• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP KEPUASAN HIDUP BURUH PEREMPUAN BERSTATUS MENIKAH DAN LAJANG

8 PEMBAHASAN UMUM

Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda karakteristik individu tidak berpengaruh signifikanterhdapa jkepuasan hidup buruh perempuan. Hanya pendapatan individu memiliki pengaruh signifikan positif terhadap kepuasan hidup buruh perempuan. Hal ini berarti bahwa dengan pendapatan individu yang lebih tinggi dapat meningkatkan kepuasan hidup yang lebih tinggi terhadap buruh perempuan. Hasil penelitian ini menguatkan penelitian sebelumnya bahwa penghasilan/pendapatan sangat rendah tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi dan kesehatan yang memadai, oleh karena itu pendapatan yang layak dapat meningkatkan kualitas hidup pekerja dan keluarganya (Ningsih 2013). Ketika seseorang merasakan ketidak sesuaian pendapatan dengan kebutuhannya maka akan memunculkan rasa ketidakpuasan. Pendapatan menjadi suatu hal yang sangat diperhatikan seseorang dalam pekerjaan khususnya dan kehidupan pada umumnya. Penilaian secara umum atas besarnya pendapatan akan memenuhi kebutuhan dalam keluarga dan berpengaruh terhadap kehidupan. Hasil penelitian sebelumnya Kusumo, Sunarti, dan Pranadji (2008) bahwa semakin tinggi pendapatan keluarga merasa lebih sejahtera karena lebih mampu memenuhi kebutuhannya. Heady et al 1991 diacu dalam Ningsih (2013) menemukan bahwa ada hubungan antara pendapatan dan kesejahteraan subjektif di negara miskin kuat. Namun temuan ini kemudian dikoreksi oleh Diener dan Oishi (2005) melalui survei mahasiswa 19 negara yang mereka lakukan dalam studi tersebut mereka menemukan adanya kecenderungan hubungan antara pendapatan dan kepuasan di negara-negara miskin, namun kecenderungan itu tidak signifikan secara statistik.

Terdapat pengaruh signifikan positif antara dukungan sosial terhadap kepuasan hidup buruh perempuan. Hal ini berarti semakin tingginya dukungan sosial, maka semakin tinggi kepuasan hidup yang diterima oleh buruh perempuan. Hasil penelitian ini menguatkan penemuan sebelumnya bahwa adanya kontribusi dukungan sosial terhadap kepuasan hidup disebabkan karena dukungan sosial dapat meningkatkan kepuasan terhadap lingkungan yang memberikannya (Carlson dan Perrewe 1999). Hasil penelitian sebelumnya Junita (2011); Sunarti dan Syahrini (2011); Sunarti, Ifada, Desmarita, dan Hasanah (2005) menemukan bahwa dengan dukungan sosial mereka merasa diperhatikan, terbantu, dihargai, serta dicintai. Pengaruh tersebut dapat terjadi karena penilaian mengenai kepuasan hidup secara global akan dipengaruhi oleh refleksi dari persepsi terhadap hal-hal yang ada di dalam hidupnya (Diener et al. 2000). Penelitian yang dilakukan oleh Purnama (2009) menemukan bahwa ada hubungan positif antara dukungan sosial dan kepuasan hidup. Greenglass et al. (2002) mengatakan bahwa perempuan bekerja akan mencari dukungan sosial berupa nasihat, informasi, bantuan praktis dan dukungan emosional dari orang-orang terdekat mereka.

Pada buruh perempuan yang telah menikah dukungan dari pasangan berpengaruh terhadap meningkatnya kepuasan hidup. Buruh perempuan yang telah menikah memiliki peran ganda antara pekerjaan dan keluarga. Apabila kedua peran tersebut tidak dapat dipenuhi dalam waktu yang bersamaan saat itulah akan timbul konflik baik yang berasal dari keluarga maupun yang berasal dari pekerjaan. Greenhaus dan Beutell (1985) mengatakan bahwa konflik peran ganda adalah bentuk dari konflik antar peran keluarga dan pekerjaan yang

50

bertentangan. Hal inilah yang menyebabkan stres pada buruh perempuan, oleh karena itu diperlukan komunikasi yang baik antar pasangan. Hasil penelitian ini menguatkan penelitian sebelumnya Carroll et al (2013) menemukan bahwa komunikasi dalam rumah tangga dapat menjadi mediator bagi pasangan yang mengalami level konflik kerja-keluarga yang tinggi. Kontribusi dukungan sosial terhadap kepuasan hidup dewasa muda yang telah menikah dan belum menikah menemukan bahwa semakin tinggi dukungan sosial yang diperoleh subjek maka semakin tinggi pula kepuasan yang yang dimiliki. Dukungan sosial sebagai sumber daya koping yang penting untuk mengurangi efek negatif atau efek tidak menyenangkan dari tekanan konflik dewasa muda yang belum menikah (Ningsihh 2013). Dukungan sosial yang diberikan dapat mengurangi stres yang disebabkan keluarga dan pekerjaan. Burke dan Nelson (2002) mengemukakan bahwa pekerjaan yang mendapatkan dukungan sosial dari rekan sejawat atau supervisor dapat mengurangi konflik antara keluarga dan pekerjaan, hal ini berhubungan dengan meningkatnya kepuasan terhadap pekerjaan.

Gejala stres berpengaruh negatif terhadap kepuasan hidup buruh perempuan. Hal ini berarti semakin tingginya gejala stres maka semakin menurun kepuasan hidup buruh perempuan. Hasil penelitian ini menguatkan pernyataan Ghubach et al (2009) bahwa kepuasan hidup adalah kesehatan yang baik seperti mental dan fisik. Jika mental terganggu, maka akan berpengaruh kuat pada kepuasan hidup seseorang dan jika fisik terganggu, seperti mudah sakit-sakitan, maka akan terlihat kurangnya makna dan kekhawatiran yang lebih serta akan merugikan kepuasan hidup.

Berdasarkan hasil uji regresi menunjukkan bahwa status pernikahan memiliki nilai positif. Hal ini berarti bahwa semakin tingginya perempuan menikah maka semakin tinggi kepuasan hidup yang dirasakan. Hasil penelitian ini menguatkan penelitian sebelumnya bahwa status pernikahan berpengaruh positif terhadap kepuasan hidup (Wang et al 2011). Seseorang yang menikah ternyata lebih bahagia daripada yang belum menikah atau cerai, berpisah, dan janda (Eddington dan Shuman2005). Namun hal ini juga ditentukan oleh kualitas pernikahannya seperti dukungan sosial. Pernikahan merupakan salah satu pintu menuju kebahagiaan tapi bukan berarti seseorang telah menikah dapat langsung mewujudkan kebahagiaan. Ketidak mampuan mengelola perbedaan latar belakang, karakter, kepribadian, agama, budaya, suku bangsa, kelebihan dan kekurangan pada pasangan menikah akan menimbulkan percekcokan, konflik dan pertengkaran. Hal ini dikarenakan aspek-aspek yang disebutkan mempengaruhi seseorang dalam berpikir, bersikap dan bertindak. Sebaliknya, apabila pasangan memiliki kemampuan untuk mengelola perbedaan, akan dapat menjadi jalan untuk mewujudkan kebahagiaan dalam pernikahan, kemampuan tersebut yaitu saling mengerti, memahami, mempercayai, dan menerima kelebihan serta kelemahan masing-masing pasangan dengan menggunakan komunikasi yang efektif (Dariyo 2004).

Berdasarkan uji pengaruh perasaan stres tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan hidup buruh perempuan. Perasaan stres buruh perempuan yang sudah menikah lebih tinggi dari pada buruh lajang, karena buruh perempuan yang sudah menikah menghadapi konflik peran antara bekerja sekaligus ibu rumah tangga. Hasil penelitian ini menguatkan hasil penelitian sebelumnya (Ahmad 1995; Marettih 2013) bahwa konflik peran ganda erat kaitannya dengan

51 munculnya gangguan kecemasan, depresi dan perasaan bersalah, terutama pada perempuan yang memiliki anak. Perasaan terhadap gejala stres berkaitan dengan kepuasan hidup didalam keluarga (John dan Pestle 1992 diacu dalam Koswara 2009).

Masukan untuk penelitian selanjutnya yang terkait dengan perasaan stres, strategi koping, gejala stres, dukungan sosial, dan kepuasan hidup adalah sebagai berikut; (1) contoh yang diambil sebaiknya perbandingan antara buruh perempuan dan buruh laki-laki yang menikah dan lajang, agar dapat terlihat perbedaan dukungan sosial dan strategi koping yang dilakukan (2) Lokasi yang diambil sebaiknya perbandingan antara Kota dan Kabupaten, agar dapat terlihat perbedaan perasaan stres antara keluarga dan pekerjaan dengan gejala stres pekerja, (3) Pada buruh perempuan yang telah menikah akan lebih lengkap ditanyakan jumlah dan usia anak, agar terlihat tingkat kepuasan hidup.

Dokumen terkait