• Tidak ada hasil yang ditemukan

Organisasi Pembelajar

Garvin (1993) yang disitasi Tjakaraatmadja dan Lantu (2006) menjelaskan bahwa organisasi pembelajar memiliki kemampuan untuk menciptakan dan membangun pengetahuan organisasi melalui proses transformasi pengetahuan dari kompetensi individual menjadi pengetahuan organisasi atau proses berbagi pengetahuan. Harper dan Glew (2008) menjelaskan organisasi pembelajar merupakan suatu perusahaan yang berkomitmen untuk meningkatkan kinerja perusahaan dengan menemukan hal-hal baru untuk dilakukan dan jalan atau cara yang baru untuk melakukan hal-hal tersebut. Transfer pengetahuan dalam organisasi pembelajar harus berada diantara individu dalam organisasi dimana individu dalam organisasi terhubung dengan organisasi melalui visi bersama dan dengan perspektif yang utuh (Ortenblad 2001). Selain itu, Ortenblad (2001) juga menjelaskan bahwa organisasi pembelajar merupakan individu-individu yang belajar dimana pengetahuan tersimpan di dalam dan di luar individu.

Sifat dasar dari organisasi pembelajar pada faktanya adalah untuk mempromosikan inovasi dan pengembangan yang berkelanjutan di dalam organisasi melalui pembelajaran organisasi (Wen 2014). Senge (1990) yang disitasi Tjakaraatmadja dan Lantu (2006) menjelaskan bahwa organisasi pembelajar membutuhkan lima disiplin belajar, antara lain:

1. Personal Mastery

Disiplin dalam penguasaan pribadi yang merupakan kegiatan belajar untuk meningkatkan kapasitas pribadi, menciptakan hasil yang paling diinginkan, dan menciptakan suatu lingkungan organisasi yang mendorong semua anggotanya untuk mengembangkan diri ke arah sasaran dan tujuan organisasi. 2. Shared Visions

Disiplin shared visions membuat organisasi dapat membangun rasa komitmen bersama dengan menetapkan gambaran-gambaran tentang masa depan yang diciptakan bersama dan penetapan prinsip-prinsip jangka panjang sebagai arahan tindakan anggota organisasi.

3. Mental Models

Menjelaskan bagaimana seseorang berpikir sehingga dapat menjelaskan mengapa dan bagaimana seseorang atau organisasi menetapkan suatu keputusan atau melakukan tindakan.

4. Team Learning

Keahlian dari para anggota organisasi untuk melakukan proses berpikir kolektif dan sinergi, serta mampu melakukan proses dialog dan berbagi pengetahuan.

5. System Thinking

Menggambarkan kemampuan untuk melihat organisasi sebagai satu-kesatuan diri dari seluruh komponen yang membentuk atau mempengaruhinya sehingga para anggota organisasi mampu melihat gambaran yang lebih besar dari organisasi sebagai kesatuan yang dinamis.

Purnama dan Budiharjo (2008) menjelaskan bahwa dengan adanya organisasi pembelajar maka perusahaan akan mendorong karyawan mereka untuk terus-menerus melakukan pembelajaran dan senantiasa melakukan perubahan terus-menerus di dalam perusahaan. Ellitan dan Anatan (2009) menjelaskan bahwa organisasi pembelajar merupakan kemampuan organisasi dalam menciptakan, memperoleh, dan menstransfer pengetahuan, serta memodifikasi perilaku untuk merefleksikan pengetahuan dan pandangan baru. Huang dan Shih (2011) menjelaskan terdapat empat model dalam menerapkan pembelajaran dalam organisasi yaitu:

1. Intuisi

Pembelajaran dalam tingkat individual termasuk pada pembelajaran intuisi yang mana merupakan bagian dari pengalaman individu, tacit knowledge, dan keahlian.

2. Interpretasi

Sumber interpretasi berasal dari komunikasi, berbicara, dan tindakan dimana setiap individu menjelaskan mengenai ide orang lain, tindakan, dan lain-lain. 3. Integrasi

Perkembangan dari “komunikasi praktek” didukung oleh adanya ide dari integrasi.

4. Institusi

Penempatan dari semangat organisasi belajar ke dalam sistem kelembagaan, struktur, dan strategi.

Watkins dan Marsick (2003) yang disitasi Chajnacki (2007) menjelaskan model dari organisasi pembelajar yang terdiri dari tujuh Dimensions of Learning Organization Questionnare (DLQQ) sebagai berikut:

1. Create Continous Learning Opportunities

Mengembangkan pembelajaran yang berkesinambungan melalui perencanaan yang lebih efektif untuk pembelajaran informal, bagaimana caranya belajar, dan just-in-time learning.

2. Promote Inquiry and Dialogue

Dialog yang efektif dapat membuka pikiran dan komunikasi dan sekaligus mempertanyakan pertanyaan yang melibatkan berbagai asumsi.

3. Encourage Collaboration and Team Learning

Melalui kelompok, orang akan belajar bagaimana bekerja secara kolaborasi, memperluas kapasitas organisasi untuk menerima tindakan terpadu terhadap tujuan umum

4. Establish Systems to Capture and Share Learning

Membangun kapasitas organisasi atau menerapkan suatu sistem untuk pemikiran baru yang kemudian tertanam dan berbagi dengan orang lain. 5. Empower People Toward a Collective Vision

Setiap individu dalam organisasi mempunyai ide dari seperti apa gambaran atau visi itu terlihat, mengetahui bagaimana untuk menyelesaikan sesuatu, memiliki anggaran untuk melakukan suatu tindakan, dan memiliki pengetahuan bagaimana saling mempengaruhi satu sama lain. Proses organisasi untuk membangun dan mensosialisasikan visi bersama dan mendapatkan umpan balik dari anggotanya (Anggraeni 2006).

6. Connect the Organization to its Community and Environment

Terhubung dengan lingkungan internal menjadi lebih responsif terhadap anggota organisasi dan kebutuhan kehidupan kerja mereka. Anggraeni (2006) menjelaskan bahwa organisasi harus memperlihatkan pemikiran global dan tindakan-tindakan yang dilakukan untuk menghubungkan organisasi dengan lingkungan eksternal dan internalnya.

7. Provide Strategic Leadership for Learning

Model kepemimpinan, menjadi pemenang dalam mengiplementasikan ide dan perilaku yang baru, dan mendukung pembelajaran dimana kepemimpinan menggunakan strategi pembelajaran untuk hasil bisnis. Bagian ini memperlihatkan sejauh mana pemimpin berpikir secara strategis dalam memanfaatkan pembelajaran dalam menciptakan perubahan dan membawa organisasi kepada tujuan atau pasar baru (Anggraeni 2006).

Watkins dan Marsick merupakan model yang terintegrasi karena organisasi pembelajar menggabungkan tingkat individu dan kelompok belajar ke dalam misi dan hasil kinerja organisasi. Ortenblad (2002) menjelaskan bahwa teori dari Watkins dan Marsick satu-satunya yang memenuhi atau mencakup keempat perspektif dari type of understanding of the “learning organization”. Keempat perspektif itu adalah:

1. Old Organization Learning

Merupakan penyimpanan pengetahuan dalam ingatan organisasi. 2. Learning at work

Merupakan organisasi dimana karyawan belajar saat bekerja. 3. Learning Climate

Organisasi memfasilitasi karyawan untuk belajar. 4. Learning Structure

Merupakan suatu organisasi yang fleksibel.

Anggraeni (2006) menjelaskan bahwa teori organisasi pembelajar dari Watkins dan Marsick memiliki beberapa karakteristik khusus, antara lain:

1. Memiliki definisi dari konsep organisasi pembelajar yang sangat jelas dan menyeluruh dari perspektif budaya organisasional dan menyediakan skala pengukuran yang memadai.

2. Setiap dimensi pada organisasi pembelajar dari Watkins dan Marsick dimasukkan pada semua level organisasi. Seperti yang dijelaskan Redding (1997) yang disitasi Anggraeni (2006) yang melakukan review dari beberapa alat pengukuran organisasi pembelajar dan menyarankan penggunaan kerangka kerja dari teori Watkins dan Marsick yang mencakup seluruh level organisasi (individu, tim, dan sistem).

3. Terintegrasi dengan kerangka berpikir teoritis dengan merinci hubungan diantara dimensi utama organisasi pembelajar dengan kerangka berpikir. Kerangka berpikir seperti ini tidak hanya menyediakan petunjuk bermanfaat untuk pengembangan instrumen dan validasi namun juga memberikan saran untuk studi organisasional lebih lanjut.

4. Perspektif dalam model organisasi pembelajar Watkins dan Marsick menghasilkan perspektif budaya yang konsisten dalam konsep dan menyarankan beberapa langkah yang dapat diambil untuk membangun organisasi pembelajar.

Inovasi

Inovasi menurut Ellitan dan Anatan (2009) mengacu pada pembaharuan suatu produk, proses, dan jasa baru. Inovasi merupakan suatu proses dalam menghasilkan produk, jasa, proses bisnis, cara baru, kebijakan, dan lain-lain yang merupakan suatu hal baru sebagai hasil dari pemikiran dan pengimplementasian pemikiran tersebut (Ancok 2012). Inovasi sendiri terdiri dari konsep novelty, komersialisasi dan implementasi (Popadiuk dan Choo 2006). Inovasi terdiri dari empat tipe berdasarkan penelitian dari Varis dan Littunen (2010), yaitu produk, proses, pasar, dan organisasi. Inovasi didorong oleh kemampuan untuk melihat koneksi, melihat peluang, dan mendapatkan keunggulan dari hal tersebut (Tidd et al. 2005). Terdapat empat kategori inovasi dalam Tidd et al. (2005) yaitu:

1. Inovasi produk

Merupakan perubahan dalam berbagai hal (produk/jasa) yang ditawarkan oleh organisasi.

2. Inovasi proses

Merupakan perubahan dalam cara dimana produk/jasa tersebut diciptakan dan mengirimkan produk/jasa tersebut (distribusi).

3. Inovasi posisi

Merupakan perubahan dalam konteks dimana produk/jasa diperkenalkan kepada konsumen.

4. Inovasi paradigma

Merupakan perubahan yang mendasari model mental yang ada didalam kerangka organisasi.

Menurut Afuah (1998) yang disitasi Popadiuk dan Choo (2006), inovasi sebagai suatu pengetahuan baru yang tergabung dalam produk, proses, dan jasa dan mengklasifikasikan inovasi ke dalam tiga bagian yaitu:

1. Inovasi teknologi merupakan pengetahuan dari komponen, hubungan antara komponen, metode, proses, dan teknik yang menjadi produk atau jasa. Inovasi teknologi terdiri dari inovasi produk, proses, atau jasa. Inovasi produk atau jasa harus merupakan produk atau jasa terbaru yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan pasar tertentu sedangkan inovasi proses terkait dengan pengenalan akan elemen baru dalam operasi organisasi seperti bahan input, spesifikasi tugas pekerjaan dan mekanisasi aliran informasi.

2. Inovasi pasar merupakan pengetahuan baru yang terkandung dalam saluran distribusi, produk, aplikasi, serta harapan pelanggan, preferensi, kebutuhan, dan keinginan. Inovasi pasar terdiri dari 4 bauran pemasaran yaitu produk, harga, tempat, dan promosi.

3. Inovasi administrasi atau manajemen terkait dengan strategi, struktur, sistem, atau orang dalam organisasi.

Kinerja Organisasi

Kinerja organisasi menurut Salim dan Sulaiman (2011) terdiri dari 2 aspek yaitu kinerja keuangan dan kinerja pasar. Kinerja keuangan merujuk kepada peningkatan kinerja organisasi dalam profitabilitas relatif, return of investment (ROI), dan total pertumbuhan penjualan. Kinerja pemasaran merujuk pada

peningkatan kinerja organisasi dalam pangsa pasar, rasio keuntungan, dan kepuasan konsumen. Power dan Waddel (2004) dalam penelitiannya menggunakan empat pengukuran untuk kinerja yaitu: knowledge performance, customer satisfaction, financial performance, dan turnover. Power dan Waddel (2004) menjelaskan bahwa efektivitas UKM dapat diukur dari kinerja keuangan, turnover, dan kepuasan pelanggan juga kinerja dari organisasi pembelajar dapat diukur oleh kinerja pengetahuan dan keuangan. Pengertian kinerja organisasi menurut investor, pelanggan, karyawan, supplier, regulator, dan masyarakat antara lain (Sampe 2012):

1. Bagi Investor

Kinerja organisasi berarti tingkat pengembalian modal yang tinggi (ROC), tingkat deviden yang tinggi, dan kepercayaan yang tinggi pada kemampuan dari tim manajemen.

2. Bagi Pelanggan

Kinerja organisasi berarti harga yang sesuai atau pantas, kualitas produk dan jasa yang tinggi, dan pengiriman yang cepat.

3. Bagi Karyawan

Kinerja organisasi berarti paket kompesasi yang bagus, dukungan, rasa hormat, dan perlakuan yang adil.

4. Bagi Pemasok

Kinerja organisasi berarti bisnis yang berulang, peningkatan penjualan, dan umpan balik dari kinerja.

5. Bagi Regulator

Kinerja organisasi berarti kepatuhan pada aturan, keterbukaan dan kejujuran. 6. Bagi Masyarakat

Kinerja organisasi berarti karyawan lokal, tanggung jawab dan kemakmuran bagi anggota masyarakat.

Sampe (2012) meringkas dimensi dari kinerja organisasi dari berbagai teori mengenai kinerja organisasi, antara lain: kinerja keuangan, pasar, kualitatif, biaya, kualitas proses dan produk, fleksibilitas, delivery, inovasi, dan pengembangan produk. Sampe (2012) juga membagi dua perspektif dari kinerja organisasi yaitu para pemegang saham dan para stakeholders. Perspektif pemegang saham fokus kepada memaksimalkan pekerjaan internal dari bisnis untuk kepentingan para pemegang saham dan diukur dari kinerja keuangan organisasi dengan indikator seperti pertumbuhan penjualan, pertumbuhan profit, dan return of equity (ROE) serta return of assets (ROA) (Neely 2002; Hubbard 2009 yang disitasi Sampe 2002) sedangkan perspektif stakeholder mencakup semua stakeholder yaitu investor, pelanggan, para perantara, karyawan, pemasok, regulator, dan masyarakat. Chajnacki (2007) menjelaskan terdapat empat tema utama pada kinerja organisasi yaitu:

1. Peningkatan kinerja perlu untuk diukur karena peningkatan hanya dapat diterapkan melalui output kinerja dan perubahan pada output hanya dapat dinilai melalui beberapa bentuk pengukuran.

2. Peningkatan kinerja perlu diukur pada berbagai tingkatan dalam organisasi dimana kinerja individu seperti keterampilan, pengetahuan, dan sikap sudah lama dikenal akan tetapi yang menjadi tantangan adalah pada model hubungan yang serupa yang menjelaskan pada peningkatan kinerja dalam sistem terbuka seperti organisasi.

3. Peningkatan kinerja perlu untuk diukur dengan berbagai dimensi kinerja. Jika satu dimensi kinerja dipelajari secara mendalam yang terkadang menutupi kondisi lain yang membutuhkan perhatian yang sebaliknya dinyatakan dengan beragam pegukuran.

4. Peningkatan kinerja harus praktis karena ciri khas pengukuran hasil kinerja mencakup indikator keuangan seperti ROI atau profitabilitas yang membantu dalam lingkup pengembangan sumberdaya manusia.

Organisasi Pembelajar, Inovasi, dan Kinerja Organisasi

Proses pembelajaran dalam suatu organisasi akan memberikan potensi kreatif dari pengetahuan yang didapatkan dalam inovasi sehingga organisasi dapat memperbaiki kinerja dan menjadi organisasi yang inovatif. Selain itu, menurut Ellitan dan Anatan (2009), proses pembelajaran pada suatu organisasi yang melibatkan setiap individu sampai level organisasional dan inter-organisasional dipengaruhi oleh strategi organisasi tersebut. Perusahaan harus memiliki kemauan untuk terus belajar dan menjadi organisasi pembelajar dikarenakan pembelajaran organisasi yang berhasil akan meningkatkan kemampuan dan kapasitas dari organisasi lebih inovatif sehingga perusahaan dapat mengadopsi dan mengimplementasikan ide-ide baru, proses, atau produk dengan sukses. Inovasi akan gagal jika hubungan antara inovasi dan proses dalam pembelajaran yang dilakukan oleh perusahaan tidak memberikan pengaruh terhadap kinerja perusahaan tersebut.

Ancok (2012) menjelaskan bahwa dengan membuat batas organisasi yang fleksibel akan memudahkan setiap orang berinteraksi dari satu unit ke unit lain juga setiap orang belajar dalam tim dan antar tim dan berbagi pengetahuan yang menjadi dasar untuk menciptakan atau terbentuknya pengetahuan baru sebagai dasar sebuah inovasi. Tung dan Wu (2012) menyatakan bahwa hasil dari pembelajaran dalam organisasi adalah inovasi yang membantu karyawan untuk datang dengan solusi dari permasalahan yang mempengaruhi pekerjaan mereka dari hari ke hari sehingga meningkatkan produktivitas dan kepuasan pelanggan.

Calantone, et al. (2002) yang disitasi Alipour dan Karimi (2011) menjelaskan bahwa organisasi pembelajar dapat meningkatkan kemampuan inovasi dengan tiga cara, yaitu dengan menggunakan teknologi modern dalam inovasi, menjaga peluang yang diciptakan oleh permintaan dari pasar yang sedang berkembang, dan memiliki kemampuan inovasi lebih besar dari pesaing. Organisasi pembelajar menurut Alipour dan Karimi (2011) memfasilitasi penciptaan dan transfer pengetahuan maupun inovasi yang pada akhirnya meningkatkan kinerja organisasi. Peningkatan kinerja organisasi tersebut antara lain:

1. Peningkatan adaptasi

Peningkatan adaptasi dengan organisasi pembelajar jika sesuai dengan perubahan lingkungan dan meningkatkan level dari inovasi organisasi yang berhubungan dengan proses kerja, produk, dan aplikasi dan perkembangan teknologi.

2. Peningkatan komitmen karyawan

Komitmen organisasi terjadi ketika karyawan mengadopsi tujuan, sasaran, dan nilai-nilai perusahaan organisasi dan mempertahankan kepercayaan yang tinggi karyawan terhadap organisasi yang dapat dijadikan hasil dari organisasi pembelajar.

3. Daya saing perusahaan

Organisasi pembelajar dapat memperlengkapi karyawan dengan pengetahuan yang relevan dan efisien untuk mengatasi situasi baru mereka sehingga tetap kompetitif dalam dunia bisnis.

4. Peningkatan pengetahuan organisasi

Organisasi pembelajar membantu untuk mendapatkan, menganalisis, menyimpan, dan menyebarkan dalam jumlah besar pengetahuan ke dalam organisasi serta menghasilkan akses cepat kepada karyawan dalam menghadapi masalah yang lebih mendesak dan menyulitkan.

5. Retensi pelanggan

Organisasi pembelajar dapat mempertahankan pelanggan perusahaan dengan menghasilkan keterampilan, kompetensi, dan iklim yang memenuhi persyaratan dari pelanggan yang sudah ada dan membantu untuk menarik pelanggan baru dan pasar.

6. Pertumbuhan karyawan profesional/ahli

Organisasi pembelajar berusaha dengan keras untuk menghasilkan peluang dan sumberdaya untuk menjaga keseimbangan antara pribadi karyawan dan pertumbuhan kebutuhan karyawan profesional/ahli dan mendorong karyawan untuk menggunakan keterampilan baru secara inovatif.

7. Peningkatan profitabilitas

Organisasi pembelajar dapat memperbaiki kinerja paling bawah dalam organisasi dengan meningkatkan kualitas output dari semua level.

Usaha Kecil Menengah

Kriteria dari UKM menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2008 pasal 6 ayat 2 dan 3 yang ditampilkan pada Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3 Kriteria UKM menurut UU No. 20 tahun 2008

No. Uraian Kriteria

Asset Hasil Penjualan (per tahun) 1 Usaha Kecil > 50 juta - ≤ 500 juta > 300 juta - ≤ 2,5 M 2 Usaha Menengah > 500 juta - ≤ 10 M > 2,5 M - ≤ 50 M

Badan Pusat Statistik yang disitasi Hubeis (2011) menjelaskan UKM adalah perusahaan atau industri dengan pekerja antara 5 sampai 9 orang. Menurut Bank Indonesia (BI), UKM merupakan perusahaan atau industri yang memiliki omzet tahunan lebih kecil atau sama dengan 1 miliar rupiah. Pengertian UKM menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2008 pasal 1 ayat 2 dan 3 antara lain:

1. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah

atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

2. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Penelitian Terdahulu

Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang menjadi referensi bagi dalam penelitian ini yang ditampilkan pada Tabel 4.

Tabel 4 Penelitian terdahulu Peneliti dan

tahun

Judul Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian

Power dan Waddell, 2004

The Link Between Self-Managed Work Teams(SMWTs) and Learning Organizations using Performance Indicators Analisis Regresi Berganda

Organisasi pembelajar dan SMWTs memiliki hubungan yang signifikan dengan kinerja UKM (kinerja keuangan, pengetahuan, kepuasan pelanggan, dan turnover karyawan) tetapi SMWTs hubungan yang tidak signifikan dengan organisasi pembelajar Anggraeni, 2006 Tinjauan Penerapan Learning Organization di Bank X Analisis Deskriptif dan Uji Beda

Organisasi (Bank X) telah menerapkan seluruh dimensi dari learning organization menurut teori Watkins dan Marsick untuk seluruh karyawan pada Bank tersebut dan tidak ada perbedaan yang signifkan dalam menilai setiap dimensi organisasi pembelajar oleh karyawan pada semua level. Salim dan Sulaiman, 2011 Organizational Learning, Innovation and Performance: A Study of Malaysian Small and Medium Sized Enterprises

Korelasi Pearson dan Regresi

berganda

Pembelajaran organisasi memberikan pengaruh terhadap kemampuan inovasi dan inovasi memiliki hubungan positif dengan kinerja UKM.

Sampe, 2012 The Influence of

Organizational Learning on Performance in Indonesia SMEs Structural Equation Modelling (SEM)dengan AMOS Pembelajaran organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja organisasi UKM juga terdapat hubungan yang kuat antara budaya organisasi,

kepemimpinan tranformasional, dan empowerment sebagai peubah antesenden dari pembelajaran organisasi.

Lanjutan Tabel 4

Peneliti dan tahun Judul Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian

Siswanto, 2014 Peran Manajemen Pengetahuan dan Pembelajaran Organisasi Terhadap Inovasi Produk pada Usaha Kecil Menengah Olahan Pangan di Bogor

Analisis Deskriptif dan Partial Least

Square (PLS)

Terdapat hubungan yang signifikan antara manajemen pengetahuan dan pembelajaran organisasi dan pengaruh yang signifikan antara pembelajaran organisasi terhadap inovasi produk UKM olahan pangan di Bogor.

Penelitian terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini menjelaskan mengenai proses pembelajaran organisasi pada organisasi pembelajar memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja organisasi dan berpengaruh terhadap kemampuan inovasi dalam UKM (Power dan Waddell 2004 dan Sampe 2012) dan inovasi memberikan pengaruh dan hubungan yang positif terhadap kinerja organisasi (Salim dan Sulaiman 2011; Siswanto 2014). Pada penelitian dari Siswanto (2014) melihat hubungan dari empat dimensi manajemen pengetahuan dan empat dimensi pembelajaran organisasi terhadap tiga inovasi produk di UKM Olahan Pangan Kota Bogor dimana peubah manajemen pengetahuan memliki pengaruh tidak langsung terhadap inovasi produk dengan melalui peubah pembelajaran organisasi. Power dan Waddell (2004) dalam penelitiannya menggunakan peubah organisasi pembelajar dari teori Watkins dan Marsick dengan tujuh dimensi organisasi pembelajar dan peubah SMWTs untuk melihat hubungannya dengan kinerja 200 UKM di Australia dengan menggunakan empat indikator kinerja yaitu: kinerja pengetahuan, kepuasan pelanggan, kinerja keuangan, dan turnover karyawan.

Anggraeni (2006) dan Sampe (2012) juga menggunakan tujuh dimensi organisasi pembelajar dari teori Watkins dan Marsick, pada penelitian Anggraeni didapatkan bahwa pada Bank X sudah menerapkan organisasi pembelajar pada seluruh karyawan Bank X. Salim dan Sulaiman (2011) pada penelitiannya menggunakan empat dimensi pembelajaran organisasi yang memberikan pengaruh pada tiga dimensi inovasi dan inovasi memiliki hubungan terhadap peningkatan kinerja UKM di Malaysia (kinerja keuangan dan pasar). Penelitian dari Sampe (2012) dilakukan pada UKM di Indonesia dimana organisasi pembelajar memberikan pengaruh yang signifikan pada kinerja UKM dengan 10 indikator kinerja yang digunakan pada penelitian tersebut. Organisasi pembelajar memiliki hubungan dengan budaya organisasi, kepemimpinan transformasi, dan empowerment sebagai peubah antesenden pada penelitian Sampe (2012). Dari penelitian terdahulu digunakan beberapa peubah dan indikator yang sesuai dengan tujuan dari penelitian ini.

Dokumen terkait