek, bentuk dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh

para pendidik khususnya para guru.

Guru sebagai pengelola proses belajar dan salah satu sumber belajar

memang memberi pengaruh yang besar terhadap hasil belajar siswa. Sehingga

guru harus menciptakan suasana belajar baru dalam proses pembelajaran dengan

berbagai cara agar siswa antusias dan termotivasi dalam kegiatan pembelajaran.

Misalnya, dengan memperkenalkan kepada anak berbagai macam kegiatan belajar

seperti bermain sambil belajar, menggunakan berbagai metode pembelajaran pada

saat mengajar matematika, mengaitkan kembali matematika dengan dunia anak.

Pemerintah telah melakukan pembaharuan dan usaha untuk melakukan

perbaikan pada sistem pendidikan, seperti penyempurnaan kurikulum, dengan

meningkatkan kemampuan guru melalui penataran. Meskipun pemerintah sudah

melakukan pembaharuan dalam penyempurnaan kurikulum dengan meningkatkan

kemampuan guru melalui penataran, namun pada faktanya, mutu pendidikan di

Indonesia masih jauh dari sempurna. Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia

dapat dilihat dari rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran tertentu

khususnya matematika.

Berdasarkan data dari PISA (Programme for International Student

Assessment) tahun 2009, menyebutkan bahwa peringkat matematika Indonesia

menduduki urutan ke 61 dari 65 negara. 4 Pada PISA 2012, Indonesia kembali lagi

pada peringkat bawah, seperti yang diberitakan oleh BBC “At the lowest end are

mexico, brazil and Indonesia”.5

Dengan predikat ini bisa mencerminkan

bagaimana sistem pendidikan Indonesia yang sedang berjalan saat ini.

3

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Jakarta: Rosdakarya, 2010) cet 15 h. 87

4

http://www.oecd.org/pisa/46643496.pdf, diakses tanggal 1 September 2013

5

(17)

Keadaan seperti itu tidak jauh berbeda dengan realita yang ada pada tingkat

MI/SD khususnya. Berdasarkan hasil observasi di sekolah, data hasil belajar

matematika MIN Parung kelas IV, pada materi bilangan bulat ternyata hanya 41%

siswa yang nilai matematikanya mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)

yang ditetapkan oleh sekolah tersebut dan selebihnya 59% siswa kelas IV belum

memenuhi KKM yang ditentukan. Ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang

diperoleh siswa tergolong masih rendah.

Banyak faktor yang dapat menjadi penyebab semua itu, salah satu faktornya

yaitu dari faktor guru. Masalah yang terjadi dilapangan adalah tidak sedikit guru

dalam proses pembelajaran hanya melakukan komunikasi satu arah dimana guru

masih menggunakan metode konvensional (ceramah) dalam pembelajaran

matematika, guru menjelaskan materi pelajaran dengan ceramah, memberikan

contoh, dan latihan soal yang dikerjakan oleh siswa. Berbagai macam materi

pelajaran matematika diberikan dan cenderung hanya memberikan rumus jalan

pintas agar siswa kelihatan menguasai matematika. Akan tetapi, sebenarnya siswa

tidak mengerti apa yang sedang mereka kerjakan karena siswa dapat

menggunakan rumus tetapi tidak tahu dari mana asalnya rumus itu dan mengapa

rumus itu digunakan. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa kelas IV MIN

parung, dalam proses pembelajaran guru hanya menggunakan metode ceramah

dan latihan LKS dan belum pernah menerapkan strategi pembelajaran aktif.

Hal tersebut dapat berdampak pada hasil belajar siswa karena keberhasilan

suatu pembelajaran dilihat dari keberhasilan siswa dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran yaitu dilihat dari tingkat pemahaman, penguasaan materi, serta

prestasi belajar siswa. Semakin tinggi tingkat pemahaman, penguasan materi,

serta prestasi belajar siswa maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan

pembelajaran siswa namun sebaliknya jika semakin rendah tingkat pemahaman,

penguasan materi, serta prestasi belajar siswa maka semakin rendah pula tingkat

keberhasilan pembelajaran siswa.

Maka dapat disimpulkan rendahnya hasil belajar matematika dapat

disebabkan karena peran guru sebagai pembimbing dan fasilitator tidak berusaha

(18)

mentransfer pengetahuan yang dimiliki tanpa melibatkan aktifitas siswa dalam

proses pembelajaran dan pemilihan metode pembelajaran yang tidak tepat menjadi

penghalang kelancaran proses belajar mengajar sehingga banyak tenaga dan

waktu yang terbuang sia-sia.

Untuk dapat meningkatkan prestasi anak dalam pembelajaran matematika,

salah satu faktor penunjang adalah adanya proses belajar yang efektif.

Kedewasaan manusia yang hidup dan berkembang adalah manusia yang selalu

berubah dan perubahan itu merupkan hasil belajar. Perubhan yang dialami

seseorang karena hasil belajar dalam matematika menunjukan pada suatu proses

kedewasaan yang dialami anak tersebut. Belajar matematika adalah proses yang

aktif,6 semakin bertambah aktif anak dalam belajar matematika semakin ingat

anak akan pelajaran matematika itu.

Peran guru sebagai pembimbing dan fasilitator, harus berusaha menciptakan

kondisi pembelajaran yang efektif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar

siswa. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan kondisi dan

situasi dalam proses pembelajaran menentukan berhasil atau tidaknya suatu

pembelajaran. Berkaitan dengan hal tersebut peranan guru sebagai salah satu

komponen pembelajaran memegang peranan sangat penting dalam menentukan

keberhasilan pembelajaran, untuk itu guru harus menentukan bentuk kegiatan

pembelajaran yang tepat disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran yang

akan diajarkan melibatkan keahlian siswa.

Berdasarkan uraian diatas terlihat bahwa aktifitas siswa sangat diperlukan

dalam kegiatan belajar mengajar sehingga siswa dituntut aktif dalam membuat

suatu perencanaan pembelajaran dan melaksanakannya. Kondisi tersebut

menunjukkan perlu adanya perubahan dan perbaikan dalam usaha meningkatkan

hasil belajar siswa yaitu dengan meningkatkan kualitas pembelajaran untuk

meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Untuk meningkatkan hasil belajar

matematika siswa tersebut maka diperlukan pembelajaran aktif.

6

(19)

“Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswanya untuk belajar aktif”.7 Strategi pembelajaran aktif ini merupakan strategi

pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses

pembelajaran. Ada berbagai macam teknik dalam pembelajaran aktif diantaranya

adalah metode turnamen belajar. Turnamen Belajar merupakan salah satu strategi

pembelajaran aktif yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar

matematika siswa dalam proses belajar, “metode turnamen belajar ini

menggabungkan kelompok belajar dan kompetisi tim untuk meningkatkan

pembelajaran beragam fakta, konsep dan keterampilan.”8

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas maka peneliti

bermaksud mengadakan penelitian tentang “Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Metode Turnamen Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD/MI”

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat di identifikasi

masalah penelitian antara lain:

1. Metode pembelajaran yang diterapkan masih terpusat pada guru

2. Kurangnya minat siswa

3. Pembelajaran matematika sulit untuk dipahami

4. Siswa tidak terlibat aktif dalam proses pembelajaran

5. Metode pembelajaran konvensional tidak efektif untuk pembelajaran

matematika

7

Hisyam Zaini Dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, (Jakarta: Pustaka Insani Madani, 2008). h. XIV

8

(20)

C.

Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas, dalam penelitian ini perlu

adanya pembatasan masalah yang akan dianalisa dan diteliti. Oleh karena itu

masalah yang akan dianalisa dan diteliti pada penelitian ini dibatasi pada pengaruh

hasil belajar matematika yang diajar dengan menggunakan metode turnamen

belajar dengan hasil belajar matematika yang diajar dengan menggunakan

pembelajaran konvensional. Hasil belajar pada penelitian ini diambil dari hasil tes

yang dibuat oleh peneliti setelah memberikan materi pada pelajaran matematika

dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif metode turnamen belajar. Hasil

belajar yang dimaksud adalah hasil dari aspek kognitif.

D.

Perumusan Masalah

Dari identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan

menggunakan strategi pembelajaran aktif metode turnamen belajar

dan yang diajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional?

2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara hasil belajar

matematika siswa yang diajarkan dengan strategi pembelajaran aktif

metode turnamen belajar dengan hasil belajar matematika siswa yang

diajarkan dengan pembelajaran konvensional?

E.

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah dengan strategi pembelajaran aktif metode

turnamen belajar dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa

kelas IV.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh hasil belajar matematika

siswa yang diajarkan dengan strategi pembelajaran aktif metode

turnamen belajar dengan hasil belajar matematika siswa yang diajarkan

(21)

F.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: Dengan

penggunaan strategi pembelajaran aktif metode turnamen belajar, diharapkan

dapat meningkatkan hasil belajar siswa, keberanian dan konsentrasi siswa

(22)

10

A.

Kajian Teori

1.

Hasil Belajar Matematika

a.

Pembelajaran Matematika

“Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek, yaitu: belajar tertuju pada apa yang harus dilakukan oleh siswa,

mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai

pemberi pelajaran”.1 Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu

menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara guru dengan siswa,

serta antara siswa dengan siswa disaat pembelajaran berlangsung. Dengan

kata lain, pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi antara

peserta didik dengan pendidik serta antar peserta didik dalam rangka

perubahan sikap.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sistem pembelajaran,

diantaranya adalah faktor guru, faktor siswa, alat dan media yang tersedia,

serta faktor lingkungan.

1. Faktor Guru

Guru dalam proses pembelajaran memegang peran yang sangat penting,

apalagi untuk siswa pada usia pendidikan dasar. Sebab, siswa adalah

organisme yang sedang berkembang yang memerlukan bimbingan dan

bantuan orang dewasa. Dalam proses pembelajaran, guru berperan sebagai

pengelola pembelajaran (manager of learning). Dengan demikian, efektivitas

pembelajaran terletak dipundak guru. Oleh karenanya, keberhasilan proses

pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru.

1

(23)

2. Faktor Siswa

Sikap dan keterampilan siswa merupakan aspek yang dapat mempengaruhi

proses pembelajaran. Didalam kelas terkadang ada siswa yang aktif dan

pendiam, dan tidak sedikit siswa yang ada dalam kelas dapat termotivasi

untuk mengikuti proses pembelajaran. Sikap dan keterampilan siswa akan

mempengaruhi proses pembelajaran didalam kelas.

3. Faktor Sarana dan Prasarana

Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap

kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran, dengan

adanya media pembelajaran siswa akan termotivasi untuk mengikuti proses

pembelajaran yang ada didalam kelas. Sedangkan prasarana adalah segala

sesuatu yang tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses

pembelajaran, misalnya jalan menuju sekolah, apabila jalan untuk menuju ke

sekolah rusak maka akan menghambat siswa untuk menuntut ilmu.

Kelengkapan sarana dan prasarana akan membantu guru dalam

penyelenggaraan proses pembelajaran dengan demikian sarana dan prasarana

merupakan komponen penting yang dapat mempengaruhi proses

pembelajaran.

4. Faktor Lingkungan

Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat mempengaruhi

proses pembelajaran, yaitu faktor organisasi kelas dan faktor iklim

social-psikologis.

5. Faktor Organisasi

Faktor organisasi kelas yang didalamnya meliputi jumlah siswa dalam satu

kelas merupakan aspek penting yang mempengaruhi proses pembelajaran.

Organisasi kelas yang besar akan kurang efektif untuk mencapai tujuan

(24)

6. Faktor Iklim Sosial-Psikologis

Maksudnya, keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat dalam

proses pembelajaran misalnya murid yang tidak menyukai cara mengajar

gurunya akan mempunyai dampak terhadap keberhasilan belajar siswa

tersebut.2

Sifat-sifat proses belajar matematika adalah:

a) Belajar matematika merupakan suatu interaksi antara anak dengan

lingkungan. Dari lingkungannya si anak dapat memilih apa yang ia

butuhkan dan apa yang dapat ia pergunakan untuk pertumbuhan dan

perkembangannya.

b) Belajar berarti berbuat. Belajar matematika adalah suatu kegiatan,

dengan bermain, berbuat, bekerja dengan alat-alat. Dengan berbuat

anak merasakan sesuatu dengan seluruh indera dan jiwanya.

Konsep-konsep matematika menjadi lebih jelas dan mudah dipahami oleh

anak sehingga konsep itu benar-benar masuk ke dalam ingatan

siswa.

c) Belajar matematika berarti mengalami. Merngalami berarti

menghayati sesuatu perbuatan yang anak lakukan. Dengan

menghayati berulang-ulang perbuatan maka belajar matematika akan

menjadi efektif, teknik akan menjadi lancar, konsep makin lama

makin jelas dan generalisasi makin mudah disimpulkan.

d) Belajar matematika memerlukan motivasi. Dalam proses

pembelajaran Anak didik adalah manusia yang membutuhkan

bantuan dari guru sehingga anak bisa berkembang secara harmonis. 3

“Russefendi (1988: 23), berpendapat bahwa matematika terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma,

dan dalil-dalil di mana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku

2

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendididkan, (Jakarta: Kencana, 2011). cet. 8 h. 52

3

(25)

secara umum, karena itulah matematika sering disebut ilmu deduktif”.4

Dalam dokumen Standar Kompetensi mata pelajaran matematika untuk

satuan SD dan MI pada kurikulum 2004 disebutkan “Matematika merupakan

suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui melalui

proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai

akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga keterkaitan antar konsep

dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas”.

“Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar

melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi dan eksperimen, sebagai alat

pemecahan masalah melalui pola pikir dan model matematika serta sebagai

alat komunikasi melalui simbol, tabel, grafik, dan diagram dalam

menjelaskan gagasan”.5 Adapun tujuan pembelajaran matematika adalah

“melatih dan menumbuhkan cara berpikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif dan konsisten. Serta mengembangkan sikap gigih dan percaya diri

sesuai dalam menyelesaikan masalah”.6 Dalam adanya tujuan pembelajaran

matematika ini diharapkan siswa dapat memahami konsep matematika, dapat

menjelaskan keterkaitan antar konsep serta mengaplikasikan konsep secara

akurat dalam memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami

masalah, dengan pembelajaran matematika diharapkan siswa memiliki sikap

menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa

ingin tahu, perhatian dalam mempelajari matematika serta percaya diri dalam

memecahkan suatu masalah.

Pada hakikatnya belajar matematika adalah berfikir dan berbuat atau

mengerjakan matematika.7 Hudoyo menyatakan seseorang dikatakan belajar

matematika apabila pada diri seorang tersebut terjadi suatu kegiatan yang

dapat mengakibatkan perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan

matematika.

4

Ibid, h. 4.

5

Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SD dan MI. (Jakarta: DEPDIKNAS. 2003), h. 5

6

Ibid, h. 6 7

(26)

b.

Pengertian Belajar

“Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, hal ini

berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada

keberhasilan proses belajar siswa disekolah dan lingkungan sekitarnya”.8

“Tahapan dalam belajar tergantung pada fase-fase belajar, salah satu tahapannya adalah yang dikemukakan oleh Witting yaitu: a) tahap

acquisition, yaitu tahap perolehan informasi, b) tahap storage, yaitu tahapan

penyimpanan informas,i c) tahap retrieval, yaitu tahapan pendekatan

kembali informasi”.9

Selanjutnya ada, yang mendefinisikan: “belajar adalah berubah”.10 Dalam

hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi

belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar.

Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan,

tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, dan tingkah laku

pribadi seseorang.

Ernes ER. Hilgard, mendefinisikan sebagai berikut: leraning is the process by which an activity originates or is charged throught training procedures (wether in the laboratory or in the natural environments) as disitinguished from changes by factor not attributable to training. Artinya, (seseorang dapat dikatakan belajar kalau dapat melakukan sesuatu dengan cara latihan-latihan sehingga yang bersangkutan bisa berubah).11

Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa perbuatan belajar

terjadi karena interaksi seseorang dengan lingkungannya yang akan

menghasilkan suatu perubahan tingkah laku pada berbagai aspek, diantaranya

8

Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2008). Cet 1 h. 1

9

Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Multi Pressindo, 2008. Cet 1 h. 1

10

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta : Rajawali Press : 2011). Cet 19 h. 21

11

(27)

pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Perubahan-perubahan yang terjadi

disadari oleh individu yang belajar, berkesinambungan dan akan berdampak

pada fungsi kehidupan lainnya. Selain itu perubahan bersifat positif, terjadi

karena peran aktif dari pembelajar, tidak bersifat sementara, bertujuan dan

perubahan yang terjadi meliputi keseluruhan tingkah laku pada sikap,

keterampilan, pengetahuan dan sebagainya.

Sejalan dengan perubahan paradigma dalam belajar, belajar tidak efektif

jika anak duduk dengan manis dikelas sementara guru menjejali anak dengan

berbagai hal, namun belajar saat ini memiliki kecenderungan dengan istilah

belajar aktif merupakan suatu pendekatan dalam pengelolaan sistem

pembelajaran melalui cara-cara belajar yang aktif menuju belajar yang

mandiri. Kemampuan belajar mandiri merupakan tujuan akhir dari belajar

aktif. Untuk mencapai hal tersebut, kegiatan pembelajaran dirancang

sedemikian rupa agar bermakna bagi siswa. Belajar bermakna terjadi apabila

siswa berperan secara aktif dalam proses belajar dan akhirnya mampu

merumuskan apa yang akan dipelajarinya.

Keberhasilan belajar seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan

eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri sendiri,

seperti fisik yang sehat, memiliki motivasi atau minat yang kuat untuk

belajar, kesehatan fisik dan motivasi dalam mengikuti proses pembelajaran

sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa, karena keadaan fisik yang

kurang sehat akan mengganggu konsentrasi siswa dalam mengikuti pelajaran

dan motivasi siswa untuk mengikuti pelajaran berkurang.12 Faktor eksternal

adalah lingkungan keluarga yang harmonis, perhatian orang tua, fasilitas

belajar yang memadai, apabila keadaan keluarga yang harmonis dan adanya

perhatian orang tua akan sangat mempengaruhi psikologis anak yang positif

begitu juga dengan adanya fasilitas belajar yang memadai akan membantu

kegiatan belajar siswa.13

12

Zikri Neni Iska, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Kizi Brothers, 2008). Cet 1 h. 91 13

(28)

Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem

lingkungan (kondisi) belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan

mengajar. Mengajar diartikan sebagai suatu usaha penciptaan sistem

lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Mengenai tujuan

belajar itu sebenarnya banyak dan bervariasi. Tujuan-tujuan belajar yang

eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional, lazim

dinamakan dengan instructional effect, yang biasa berbentuk pengetahuan dan

keterampilan. Sedangkan tujuan-tujuan yang lebih merupakan hasil

sampingan yaitu: tercapai karena siswa “menghidupi (to live in) suatu sistem

lingkungan belajar tertentu seperti contohnya, kemampuan berfikir kritis dan

kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima pendapat orang lain. Semua

itu lazim diberi istilah nurturant effect. Jadi guru dalam mengajar, harus

sudah memiliki rencana dan menetapkan strategi belajar-mengajar untuk

mencapai instructional effect, maupun kedua-duanya.

Dari uraian diatas, kalau dirangkum dan ditinjau secara umum, maka

tujuan belajar itu ada tiga jenis yaitu: untuk mendapatkan pengetahuan,

penanaman konsep dan keterampilan, pembentukan sikap.

1. Untuk mendapatkan pengetahuan

seseorang tidak dapat mengembangkan kemampuan berfikir tanpa bahan

pengetahuan dan sebaliknya kemampuan berfiki seseorang dapat

memperkaya pengetahuan.

2. Penanaman konsep dan keterampilan

Penanaman konsep memerlukan keterampilan. Keterampilan dibagi

menjadi dua macam yaitu: keterampilan jasmaniah dan rohani. Keterampilan

jasmaniah adalah keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat dan diamati,

seperti penampilan anggota tubuh seseorang yang sedang belajar. Sedangkan

keterampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu berurusan dengan

masalah-masalah keterampilan yang dapat dilihat, karena bersifat lebih

abstrak, menyangkut persoalan-persoalan penghayatan, dan keterampilan

berfikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah

(29)

3. Pembentukan sikap

Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik, tidak akan terlepas

dari soal penanaman nilai-nilai. Guru sebagai pendidik tidak hanya mengajar,

namun harus mampu menanamkan nilai-nilai tersebut kepada anak

didiknya.14

Jadi pada intinya, tujuan belajar itu adalah ingin mendapatkan

pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap mental/nilai-nilai.

Pencapaian tujuan belajar berarti akan menghasilkan hasil belajar.

Prinsip belajar menurut Slameto, berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar: 1) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat, dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional, 2) Belajar harus dapat menimbulkan

“reinforcement” dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional, 3) Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif, 4) Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.15

c.

Hasil Belajar Matematika

Suatu proses belajar akan menghasilkan hasil belajar, terlihat dari apa

yang dilakukan oleh siswa yang sebelumnya tidak dapat dibuktikan dengan

perbuatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nana Sudjana yang menyatakan:

“suatu perbuatan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan saja perubahan mengenai pengetahuan tetapi juga pengetahuan untuk membentuk

kecakapan, kebiasaan, sikap dan cita-cita.”

“Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup

14

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press : 2011). Cet 19 h. 26-29

15

(30)

bidang kognitif, afektif dan psikomotorik”.16 Hasil belajar adalah tingkah laku

yang dimiliki individu sebagai akibat dari proses belajar yang ditempuh.

“Hasil belajar merupakan gambaran kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam satu kompetensi

dasar”.17 Dari kedua pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah ia menerima

pengalaman belajarnya.

Untuk memperoleh hasil belajar, dilakukan evaluasi atau penilaian yang

merupakan tindak lanjut atau cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa.

Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja diukur dari tingkat penguasaan

ilmu pengetahuan tetapi juga sikap dan keterampilan. Dengan demikian

penilaian hasil belajar siswa mencakup segala hal yang dipelajari disekolah,

baik itu menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Menilai berhasil tidaknya siswa dalam pembelajaran diukur melalui tes

hasil belajar. Hasil belajar adalah tingkah laku yang diukur dengan tes

mengenai bidang studi yang dipelajari, berupa pengetahuan dan keterampilan

dari program belajar, pengetahuan ditunjukan oleh informasi yang tersimpan

dalam pikiran, sedangkan keterampilan ditunjukan dengan aksi atau reaksi

yang ditunjukan seseorang dalam mencapai tujuan.

Untuk mencapai tujuan hasil belajar yang bermutu yang mendatangkan

kepuasan bagi siswa, maka haruslah suasana belajar yang stabil, bekerja keras

untuk mempelajari setiap kajian materi yang sedang dipelajari.

Hasil belajar juga merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki

setelah ia menerima pengalaman belajarnya. “Soedijarto menyatakan bahwa

hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam

mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang

ditetapkan”.18 Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan,

16

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rodakarya, 2001). Cet 7 h. 3

17

Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana, 2011), cet. 5 h. 27

18

(31)

baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi

hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya

menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah

psikomotorik.19

Mengingat ranah-ranah yang terkandung dalam suatu tujuan pendidikan

merupakan sasaran evaluasi hasil belajar, maka kita perlu mengenalnya

secara lebih terinci. Pengenalan terhadap ranah-ranah tujuan pendidikan akan

sangat membantu pada saat memilih atau menyusun instrument evaluasi hasil

belajar. Penjelasan dari setiap ranah tujuan pendidikan, dapat diuraikan

sebagai berikut:

Tujuan ranah kognitif berhubungan dengan ingatan atau pengenalan

terhadap pengetahuan dan informasi, serta pengembangan keterampilan

intelektual (Jarolimek dan Foster, 1981 : 148). Taksonomi atau penggolongan

tujuan ranah kognitif oleh Bloom, mengemukakan adanya 6 kelas/tingkat

yakni:

1. Pengetahuan, tujuan ranah kognitif berupa pengenalan dan pengingatan

kembali, dalam hal ini siswa diminta untuk mengingat satu atau lebih

fakta-fakta yang sederhana.

2. Pemahaman, tujuan ranah kognitif berupa kemampuan

memahami/mengerti tentang isi pelajaran yang telah dipelajari. Dalam

pemahaman siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami

hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta atau konsep.

3. Penggunaan/penerapan, Untuk penggunaan/penerapan, siswa di tuntut

memiliki kemampuan untuk menyeleksi atau memilih

generalisasi/abstraksi tertentu (konsep, dalil, aturan, gagasan, cara).

4. Analisis, merupakan kemampuan menjabarkan isi pelajaran ke

bagian-bagian yang menjadi unsur pokok. Untuk analisis, siswa diminta untuk

menganalisis hubungan atau situasi yang kompleks atau konsep-konsep

dasar.

19

(32)

5. Sintesis, dalam sintesis, siswa diminta untuk melakukan generalisasi.

6. Evaluasi, dalam evaluasi siswa diminta untuk menerapkan pengetahuan

dan kemampuan yang telah dimiliki untuk menilai suatu kasus.

Tujuan ranah afektif berhubungan dengan hierarki perhatian, sikap,

penghargaan, nilai, perasaan dan emosi (Davies, 1986 : 97; Jarolimek dan

Foster, 1981 : 148). Kratwohl, Bloom, Masia mengemukakan taksonomi

tujuan ranah afektif sebagai berikut:

1. Menerima, tujuan ranah afektif berupa perhatian terhadap stimulasi

secara pasif yang meningkat secara lebih aktif. Dalam menerima, siswa

diminta untuk menunjukan kesadaran, kesediaan untuk menerima, dan

perhatian terkontrol/terpilih.

2. Merespons, untuk merespons, siswa diminta untuk menunjukan

persetujuan kesediaan, dan kepuasan dalam merespon.

3. Menilai, dalam menilai siswa dituntut untuk menunjukan penerimaan

terhadap nilai.

4. Mengorganisasi, untuk menunjukan kemampuan mengorganisasikan ini,

siswa diminta untuk mengorganisasikan nilai-nilai ke suatu organisasi

yang lebih besar.

5. Karakteristik, dalam karakteristik ini, siswa diminta untuk menunjukan

kemampuannya dalam menjelaskan, memberikan batasan, atau

mempertimbangan nilai-nilai yang direspons.

Tujuan ranah psikomotorik berhubungan dengan keterampilan motorik,

manipulasi benda tau kegiatan yang memerlukan koordinasi syaraf dan

skoordinasi badan (Davies, 1986 : 97). Kibler, Barket dan miles (1970)

mengemukakan taksonomi ranah tujuan psikomotorik sebagai berikut:

1. Gerakan tubuh yang mencolok, merupakan kemampuan gerakan tubuh

yang menekankan kepada kekuatan, kecepatan, ketepan tubuh yang

mencolok, siswa harus mampu menunjukan gerakan yang menggunakan

kekuatan tubuh, gerakan yang memerlukan kecepatan tubuh, gerakan

(33)

2. Ketepatan gerakan yang dikoordinasikan, dalam gerakan yang

dikoordinasikan siswa harus mampu menunjukan gerakan-gerakan

berdasarkan gerakan yang dicontohkan atau gerakan yang diperintahkan

secara lisan.

3. Perangkat komunikasi nonverbal, dalam perangkat komunikasi

nonverbal ini, siswa diminta untuk menunjukan kemampuan

berkomunikasi menggunakan bantuan gerakan tubuh dengan atau tanpa

menggunakan alat bantu.

4. Kemampuan berbicara, untuk kemampuan berbicara , siswa harus

mampu menunjukan kemahirannya memilih dan menggunkan kata atau

kalimat sehingga informasi, ide, atau yang dikomunaksikannya dapat

diterima secara mudah oleh pendengarnya.20

Penilaian kemajuan belajar siswa dalam pembelajaran matematika dapat

dilakukan melalui penilaian proses dan penilaian hasil. Hal tersebut

dimaksudkan agar dalam menilai kemajuan belajar siswa dapat lebih

komprehensif, berkesinambungan, dan menyentuh aspek-aspek yang telah

ditentukan dalam standar kompetensi atau kompetensi dasar. Dari segi proses,

pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau

setidak-tidaknya sebagaian besar (60%) peserta didik terlibat secara aktif,

baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping

menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar,

dan rasa percaya pada diri sendiri. Sedangkan dari segi hasil, proses

pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang

positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar

(60%).

Berdasarkan beberapa pendapat dan pemikiran para ahli yang telah

dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud hasil belajar

matematika adalah penguasaan siswa terhadap materi pelajaran matematika,

20

(34)

sebelumnya memperoleh pengalaman belajar yang diperlihatkan siswa

melalui nilai tes yang diberikan guru.

d.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat

kita bedakan menjadi tiga macam, yakni:

1.

Faktor Internal Siswa

a) Aspek Fisiologis

Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai dengan sakit

kepala misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga

materi yang dipelajari pun kurang atau tidak berbekas.

b) Aspek Psikologis

Inteligensi Siswa

Semakin tinggi kemampuan inteligensi seorang siswa maka semakin

besar peluangnya untuk meraih sukses, sebaliknya semakin rendah inteligensi

seorang siswa maka semakin kecil pula peluangnya memperoleh sukses.

Sikap Siswa

Sikap siswa yang positif, terutama kepada guru dan mata pelajaran yang

guru berikan merupakan bertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa

tersebut. Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap guru atau kepada mata

pelajaran guru tersebut dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut.

Bakat Siswa

Apabila siswa memilih keahlian tertentu yang sebenarnya bukan

bakatnya, akan berpengaruh buruk terhadap kinerja akademik atau prestasi

belajarnya.

Minat Siswa

Minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selamaini dapat

mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswadalam bidang-bidang

(35)

Motivasi Siswa

Motivasi akan berpengaruh terhadap kegiatan siswa dalam mengikuti

proses pembelajaran.21

2.

Faktor Eksternal Siswa

a) Lingkungan Sosial

Lingkungan sekolah seperti para guru, para tenaga kependidikan ( kepsek

dan wakil-wakilnya), dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi

semangat belajar seorang siswa. Lingkungan sosial yang lebih banyak

mempengaruhi kegiatan belajar ialah orangtua dan keluarga siswa itu sendiri.

b) Lingkungan Nonsosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah

dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa dan letaknya, alat-alat belajar,

keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini di

pandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.22

2.

Strategi Pembelajaran Aktif

a.

Pengertian Strategi Pembelajaran

Strategi berasal dari bahasa yunani yaitu strategos yang artinya suatu

usaha untuk mencapai kemenangan dalam suatu peperangan awalnya

digunakan dalam lingkungan militer namun istilah strategi digunakan dalam

berbagai bidang yang memilki esensi yang relativ sama termasuk diadopsi

dalam konteks pembelajaran yang dikenal dengan istilah strategi

pembelajaran. Banyak konsep strategi yang dikemukakan oleh beberapa ahli

khususnya berkenaan dengan strategi pembelajaran.

“Menurut J.R David strategi pembelajaran adalah perencanaan yang berisi rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan

21

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010). Cet. 15 h 129-136

22

(36)

tertentu”.23“Dick and Carey berpendapat bahwa strategi pembelajaran adalah

suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan bersama-sama

untuk menimbulkan hasil belajar siswa atau peserta latih”.24 Pengertian dari

kegiatan strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang

harus dikerjakan oleh guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai

secara efektif dan efisien.

Prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran adalah bahwa tidak

semua strategi pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan

dan semua keadaan. Prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran sebagai

berikut:

1. Berorientasi pada tujuan

Proses pembelajaran adalah proses yang bertujuan. Oleh karenanya

keberhasilan suatu strategi pembelajaran dapat ditentukan dari keberhasilan

siswa mencapai tujuan pembelajaran.

2. Aktivitas

Belajar adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan

kompetensi yang dicapai. Oleh karena itu strategi pembelajaran harus dapat

mendorong aktivitas belajar siswa.

3. Individualitas

Pembelajaran adalah usaha mengembangkan setiap individu siswa.

Walaupun kita mengajar pada sekolompok siswa, namun pada hakikatnya

yang ingin kita capai adalah perubahan perilaku pada setiap siswa.

4. Integritas

Proses pembelajaran harus dipandang sebagai usaha yang

mengembangkan seluruh potensi yang dikembangkan siswa.25

23

Masito & Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Depag RI, 2009). cet 1 h 37

24

Ibid, h. 37

25

(37)

b.

Pengertian Pembelajaran Aktif

Active Learning adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik

untuk belajar secara aktif.26 Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti

mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara

aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi

pelajaran, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru

mereka pelajari kedalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata.

Dengan belajar aktif ini peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua

proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik.

Dengan cara ini biasanya peserta didik akan merasakan suasana yang lebih

menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.

UC Davis TAC Handbook dalam Cepi Triatna menjelaskan bahwa

“pembelajaran aktif adalah suatu pendekatan pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk menjadi guru bagi mereka sendiri”.27 Unsur umum yang

terkait dalam pembelajaran aktif ini adalah “bahwa guru dipindahkan

perannya dari yang paling berperan depan suatu kelas dan mempresentasikan

materia pelajaran menjadi fasilitator dan para siswa berada pada posisi

pengajaran diri mereka sendiri”.28 Dengan demikian guru diubah menjadi

seorang pelatih dan penolong di dalam proses itu. Tidak hanya satu cara yang

dapat dipergunakan untuk belajar sesuatu dan berbagai tugas serta

pengalaman yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan individu.

Peserta didik memungkinkan untuk melakukan kegiatan yang beragam

dalam mengembangkan sikap, pemahaman, dan keterampilannya sendiri

dalam arti tidak semata-mata “disuapi” oleh guru. Kegiatan proses

pembelajaran yang membutuhkan peserta didik untuk aktif akan

26

Hisyam Zaini Dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, (Jakarta: Pustaka Insani Madani, 2008). h. XIV

27

Djoko H.N, “Studi Tentang Implementasi Metode Pembelajaran aktif Berbasiskan Konstruktivisme”, Makalah ini disampaikan pada seminar nasional pendidikan, Fak. Saintek UIN, 18 November 2010, h. 115

28

(38)

meningkatkan potensi peserta didik untuk mengingat kembali materi

pembelajaran sebanyak sepuluh kali lipat, selain itu peserta didik lebih

menikmati proses pembelajaran dan membuat pembelajaran lebih mendalam.

Perlu dipertimbangkan juga bahwa proses pembelajaran peserta didik dapat

ditingkatkan oleh tantangan, tetapi lemah oleh ancaman.

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam menerapkan pembelajran aktif, yaitu:29 1) Penumbuhan motivasi, baik motivasi instrinsik maupun ekstrinsik 2) Pemantapan latar dari materi yang akan dipelajari, khususnya pemberian apersepsi 3) Mengupayakan keterarahan kepada suatu fokus, seperti suatu konsep inti ataupun permasalahan sehingga siswa dapat memusatka perhatian serta mengaitkan keseluruha bahan yang sedang dipelajari 4) Belajar sambil bekerja, bermain, ataupun kegiatan lainnya 6) Penyesuaian dengan perbedaan individual 7) Peluang untuk bekerjasama dengan berbagai pola interaksi 8) Peluang untuk menemukan sendiri informasi 9) Penumbuhan kepekaan mencari masalah dan memecahkannya 10) Mengupayakan keterpaduan, baik asimilasi maupun akomodasi kognitif.

Peran aktif siswa dalam pembelajaran sangatlah penting. Karena pada

hakikatnya, pembelajaran memang merupakan suatu proses aktif dari

pebelajar dalam membangun pemikiran dan pengetahuannya. Peranan aktif

siswa dalam pembelajaran akan menjadi dasar dari pembentukan generasi

kreatif, yang berkemempuan untuk menghasilkan sesuatu yang tak hanya

bermanfaat bagi dirinya sendiri, tetapi juga orang lain.

c.

Pembelajaran Aktif Metode Turnamen Belajar

Metode pembelajaran turnamen belajar merupakan bagian dari strategi

pembelajaran active learning. “Active Learning adalah suatu pembelajaran

yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif”.30 Ketika peserta

didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas

pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk

menemukan ide pokok dari materi pelajaran, memecahkan persoalan, atau

29

Masitoh Dkk, Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan islam Depag RI, 2009), Cet 1. h. 260

30

(39)

mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari kedalam satu persoalan yang

ada dalam kehidupan nyata. Dengan belajar aktif ini peserta didik diajak

untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan

tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini biasanya peserta didik akan

merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat

dimaksimalkan.

Metode turnamen belajar adalah salah satu cara terbaik untuk

mengembangkan memberikan tugas belajar yang diberikan secara

berkelompok kecil peserta didik. Dukungan sejawat, keragaman pandangan,

pengetahuan dan keahlian, membantu mewujudkan belajar dengan cara

bekerjasama satu bagian yang berharga untuk iklim belajar dikelas.31

Keunggulan lain adalah mengoptimalkan partisipasi siswa. Metode ini

memberikan kesempatan pada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukan

partisipasi mereka pada orang lain. Membantu siswa mendapatkan

pengetahuan, keterampilan dan sikap secara aktif.

Penerapan metode turnamen belajar dengan langkah-langkah atau

prosedur yang dilakukan, sebagai berikut:

a. Langkah pertama, guru membagi siswa kedalam kelompok yang

beranggotakan 2-8 orang. Setiap kelompok berjumlah sama.

b. Langkah kedua, guru memberikan materi untuk dipelajari bersama

c. Langkah ketiga, siswa diberikan pertanyaan yang berkaitan dengan

materi yang akan dipelajari sebagai babak pertama dari turnamen belajar.

Tiap siswa menjawab pertanyaan secara individu.

d. Langkah keempat, guru memberikan jawaban dari pertanyaan yang sudah

diajukan kemudian tiap siswa menghitung skor jawaban benar,

selanjutnya setiap siswa menyatukan skor mereka untuk mendapatkan

skor tim.

31

(40)

e. Langkah kelima, siswa diminta untuk belajar lagi untuk babak kedua,

kemudian guru mengajukan pertanyaan tes lagi sebagai bagian dari babak

kedua, siswa diminta untuk menjumlahkan skor mereka untuk

mendapatkan skor tim dst.

Dalam turnamen belajar guru dapat melakukan turnamen dengan

berbagai ronde sesuai dengan keinginannya. Jika dalam turnamen belajar

siswa menjawab pertanyaan salah maka skor mereka akan dikurangi 2 atau 3.

Sedangkan bagi siswa yang tidak menjawab sama sekali dianggap 0.

3.

Pembelajaran Konvensional

Metode ceramah merupakan suatu metode penyampaian informasi, dimana

guru berbicara memberi materi ajar secara aktif dan peserta didik mendengarkan

atau menerimanya. “Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran tradisional

atau disebut juga dengan metode ceramah”,32 karena sejak dulu metode ini telah

dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara pembimbing belajar dengan

pembelajar dalam proses belajar dan pembelajaran. Dalam pembelajaran sejarah

metode konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan,

serta pembagian tugas dan latihan. “Hudoyo menyatakan bahwa ciri metode

ceramah adalah guru berbicara terus-menerus didepan kelas, sedang para siswa

sebagai pendengar”.33

Pembelajaran konvensional (tradisional) pada umumnya memiliki kekhasan

tertentu, misalnya lebih mengutamakan hapalan daripada pengertian, menekankan

kepada keterampilan berhitung, mengutamakan hasil daripada proses, dan

pengajaran berpusat pada guru. Metode ceramah memberikan siswa konsep yang

telah disiapkan dengan rapi, matematis, lengkap sehingga anak didik tinggal

menyimak dan mencernanya saja secara tertib dan teratur.

32

Rahayu Noveandini, Pemanfaatan Media Pembelajaran Secara Online (e-learning) bagi Wanita Karir dalam Upaya Meningkatkan Efektivitas dan Fleksibilitas Pemantauan Kegiatan Belajar Siswa/i SD Jur, STMIK Jakarta, 19 Juni 2010 h. A-73

33

(41)

Dalam sistem ini guru telah menyajikan dalam bentuk yang telah disiapkan

secara rapi, sistematis, dan lengkap sehingga anak didik tinggal menyimak dan

mencernanya saja secara teratur.

Secara garis besar prosedur itu adalah:34 Preparasi, guru mempersiapkan bahan perlengkapan secara sistematis dan rapi. 2) Apersepsi, guru bertanya atau memberikan uraian singkat untuk mengarahkan perhatian anak didik kepada materi yang akan diajarkan. 3) Presentasi, guru menyajikan bahan dengan cara memberikan ceramah atau menyusruh siswa membaca bahan yang telah disiapkan dari buku teks tertentu atau yang ditulis guru sendiri. 4) Resitasi, guru bertanya dan anak didik menjawab sesuai dengan bahan yang dipelajari atau anak didik disuruh menyatakan kembali dengan kata-kata sendiri (resitasi) tentang pokok-pokok masalah. Yang telah dipelajari, baik yang dipelajari secara lisan maupun tulisan.

Ceramah sebagai metode pengajaran mempunyai beberapa kelebihan yaitu:

1. Hemat dalam penggunaan waktu dan alat,

2. Mampu membangkitkan minat dan antusias siswa,

3. Membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan mendengarnya,

4. Merangsang kemampuan siswa untuk mencari informasi dari berbagai

sumber,

5. Mampu menyampaikan pengetahuan yang belum pernah diketahui siswa

Disamping beberapa kelebihan ceramah juga memiliki kelemahan

diantaranya:

a) Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan

terbatas pada apa yang dikuasai guru.

b) Ceramah yang tidak disertai peragaan dapat mengakibatkan terjadinya

verbalisme.

c) Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah

sering dianggap metode yang membosankan.

Melalui ceramah sangat sulit mengetahui apakah siswa sudah mengerti apa

yang dijelaskan atau belum. Walaupun ketika siswa diberikan kesempatan untuk

bertanya, semua itu tidak menjamin siswa seluruhnya salah paham. Untuk

meningkatkan kefektifan metode ceramah, maka disamping memanfaatkan

34

(42)

keunggulannya, juga diupayakan mengatasi kelemahan-kelemahannya. Strategi

demikian disebut ceramah bervariasi atau konvensional.

Berikut ini adalah beberapa perbedaan antara pembelajaran konvensional

[image:42.595.132.489.254.574.2]

dengan pembelajaran yang menggunakan teknik turnamen belajar, diantaranya:

Tabel 2.1

Perbedaan pembelajaran konvensional dengan pembelajaran menggunakan teknik turnamen belajar

Pembelajaran Konvensional Pembelajaran dengan teknik Turnamen Belajar

Siswa duduk, catat, dengar dan

hafal

Siswa dilibatkan secara aktif

Sumber informasi hanya guru Sumber informasi selain guru

terdapat dilingkungan, media,

teman dsb.

Siswa tidak dituntut untuk

menentukan konsep

Siswa dituntut untuk menentukan

konsep

Suasana kelas membosankan Suasana kelas menjadi lebih

hidup

Materi pembelajaran banyak dan

berat

Materi pembelajaran

disederhanakan

Banyak waktu yang terbuang Memanfaatkan waktu seefektif

mungkin

Dari perbedaan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran

konvensional tampak adanya kecenderungan untuk meminimalkan peran dan

keterlibatan siswa. Dominasi guru masih terlihat jelas dan dalam proses

pembelajaran siswa pasif dan lebih banyak menunggu sajian dari guru daripada

mencari dan menemukan pengetahuan serta keterampilan yang mereka butuhkan.

Siswa hanya dijadikan obyek didik dan proses pembelajarannya pundengar, catat,

(43)

B.

Hasil Penelitian Yang Relevan

Beberapa penelitian yang menerapkan strategi aktif learning Herlina pada

tahun 2009. Dengan skripsi berjudul: “pengaruh pembelajaran aktif dengan

metode learning tournament terhadap hasil matematika siswa”. Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Tarbiyah Pendidikam Matematika.35

Menunjukan bahwa hasil belajar matematika yang diajarkan dengan metode

turnemen belajar lebih tinggi, dan berpengaruh positif terhadap h

Gambar

Gambar 4.4 Grafik Histogram Dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil Belajar
Tabel 2.1 Perbedaan pembelajaran konvensional dengan pembelajaran
Tabel 3.3 Kriteria Penskoran Soal Uraian
Tabel 3.6 Kriteria Penskoran Soal Uraian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Segala puji dan syukur saya haturkan kehadirat allah SWT tuhan yang maha esa yang telah memberikan saya rahmat kesehatan, hidayah dan karunia- Nya sehinggga

Dalam penciptaan karya seni, senimanakanbergantung pada alat dan bahan yang akan digunakan untuk mewujudkansuatu karya.Selain itu, sadar atau tidak, dalam penciptaan karya

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi,evaluasi teknis, evaluasi harga dan evaluasi kualifikasi serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran

Pada hari ini Rabu tanggal Tiga bulan Desember tahun Dua Ribu Empat Belas, kami selaku Pokja Pengadaan Barang, Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya pada Unit

Sebagai penerus bangsa Indonesia teknologi manakah yang lebih baik dikembangkan antara teknologi pengolahan minyak bumi atau batubara dan teknologi pengubahan energi angin atau

Suplemen yang ditawarkan di Golds

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem informasi akuntansi secara statistik tidak berpengaruh terhadap opini audit, sedangkan kualitas audit secara statistik

Profil psikologis adalah aspek-aspek psikologis yang melekat yang menjadi karakter dalam diri atlet dan berpengaruh terhadap kesuksesan dan performa atlet