• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1. Hubungan Pengetahuan (Knowledge) Responden Mengenai Penerapan Universal Precaution dalam Mitigasi Bencana HIV/AIDS di RSUP H. Adam Malik Medan

Hasil penelitian menunjukkan variabel pengetahuan berhubungan dengan penerapan universal precaution oleh tenaga kesehatan dalam mitigasi bencana HIV/AIDS di RSUP H. Adam Malik Medan. Mengacu kepada hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa tingginya pengetahuan tenaga kesehatan tentang universal precaution dalam mitigasi bencana HIV/AIDS akan meningkatkan penerapan universal precaution dalam tindakan mitigasi bencana HIV/AIDS.

Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05) yang artinya ada hubungan antara pengetahuan dengan penerapan universal precaution dalam mitigasi bencana HIV/AIDS yaitu semakin tinggi pengetahuan responden maka semakin baik penerapan universal precaution di RSUP H. Adam Malik Medan.

Hasil ini sesuai dengan penelitian Yusran (2008) bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap prinsip UP cukup baik. Sebanyak 129 (67,5%) responden masuk dalam kriteria dengan pengetahuan baik. Faktor demografi (jenis kelamin, usia, lama bekerja, dan pendidikan), tingkat pengetahuan, keselamatan lingkungan kerja di rumah sakit, dan sikap perawat terhadap pasien dengan infeksi HIV/AIDS dinilai sebagai penentu tingkat kepatuhan. Hasil analisis menggunakan regresi logistik multipel

menunjukkan bahwa perawat yang menganggap lingkungan kerja yang aman enam kali lebih patuh terhadap pelaksanaan UP (p<0,001).

Menurut penelitian Mahardini (2010), terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat pengetahuan perawat dengan kepatuhan perawat dalam penerapan universal precaution ketika melakukan tindakan kemoterapi pasien kanker.

Ada 100 tenaga kesehatan di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012 sebanyak 46 orang (46%) yang telah menerapkan universal precaution. Hal ini didukung oleh sosialisasi universal precaution di tempat kerja mereka sehingga tentu saja mereka telah menerima informasi mengenai pengertian dan tujuan dari universal precaution itu sendiri. Sedangkan ketidaktahuan dari 100 tenaga kesehatan mengenai universal precaution sebanyak 54 orang (54%) terjadi karena beberapa orang tenaga kesehatan mengaku bahwa universal precaution belum disosialisasikan di tempat kerja mereka.

Seluruh tenaga kesehatan di RSUP H. Adam Malik mengetahui tentang universal precaution. Upaya penyebarluasan informasi mengenai universal precaution pada seluruh tenaga kesehatan masih perlu ditingkatkan.

Cara yang diperoleh tenaga kesehatan di RSUP H. Adam Malik Medan untuk mendapatkan informasi mengenai universal precaution adalah melalui pelatihan dan media elektronik. Walaupun pihak rumah sakit memang harus melakukan pelatihan kepada tenaga kesehatan, akan tetapi melalui kemajuan teknologi yang salah satunya adalah ketersediaan internet, tenaga kesehatan sebaiknya dapat lebih meningkatkan pemanfaatan kemajuan teknologi tersebut. Hal tersebut dilakukan agar tenaga kesehatan

memperoleh informasi mengenai universal precaution dengan cepat dan tidak membutuhkan biaya yang besar. Dengan demikian diharapkan kepada tenaga kesehatan untuk lebih proaktif dalam meningkatkan pengetahuan mereka melalui kemajuan teknologi yang tersedia, tidak harus menunggu adanya pelatihan dari pihak rumah sakit.

Menurut Notoatmojo (2005), pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi, adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi tentang tindakan kewaspadaan universal.

5.2.Hubungan Sikap (Attitude) Responden Mengenai Penerapan Universal Precaution dalam Mitigasi Bencana HIV/AIDS di RSUP H. Adam Malik Medan

Hasil penelitian menunjukkan variabel sikap berhubungan dengan penerapan universal precaution oleh tenaga kesehatan dalam mitigasi bencana HIV/AIDS di RSUP H. Adam Malik Medan. Mengacu kepada hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa sikap tenaga kesehatan yang buruk tentang universal precaution dalam mitigasi bencana HIV/AIDS akan menurunkan tindakan mitigasi bencana HIV/AIDS dalam penerapan universal precaution.

Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05), artinya ada hubungan antara sikap dengan penerapan universal precaution di RSUP H. Adam Malik Medan yaitu semakin baik sikap responden maka semakin baik penerapan universal precaution di RSUP H. Adam Malik Medan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Yusran (2008) yaitu 167 (87,4%) responden masih memiliki sikap negatif terhadap pasien dengan HIV/AIDS. Perawat beranggapan setiap pasien yang akan mendapatkan prosedur pembedahan harus diperiksa status HIV/AIDS. Pasien HIV/AIDS harus diasingkan dari pasien lainnya. Responden juga khawatir tertular HIV/AIDS di tempat kerja. Sikap tersebut diatas merupakan stigma negatif terhadap pasien dengan HIV/AIDS yang masih tinggi pada tenaga kesehatan.

Sesuai penelitian Mahardini (2010), terdapat pengaruh yang signifikan antara sikap perawat dengan kepatuhan perawat dalam penerapan universal precaution ketika melakukan tindakan kemoterapi pasien kanker.

Menurut Fahmi (2010), bahwa Penerapan Universal Precaution yang meliputi kebersihan tangan, penggunaan sarung tangan, pemakaian masker, pemakaian gaun pelindung, pengelolaan jarum, kebersihan nafas dan etika batuk, kebersihan lingkungan, pengelolaan linen dan pembuangan limbah oleh perawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta secara keseluruhan adalah baik dengan presentase 84,87 %. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan penerapan Universal Precaution

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Dari 100 tenaga kesehatan yang mempunyai sikap buruk ada 38 orang (71,7%) tidak mungkin terbentuk sebelum mendapat informasi, melihat atau mengalami sendiri suatu objek. Sedangkan sikap yang baik dan sedang (66%) akan telah dilakukan dengan baik oleh perawat, dan mengikuti standar prosedur yang telah ditetapkan.

bertindak setelah mendapatkan informasi, melihat atau mengalami sendiri suatu objek. Sikap mempunyai tiga komponen pokok yaitu: pertama kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek. Kedua kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. Ketiga kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting.

5.3.Keterbatasan Penelitian

a. Penilaian tenaga kesehatan yang dilakukan hanya pada tenaga kesehatan di Ruang Unit Gawat Darurat (UGD), RA 1 (HIV/AIDS), Hemodialisa Darah (HD), Voluntary Counselling and Testing (VCT) di RSUP. H. Adam Malik Medan yang diamati secara cross sectional sehingga tidak dapat disimpulkan hubungan sebab akibat secara longitudinal.

b. Sampel dalam penelitian ini adalah tenaga kesehatan Ruang R Unit Gawat Darurat (UGD), RA 1 (HIV/AIDS), Hemodialisa Darah (HD), Voluntary Counselling and Testing (VCT) di RSUP. H. Adam Malik Medan saja, sehingga tingkat generalisasi hasil penelitian terbatas.

Dokumen terkait