• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil pengamatan pengaruh kemangi (Ocimum basilicum forma citratum) terhadap lalat rumah (Musca domestica) disajikan dalam bentuk tabel dan grafik sebagai berikut :

Tabel 1 Rata-rata kematian larva Musca domestica setelah berkontak dengan ekstrak kemangi Ulangan Konsentrasi I II III IV Rata-rata Kontrol 0% 0% 0% 0% 0%a 2,5% 8% 12% 8% 0% 7%a 5% 36% 32% 20% 16% 26%b 10% 8% 4% 24% 8% 11%ab 20% 52% 84% 96% 100% 83%c

Keterangan : Huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf P<0,05

Gambar 11 Rata-rata kematian larva Musca domestica setelah berkontak dengan ekstrak kemangi.

Tabel 1 dan Gambar 11 menunjukkan rata-rata jumlah kematian larva

Musca domestica setelah berkontak dengan ekstrak kemangi. Secara statistik, konsentrasi kemangi 10% dan konsentrasi 2,5% tidak berbeda nyata dengan kontrol. Hal ini berarti kemampuan larvasida minyak kemangi dengan konsentrasi

83% 11% 26% 7% 0% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% K 2.5% 5% 10% 20% Perlakuan Morta litas

2,5% dan 10% tidak terlalu baik karena mortalitas yang ditimbulkan tidak berbeda dengan kontrol. Mortalitas larva pada konsentrasi 2,5% dan 10% berturut adalah 7% dan 11%

Konsentrasi kemangi 5% jika dibandingkan konsentrasi 2,5% dan 10% dapat dikatakan memiliki kemampuan larvasida yang lebih baik karena secara statistik mortalitas larva Musca domestica pada konsentrasi 5% berbeda nyata dengan kontrol. Meskipun demikian, konsentrasi 5% tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 10%. Hal ini dapat terlihat pada grafik bahwa kematian larva yang ditimbulkan oleh kedua konsentrasi tidak terlalu berbeda. Kematian larva pada konsentrasi 10% lebih kecil dibandingkan konsentrasi 5% sehingga pergerakan grafik terlihat menurun. Hal ini dikarenakan terjadi kesalahan tekhnis ketika pencampuran minyak kemangi dengan pelarut aquades. Minyak kemangi memiliki BJ yang lebih tinggi dibanding aquades sehingga cenderung mengendap ketika diaduk. Ada kemungkinan pada konsentrasi 10%, kadar minyak kemangi yang diujikan tidak merata pada saat pencampuran.

Konsentrasi kemangi 20% berbeda nyata dengan ketiga konsentrasi lainnya dan juga kontrol. Konsentrasi kemangi 20% menyebabkan kematian sebanyak 83%. Hal ini membuktikan bahwa konsentrasi 20% memiliki kemampuan larvasida terbaik dibanding konsentrasi yang lain. Hasil ini jika dibandingkan dengan jumlah kematian wereng coklat (Nilaparvata lugens) akibat paparan ekstrak biji Ocimum basilicum (Soemawinata dan Prijono 1993), terlihat sangat menyolok. Pada penelitian yang dilakukan oleh Soemawinata dan Prijono (1993), konsentrasi 1,5% telah menyebabkan kematian lebih dari 50% wereng coklat (Nilaparvata lugens). Tanaman yang digunakan sama yaitu kemangi tapi hasil yang diperoleh berbeda. Hal ini kemungkinan disebabkan karena serangga yang diujikan berbeda. Diduga wereng coklat (Nilaparvata lugens) lebih peka terhadap ekstrak biji kemangi dibanding larva Musca domestica.

Penelitian lain mengenai tanaman yang mampu berfungsi sebagai insektisida nabati adalah pengaruh selasih sebagai repelan nyamuk Aedes aegypti. Konsentrasi selasih 2,5% memberikan daya proteksi terbaik terhadap nyamuk

Aedes aegypti (42,40%) pada 1 jam setelah pengolesan (Musbiyana 2004). Hasil ini jika dibandingkan dengan mortalitas larva Musca domestica akibat terpapar

ekstrak kemangi sangat menyolok. Selasih (Ocimum basilicum L.) merupakan tanaman satu spesies dengan kemangi tapi beda varietas. Kedua tanaman ini hampir sama tapi memberikan hasil yang berbeda. Hal ini kemungkinan dikarenakan kandungan zat bioaktif pada selasih yang berperan sebagai insektisida nabati lebih tinggi dibanding kemangi.

Senyawa bioaktif (senyawa yang bertanggung jawab dalam menghasilkan efek) larvasida dari kemangi adalah eugenol dan methyl clavicol (Adnyana dan Firmansyah 2006). Senyawa bioaktif ini merupakan senyawa penyusun minyak atsiri yang terkandung dalam tanaman kemangi. Menurut Guenther (1995), beberapa senyawa minyak atsiri bersifat toksik bagi serangga karena dapat menyebabkan depresi saraf otot, paralisis dan kematian. Kematian terjadi karena minyak atsiri mengganggu sistem pernafasan serangga.

Hasil yang diperoleh setelah 4 hari pemaparan minyak kemangi terhadap larva memperlihatkan bahwa tubuh larva seperti terbakar. Warna tubuh larva menjadi coklat kehitaman, kaku dan kering. Larva yang terkena kemangi tidak dapat dikenali dengan jelas karena bentuknya sangat jauh berbeda dengan larva normal.

A. B.

Gambar 12 Larva Musca domestica A. Normal(Rutz dan Kaufman 2006) B. Mati setelah terpapar minyak kemangi.

Minyak kemangi berfungsi sebagai larvasida dengan cara kerja sebagai racun kontak (contact poison) melalui permukaan tubuh larva karena fenol (eugenol) mudah terhisap melalui kulit (Wilbraham dan Matta 1992). Menurut Prasojo (1984), racun kontak akan meresap ke dalam tubuh binatang lewat kulit luar dan binatang akan mati bila tersentuh kulit luarnya. Racun kontak akan masuk dalam tubuh larva melalui kutikula sehingga apabila insektisida terkena langsung pada kulit maka sedikit demi sedikit molekul insektisida akan masuk ke dalam tubuh larva. Seiring dengan bertambahnya waktu maka akumulasi dari insektisida yang masuk ke tubuh larva dapat menyebabkan kematian (Wudianto 1998). Fenol dapat menyebabkan cacat bakar dan amat beracun (Wilbraham dan Matta 1992). Eugenol menyebabkan alergi jika terpapar pada kulit. Eugenol dosis tinggi bahkan dapat mengakibatkan efek seperti terbakar (Anonim 2006c). Hal ini yang mengakibatkan kematian larva dan bentuk fisik larva terlihat seperti terbakar.

Eugenol juga bekerja pada sistem syaraf. Eugenol merupakan senyawa fenol yang memiliki gugus alkohol sehingga dapat melemahkan dan mengganggu sistem syaraf (Hart 1990). Diduga zat ini mempengaruhi sistem syaraf larva walaupun tidak dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hal tersebut.

Tabel 2 Rata-rata kemampuan ekdisis lalat Musca domestica setelah berkontak dengan ekstrak kemangi

Ulangan Konsentrasi I II III IV Rata-rata Kontrol 100% 96% 100% 100% 99%a 2,5% 92% 88% 92% 100% 93%ab 5% 64% 68% 80% 84% 74%b 10% 92% 96% 76% 92% 89%ab 20% 48% 0% 4% 0% 13%c

Keterangan : Huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf P<0,05

Gambar 13 Rata-rata kemampuan ekdisis lalat Musca domestica setelah berkontak dengan ekstrak kemangi.

Tabel 2 dan Gambar 13 menunjukkan rata-rata pupa Musca domestica yang tebentuk (ekdisis) setelah berkontak dengan ekstrak kemangi. Waktu pengamatan untuk menghitung jumlah pupa yaitu 4 hari. Secara statistik konsentrasi kemangi 2,5% dan 10% tidak berbeda nyata dengan kontrol. Jumlah larva yang mengalami ekdisis (perubahan larva menjadi pupa) pada konsentrasi kemangi 2,5% dan 10% tidak berbeda dengan kontrol.

Konsentrasi kemangi 2,5% dan 10% juga tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 5% tapi konsentrasi kemangi 5% berbeda nyata dengan kontrol. Hal ini berarti jumlah larva yang ekdisis pada konsentrasi 2,5% dan 10% tidak berbeda jauh dengan kontrol dan hampir mendekati jumlah larva yang ekdisis pada konsentrasi 5%.

Konsentrasi 20% berbeda nyata dengan ketiga konsentrasi yang lain juga kontrol. Kemampuan ekdisis larva pada konsentrasi 20% sangat rendah dibanding ketiga konsentrasi yang lain dan kontrol. Berturut-turut rata-rata kemampuan ekdisis lalat Musca domestica dari konsentrasi 2,5%, 5%, 10% dan 20 % adalah 93%, 74%, 89% dan 13%. Jumlah pupa yang terbentuk berbanding terbalik dengan jumlah kematian larva, semakin banyak larva yang mati maka jumlah pupa semakin sedikit.

Zat bioaktif dalam minyak kemangi yang dapat berfungsi sebagai larvasida selain eugenol adalah methyl clavicol. Methyl clavicol termasuk kelompok ether

13% 89% 74% 93% 99% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% K 2.5% 5% 10% 20% Perlakuan Pe rsent a s e pup a

(Lowry 2006). Menurut Wilbraham dan Matta (1992), methyl clavicol juga memiliki efek anastetikum. Seperti halnya contoh kelompok ether yang lain, diduga methyl clavicol bekerja mengganggu kerja susunan syaraf larva. Ether juga dapat mengiritasi saluran pernafasan (Brown 1976).

Semakin tinggi ekstrak kemangi yang digunakan maka semakin tinggi zat bioaktif di dalam kemangi yang bekerja mempengaruhi proses ekdisis larva

Musca domestica. Dari hasil penelitian ini pada konsentrasi kemangi 20% terlihat kemampuan ekdisis larva sangat rendah (hanya 13%) dibanding konsentrasi kemangi yang lain.

Tabel 3 Rata-rata kemampuan eklosi lalat Musca domestica setelah berkontak dengan ekstrak kemangi

Ulangan Konsentrasi I II III IV Rata-rata Kontrol 95,83% 92% 84% 88% 89%a 2,5% 78,26% 81,82% 73,91% 84% 84%a 5% 100% 64,7% 95% 90,48% 88%a 10% 82,6% 95,83% 100% 95,65% 90%a 20% 100% 0% 0% 0% 25%b

Keterangan : Huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf P<0,05

Gambar 14 Rata-rata kemampuan eklosi lalat Musca domestica setelah berkontak dengan ekstrak kemangi.

90% 88%b 84% 89% 37% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% K 2.5% 5% 10% 20% Perlakuan Persent a se lalat hid u p

Tabel 3 dan Gambar 14 menunjukkan jumlah eklosi (perubahan pupa menjadi lalat) lalat Musca domestica setelah berkontak dengan minyak kemangi. Penghitungan jumlah lalat dilakukan setelah pupa mengalami eklosi. Rata-rata kemampuan eklosi lalat Musca domestica dari konsentrasi kemangi 2,5%, 5%, 10% dan 20% adalah 84%, 88%, 90% dan 37%. Secara statistik konsentrasi kemangi 2,5%, 5% dan 10% saling tidak berbeda nyata. Ketiga konsentrasi ini juga tidak berbeda nyata terhadap kontrol.

Konsentrasi kemangi 20% berbeda nyata dengan konsentrasi yang lain dan kontrol. Kemampuan eklosi lalat rumah pada konsentrasi 20% sangat rendah. Kemampuan eklosi berbanding lurus terhadap kemampuan ekdisis. Semakin sedikit pupa yang terbentuk maka lalat yang muncul juga semakin sedikit dan sebaliknya.

Senyawa lain yang terkandung dalam kemangi dan diduga memiliki pengaruh terhadap mortalitas larva adalah saponin. Saponin dalam lerak (Sapindus rarak (Hookf) DC) dapat merusak dinding traktus digestivus larva nyamuk Aedes aegypti (Aminah 1995). Penelitian mengenai saponin dalam kemangi belum diketahui secara pasti tapi jika dianalogikan, diduga saponin dalam kemangi juga dapat menyebabkan kematian larva dengan cara yang sama dengan lerak. Saponin merupakan surfaktan kuat, konsentrasi rendah dapat bersifat toksik pada mamalia karena menyebabkan hemolisis sel darah merah (Vickery dan Vickery 1981).

Secara umum hasil pengamatan terhadap mortalitas larva, kemampuan ekdisis dan kemampuan eklosi lalat rumah (Musca domestica) setelah berkontak dengan minyak kemangi (Ocimum basilicum forma citratum) disajikan pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4 Pengaruh Ekstrak Kemangi (Ocimum basilicum forma citratum back) terhadap Perkembangan Lalat Rumah (Musca domestica)

Perlakuan Kematian Larva Kemampuan ekdisis Kemampuan eklosi Kontrol 0%a 99%a 89%a Konsentrasi 2,5% 7%a 93%ab 84%a Konsentrasi 5% 26%b 74%b 88%a Konsentrasi 10% 11%ab 89%ab 90%a Konsentrasi 20% 83%c 13%c 25%b

Dokumen terkait