• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Organisasi Pembelajar Dan Inovasi Terhadap Peningkatan Kinerja Ukm Sektor Pertanian Di Kota Bogor.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Organisasi Pembelajar Dan Inovasi Terhadap Peningkatan Kinerja Ukm Sektor Pertanian Di Kota Bogor."

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH ORGANISASI PEMBELAJAR DAN INOVASI

TERHADAP PENINGKATAN KINERJA UKM SEKTOR

PERTANIAN DI KOTA BOGOR

MANUEL LEONARD SIRAIT

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Organisasi Pembelajar dan Inovasi terhadap Peningkatan Kinerja UKM Sektor Pertanian di Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2015

(4)
(5)

RINGKASAN

MANUEL LEONARD SIRAIT. Pengaruh Organisasi Pembelajar dan Inovasi Terhadap Peningkatan Kinerja UKM Sektor Pertanian di Kota Bogor. Dibimbing oleh ANGGRAINI SUKMAWATI dan I MADE SUMERTAJAYA.

Pentingnya peran SDM untuk keberlanjutan bisnis seringkali tidak disadari oleh UKM. Kurangnya pengetahuan dan penguasaan akan teknologi yang sedang berkembang dapat menghambat UKM dalam memperbaiki kualitas produk dan kinerja mereka. UKM dalam menghadapi MEA pada akhir tahun 2015 akan memberikan ancaman tersendiri karena masuknya pesaing dari luar negeri. Masuknya pesaing dari luar negeri akan mempengaruhi daya tahan UKM sektor pertanian di Kota Bogor karena persaingan yang semakin ketat sehingga UKM perlu untuk memperbaiki kualitas SDM agar dapat bersaing dan meningkatkan kinerja UKM.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis pengaruh organisasi pembelajar terhadap inovasi yang dihasilkan oleh UKM sektor pertanian Kota Bogor, (2) Menganalisis pengaruh organisasi pembelajar terhadap kinerja UKM sektor pertanian di Kota Bogor, dan (3) Menganalisis pengaruh inovasi terhadap kinerja UKM sektor pertanian di Kota Bogor. Penelitian dilakukan pada UKM di Kota Bogor pada Januari 2015 hingga Maret 2015.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara mendalam dan wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner sedangkan data sekunder diperoleh dari studi pustaka dan data yang terkait dengan UKM di Kota Bogor. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik multi stage sampling yaitu gabungan dari teknik stratified sampling dan proportional sampling. Jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah 46 sampel UKM dari tiga jenis usaha UKM, yaitu UKM kerajinan, UKM makanan dan minuman, dan UKM aneka industri dan 149 sampel responden yang terdiri atas pemilik dan karyawan UKM. Metode pengolahan dan analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, dan analisis Structural Equation Modelling (SEM) dengan pendekatan Partial Least Square (PLS).

Hasil analisis SEM menunjukkan bahwa organisasi pembelajar memberikan pengaruh yang signifikan terhadap inovasi dimana proses pembelajaran dalam UKM akan meningkatkan kemampuan dan kreativitas pelaku UKM dalam menciptakan proses produksi dan produk yang inovatif. Organisasi pembelajar memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja UKM dimana UKM yang melakukan proses pembelajaran secara berkelanjutan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pelaku UKM sehingga dapat berpengaruh terhadap kinerja UKM. Inovasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja UKM dimana UKM yang berinovasi akan menciptakan proses produksi dan produk yang inovatif sehingga dapat meningkatkan kinerja UKM sektor pertanian di Kota Bogor.

(6)
(7)

SUMMARY

MANUEL LEONARD SIRAIT. The Influence of Learning Organization and Innovation towards Performance Improvement of SMEs Agricultural Sector in Bogor. Supervised by ANGGRAINI SUKMAWATI and I MADE SUMERTAJAYA.

The importance of the role of human resources for business sustainability often not realized by SMEs. Lack of knowledge and mastery of developing technology could hinder SMEs in improving their product quality and performance. SMEs in the face of MEA at the end of 2015 would gave a threat because of the entry of foreign competitors. The entry of foreign competitors will affect the durability of the agricultural sector SMEs in Bogor because competition increasingly tight so that SMEs need to improve the quality of human resources in order to compete and improve the performance of SMEs.

The goal of this research are: (1) To analyze the effect of learning organization toward innovation produced by SMEs agricultural sector in Bogor, (2) To analyze the effect of learning organization toward performance of SMEs agricultural sector in Bogor, (3) To analyze the effect of innovation toward performance of SMEs agricultural sector in Bogor. This research was conducted in Bogor SMEs started from January until March 2015. The type of data used in this research that is primary and secondary data. Primary data gained by both personal interview and structural interview by using questionnaire while secondary data gained from index study and parallel data related with Bogor SMEs. The sampling technique conducted by using multi stage sampling technique namely the combination of stratified sampling technique and proportional sampling. The amount of samples on this research is 46 samples SMEs from three types of industry SMEs, namely crafting SMEs, food and beverage SMEs, and various industry SMEs and 149 respondent samples that consist of owner and employees. The processing and analyzing method on this research used descriptive analyzing, and Structural Equation Modelling (SEM) analyzing with the approach of Partial Least Square (PLS).

The result of SEM analyzing showed that learning organization gives significant effect towards innovation where the learning process in SMEs will increase the ability and creativity of SMEs actor in creating production processes and innovative products. Learning organization gives significant effect towards performance of SMEs where SMEs would perform the process of learning sustainably can increase the knowledge and skills of SMEs actor so that it can affect on the performance of SMEs. Innovation gives significant effect towards performance of SMEs where SMEs would innovate will create production process and innovative products so it can increase the performance of SMEs agriculutral sector in Bogor.

(8)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(9)

PENGARUH ORGANISASI PEMBELAJAR DAN INOVASI

TERHADAP PENINGKATAN KINERJA UKM SEKTOR

PERTANIAN DI KOTA BOGOR

MANUEL LEONARD SIRAIT

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Manajemen

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(10)
(11)
(12)
(13)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas anugerah, kasih, dan pertolonganNya sehingga penelitian yang berjudul Pengaruh Organisasi Pembelajar dan Inovasi terhadap Peningkatan Kinerja UKM Sektor Pertanian di Kota Bogor berhasil diselesaikan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Anggraini Sukmawati, MM dan Bapak Dr. Ir. I Made Sumertajaya, M.Si selaku komisi pembimbing atas segala arahan, saran, dan bimbingannya yang membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Dinas Koperasi dan UKM (KUKM) Kota Bogor, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor, dan kepada setiap UKM di Kota Bogor yang bersedia menjadi responden atas segala bantuannya selama penulis melaksanakan penelitian. Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada keluarga terkasih, Ayah Bachtiar Sirait, Ibu Rosdiana Manurung, S.Pd, Kak Kristin Eva Elisabeth Sirait, S.TP dan Kak Bertua Handayani Sirait, S.Pi atas seluruh doa, dukungan, dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis selama menjalani pendidikan di IPB. Terima kasih juga kepada teman-teman Pascasarjana Ilmu Manajemen IPB Angkatan 2012 Genap dan pihak sekretariat Ilmu Manajemen atas segala kebersamaan dan bantuannya selama ini,

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2015

(14)
(15)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 5

Ruang Lingkup Penelitian 5

2 TINJAUAN PUSTAKA 6

Organisasi Pembelajar 6

Inovasi 9

Kinerja Organisasi 9

Organisasi Pembelajar, Inovasi, dan Kinerja Organisasi 11

Usaha Kecil Menengah 12

Penelitian Terdahulu 13

3 METODE PENELITIAN 15

Kerangka Pemikiran 15

Lokasi dan Waktu Penelitian 17

Jenis dan Sumber Data 17

Metode Pengambilan Sampel 17

Metode Pengolahan dan Analisis Data 20

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 24

Analisis Deskriptif 24

Analisis Pengaruh Organisasi Pembelajar dan Inovasi Terhadap

Peningkatan Kinerja UKM Sektor Pertanian di Kota Bogor 34

Implikasi Manajerial 39

5 SIMPULAN DAN SARAN 41

Simpulan 41

Saran 41

DAFTAR PUSTAKA 42

LAMPIRAN 47

(16)
(17)

DAFTAR TABEL

1 Perkembangan UKM Indonesia periode 2008-2012 1 2 PDRB dan LPE Kota Bogor Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2009-2013 2 3 Kriteria UKM menurut UU No. 20 tahun 2008 12

4 Penelitian terdahulu 13

5 Populasi IKM Kota Bogor berdasarkan jenis usaha 17 6 Jumlah target sampel UKM sektor pertanian Kota Bogor 18

7 Target dan realisasi jumlah sampel UKM 19

8 Nilai rentang skala 21

9 Karakteristik responden 24

10 Karakteristik usaha 26

11 Karakteristik organisasi pembelajar pada tiga kluster UKM berdasarkan

nilai rata-rata setiap indikator 28

12 Karakteristik inovasi pada tiga kluster UKM berdasarkan nilai rata-rata

setiap indikator 31

13 Karakteristik kinerja UKM pada tiga kluster UKM berdasarkan nilai

rata-rata setiap indikator 32

14 Nilai koefisien determinasi (R2) 36 15 Nilai koefisien jalur (path coefficients) antar peubah laten 37

16 Implikasi manajerial 39

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram Ishikawa UKM Sektor Pertanian di Kota Bogor 4

2 Kerangka Pemikiran 16

3 Model Penelitian SEM PLS 23

4 Tingkat Pendidikan Responden Berdasarkan Jenis Usaha 26 5 Omzet UKM per Tahun Berdasarkan Jenis Usaha 27 6 Outer Model Peubah Laten Organisasi Pembelajar Berdasarkan Nilai

t-hitung 35

7 Outer Model Peubah Laten Inovasi Berdasarkan Nilai t-hitung 35 8 Outer Model Peubah Laten Kinerja UKM Berdasarkan Nilai t-hitung 36

9 Inner Model Berdasarkan Nilai Koefisien Determinasi 37

DAFTAR LAMPIRAN

1 Definisi Operasional dari Setiap Peubah Laten 48

2 Kuesioner Penelitian 52

3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 59

(18)
(19)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun 2015 diarahkan pada pembentukan sebuah integrasi ekonomi kawasan dengan mengurangi biaya transaksi perdagangan, memperbaiki fasilitas perdagangan dan bisnis, serta meningkatkan daya saing sektor UMKM (Depkop 2014). Dengan adanya MEA, memberikan peluang dan tantangan bagi perusahaan atau pelaku usaha di Indonesia dalam hal ini adalah Usaha Kecil Menengah (UKM) di era globalisasi saat ini. Peluang bagi UKM Indonesia dengan adanya MEA adalah adanya kesempatan bagi UKM untuk dapat memasuki pasar baru sehingga UKM dapat memperluas pangsa pasar mereka juga meningkatkan penjualan UKM sedangkan tantangan bagi UKM Indonesia yaitu memperbaiki kualitas produk mereka supaya dapat bersaing di pasar dalam negeri dan luar negeri dalam hal ini negara ASEAN. Persaingan yang terjadi akan semakin ketat di pasar dalam negeri sebagai akibat masuknya produk-produk dari negara-negara ASEAN yang memiliki kualitas yang lebih baik serta persaingan dengan produk lokal di Indonesia.

Hubeis (2011) menjelaskan bahwa UKM memiliki peran penting dalam sistem perekonomian nasional, yaitu dapat mempercepat pemerataan pertumbuhan ekonomi melalui misi penyediaan lapangan usaha dan lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat, serta ikut berperan dalam meningkatkan perolehan devisa, dan memperkokoh struktur ekonomi nasional. UKM sendiri memberikan sumbangan terhadap PDB Indonesia sebesar 9.90 persen dan menyerap tenaga kerja sebanyak 107 657 509 orang pada tahun 2012. Pada Tabel 1 ditampilkan Perkembangan UKM Indonesia periode 2008 sampai 2012.

Tabel 1 Perkembangan UKM Indonesia periode 2008-2012

No. Indikator 2008 2009 2010 2011 2012

Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia (2012)

(20)

kinerja UKM dipengaruhi oleh banyaknya rintangan UKM dalam melakukan transaksi, terutama akses keuangan, teknologi, dan keterampilan serta kesenjangan informasi dan berbagai kesulitan dengan kualitas produk dan pemasaran (Aldaba 2012). Salah satu permasalahan dasar dan serius yang dihadapi oleh UKM adalah keterbatasan sumberdaya manusia (SDM) yang dimiliki (Hubeis 2011). Sumberdaya manusia yang dimiliki oleh UKM seringkali kurang memiliki pengetahuan mengenai produksi, manajerial, pengawasan mutu, teknologi, serta informasi mengenai perkembangan pengetahuan dan teknologi yang sedang berkembang saat ini yang tentu saja akan sangat berpengaruh bagi proses dan hasil produksi UKM. Permasalahan pada UKM di Kota Bogor juga mengalami permasalahan yang sama dengan permasalahan UKM pada umumnya tetapi memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi Kota Bogor. Pertumbuhan ekonomi di Kota Bogor dipengaruhi oleh adanya peran penting dari UKM dalam memberikan kontribusi untuk pendapatan daerah.

Perkembangan ekonomi di Kota Bogor mengalami perkembangan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun dimana salah satu indikator utama perkembangan ekonomi suatu daerah dilihat dari Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) yang menunjukkan pertumbuhan atau perkembangan produk yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi di daerah tersebut pada kurun waktu tertentu (BPS 2012). Laju Pertumbuhan Ekonomi sendiri dilihat dari pertumbuhan nilai Produk Domestik Regional Bruto Kota Bogor (PDRB). Pertumbuhan nilai PDRB Kota Bogor Atas Dasar Harga Konstan 2000 pada tahun 2013 adalah Rp5 710 336.54 dimana mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 5.86 persen dibandingkan pada tahun 2012. Penggunaan PDRB Atas Harga Konstan lebih menggambarkan perkembangan ekonomi Kota Bogor yang ditinjau dari peningkatan output produksi yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi di Kota Bogor (BPS Kota Bogor 2013). Berikut ini adalah jumlah PDRB dan LPE Kota Bogor Atas Dasar Harga Konstan tahun 2009 sampai tahun 2013 yang ditampilkan pada Tabel 2.

Tabel 2 PDRB dan LPE Kota Bogor Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2009-2013

Tahun PDRB Atas Dasar Harga Konstan (Rp)

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bogor (2013)

(21)

pembelajaran yang berkesinambungan untuk meningkatkan kemampuan dan wawasan mereka akan pengetahuan dan teknologi yang terbaru. Organisasi pembelajar merupakan sebuah organisasi yang selalu dapat memperbaiki kinerja secara berkesinambungan dengan kemampuan yang mereka miliki (Tjakraatmadja dan Lantu 2006). Ortenblad (2001) menjelaskan bahwa organisasi pembelajar merupakan bentuk dari suatu organisasi yang melakukan proses belajar dengan berbagai cara dan merupakan proses perubahan yang berkelanjutan, adaptasi, dan pembelajaran dalam organisasi. Purnama dan Budiharjo (2008) menjelaskan bahwa dengan menciptakan organisasi pembelajar dapat membuat karyawan, kelompok, maupun organisasi secara konstan mengembangkan kapasitasnya untuk mencapai hasil yang optimal atau kinerja. Proses pembelajaran dalam organisasi harus terkait dengan inovasi dimana sebuah organisasi yang baik dalam melakukan pengembangan pengetahuan maka akan baik juga menghasilkan proses dan produk yang inovatif.

Pembelajaran dalam suatu organisasi mencerminkan bahwa organisasi mempelajari yang harus mereka pelajari sehingga organisasi tersebut memiliki kinerja yang lebih dari pesaingnya (Ellitan dan Anatan 2009). UKM merupakan suatu organisasi bisnis dan penting untuk menjadi organisasi pembelajar. Hal tersebut penting dikarenakan dunia bisnis semakin bergerak ke arah internasional dan memasuki era globalisasi dimana organisasi harus tetap bersaing dan relevan dengan persaingan yang ada (Som et al. 2012). Inovasi terkait dengan SDM dikarenakan SDM dalam UKM merupakan pelaku atau aktor yang menciptakan inovasi tersebut dan dalam menciptakan inovasi dibutuhkan SDM yang memiliki keterampilan dan pengetahuan yang baik. Penelitian dari Purcarea et al. (2013) terdapat delapan tipe yang menjadi penghambat inovasi dalam UKM, yaitu persepsi terhadap resiko, biaya yang tinggi, keterbatasan dana, kurangnya potensi inovasi, keterbatasan karyawan yang berkualitas, keterbatasan informasi, sikap pemilik dan karyawan terhadap perubahan dan peraturan, serta standar dan regulasi. UKM yang berinovasi akan mempengaruhi kinerja UKM dikarenakan inovasi dapat meningkatkan market share, peningkatan efisiensi produksi dan pertumbuhan produksi serta dapat meningkatan penerimaan UKM (Shefer & Frenkel 2005 yang disitasi Salim dan Sulaiman 2011).

(22)

Perumusan Masalah

Pentingnya peran SDM untuk keberlanjutan bisnis seringkali tidak disadari oleh UKM. Kurangnya pengetahuan dan penguasaan akan teknologi yang sedang berkembang saat ini dapat menghambat UKM untuk dapat memperbaiki kualitas produk mereka. Permasalahan yang dihadapi oleh UKM sektor pertanian di Kota Bogor tersebut dapat mengakibatkan rendahnya kinerja UKM. Berdasarkan wawancara mendalam kepada pemilik UKM, permasalahan yang dihadapi UKM disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain sumberdaya manusia (SDM), material, pemasaran, pengukuran, dan pemerintah seperti pada yang ditunjukkan pada diagram Ishikawa yang dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1 Diagram Ishikawa UKM Sektor Pertanian di Kota Bogor

Permasalahan SDM merupakan faktor utama, yaitu kompetensi SDM yang cukup rendah pada UKM di Kota Bogor menunjukkan bahwa keterampilan dan pengetahuan SDM pada UKM Kota Bogor masih belum baik sehingga UKM Kota Bogor kurang memiliki karyawan yang ahli. Kurangnya update akses informasi dan penguasaan akan teknologi, penyerapan pengetahuan terbaru oleh SDM dalam UKM akan berpengaruh terhadap penciptaan inovasi di dalam UKM. Kekurangan tenaga kerja yang disebabkan banyaknya karyawan yang keluar dari UKM karena beberapa faktor, seperti masalah keluarga, gaji yang diterima, dan sebagainya. Selain itu, sulitnya mencari tenaga kerja untuk bekerja dalam UKM mengakibatkan kurangnya karyawan yang dimiliki UKM.

(23)

sistem organisasi untuk memungkinkan penggunaan yang lebih baik dari peningkatan tersebut (Sampe 2012). Selain itu, UKM juga harus inovatif tidak hanya pada produk tetapi juga pada proses produksi mereka sehingga dapat meningkatkan kinerja UKM itu sendiri. Budaya inovasi harus diciptakan dalam UKM dengan cara mendorong perilaku individu dalam menciptakan produk inovatif yang lebih unggul dari pesaing mereka (Ellitan dan Anatan 2009).

Berdasarkan hal tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh dari organisasi pembelajar terhadap inovasi UKM sektor pertanian di Kota Bogor?

2. Apakah organisasi pembelajar berpengaruh terhadap kinerja UKM sektor pertanian Kota di Bogor?

3. Apakah inovasi berpengaruh terhadap kinerja UKM sektor pertanian di Kota Bogor?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis pengaruh organisasi pembelajar terhadap inovasi yang dihasilkan oleh UKM sektor pertanian di Kota Bogor.

2. Menganalisis pengaruh organisasi pembelajar terhadap kinerja UKM sektor pertanian di Kota Bogor.

3. Menganalisis pengaruh inovasi terhadap kinerja UKM sektor pertanian di Kota Bogor.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat mencapai dua sudut pandang manfaat penelitian, yaitu:

1. Manfaat praktis penelitian ini diharapkan dapat membantu UKM dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi terkait dengan konsep organisasi pembelajar dan inovasi sehingga dapat meningkatkan kinerja UKM sektor pertanian Kota Bogor.

2. Manfaat teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi maupun penggunaan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan organisasi pembelajar, inovasi, dan kinerja UKM.

Ruang Lingkup Penelitian

(24)

2 TINJAUAN PUSTAKA

Organisasi Pembelajar

Garvin (1993) yang disitasi Tjakaraatmadja dan Lantu (2006) menjelaskan bahwa organisasi pembelajar memiliki kemampuan untuk menciptakan dan membangun pengetahuan organisasi melalui proses transformasi pengetahuan dari kompetensi individual menjadi pengetahuan organisasi atau proses berbagi pengetahuan. Harper dan Glew (2008) menjelaskan organisasi pembelajar merupakan suatu perusahaan yang berkomitmen untuk meningkatkan kinerja perusahaan dengan menemukan hal-hal baru untuk dilakukan dan jalan atau cara yang baru untuk melakukan hal-hal tersebut. Transfer pengetahuan dalam organisasi pembelajar harus berada diantara individu dalam organisasi dimana individu dalam organisasi terhubung dengan organisasi melalui visi bersama dan dengan perspektif yang utuh (Ortenblad 2001). Selain itu, Ortenblad (2001) juga menjelaskan bahwa organisasi pembelajar merupakan individu-individu yang belajar dimana pengetahuan tersimpan di dalam dan di luar individu.

Sifat dasar dari organisasi pembelajar pada faktanya adalah untuk mempromosikan inovasi dan pengembangan yang berkelanjutan di dalam organisasi melalui pembelajaran organisasi (Wen 2014). Senge (1990) yang disitasi Tjakaraatmadja dan Lantu (2006) menjelaskan bahwa organisasi pembelajar membutuhkan lima disiplin belajar, antara lain:

1. Personal Mastery

Disiplin dalam penguasaan pribadi yang merupakan kegiatan belajar untuk meningkatkan kapasitas pribadi, menciptakan hasil yang paling diinginkan, dan menciptakan suatu lingkungan organisasi yang mendorong semua anggotanya untuk mengembangkan diri ke arah sasaran dan tujuan organisasi. 2. Shared Visions

Disiplin shared visions membuat organisasi dapat membangun rasa komitmen bersama dengan menetapkan gambaran-gambaran tentang masa depan yang diciptakan bersama dan penetapan prinsip-prinsip jangka panjang sebagai arahan tindakan anggota organisasi.

3. Mental Models

Menjelaskan bagaimana seseorang berpikir sehingga dapat menjelaskan mengapa dan bagaimana seseorang atau organisasi menetapkan suatu keputusan atau melakukan tindakan.

4. Team Learning

Keahlian dari para anggota organisasi untuk melakukan proses berpikir kolektif dan sinergi, serta mampu melakukan proses dialog dan berbagi pengetahuan.

5. System Thinking

(25)

Purnama dan Budiharjo (2008) menjelaskan bahwa dengan adanya organisasi pembelajar maka perusahaan akan mendorong karyawan mereka untuk terus-menerus melakukan pembelajaran dan senantiasa melakukan perubahan terus-menerus di dalam perusahaan. Ellitan dan Anatan (2009) menjelaskan bahwa organisasi pembelajar merupakan kemampuan organisasi dalam menciptakan, memperoleh, dan menstransfer pengetahuan, serta memodifikasi perilaku untuk merefleksikan pengetahuan dan pandangan baru. Huang dan Shih (2011) menjelaskan terdapat empat model dalam menerapkan pembelajaran dalam organisasi yaitu:

1. Intuisi

Pembelajaran dalam tingkat individual termasuk pada pembelajaran intuisi yang mana merupakan bagian dari pengalaman individu, tacit knowledge, dan keahlian.

2. Interpretasi

Sumber interpretasi berasal dari komunikasi, berbicara, dan tindakan dimana setiap individu menjelaskan mengenai ide orang lain, tindakan, dan lain-lain. 3. Integrasi

Perkembangan dari “komunikasi praktek” didukung oleh adanya ide dari integrasi.

4. Institusi

Penempatan dari semangat organisasi belajar ke dalam sistem kelembagaan, struktur, dan strategi.

Watkins dan Marsick (2003) yang disitasi Chajnacki (2007) menjelaskan model dari organisasi pembelajar yang terdiri dari tujuh Dimensions of Learning Organization Questionnare (DLQQ) sebagai berikut:

1. Create Continous Learning Opportunities

Mengembangkan pembelajaran yang berkesinambungan melalui perencanaan yang lebih efektif untuk pembelajaran informal, bagaimana caranya belajar, dan just-in-time learning.

2. Promote Inquiry and Dialogue

Dialog yang efektif dapat membuka pikiran dan komunikasi dan sekaligus mempertanyakan pertanyaan yang melibatkan berbagai asumsi.

3. Encourage Collaboration and Team Learning

Melalui kelompok, orang akan belajar bagaimana bekerja secara kolaborasi, memperluas kapasitas organisasi untuk menerima tindakan terpadu terhadap tujuan umum

4. Establish Systems to Capture and Share Learning

Membangun kapasitas organisasi atau menerapkan suatu sistem untuk pemikiran baru yang kemudian tertanam dan berbagi dengan orang lain. 5. Empower People Toward a Collective Vision

(26)

6. Connect the Organization to its Community and Environment

Terhubung dengan lingkungan internal menjadi lebih responsif terhadap anggota organisasi dan kebutuhan kehidupan kerja mereka. Anggraeni (2006) menjelaskan bahwa organisasi harus memperlihatkan pemikiran global dan tindakan-tindakan yang dilakukan untuk menghubungkan organisasi dengan lingkungan eksternal dan internalnya.

7. Provide Strategic Leadership for Learning

Model kepemimpinan, menjadi pemenang dalam mengiplementasikan ide dan perilaku yang baru, dan mendukung pembelajaran dimana kepemimpinan menggunakan strategi pembelajaran untuk hasil bisnis. Bagian ini memperlihatkan sejauh mana pemimpin berpikir secara strategis dalam memanfaatkan pembelajaran dalam menciptakan perubahan dan membawa organisasi kepada tujuan atau pasar baru (Anggraeni 2006).

Watkins dan Marsick merupakan model yang terintegrasi karena organisasi pembelajar menggabungkan tingkat individu dan kelompok belajar ke dalam misi dan hasil kinerja organisasi. Ortenblad (2002) menjelaskan bahwa teori dari Watkins dan Marsick satu-satunya yang memenuhi atau mencakup keempat perspektif dari type of understanding of the “learning organization”. Keempat perspektif itu adalah:

1. Old Organization Learning

Merupakan penyimpanan pengetahuan dalam ingatan organisasi. 2. Learning at work

Merupakan organisasi dimana karyawan belajar saat bekerja. 3. Learning Climate

Organisasi memfasilitasi karyawan untuk belajar. 4. Learning Structure

Merupakan suatu organisasi yang fleksibel.

Anggraeni (2006) menjelaskan bahwa teori organisasi pembelajar dari Watkins dan Marsick memiliki beberapa karakteristik khusus, antara lain:

1. Memiliki definisi dari konsep organisasi pembelajar yang sangat jelas dan menyeluruh dari perspektif budaya organisasional dan menyediakan skala pengukuran yang memadai.

2. Setiap dimensi pada organisasi pembelajar dari Watkins dan Marsick dimasukkan pada semua level organisasi. Seperti yang dijelaskan Redding (1997) yang disitasi Anggraeni (2006) yang melakukan review dari beberapa alat pengukuran organisasi pembelajar dan menyarankan penggunaan kerangka kerja dari teori Watkins dan Marsick yang mencakup seluruh level organisasi (individu, tim, dan sistem).

3. Terintegrasi dengan kerangka berpikir teoritis dengan merinci hubungan diantara dimensi utama organisasi pembelajar dengan kerangka berpikir. Kerangka berpikir seperti ini tidak hanya menyediakan petunjuk bermanfaat untuk pengembangan instrumen dan validasi namun juga memberikan saran untuk studi organisasional lebih lanjut.

(27)

Inovasi

Inovasi menurut Ellitan dan Anatan (2009) mengacu pada pembaharuan suatu produk, proses, dan jasa baru. Inovasi merupakan suatu proses dalam menghasilkan produk, jasa, proses bisnis, cara baru, kebijakan, dan lain-lain yang merupakan suatu hal baru sebagai hasil dari pemikiran dan pengimplementasian pemikiran tersebut (Ancok 2012). Inovasi sendiri terdiri dari konsep novelty, komersialisasi dan implementasi (Popadiuk dan Choo 2006). Inovasi terdiri dari empat tipe berdasarkan penelitian dari Varis dan Littunen (2010), yaitu produk, proses, pasar, dan organisasi. Inovasi didorong oleh kemampuan untuk melihat koneksi, melihat peluang, dan mendapatkan keunggulan dari hal tersebut (Tidd et al. 2005). Terdapat empat kategori inovasi dalam Tidd et al. (2005) yaitu:

1. Inovasi produk

Merupakan perubahan dalam berbagai hal (produk/jasa) yang ditawarkan oleh organisasi.

2. Inovasi proses

Merupakan perubahan dalam cara dimana produk/jasa tersebut diciptakan dan mengirimkan produk/jasa tersebut (distribusi).

3. Inovasi posisi

Merupakan perubahan dalam konteks dimana produk/jasa diperkenalkan kepada konsumen.

4. Inovasi paradigma

Merupakan perubahan yang mendasari model mental yang ada didalam kerangka organisasi.

Menurut Afuah (1998) yang disitasi Popadiuk dan Choo (2006), inovasi sebagai suatu pengetahuan baru yang tergabung dalam produk, proses, dan jasa dan mengklasifikasikan inovasi ke dalam tiga bagian yaitu:

1. Inovasi teknologi merupakan pengetahuan dari komponen, hubungan antara komponen, metode, proses, dan teknik yang menjadi produk atau jasa. Inovasi teknologi terdiri dari inovasi produk, proses, atau jasa. Inovasi produk atau jasa harus merupakan produk atau jasa terbaru yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan pasar tertentu sedangkan inovasi proses terkait dengan pengenalan akan elemen baru dalam operasi organisasi seperti bahan input, spesifikasi tugas pekerjaan dan mekanisasi aliran informasi.

2. Inovasi pasar merupakan pengetahuan baru yang terkandung dalam saluran distribusi, produk, aplikasi, serta harapan pelanggan, preferensi, kebutuhan, dan keinginan. Inovasi pasar terdiri dari 4 bauran pemasaran yaitu produk, harga, tempat, dan promosi.

3. Inovasi administrasi atau manajemen terkait dengan strategi, struktur, sistem, atau orang dalam organisasi.

Kinerja Organisasi

(28)

peningkatan kinerja organisasi dalam pangsa pasar, rasio keuntungan, dan kepuasan konsumen. Power dan Waddel (2004) dalam penelitiannya menggunakan empat pengukuran untuk kinerja yaitu: knowledge performance, customer satisfaction, financial performance, dan turnover. Power dan Waddel (2004) menjelaskan bahwa efektivitas UKM dapat diukur dari kinerja keuangan, turnover, dan kepuasan pelanggan juga kinerja dari organisasi pembelajar dapat diukur oleh kinerja pengetahuan dan keuangan. Pengertian kinerja organisasi menurut investor, pelanggan, karyawan, supplier, regulator, dan masyarakat antara lain (Sampe 2012):

1. Bagi Investor

Kinerja organisasi berarti tingkat pengembalian modal yang tinggi (ROC), tingkat deviden yang tinggi, dan kepercayaan yang tinggi pada kemampuan dari tim manajemen.

2. Bagi Pelanggan

Kinerja organisasi berarti harga yang sesuai atau pantas, kualitas produk dan jasa yang tinggi, dan pengiriman yang cepat.

3. Bagi Karyawan

Kinerja organisasi berarti paket kompesasi yang bagus, dukungan, rasa hormat, dan perlakuan yang adil.

4. Bagi Pemasok

Kinerja organisasi berarti bisnis yang berulang, peningkatan penjualan, dan umpan balik dari kinerja.

5. Bagi Regulator

Kinerja organisasi berarti kepatuhan pada aturan, keterbukaan dan kejujuran. 6. Bagi Masyarakat

Kinerja organisasi berarti karyawan lokal, tanggung jawab dan kemakmuran bagi anggota masyarakat.

Sampe (2012) meringkas dimensi dari kinerja organisasi dari berbagai teori mengenai kinerja organisasi, antara lain: kinerja keuangan, pasar, kualitatif, biaya, kualitas proses dan produk, fleksibilitas, delivery, inovasi, dan pengembangan produk. Sampe (2012) juga membagi dua perspektif dari kinerja organisasi yaitu para pemegang saham dan para stakeholders. Perspektif pemegang saham fokus kepada memaksimalkan pekerjaan internal dari bisnis untuk kepentingan para pemegang saham dan diukur dari kinerja keuangan organisasi dengan indikator seperti pertumbuhan penjualan, pertumbuhan profit, dan return of equity (ROE) serta return of assets (ROA) (Neely 2002; Hubbard 2009 yang disitasi Sampe 2002) sedangkan perspektif stakeholder mencakup semua stakeholder yaitu investor, pelanggan, para perantara, karyawan, pemasok, regulator, dan masyarakat. Chajnacki (2007) menjelaskan terdapat empat tema utama pada kinerja organisasi yaitu:

1. Peningkatan kinerja perlu untuk diukur karena peningkatan hanya dapat diterapkan melalui output kinerja dan perubahan pada output hanya dapat dinilai melalui beberapa bentuk pengukuran.

(29)

3. Peningkatan kinerja perlu untuk diukur dengan berbagai dimensi kinerja. Jika satu dimensi kinerja dipelajari secara mendalam yang terkadang menutupi kondisi lain yang membutuhkan perhatian yang sebaliknya dinyatakan dengan beragam pegukuran.

4. Peningkatan kinerja harus praktis karena ciri khas pengukuran hasil kinerja mencakup indikator keuangan seperti ROI atau profitabilitas yang membantu dalam lingkup pengembangan sumberdaya manusia.

Organisasi Pembelajar, Inovasi, dan Kinerja Organisasi

Proses pembelajaran dalam suatu organisasi akan memberikan potensi kreatif dari pengetahuan yang didapatkan dalam inovasi sehingga organisasi dapat memperbaiki kinerja dan menjadi organisasi yang inovatif. Selain itu, menurut Ellitan dan Anatan (2009), proses pembelajaran pada suatu organisasi yang melibatkan setiap individu sampai level organisasional dan inter-organisasional dipengaruhi oleh strategi organisasi tersebut. Perusahaan harus memiliki kemauan untuk terus belajar dan menjadi organisasi pembelajar dikarenakan pembelajaran organisasi yang berhasil akan meningkatkan kemampuan dan kapasitas dari organisasi lebih inovatif sehingga perusahaan dapat mengadopsi dan mengimplementasikan ide-ide baru, proses, atau produk dengan sukses. Inovasi akan gagal jika hubungan antara inovasi dan proses dalam pembelajaran yang dilakukan oleh perusahaan tidak memberikan pengaruh terhadap kinerja perusahaan tersebut.

Ancok (2012) menjelaskan bahwa dengan membuat batas organisasi yang fleksibel akan memudahkan setiap orang berinteraksi dari satu unit ke unit lain juga setiap orang belajar dalam tim dan antar tim dan berbagi pengetahuan yang menjadi dasar untuk menciptakan atau terbentuknya pengetahuan baru sebagai dasar sebuah inovasi. Tung dan Wu (2012) menyatakan bahwa hasil dari pembelajaran dalam organisasi adalah inovasi yang membantu karyawan untuk datang dengan solusi dari permasalahan yang mempengaruhi pekerjaan mereka dari hari ke hari sehingga meningkatkan produktivitas dan kepuasan pelanggan.

Calantone, et al. (2002) yang disitasi Alipour dan Karimi (2011) menjelaskan bahwa organisasi pembelajar dapat meningkatkan kemampuan inovasi dengan tiga cara, yaitu dengan menggunakan teknologi modern dalam inovasi, menjaga peluang yang diciptakan oleh permintaan dari pasar yang sedang berkembang, dan memiliki kemampuan inovasi lebih besar dari pesaing. Organisasi pembelajar menurut Alipour dan Karimi (2011) memfasilitasi penciptaan dan transfer pengetahuan maupun inovasi yang pada akhirnya meningkatkan kinerja organisasi. Peningkatan kinerja organisasi tersebut antara lain:

1. Peningkatan adaptasi

(30)

2. Peningkatan komitmen karyawan

Komitmen organisasi terjadi ketika karyawan mengadopsi tujuan, sasaran, dan nilai-nilai perusahaan organisasi dan mempertahankan kepercayaan yang tinggi karyawan terhadap organisasi yang dapat dijadikan hasil dari organisasi pembelajar.

3. Daya saing perusahaan

Organisasi pembelajar dapat memperlengkapi karyawan dengan pengetahuan yang relevan dan efisien untuk mengatasi situasi baru mereka sehingga tetap kompetitif dalam dunia bisnis.

4. Peningkatan pengetahuan organisasi

Organisasi pembelajar membantu untuk mendapatkan, menganalisis, menyimpan, dan menyebarkan dalam jumlah besar pengetahuan ke dalam organisasi serta menghasilkan akses cepat kepada karyawan dalam menghadapi masalah yang lebih mendesak dan menyulitkan.

5. Retensi pelanggan

Organisasi pembelajar dapat mempertahankan pelanggan perusahaan dengan menghasilkan keterampilan, kompetensi, dan iklim yang memenuhi persyaratan dari pelanggan yang sudah ada dan membantu untuk menarik pelanggan baru dan pasar.

6. Pertumbuhan karyawan profesional/ahli

Organisasi pembelajar berusaha dengan keras untuk menghasilkan peluang dan sumberdaya untuk menjaga keseimbangan antara pribadi karyawan dan pertumbuhan kebutuhan karyawan profesional/ahli dan mendorong karyawan untuk menggunakan keterampilan baru secara inovatif.

7. Peningkatan profitabilitas

Organisasi pembelajar dapat memperbaiki kinerja paling bawah dalam organisasi dengan meningkatkan kualitas output dari semua level.

Usaha Kecil Menengah

Kriteria dari UKM menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2008 pasal 6 ayat 2 dan 3 yang ditampilkan pada Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3 Kriteria UKM menurut UU No. 20 tahun 2008

No. Uraian Kriteria

Asset Hasil Penjualan (per tahun) 1 Usaha Kecil > 50 juta - ≤ 500 juta > 300 juta - ≤ 2,5 M 2 Usaha Menengah > 500 juta - ≤ 10 M > 2,5 M - ≤ 50 M

Badan Pusat Statistik yang disitasi Hubeis (2011) menjelaskan UKM adalah perusahaan atau industri dengan pekerja antara 5 sampai 9 orang. Menurut Bank Indonesia (BI), UKM merupakan perusahaan atau industri yang memiliki omzet tahunan lebih kecil atau sama dengan 1 miliar rupiah. Pengertian UKM menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2008 pasal 1 ayat 2 dan 3 antara lain:

(31)

atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

2. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Penelitian Terdahulu

Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang menjadi referensi bagi dalam penelitian ini yang ditampilkan pada Tabel 4.

Tabel 4 Penelitian terdahulu Peneliti dan

tahun

Judul Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian

Power dan dan tidak ada perbedaan yang signifkan dalam menilai setiap

Sampe, 2012 The Influence of

(32)

Lanjutan Tabel 4

Peneliti dan tahun Judul Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian

Siswanto, produk UKM olahan pangan di Bogor.

Penelitian terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini menjelaskan mengenai proses pembelajaran organisasi pada organisasi pembelajar memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja organisasi dan berpengaruh terhadap kemampuan inovasi dalam UKM (Power dan Waddell 2004 dan Sampe 2012) dan inovasi memberikan pengaruh dan hubungan yang positif terhadap kinerja organisasi (Salim dan Sulaiman 2011; Siswanto 2014). Pada penelitian dari Siswanto (2014) melihat hubungan dari empat dimensi manajemen pengetahuan dan empat dimensi pembelajaran organisasi terhadap tiga inovasi produk di UKM Olahan Pangan Kota Bogor dimana peubah manajemen pengetahuan memliki pengaruh tidak langsung terhadap inovasi produk dengan melalui peubah pembelajaran organisasi. Power dan Waddell (2004) dalam penelitiannya menggunakan peubah organisasi pembelajar dari teori Watkins dan Marsick dengan tujuh dimensi organisasi pembelajar dan peubah SMWTs untuk melihat hubungannya dengan kinerja 200 UKM di Australia dengan menggunakan empat indikator kinerja yaitu: kinerja pengetahuan, kepuasan pelanggan, kinerja keuangan, dan turnover karyawan.

(33)

3 METODE PENELITIAN

Kerangka Pemikiran

Permasalahan dasar yang dihadapi oleh UKM salah satunya adalah masalah SDM. Sumberdaya manusia di UKM seringkali kurang memiliki pengetahuan dan penguasaan teknologi terbaru sehingga mengakibatkan rendahnya kualitas produk dan produktivitas yang dihasilkan. Kurangnya pengetahuan akan pasar, teknis, serta manajerial mengakibatkan kinerja UKM rendah. Untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan serta memiliki pengetahuan yang sedang berkembang saat ini dari SDM yang terdapat di UKM maka UKM harus menjadi organisasi pembelajar. Proses pembelajaran dalam UKM tidak lepas dari peran pemilik dan karyawan UKM yang mau terus belajar dalam mengadopsi dan mengakuisisi ilmu pengetahuan yang terkait dengan bisnis yang dijalankan akan meningkatkan dan penguasaan pengetahuan serta dalam penggunaan teknologi terbaru yang berguna untuk perbaikan kualitas produk dan peningkatan produksi yang akan meningkatkan kinerja UKM. Proses pembelajaran yang terus menerus dilakukan akan menghasilkan inovasi dalam UKM. Inovasi sendiri didorong oleh kemampuan dari SDM pada UKM untuk melihat peluang yang ada sehingga dapat menghasilkan keunggulan UKM sebagai hasil dari inovasi yang dilakukan. Dengan adanya inovasi, maka UKM dapat bersaing dengan pesaingnya dan meningkatkan kinerja UKM.

(34)

Gambar 2 Kerangka Pemikiran UKM Sektor Pertanian di

Kota Bogor

Sumberdaya Manusia (SDM) UKM

Organisasi Pembelajar

(Watkins dan Marsick 2003) :

1. Continous Learning

2. Inquiry and Dialogue

3. Encourage Collaboration and

Team Learning

4. Systems to Capture and Share

Learning

5. Empowerment

6. Community and Environment

7. Strategic Leadership for Learning

Inovasi (Afuah 1998) : 1. Teknologi 2. Pasar 3. Manajemen

Kinerja UKM

(Power dan Waddel 2004; Salim dan Sulaiman 2011; Sampe 2012)

1. Keuangan 2. Pasar 3. Pengetahuan

4. Kepuasan Karyawan

Implikasi Manajerial Structural Equation Modelling (SEM)

Pengaruh organisasi pembelajar dan inovasi terhadap kinerja UKM di Kota

(35)

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada UKM sektor pertanian yang terletak di Kota Bogor. Pemilihan lokasi di Kota Bogor karena berada di antara jalur tujuan wisata Puncak dan Cianjur serta dekat Ibu Kota Negara sehingga Kota Bogor memiliki potensi strategis untuk perkembangan dan pertumbuhan ekonomi serta peluang untuk tumbuhnya UKM yang menghasilkan produk-produk yang menjadi ciri khas atau oleh-oleh khas dari Kota Bogor baik itu dalam bentuk makanan dan minuman, kerajinan, dan sebagainya. Pengambilan data dilakukan dari bulan Januari 2015 sampai dengan bulan Maret 2015.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam dengan pemilik dan karyawan UKM serta dengan membagikan kuesioner kepada pemilik UKM dan karyawan UKM yang terkait. Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber literatur, baik berupa buku, jurnal, penelitian terdahulu, internet, serta data-data yang terkait dengan UKM di Kota Bogor. Pada kuesioner, skala yang digunakan adalah skala hedonik dimana skala hedonik digunakan untuk mengetahui perbedaan berdasarkan tingkat kesetujuan responden terhadap setiap indikator pada kuesioner yaitu dari sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju (0-10).

Metode Pengambilan Sampel

Populasi UKM di Kota Bogor yang dijadikan acuan dalam pengambilan sampel dilihat dari data yang dimiliki Dinas KUKM (Koperasi dan Usaha Kecil Menengah) dan Disperindag (Dinas Perindustrian dan Perdagangan) Kota Bogor. Berdasarkan data UKM pada tahun 2014 dari Dinas KUKM Kota Bogor berjumlah 850 UKM yang terdaftar. Data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor terdapat 524 IKM yang mencakup tujuh jenis usaha, antara lain makanan dan minuman, aneka industri, kerajinan, logam, mesin dan elektronika, kimia-farmasi, dan tekstil. Berikut merupakan distribusi populasi IKM di Kota Bogor berdasarkan jenis usaha yang ditampilkan pada Tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5 Populasi IKM Kota Bogor berdasarkan jenis usaha

No. Jenis Usaha Jumlah

1 Makanan dan Minuman 198

2 Aneka Industri 29

3 Kerajinan 47

4 Logam 20

5 Mesin Elektronika 27

6 Kimia-farmasi 166

7 Tekstil 37

(36)

Penelitian ini yang menjadi fokus penelitian hanya dibatasi pada tiga kluster UKM, yaitu aneka industri, kerajinan, dan makanan dan minuman. Ketiga jenis usaha tersebut berkaitan dengan pertanian dan memiliki ancaman yang cukup kuat dengan adanya produk-produk yang masuk dari negara-negara yang tergabung dalam MEA. Sehingga jumlah populasi UKM pada penelitian ini hanya berjumlah 274 UKM. Data yang digunakan adalah data dari Disperindag Kota Bogor. Pengalokasian sampel untuk UKM dikelompokkan berdasarkan jenis komoditas yang dihasilkan UKM secara proporsi yaitu sebesar 30 persen dari total keseluruhan ketiga kluster UKM yang dipilih pada penelitian ini. Jika populasi besar atau di atas 100, maka 30 persen dari jumlah populasi dapat dianggap cukup untuk menentukan jumlah sampel yang ingin diambil (Idrus 2009). Maka jumlah sampel UKM sebanyak 82 UKM dari 30 persen populasi ketiga kluster UKM. Sedangkan penentuan ukuran sampel UKM dengan menggunakan rumus slovin sebagai berikut:

…………... (1)

Tingkat kesalahan pengambilan sampel (sampling error) sebesar 10% maka jumlah sampel UKM berjumlah 73 UKM. Berdasarkan perbandingan penentuan ukuran sampel antara pengambilan 30 persen dari populai ketiga UKM dengan penentuan ukuran sampel dengan rumus slovin, maka penelitian ini menggunakan penentuan ukuran sampel dengan menggunakan rumus slovin. Penggunaan dengan rumus slovin untuk jumlah sampel dipilih, dikarenakan tingkat kesalahan (error) yang lebih kecil yaitu sebesar 10 persen dibandingkan dengan penentuan ukuran sampel dari 30 persen populasi ketiga kluster UKM. Maka jumlah sampel UKM pada penelitian ini, yaitu berjumlah 73 UKM seperti yang ditampilkan pada Tabel 6 di bawah ini.

Tabel 6 Jumlah target sampel UKM sektor pertanian Kota Bogor

No. Jenis UKM Jumlah

(37)

Disperindag Kota Bogor, yaitu UKM aneka industri, UKM kerajinan, dan UKM makanan dan minuman. Tahap kedua menggunakan proportional sampling untuk jumlah sampel UKM yang diambil dari masing-masing kluster UKM yang dipilih pada penelitian ini. Proporsi sampel UKM pada penelitian ini, antara lain: aneka industri 10.58 persen, kerajinan 17.15 persen, dan makanan dan minuman 72.26 persen. Maka jumlah sampel UKM dari ketiga kluster UKM pada penelitian ini, antara lain: 8 UKM aneka industri, 13 UKM kerajinan, dan 53 UKM makanan dan minuman seperti yang ditampilkan pada Tabel 6. Tahap ketiga yaitu pemilihan sampel UKM pada masing-masing kluster UKM dengan menggunakan systematic random sampling.

Obyek survei dalam penelitian ini terdiri dari pemilik dan karyawan UKM. Pemilihan obyek survei (responden) pada setiap UKM untuk karyawan distratakan menurut bagian pekerjaan dan diambil secara acak sesuai dengan jumlah karyawan yang dapat mewakili setiap bagian pekerjaan yang ada pada UKM tersebut. Realisasi pelaksanaan survei untuk mendapatkan sampel UKM sektor pertanian Kota Bogor pada penelitian ini, pada awalnya jumlah sampel UKM yang menjadi target dalam penelitian ini berjumlah 73 UKM dan yang terealisasi sebanyak 46 UKM seperti yang terlihat pada Tabel 7 di bawah ini.

Tabel 7 Target dan realisasi jumlah sampel UKM

No. Jenis UKM Jumlah UKM

Persentase Target (%)

Target

Sampel Realisasi

Persentase Realisasi

(%)

1 Aneka Industri 29 10.58 8 9 116.49

2 Kerajinan 47 17.15 13 16 127.78

3 Makanan dan

Minuman 198 72.26 53 21 39.81

Total 274 100 73 46 63.01

(38)

Metode Pengolahan Data dan Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif, dan analisis Structural Equation Modelling (SEM).

Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukur betul-betul mengukur apa yang diukur. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan (konsisten) jika dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama (Noor 2011). Uji validitas dan reliabilitas dilakukan dengan menggunakan bantuan Microsoft Excel 2007 dan software IBM SPSS. Uji validitas suatu data dinyatakan valid apabila nilai korelasi pada setiap butir pertanyaan lebih dari atau signifkan terhadap α ≥ 5 persen. Pada uji reliabilitas, suatu data dikatakan baik atau reliabel jika nilai dari suatu suatu peubah memiliki nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0.60. Uji validitas dan reliabilitas awal dilakukan pada 20 responden pertama untuk mengetahui indikator yang digunakan sudah valid dan reliabel atau tidak sehingga indikator tersebut dapat digunakan kembali atau diperbaiki pada responden selanjutnya.

Nilai r tabel pada 20 responden adalah sebesar 0.4438. Semua indikator pada ketiga peubah laten pada penelitian ini memiliki nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel sebesar 0.4438 pada α = 5 persen sehingga setiap indikator pada setiap peubah yang digunakan dinyatakan valid dan dapat digunakan pada responden berikutnya. Nilai cronbach’s alpha pada ketiga peubah lebih besar dari 0.60 yaitu 0.970 (organisasi pembelajar), 0.839 (inovasi), dan 0.920 (kinerja UKM) sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap indikator pada ketiga peubah dinyatakan reliabel dan mampu untuk memberikan hasil yang sama sehingga dapat digunakan kembali pada penelitian berikutnya. Hasil uji validitas dan reliabilitas pada 20 responden pertama seperti yang tertera pada Lampiran 3.

Analisis Deskriptif

Menurut Istijanto (2006), analisis deskriptif bertujuan untuk mengubah kumpulan data mentah menjadi bentuk yang mudah dipahami, dalam bentuk informasi yang lebih ringkas. Analisis deskriptif bertujuan untuk mengetahui karakteristik dari responden berdasarkan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan terakhir, dan lain sebagainya serta karakteristik UKM pada penelitian ini. Analisis deskriptif dengan menggunakan rata-rata dari tiap indikator yang didapatkan dari setiap jawaban responden berdasarkan pertanyaan yang ada pada kuesioner untuk melihat karakteristik dari setiap peubah (organisasi pembelajar, inovasi, dan kinerja UKM) pada tiga kluster UKM pada penelitian ini. Berdasarkan rata-rata setiap indikator ditentukan rentang skala penilaian untuk menentukan posisi dari persepsi untuk kesetujuan dan ketidaksetujuan responden yang diperoleh dengan rumus di bawah ini:

…………... (2)

=

(39)

Keterangan: Rs = rentang skala

a = skor kategori terendah b = skor kategori tertinggi M = jumlah kategori

Berdasarkan hasil dari nilai rentang skala diatas, maka didapatkan rentang skala untuk menentukan persepsi responden seperti yang ditunjukkan pada Tabel 8 di bawah ini.

Tabel 8 Nilai rentang skala

Rentang Skala Penilaian 0 – 2.0 Sangat Tidak Setuju 2.1 – 4.0 Tidak Setuju 4.1 – 6.0 Cukup Setuju

6.1 – 8.0 Setuju

8.1 – 10.0 Sangat Setuju

Analisis Structural Equation Modelling (SEM)

Ghozali (2008) menjelaskan bahwa, model persamaan struktural merupakan persamaan silmultan yang memfokuskan pada prediksi yang mampu menggambarkan peubah laten (tak terukur langsung) dan diukur tidak langsung berdasarkan pada indikator-indikator (variable manifest). SEM bagi para peneliti ilmu sosial memberikan kemampuan untuk melakukan analisis jalur (path) dengan peubah laten. Analisis SEM memiliki fleksibilitas yang lebih tinggi bagi peneliti untuk menghubungkan teori dan data. Noor (2011) menjelaskan bahwa analisis SEM menggabungkan dua buah model yaitu:

1. Model struktur (structural model)

Terdiri dari peubah laten eksogen dan peubah laten endogen. 2. Model pengukuran (measurement model)

Merupakan indikator dari peubah laten eksogen dan endogen.

Analisis SEM merupakan gabungan regresi ganda dan peubah laten yang dibangun dengan analisis faktor dari indikator atas peubah laten tersebut (Noor 2011). Penelitian ini akan menggunakan alat analisis SEM dengan pendekatan Partial Least Square (PLS) dengan software smartPLS untuk melihat pengaruh antar dua peubah laten yaitu peubah eksogen dan endogen.

Analisis SEM dengan Pendekatan Partial Least Square (PLS)

Partial Least Square (PLS) pertama kali dikembangkan oleh Wold sebagai metode umum untuk mengestimasi path model yang menggunakan konstruk laten dengan multiple indikator (Ghozali 2008). Ghozali (2008) menjelaskan bahwa PLS merupakan factor indeterminacy metode analisis yang powerful oleh karena tidak mengasumsikan data harus dengan pengukuran skala tertentu, jumlah sampel kecil, dan untuk konfirmasi teori. Model analisis jalur semua peubah laten dalam PLS terdiri dari tiga set hubungan, yaitu:

1. Inner model

(40)

menggunakan R2 untuk peubah laten endogen, estimasi koefisien jalur, f2 untuk effect size, dan relevansi prediksi (Q2 dan q2).

2. Outer model

Menspesifikasikan hubungan antara peubah laten dengan indikator atau peubah manifestnya (measurement model). Evaluasi model pengukuran refleksif dengan menggunakan loading factor, composite reability, average variance extracted (AVE), validitas diskriminan, cross loading. Evaluasi model pengukuran formatif dengan menggunakan signifikansi nilai weight dan multikolonieritas.

3. Weight relation

Dimana nilai kasus dari peubah laten dapat diestimasi dalam memberikan spesifikasi untuk inner dan outer model dalam estimasi algoritma PLS.

Penelitian ini menggunakan dua peubah utama yang diteliti yaitu: peubah eksogen (peubah bebas) dan peubah endogen (peubah terikat). Peubah eksogen pada penelitian ini adalah peubah organisasi pembelajar sedangkan peubah endogen pada penelitian ini adalah peubah inovasi dan kinerja UKM. Definisi operasional setiap peubah dengan setiap indikatornya yang digunakan untuk menjelaskan hubungan refleksi antara indikator dengan peubah latennya dapat dilihat pada Lampiran 1.

Hipotesis pada penelitian ini terdiri dari tiga hipotesis dimana hipotesis merupakan suatu jawaban sementara dalam penelitian dari rumusan masalah yang telah ditetapkan dan dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono 2012). Hipotesis pada penelitian ini yaitu:

H1: Organisasi pembelajar memberikan pengaruh terhadap inovasi UKM sektor pertanian di Kota Bogor.

H2: Organisasi pembelajar memberikan pengaruh terhadap kinerja UKM sektor pertanian di Kota Bogor.

H3: Inovasi memberikan pengaruh terhadap kinerja UKM sektor pertanian di Kota Bogor.

(41)

23

Gambar 3 Model Penelitian SEM PLS Organisasi

Pembelajar

Teknologi

Keuangan

Pasar

Pengetahuan

Kepuasan Karyawan Kinerja

UKM

Inovasi Continous Learning

Inquiry and Dialogue

Community and Environment Systems Capture

Strategic Leardership Team Learning

Empowerment

(42)

Berdasarkan Gambar 2 menunjukkan, organisasi pembelajar diharapkan dapat memberikan pengaruh pada kinerja UKM dengan tujuh indikator dari organisasi pembelajar antara lain continous learning (CL), inquiry and dialogue (ID), encourage collaboration and team learning (TL), systems capture and share learning (SC), empowerment (EM), community and environment (CE), dan strategic leadership (SL). Inovasi juga diharapkan dapat memberikan pengaruh langsung terhadap kinerja UKM dengan adanya pengaruh tidak langsung dari organisasi pembelajar dan terdapat tiga indikator inovasi antara lain teknologi (T), pasar (P), dan manajemen (M). Indikator yang membentuk peubah kinerja terdapat empat indikator antara lain keuangan (KN), pasar (PS), pengetahuan (PN), dan kepuasan karyawan (KK).

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif pada penelitian bertujuan untuk melihat karakteristik responden, karakteristik usaha, karakteristik setiap peubah laten dari ketiga kluster UKM sektor pertanian di Kota Bogor pada penelitian ini.

Karakteristik Responden

Responden pada penelitian terdiri dari pemilik UKM dan beberapa karyawan yang mewakili setiap bagian pekerjaan pada UKM tersebut yang berjumlah 149 orang. Karakteristik responden dalam penelitian ini dibagi dalam beberapa bagian, yaitu jenis kelamin, umur, jenis pekerjaan, pendidikan terakhir, pekerjaan sebelumnya, dan lama bekerja pada UKM tersebut dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini.

Tabel 9 Karakteristik responden

No. Karakteristik Responden Jumlah Persentase (%)

1 Jenis Kelamin:

Pria 70 47

Wanita 79 53

2 Umur Responden (tahun):

15-25 42 28

26-35 45 30

36-45 35 23

46-55 20 13

56-65 6 4

> 65 1 1

3 Jenis Pekerjaan:

Pemilik UKM 46 31

(43)

Lanjutan Tabel 9

No. Karakteristik Responden Jumlah Persentase (%)

4 Pendidikan Terakhir:

(44)

Gambar 4 Tingkat Pendidikan Responden Berdasarkan Jenis Usaha

Tingkat pendidikan responden untuk UKM kerajinan sebagian besar memiliki tingkat pendidikan terakhir SMA, begitu juga dengan UKM makanan dan minuman. Responden yang memiliki pendidikan terakhir sarjana pada UKM kerajinan dan UKM makanan dan minuman memiliki persentase kedua terbesar. Sedangkan pada UKM aneka industri sebagian besar responden memiliki pendidikan terakhir SD sebesar 41 persen. Hal ini menunjukkan bahwa SDM pada tiga kluster UKM memiliki tingkat pendidikan yang cukup baik. Pekerjaan responden sebelum mendirikan usaha bagi pemilik UKM atau bekerja pada UKM saat ini mereka bekerja, sebagian besar merupakan karyawan swasta dengan persentase sebesar 55 persen dan responden yang memang belum memiliki pekerjaan sebelumnya yaitu sebesar 36 persen. Lama bekerja responden pada UKM dimana saat ini mereka bekerja, sebagian besar bekerja selama tiga sampai lima tahun sebesar 24 persen dan diikuti dengan responden yang bekerja pada UKM dimana saat ini mereka bekerja selama satu sampai dengan dua tahun sebesar 24 persen.

Karakteristik Usaha

Karakteristik UKM sektor pertanian Kota Bogor pada penelitian ini terdiri omzet per tahun, lama organisasi, dan jumlah karyawan dengan jumlah UKM sebanyak 46 UKM yang terdiri dari kelompok UKM makanan dan minuman, kerajinan, dan aneka industri. Berikut merupakan karakteristik usaha pada UKM sektor pertanian di Kota Bogor yang menjadi sampel pada penelitian ini yang ditampilkan pada Tabel 9 di bawah ini.

Tabel 10 Karakteristik usaha

No. Karakteristik Usaha Jumlah Persentase

(%) 2 Lama Organisasi (tahun):

(45)

Berdasarkan Tabel 10, karakteristik usaha atau UKM sektor pertanian pada penelitian ini sebagian besar memiliki omzet per tahun sebesar kurang dari 500 juta rupiah dengan persentase sebesar 65 persen dimana persentase masing-masing UKM, yaitu UKM kerajinan sebesar 69 persen, UKM makanan dan minuman sebesar 72 persen, dan UKM aneka industri sebesar 45 persen seperti yang ditampillkan pada Gambar 5 di bawah ini. Omzet yang diperoleh oleh masing-masing UKM dipengaruhi oleh harga jual produk kepada konsumen yang disesuaikan dengan harga bahan baku saat ini, jumlah produk yang dihasilkan oleh UKM, dan jumlah produk UKM yang terjual setiap tahunnya.

Gambar 5 Omzet UKM per Tahun Berdasarkan Jenis Usaha

Lama organisasi atau lama berjalannya UKM sektor pertanian di Kota Bogor sebagian besar sudah berjalan selama selang satu sampai dengan lima tahun dengan persentase sebesar 52 persen. UKM yang sudah berjalan lebih dari 10 tahun sebesar 37 persen baik yang UKM yang turun-temurun maupun UKM yang dirintis sendiri oleh pemilik UKM. Jumlah karyawan untuk sampel UKM pada penelitian ini sebagian besar memiliki karyawan satu sampai dengan lima orang dengan persentase sebesar 39 persen dan yang memiliki karyawan enam sampai dengan sepuluh orang sebesar 30 persen. Hal ini disebabkan karena cukup banyaknya UKM yang baru berjalan dan skala produksi UKM yang dihasilkan masih belum terlalu besar sehingga belum terlalu membutuhkan banyak karyawan. Berdasarkan karakteristik UKM mengindikasikan bahwa banyak UKM sektor pertanian yang baru tumbuh dan berjalan serta adanya peluang usaha yang cukup baik di Kota Bogor untuk memulai suatu usaha.

Karakteristik Peubah Organisasi Pembelajar Pada Tiga Kluster UKM

Hasil analisis deskriptif menunjukkan persepsi pelaku UKM terhadap penerapan organisasi pembelajar berdasarkan indikator-indikator pada peubah organisasi pembelajar yang disesuaikan dengan kondisi yang terjadi pada tiga kluster UKM pada penelitian ini. Hasil dari rata-rata setiap jawaban pelaku UKM dari setiap pertanyaan pada setiap indikator diinterpetasikan dengan menggunakan

(46)

rentang skala pada Tabel 8. Berikut nilai rata-rata setiap indikator peubah organisasi pembelajar pada tiga kluster UKM seperti yang ditampilkan pada Tabel 11 di bawah ini.

Tabel 11 Karakteristik organisasi pembelajar pada tiga kluster UKM berdasarkan nilai rata-rata setiap indikator

Indikator Kerajinan Makanan dan

Minuman Aneka Industri

Strategic Leadership 9.07 9.02 8.58

Hasil nilai rata-rata pada tiap indikator peubah organisasi pembelajar dipengaruhi oleh adanya jawaban pada kuesioner dari tiap indikator yang memiliki skor yang rendah dan tinggi. Hal tersebut dipengaruhi oleh kurang mengertinya responden terhadap setiap pernyataan yang ada pada kuesioner dan kurang disesuaikan dengan kondisi sebenarnya yang terjadi di dalam UKM itu sendiri. Berdasarkan Tabel 11, indikator continous learning nilai rata-rata tertinggi pada tiga kluster UKM memberikan jawaban sangat setuju dimana terdapat peluang untuk terus belajar baik itu pemilik dan karyawan memiliki kesempatan dan waktu dalam melakukan proses belajar dengan saling membantu dan terbuka satu sama lain untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka. Som et al. (2012) menyatakan bahwa organisasi pembelajar dapat dikembangkan ketika orang-orang secara konstan didorong untuk mengembangkan keterampilan, pengetahuan, dan keahlian mereka dan kebutuhan dari anggota suatu organisasi untuk secara aktif terlibat dalam aturan dan praktek organisasi sehingga ide baru dan solusi terbaik dari suatu masalah dapat dihasilkan. UKM aneka industri memiliki nilai rata-rata terendah diantara ketiga jenis usaha salah satu penyebabnya karena masih kurangnya rasa dihargai atau diapresiasi untuk terus belajar dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan baik itu pemilik UKM maupun karyawan dalam proses pembelajaran. Selain itu, tidak semua UKM memandang permasalahan yang dihadapi dalam pekerjaan mereka sebagai peluang untuk belajar dan kesempatan untuk melakukan proses belajar dalam UKM masih kurang dilakukan oleh pemilik UKM terhadap karyawan.

(47)

dan dalam proses produksi dan bisnis dalam UKM. Persepsi pelaku UKM terhadap indikator team learning memberikan jawaban setuju pada ketiga kluster UKM dimana karyawan tergabung dalam kelompok belajar yang juga merupakan tim kerja yang saling bekerja sama satu sama lain dalam pencapaian sasaran kerja yang ditetapkan oleh pemilik UKM. Nilai rata-rata tertinggi pada indikator ini dimiliki oleh jenis usaha kerajinan dimana sebagian besar UKM kerajinan memiliki kelompok kerja yang belajar bersama dan saling bekerja sama sesuai dengan tujuan atau sasaran kerja yang ditetapkan serta karyawan merasa dihargai ketika bisa mencapai target pekerjaan yang ditetapkan. UKM makanan dan minuman memiliki nilai rata-rata terendah, hal ini disebabkan karena sebagian besar UKM makanan dan minuman belum memiliki kelompok belajar yang saling bekerja bersama satu sama lain yang diperlukan untuk menjadi sebuah organisasi pembelajar. Secara umum, ketiga kluster UKM ini belum memiliki kelompok belajar dikarenakan pemilik UKM saat ini masih terfokus pada pencapaian target produksi dan pemasaran produk mereka.

Pelaku UKM secara umum setuju dengan indikator systems to capture and share learning berdasarkan nilai rata-rata pada tiga kluster UKM. Nilai rata-rata terendah dimiliki oleh UKM makanan dan minuman dikarenakan UKM makanan dan minuman belum memiliki sistem dalam mengukur perbedaan kinerja saat ini dan yang diharapkan baik dari pemilik UKM maupun karyawan. Hal ini juga terjadi pada UKM kerajinan dan aneka industri belum memiliki sistem atau cara dalam mengukur kinerja saat ini dan yang diharapkan. Tidak semua UKM memiliki fasilitas bagi karyawan untuk dapat belajar bersama dan berbagi pengetahuan antar karyawan dan hanya sedikit UKM yang memiliki dokumen mengenai keterampilan yang dimiliki setiap karyawan. Hal ini disebabkan karena pemilik UKM kurang mengetahui dan belum mementingkan untuk melakukan pencatatan mengenai keterampilan yang dimiliki karyawan dan pembelajaran dilakukan sambil bekerja. Selain itu, kecepatan untuk mendapatkan informasi mengenai proses produksi maupun hal yang berkaitan dengan kinerja UKM berkaitan dengan kemampuan karyawan untuk mendapatkan dan menyerap informasi yang ada. Kemampuan dari pemilik UKM juga berpengaruh dalam mendapatkan dan menyampaikan informasi tersebut kepada karyawan.

Gambar

Tabel 1  Perkembangan UKM Indonesia periode 2008-2012
Gambar 1  Diagram Ishikawa UKM Sektor Pertanian di Kota Bogor
Tabel 4 Penelitian terdahulu
Gambar 2  Kerangka Pemikiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Walaupun tujuan Pendidikan Awal adalah untuk memperkembangkan potensi dan melahirkan murid yang berkemahiran serta memastikan murid-murid sentiasa positif, yakin dan

Oleh sebab itu, berbekal pengetahuan yang ada mengenai indeks glikemik dan faktor-faktor yang memengaruhinya, pada penelitian ini akan dibuat suatu model untuk

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep dan kemampuan memecahkan masalah matematika siswa melalui metode inquiri learning dengan media

Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa kapasitas output pada penyulingan minyak akar wangi dengan sistem kukus sebesar 67,2 kg/bulan diproyeksi dapat menurun

Catatan menunjukkan bahwa orang dengan risiko rendah akan terlibat dalam kecelakaan (pada periode satu tahun) dengan peluang 0.05; peluang orang dengan risiko sedang adalah

bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara sikap asisten dan kedisiplinan terhadap tingkat kelulusan praktikum fisika dasar 1 jurusan pendidikan fisika angkatan

Penyebab terjadinya tindak pidana Narkotika yang dilakukan oleh anggota Polri di wilayah Polda Jatim antara lain yang pertama adalah karena alas an ekonomi,