• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif pada penelitian bertujuan untuk melihat karakteristik responden, karakteristik usaha, karakteristik setiap peubah laten dari ketiga kluster UKM sektor pertanian di Kota Bogor pada penelitian ini.

Karakteristik Responden

Responden pada penelitian terdiri dari pemilik UKM dan beberapa karyawan yang mewakili setiap bagian pekerjaan pada UKM tersebut yang berjumlah 149 orang. Karakteristik responden dalam penelitian ini dibagi dalam beberapa bagian, yaitu jenis kelamin, umur, jenis pekerjaan, pendidikan terakhir, pekerjaan sebelumnya, dan lama bekerja pada UKM tersebut dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini.

Tabel 9 Karakteristik responden

No. Karakteristik Responden Jumlah Persentase (%)

1 Jenis Kelamin:

Pria 70 47

Wanita 79 53

2 Umur Responden (tahun):

15-25 42 28 26-35 45 30 36-45 35 23 46-55 20 13 56-65 6 4 > 65 1 1 3 Jenis Pekerjaan: Pemilik UKM 46 31 Karyawan 103 69

Lanjutan Tabel 9

No. Karakteristik Responden Jumlah Persentase (%)

4 Pendidikan Terakhir: SD/MI 24 16 SMP/MTs 28 19 SMA/SMK/MA 61 41 Diploma 11 7 S1-S3 25 17 5 Pekerjaan Sebelumnya: Petani/Peternak 1 1 PNS/TNI/POLRI 2 1 Karyawan Swasta 82 55 Lainnya 10 7 Tidak Ada 54 36

6 Lama Bekerja (tahun):

< 1 31 21 1-2 36 24 3-5 40 27 6-8 19 13 9-10 3 2 > 10 20 13

Berdasarkan Tabel 9, karakteristik responden pada penelitian ini sebagian besar berjenis kelamin wanita dengan persentase sebesar 53 persen dan responden dengan jenis kelamin pria dengan persentase sebesar 43 persen. Umur responden berkisar dari 15 sampai dengan lebih dari 65 tahun. Mayoritas responden memiliki umur dengan rentang umur dari 26 sampai 35 tahun sebesar 30 persen dan diikuti dengan responden yang memiliki umur dari 15 sampai 25 tahun sebesar 28 persen. Berdasarkan jenis pekerjaan, sebagian besar responden pada penelitian ini adalah karyawan dengan persentase sebesar 69 persen dan pemilik UKM sebesar 31 persen. Tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini dimulai dari SD sampai dengan tingkat pendidikan sarjana dimana sebagian besar responden memiliki pendidikan terakhir SMA sebesar 41 persen dan lulusan SMP/MTs berada pada posisi kedua terbesar yaitu sebesar 19 persen. Berdasarkan jenis usaha, tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah ini. 8% 15% 48% 8% 21% UKM Kerajinan SD/MI SMP/MTs SMA/SMK/MA Diploma S1-S3 10% 16% 44% 11% 19%

UKM Makanan dan Minuman

SD/MI SMP/MTs SMA/SMK/MA Diploma S1-S3

Gambar 4 Tingkat Pendidikan Responden Berdasarkan Jenis Usaha

Tingkat pendidikan responden untuk UKM kerajinan sebagian besar memiliki tingkat pendidikan terakhir SMA, begitu juga dengan UKM makanan dan minuman. Responden yang memiliki pendidikan terakhir sarjana pada UKM kerajinan dan UKM makanan dan minuman memiliki persentase kedua terbesar. Sedangkan pada UKM aneka industri sebagian besar responden memiliki pendidikan terakhir SD sebesar 41 persen. Hal ini menunjukkan bahwa SDM pada tiga kluster UKM memiliki tingkat pendidikan yang cukup baik. Pekerjaan responden sebelum mendirikan usaha bagi pemilik UKM atau bekerja pada UKM saat ini mereka bekerja, sebagian besar merupakan karyawan swasta dengan persentase sebesar 55 persen dan responden yang memang belum memiliki pekerjaan sebelumnya yaitu sebesar 36 persen. Lama bekerja responden pada UKM dimana saat ini mereka bekerja, sebagian besar bekerja selama tiga sampai lima tahun sebesar 24 persen dan diikuti dengan responden yang bekerja pada UKM dimana saat ini mereka bekerja selama satu sampai dengan dua tahun sebesar 24 persen.

Karakteristik Usaha

Karakteristik UKM sektor pertanian Kota Bogor pada penelitian ini terdiri omzet per tahun, lama organisasi, dan jumlah karyawan dengan jumlah UKM sebanyak 46 UKM yang terdiri dari kelompok UKM makanan dan minuman, kerajinan, dan aneka industri. Berikut merupakan karakteristik usaha pada UKM sektor pertanian di Kota Bogor yang menjadi sampel pada penelitian ini yang ditampilkan pada Tabel 9 di bawah ini.

Tabel 10 Karakteristik usaha

No. Karakteristik Usaha Jumlah Persentase

(%) 1 Omzet/tahun: < 500 juta 500 juta - 1miliar > 1 miliar 30 10 6 65 22 13 2 Lama Organisasi (tahun):

1- 5 6-10 > 10 24 5 17 52 11 37 3 Jumlah Karyawan: 1-5 6-10 11-15 >15 18 14 9 5 39 30 20 11 41% 29% 24% 0% 6%

UKM Aneka Industri

SD/MI SMP/MTs SMA/SMK/MA Diploma S1-S3

Berdasarkan Tabel 10, karakteristik usaha atau UKM sektor pertanian pada penelitian ini sebagian besar memiliki omzet per tahun sebesar kurang dari 500 juta rupiah dengan persentase sebesar 65 persen dimana persentase masing-masing UKM, yaitu UKM kerajinan sebesar 69 persen, UKM makanan dan minuman sebesar 72 persen, dan UKM aneka industri sebesar 45 persen seperti yang ditampillkan pada Gambar 5 di bawah ini. Omzet yang diperoleh oleh masing-masing UKM dipengaruhi oleh harga jual produk kepada konsumen yang disesuaikan dengan harga bahan baku saat ini, jumlah produk yang dihasilkan oleh UKM, dan jumlah produk UKM yang terjual setiap tahunnya.

Gambar 5 Omzet UKM per Tahun Berdasarkan Jenis Usaha

Lama organisasi atau lama berjalannya UKM sektor pertanian di Kota Bogor sebagian besar sudah berjalan selama selang satu sampai dengan lima tahun dengan persentase sebesar 52 persen. UKM yang sudah berjalan lebih dari 10 tahun sebesar 37 persen baik yang UKM yang turun-temurun maupun UKM yang dirintis sendiri oleh pemilik UKM. Jumlah karyawan untuk sampel UKM pada penelitian ini sebagian besar memiliki karyawan satu sampai dengan lima orang dengan persentase sebesar 39 persen dan yang memiliki karyawan enam sampai dengan sepuluh orang sebesar 30 persen. Hal ini disebabkan karena cukup banyaknya UKM yang baru berjalan dan skala produksi UKM yang dihasilkan masih belum terlalu besar sehingga belum terlalu membutuhkan banyak karyawan. Berdasarkan karakteristik UKM mengindikasikan bahwa banyak UKM sektor pertanian yang baru tumbuh dan berjalan serta adanya peluang usaha yang cukup baik di Kota Bogor untuk memulai suatu usaha.

Karakteristik Peubah Organisasi Pembelajar Pada Tiga Kluster UKM

Hasil analisis deskriptif menunjukkan persepsi pelaku UKM terhadap penerapan organisasi pembelajar berdasarkan indikator-indikator pada peubah organisasi pembelajar yang disesuaikan dengan kondisi yang terjadi pada tiga kluster UKM pada penelitian ini. Hasil dari rata-rata setiap jawaban pelaku UKM dari setiap pertanyaan pada setiap indikator diinterpetasikan dengan menggunakan

69% 25% 6% UKM Kerajinan < 500 Juta 500 Juta - 1 M > 1 M 72% 14% 14%

UKM Makanan dan Minuman < 500 Juta 500 Juta - 1 M > 1 M 45% 33% 22%

UKM Aneka Industri

< 500 Juta 500 Juta - 1 M > 1 M

rentang skala pada Tabel 8. Berikut nilai rata-rata setiap indikator peubah organisasi pembelajar pada tiga kluster UKM seperti yang ditampilkan pada Tabel 11 di bawah ini.

Tabel 11 Karakteristik organisasi pembelajar pada tiga kluster UKM berdasarkan nilai rata-rata setiap indikator

Indikator Kerajinan Makanan dan

Minuman Aneka Industri

Continous Learning 9.07 8.91 8.64

Inquiry and Dialouge 8.87 8.85 8.31

Team Learning 8.41 7.14 7.67

Systems to Capture and

Share Learning 8.33 7.05 7.65 Empowerment People Toward a Collective Vision 8.61 7.81 7.93 Community and Environment 8.60 7.96 8.11 Strategic Leadership 9.07 9.02 8.58

Hasil nilai rata-rata pada tiap indikator peubah organisasi pembelajar dipengaruhi oleh adanya jawaban pada kuesioner dari tiap indikator yang memiliki skor yang rendah dan tinggi. Hal tersebut dipengaruhi oleh kurang mengertinya responden terhadap setiap pernyataan yang ada pada kuesioner dan kurang disesuaikan dengan kondisi sebenarnya yang terjadi di dalam UKM itu sendiri. Berdasarkan Tabel 11, indikator continous learning nilai rata-rata tertinggi pada tiga kluster UKM memberikan jawaban sangat setuju dimana terdapat peluang untuk terus belajar baik itu pemilik dan karyawan memiliki kesempatan dan waktu dalam melakukan proses belajar dengan saling membantu dan terbuka satu sama lain untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka. Som et al. (2012) menyatakan bahwa organisasi pembelajar dapat dikembangkan ketika orang-orang secara konstan didorong untuk mengembangkan keterampilan, pengetahuan, dan keahlian mereka dan kebutuhan dari anggota suatu organisasi untuk secara aktif terlibat dalam aturan dan praktek organisasi sehingga ide baru dan solusi terbaik dari suatu masalah dapat dihasilkan. UKM aneka industri memiliki nilai rata-rata terendah diantara ketiga jenis usaha salah satu penyebabnya karena masih kurangnya rasa dihargai atau diapresiasi untuk terus belajar dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan baik itu pemilik UKM maupun karyawan dalam proses pembelajaran. Selain itu, tidak semua UKM memandang permasalahan yang dihadapi dalam pekerjaan mereka sebagai peluang untuk belajar dan kesempatan untuk melakukan proses belajar dalam UKM masih kurang dilakukan oleh pemilik UKM terhadap karyawan.

Indikator kedua yaitu inqury and dialogue, persepsi pelaku UKM setiap kluster memberikan jawaban sangat setuju karena proses dialog dan saling mengemukakan pendapat dan memberikan pertanyaan satu sama lain serta dalam membangun kepercayaan di dalam UKM dilakukan dengan baik dalam proses pembelajaran. Kondisi yang terjadi dalam UKM masih belum melakukan proses berdiskusi dan berdialog satu sama lain di dalam UKM. Kesempatan untuk mengemukakan pendapat kurang diberikan kepada karyawan dalam proses belajar

dan dalam proses produksi dan bisnis dalam UKM. Persepsi pelaku UKM terhadap indikator team learning memberikan jawaban setuju pada ketiga kluster UKM dimana karyawan tergabung dalam kelompok belajar yang juga merupakan tim kerja yang saling bekerja sama satu sama lain dalam pencapaian sasaran kerja yang ditetapkan oleh pemilik UKM. Nilai rata-rata tertinggi pada indikator ini dimiliki oleh jenis usaha kerajinan dimana sebagian besar UKM kerajinan memiliki kelompok kerja yang belajar bersama dan saling bekerja sama sesuai dengan tujuan atau sasaran kerja yang ditetapkan serta karyawan merasa dihargai ketika bisa mencapai target pekerjaan yang ditetapkan. UKM makanan dan minuman memiliki nilai rata-rata terendah, hal ini disebabkan karena sebagian besar UKM makanan dan minuman belum memiliki kelompok belajar yang saling bekerja bersama satu sama lain yang diperlukan untuk menjadi sebuah organisasi pembelajar. Secara umum, ketiga kluster UKM ini belum memiliki kelompok belajar dikarenakan pemilik UKM saat ini masih terfokus pada pencapaian target produksi dan pemasaran produk mereka.

Pelaku UKM secara umum setuju dengan indikator systems to capture and share learning berdasarkan nilai rata-rata pada tiga kluster UKM. Nilai rata-rata terendah dimiliki oleh UKM makanan dan minuman dikarenakan UKM makanan dan minuman belum memiliki sistem dalam mengukur perbedaan kinerja saat ini dan yang diharapkan baik dari pemilik UKM maupun karyawan. Hal ini juga terjadi pada UKM kerajinan dan aneka industri belum memiliki sistem atau cara dalam mengukur kinerja saat ini dan yang diharapkan. Tidak semua UKM memiliki fasilitas bagi karyawan untuk dapat belajar bersama dan berbagi pengetahuan antar karyawan dan hanya sedikit UKM yang memiliki dokumen mengenai keterampilan yang dimiliki setiap karyawan. Hal ini disebabkan karena pemilik UKM kurang mengetahui dan belum mementingkan untuk melakukan pencatatan mengenai keterampilan yang dimiliki karyawan dan pembelajaran dilakukan sambil bekerja. Selain itu, kecepatan untuk mendapatkan informasi mengenai proses produksi maupun hal yang berkaitan dengan kinerja UKM berkaitan dengan kemampuan karyawan untuk mendapatkan dan menyerap informasi yang ada. Kemampuan dari pemilik UKM juga berpengaruh dalam mendapatkan dan menyampaikan informasi tersebut kepada karyawan.

Persepsi pelaku UKM terhadap indikator empowerment people toward a collective vision pada UKM makanan dan minuman serta UKM aneka industri memiliki nilai rata-rata yang tidak berbeda jauh daripada UKM kerajinan. Penyelarasan visi bersama masih belum terlalu dilakukan oleh pemilik UKM kepada setiap karyawan karena pemilik UKM merasa visi yang ditetapkan tidak perlu dibagikan kepada karyawan sehingga karyawan tidak sepenuhnya berkontribusi dalam penerapan visi perusahaan. Secara keseluruhan, setiap kluster UKM memberikan jawaban yang setuju mengenai pentingnya penerapan dan penyelarasan visi bersama antara karyawan dan pemilik UKM. Indikator community and environment dimana UKM terhubung dengan lingkungan eksternal dan memiliki pemikiran global dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat baik dari pesaing lokal maupun pesaing dari luar negeri terutama dengan adanya MEA. UKM makanan dan minuman memiliki nilai rata-rata terendah dimana salah satu penyebabnya adalah keputusan yang diambil oleh karyawan maupun karyawan dalam melakukan pekerjaannya tidak sepenuhnya menjadi pemicu semangat mereka dalam bekerja.

Keputusan utama masih berada pada pemilik UKM dan faktor terjadinya kesalahan ketika keputusan yang diambil dalam melaksanakan pekerjaan tidak sesuai dengan target kinerja yang ditetapkan. Terdapat kecenderungan bahwa karyawan dan pemilik UKM kurang memiliki pandangan secara luas atau sudut pandang global, hanya berfokus dalam lingkup internal UKM saja sehingga menjadi salah satu penghambat UKM untuk berkembang dan memiliki kinerja yang baik. Secara umum, setiap kluster UKM setuju bahwa setiap karyawan didukung oleh pemilik UKM untuk berpikir dalam sudut pandang global dan pengambilan keputusan dipengaruhi juga oleh pandangan dari konsumen serta menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dengan pihak luar baik dalam hal pemasaran produk maupun legalitas usaha mereka.

Indikator strategic leadership for learning dimana pemilik UKM secara strategis memanfaatkan pembelajaran yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kinerja UKM. Secara umum, ketiga kluster UKM memberikan jawaban sangat setuju bahwa pemilik UKM terus mencari peluang untuk belajar sehingga dapat berbagi informasi dan membimbing karyawan dalam penyelesaian pekerjaan sesuai dengan visi dan target pekerjaan. Pembelajaran yang dilakukan oleh pemilik UKM masih terfokus pada pengembangan produksi dan pemasaran produk mereka sedangkan dalam pengembangan kualitas dan kompetensi karyawan masih kurang dilakukan. Pelatihan dalam pengembangan kompetensi karyawan terhadap pengetahuan yang baru kurang dilakukan dikarenakan seringkali pemilik UKM tidak memiliki informasi dan pengetahuan terbaru yang sedang berkembang saat ini. Pemilik UKM juga membangun hubungan dengan baik dengan karyawan mereka. Pemilik UKM harus melakukan usaha terbaiknya dalam menciptakan kepercayaan kelompok agar semakin meningkat, menciptakan atmosfer kerja yang jujur dan dialog terbuka satu sama lain serta mendorong karyawan untuk berkontribusi pada visi organisasi (Michna 2009).

Penerapan organisasi pembelajar dalam UKM terkait kompetensi dan kemampuan dari pemilik dan karyawan UKM dalam melakukan proses belajar, penyerapan, dan penerapan dari informasi dan pengetahuan yang didapatkan. Selain itu, pemilik UKM juga harus mengambil inisiatif dalam melakukan pembelajaran di dalam organisasi dengan memperkaya kemampuan teknikal dan pengalaman industrial semakin dalam dan luas serta aktif dalam memperoleh berbagai sumber pengetahuan untuk penggunaan di masa depan (Wang et al. 2010). Sehingga dapat disimpulkan, bahwa pemilik UKM dan karyawan sangat setuju bahwa UKM harus menjadi organisasi pembelajar yang terus melakukan proses pembelajaran, saling berbagi pengetahuan, dan bekerja sama satu sama lain juga dengan pihak luar UKM untuk meningkatkan pengetahuan dan kinerja UKM sehingga UKM sektor pertanian Kota Bogor mampu bersaing dengan persaingan yang semakin ketat terutama dengan adanya MEA.

Karakteristik Peubah Inovasi Pada Tiga Kluster UKM

Hasil analisis deskriptif menunjukkan persepsi pelaku UKM terhadap penerapan inovasi berdasarkan indikator-indikator pada peubah inovasi yang disesuaikan dengan kondisi yang terjadi pada tiga kluster UKM pada penelitian ini. Berikut nilai rata-rata setiap indikator peubah inovasi berdasarkan jenis usaha yang ditampilkan pada Tabel 12 di bawah ini.

Tabel 12 Karakteristik inovasi pada tiga kluster UKM berdasarkan nilai rata-rata setiap indikator

Indikator Kerajinan Makanan dan

Minuman Aneka Industri

Teknologi 7.49 6.90 7.86

Pasar 8.17 7.54 6.19

Manajemen 8.73 7.94 7.96

Hasil nilai rata-rata pada tiap indikator peubah inovasi dipengaruhi oleh adanya jawaban pada kuesioner dari tiap indikator yang memiliki skor yang rendah dan tinggi. Berdasarkan Tabel 12, indikator teknologi dimana UKM menghasilkan produk baru ataupun memodifikasi produk yang sudah ada di pasar serta mengadopsi teknologi dan metode produksi terbaru untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi biaya produksi pada tiga kluster UKM memberikan jawaban yang setuju pada setiap pernyataan yang ada. UKM makanan dan minuman memiliki nilai rata-rata terendah, hal ini disebabkan karena tidak setiap tahun UKM makanan dan minuman mengenalkan produk baru setiap tahunnya. Selain itu, penggunaan teknologi terbaru untuk meningkatkan kualitas produk masih belum bisa dilakukan karena keterbatasan modal yang dimiliki. Hal ini juga dialami oleh UKM kerajinan dan aneka industri, penggunaan teknologi terbaru masih belum bisa dilakukan dan juga untuk UKM kerajinan terdapat bagian dalam produksi yang hanya bisa dikerjakan oleh manusia dan tidak dapat digantikan oleh mesin ataupun teknologi terbaru atau yang lebih modern. Hasil ini sejalan dengan penelitian dari Xie et al. (2013) yang menyatakan bahwa, terdapat hubungan yang positif antara kapasitas keuangan atau modal yang dimiliki UKM, aliran informasi teknologi yang sedang berkembang, dan karyawan yang memiliki keahlian teknikal yang bermutu dengan penciptaan inovasi dalam UKM terutama inovasi teknologi.

Indikator pasar dalam peubah inovasi berkaitan dengan produk, harga, tempat, dan promosi atau yang disebut dengan bauran pemasaran. Persepsi pelaku UKM dari setiap kluster memberikan jawaban setuju dari setiap pernyataan yang ada pada indikator pasar. Nilai rata-rata terendah dimiliki UKM aneka industri, hal ini disebabkan penjualan produk dari UKM aneka industri melalui tengkulak dan secara umum tidak dipasarkan sendiri oleh pemilik UKM. Faktor lain adalah faktor pengetahuan dalam penggunaan internet yang masih belum terlalu dimengerti oleh para pemilik UKM aneka industri. Meskipun ada sebagian kecil UKM aneka industri yang menjual produk mereka secara online. Hal ini juga yang menyebabkan UKM aneka industri tidak bisa memberikan diskon harga maupun membuka toko baru untuk memperluas pasar mereka karena UKM aneka industri sebagian besar berproduksi berdasarkan pesanan dari tengkulak serta harga sudah ditetapkan sendiri oleh tengkulak. Secara umum, setiap UKM dari setiap kluster belum membuka toko atau outlet baru. Penyebabnya adalah keterbatasan modal yang dimiliki dan penjualan masih dilakukan di tempat produksi meskipun pemilik UKM seringkali mengikuti acara-acara dengan membuka stand penjualan yang dilaksanakan oleh Disperindag maupun dinas pemerintahan lainnya.

Indikator manajemen berkaitan dengan strategi, struktur, sistem serta orang, baik pemilik dan karyawan UKM. Persepsi pelaku UKM terhadap setiap pernyataan pada indikator manajemen memberikan jawaban setuju. Nilai rata-rata

terendah dimiliki oleh UKM makanan dan minuman dan tidak berbeda jauh dengan nilai rata-rata yang dimiliki oleh UKM aneka industri. Indikator manajemen, sebagian besar UKM dari setiap kluster kurang atau tidak mengikuti pelatihan yang dilakukan oleh pihak lain baik oleh pemerintahan maupun pihak swasta. Hal tersebut disebabkan, karena tidak semua UKM mendapatkan informasi mengenai pelatihan yang dilaksanakan oleh pihak pemerintah ataupun swasta. Selain itu, faktor kebosanan atau kurangnya ketertarikan dari pihak UKM untuk mengikuti pelatihan dikarenakan pelatihan yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan UKM dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka. Struktur organisasi pada ketiga kluster UKM ini masih sederhana dan sebagian UKM belum memiliki struktur organisasi secara tertulis. Kerjasama cukup mudah dilakukan antar karyawan dikarenakan sebagian besar bidang pekerjaan pada ketiga kluster UKM berada pada satu tempat. Berdasarkan persepsi pelaku UKM terhadap setiap indikator pada peubah inovasi, dapat disimpulkan bahwa pemilik UKM dan karyawan setuju mengenai pentingnya inovasi dalam UKM dalam meningkatkan kinerja dan daya saing UKM sektor pertanian di Kota Bogor.

Karakteristik Peubah Kinerja UKM Pada Tiga Kluster UKM

Hasil analisis deskriptif menunjukkan persepsi pelaku UKM pada masing-masing kluster UKM berdasarkan indikator-indikator pada peubah kinerja UKM yang disesuaikan dengan kondisi yang terjadi dalam UKM. Berikut nilai rata-rata setiap indikator peubah kinerja UKM berdasarkan jenis usaha yang ditampilkan pada Tabel 13 di bawah ini.

Tabel 13 Karakteristik kinerja UKM pada tiga kluster UKM berdasarkan nilai rata-rata setiap indikator

Indikator Kerajinan Makanan dan

Minuman Aneka Industri

Keuangan 8.63 8.00 7.49

Pasar 8.95 8.38 7.90

Pengetahuan 8.70 7.29 7.85

Kepuasan Karyawan 8.50 8.10 7.94

Hasil nilai rata-rata pada tiap indikator peubah kinerja UKM dipengaruhi oleh adanya jawaban pada kuesioner dari tiap indikator yang memiliki skor yang rendah dan tinggi. Berdasarkan Tabel 13, persepsi pelaku UKM menjawab setuju pada indikator keuangan dalam kinerja UKM terkait dengan pendapatan dan keuntungan UKM serta efisiensi biaya produksi. Nilai rata-rata UKM aneka industri merupakan yang terendah, salah satu penyebabnya adalah bahwa biaya produksi tidak semakin efisien dibandingkan tahun sebelumnya dikarenakan naiknya harga bahan baku. Akan tetapi, UKM aneka industri berproduksi jika ada pesanan saja dan harga diatur oleh tengkulak sehingga mempengaruhi keuntungan yang diterima para pelaku UKM aneka industri. Hal ini juga dialami oleh UKM kerajinan dan UKM makanan dan minuman, kenaikan harga bahan baku mempengaruhi biaya produksi dan UKM dihadapkan dengan pilihan penentuan harga, yaitu harga tetap atau harga naik karena berkaitan dengan minat dan pembelian konsumen terhadap produk UKM. Sebagian besar UKM pada ketiga kluster ini tidak mengalami peningkatan penjualan produk dan keuntungan setiap tahunnya. Kurangnya minat masyarakat Kota Bogor terhadap produk yang

dihasilkan UKM dan kurangnya informasi mengenai produk-produk yang dihasilkan UKM sektor pertanian Kota Bogor mempengaruhi penjualan dan keuntungan ketiga kluster UKM ini.

Indikator pasar dalam kinerja UKM berkaitan dengan jumlah produk yang terjual, pangsa pasar, dan pelanggan produk UKM. Persepsi pelaku UKM pada

Dokumen terkait