• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan

1. Pengaruh time pressure terhadap penghentian prematur atas prosedur audit

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi variabel time pressure 0,176 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa time pressure tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Hal ini dapat disebabkan karena penyelesaian penugasan audit ditentukan berdasarkan akurasi estimasi alokasi waktu audit dan penentuan audit fee, pemahaman auditor mengenai sistem informasi dan komputerisasi, lamanya kontrak yang disepakati antara klien dan KAP, serta jangka waktu (pembatasan masa) pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan klien sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008 yaitu, paling lama 6 tahun buku berturut-turut oleh KAP dan 3 tahun buku berturut-turut oleh seorang Akuntan. KAP dan Akuntan dapat menerima kembali penugasan audit untuk klien yang sama setelah 1 tahun buku tidak memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan klien tersebut. Dengan mempertimbangkan pengetahuan dan kemahiran profesionalnya atas hal- hal tersebut, auditor dapat memprediksikan waktu dan anggaran yang tepat dan terukur, serta mengoptimalkan pemanfaatan teknologi audit yang tersedia untuk meminimalisir pressure yang ada. Menurut Ulum (2005:208), penggunaan target yang tepat dan terukur tersebut dapat menghasilkan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan jika tidak ada

target yang ditetapkan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Ulum (2005:209), tetapi tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Weningtyas, et al. (2006), Herningsih (2002), Coram et al. (2004), Sososutiksno (2005), McNamara dan Liyanarachchi (2005), serta Soobaroyen dan Chengabroyan (2005) yang menyatakan bahwa time pressure berpengaruh secara signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.

2. Pengaruhrisiko audit terhadappenghentian prematur atas prosedur audit Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi variabel risiko audit 0,036 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa risiko audit berpengaruh secara signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Hubungan antara risiko audit dengan penghentian prematur bersifat negatif. Jadi ketika auditor menetapkan bahwa risiko audit rendah, maka auditor cenderung mengurangi prosedur audit yang dilakukan sehingga kemungkinan melakukan penghentian prematur atas prosedur audit akan semakin besar. Sebaliknya, jika auditor menetapkan risiko sudit yang besar maka semakin kecil kecenderungannya untuk melakukan penghentian prematur atas prosedur audit. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Herningsih (2002), tetapi dalam hal arah hubungan antara risiko audit dan penghentian prematur atas prosedur audit, penelitian ini menghasilkan hal yang berbeda dengan penelitian Weningtyas, et al. (2006) yang menyatakan bahwa risiko audit

berpengaruh secara positif signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.

3. Pengaruh materialitas terhadappenghentian prematur atas prosedur audit Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi variabel materialitas 0,007 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa materialitas berpengaruh secara signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Hubungan antara materialitas dan penghentian prematur bersifat positif. Dengan demikian, jika auditor menganggap bahwa prosedur audit memiliki tingkat materialitas rendah untuk mendeteksi kemungkinan adanya salah saji, maka kecenderungan auditor untuk meninggalkan atau mengabaikan prosedur tersebut akan semakin rendah, begitu pula sebaliknya. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Weningtyas, et al. (2006).

4. Pengaruh prosedur review dan kontrol kualitas oleh KAP terhadap penghentian prematur atas prosedur audit

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi variabel prosedur review dan kontrol kualitas oleh KAP 0,036 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa prosedur review dan kontrol kualitas oleh KAP berpengaruh secara signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Hubungan antara prosedur review dan kontrol kualitas oleh KAP dengan penghentian prematur bersifat negatif. Dengan demikian, semakin efektif penerapan prosedur review dan kontrol kualitas dalam suatu Kantor Akuntan Publik maka semakin kecil kemungkinan auditor

untuk melakukan penyimpangan dalam pelaksanaan audit seperti penghentian prematur. Begitu pula sebaliknya, semakin tinggi kemungkinan terdeteksinya praktik penghentian prematur atas prosedur audit melalui prosedur review dan kontrol kualitas, maka semakin rendah kemungkinan auditor melakukan praktik tersebut. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Weningtyas, et al. (2006).

5. Pengaruh locus of control terhadap penghentian prematur atas prosedur audit

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi variabel locus of control 0,007 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa locus of control eksternal berpengaruh secara signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Hubungan antara locus of control eksternal dan penghentian prematur bersifat positif. Dengan demikian, semakin tinggi locus of control eksternal yang dimiliki oleh auditor, semakin tinggi juga kecenderungan auditor dalam melakukan praktik penghentian prematur atas prosedur audit, begitu pula sebaliknya. Hal ini disebabkan karena auditor dengan locus of control eksternal yang tinggi belum dapat mengendalikan hasil yang ingin dicapai dan cenderung melakukan berbagai cara, seperti manipulasi atau penipuan untuk mencapai tujuan pribadinya. Perilaku auditor yang seperti inilah yang memicu terjadinya praktik penghentian prematur atas prosedur audit. Hasil penelitian ini

konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Donelly, et al. (2003), Irawati dan Mukhlasin (2005), serta Kartika dan Wijayanti (2007).

6. Pengaruh self esteem in relation to ambition terhadap penghentian prematur atas prosedur audit

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi variabel self esteem in relation to ambition 0,730 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa self esteem in relation to ambition tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Hal ini dapat disebabkan karena ambisi yang dimiliki auditor bukan merupakan karakteristik personal dominan yang mendorong auditor untuk menempuh berbagai cara dalam mendapatkan penilaian evaluasi yang baik sebagai ukuran kinerja. Sebaliknya, harga diri dalam kaitannya dengan ambisi yang tinggi dapat memotivasi auditor agar dapat meningkatkan kinerja dan kemampuan yang mereka butuhkan untuk berhasil dalam bekerja. Dengan demikian, tinggi atau rendahnya harga diri dalam kaitannya dengan ambisi (self esteem in relation to ambition) dapat mempengaruhi tingkat kinerja auditor dan tidak mempengaruhi tindakan penghentian prematur atas prosedur audit. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Irawati dan Mukhlasin (2005), yang menyatakan bahwa self esteem in relation to ambition memiliki hubungan yang tidak signifikan terhadap penerimaan penyimpangan perilaku dalam audit, seperti penghentian prematur atas prosedur audit.

7. Pengaruh turnover intentions terhadap penghentian prematur atas prosedur audit

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi variabel turnover intentions 0,037 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan turnover intentions berpengaruh secara signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Irawati dan Mukhlasin (2005) serta Donelly, et al. (2003). Namun berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa turnover intentions dan penghentian prematur atas prosedur audit memiliki hubungan positif, pada penelitian ini hubungan antara turnover intentions dan penghentian prematur atas prosedur audit bersifat negatif. Dengan demikian, semakin tinggi tingkat turnover intentions yang dimiliki oleh auditor, maka semakin rendah kemungkinan terjadinya praktik penghentian prematur atas prosedur audit, dan sebaliknya. Perbedaan ini dapat disebabkan karena turnover intentions dalam beberapa kasus tertentu diperlukan oleh KAP, terutama untuk karyawan dengan kinerja rendah (Hollenbeck dan Williams (1986) dalam Toly (2001:103)). Auditor dengan tingkat turnover intentions yang tinggi dan tingkat kinerja yang rendah dapat membuat praktik penghentian prematur atas prosedur audit semakin rendah karena adanya peningkatan kualitas audit melalui kinerja yang tinggi dari auditor yang tetap bertahan dalam organisasi dan peningkatan kinerja yang lebih baik dari auditor baru.

8. Pengaruh time pressure, risiko audit, materialitas, prosedur review dan kontrol kualitas oleh KAP, locus of control, self esteem in relation to ambition, serta turnover intentions terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa time pressure, risiko audit, materialitas, prosedur review dan kontrol kualitas oleh KAP, locus of control, self esteem in relation to ambition, serta turnover intentions berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Dengan demikian, auditor yang mengalami time pressure dan tingkat materialitas yang tinggi, serta risiko audit yang rendah lebih cenderung melakukan penghentian prematur atas prosedur audit. Selain itu, auditor yang memiliki tingkat eksternal locus of control yang tinggi, self esteem in relation to ambition, serta turnover intentions yang rendah lebih cenderung melakukan penghentian prematur atas prosedur audit. Oleh karena itu, untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan audit diperlukan adanya penerapan prosedur review dan kontrol kualitas yang efektif dalam suatu Kantor Akuntan Publik. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Herningsih (2002), Weningtyas, et al. (2006), Donelly, et al. (2003), Irawati dan Mukhlasin (2005), serta Kartika dan Wijayanti (2007).

BAB V PENUTUP

Dokumen terkait