• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Pengambilan sampel ikan lele dilakukan setiap 7 hari sekali selama 56 hari atau 8 minggu masa pemeliharaan yang menghasilkan panjang rata, berat rata-rata, jumlah pakan, kelangsungan hidup, dan kualitas air. Dari pengolahan data diperoleh data pertambahan panjang, peningkatan berat, tingkat kelangsungan hidup, serta data parameter kualitas air sebagai data penunjang.

Pertambahan Panjang Ikan Lele

Pertambahan panjang ikan lele selama 56 hari yang terendah secara berturut yaitu Kontrol (tanpa molase) sebesar 4,1 cm kemudian P1 (2,4 gram/12L) sebesar 5,1 cm selanjutnya P2 (4,8 gram/12L) 6,6 cm dan yang tertinggi P3 (7,2 gram/12L) sebesar 7,2 cm. Pertamabahan rata – rata berat lele dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Pencapaian Panjang Rata-rata Ikan Lele

e tambahan ata- ata panjang ikan lele pada masing-masing pe lakuan setiap penguku an be kisa anta a cm ertambahan panjang tertinggi terdapat di perlakuan P3 dari 12,5 cm menjadi 19,7 cm, kemudian diikuti perlakuan P2 dari 12 cm menjadi 18,6 cm, perlakuan P1 dari 11,6 cm menjadi 16,7 cm dan pertambahan

pajang terendah pada kontrol dari 11,1 menjadi 15,2. Hasil rata-rata nilai panjang pada ikan lele selama 56 hari pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 1. Data dan analisis ragam rata – rata panjang ikan lele dapat dilihat pada Lampiran 2.

Tabel 1. Panjang Rata-rata (cm) Ikan Lele Selama Penelitian Perlakuan

Rata-Rata Pertumbuhan Panjang per Hari (cm)

0 7 14 21 28 35 42 49 56 Δp

K 11,1 11,5 12 12,5 13 13,5 14 14,5 15,2 4,1 P1 11,6 12,2 12,8 13,4 14 14,6 15,2 15,8 16,7 5,1 P2 12 12,7 13,4 14,1 14,8 15,5 16,2 17,3 18,6 6,6 P3 12,5 13,5 14,5 15,5 16,5 17,5 18,5 19 19,7 7,2

Ga mbar 4. Pencapaian Panjang Ikan Lele

Dari hasil penelitian diperoleh pertambahan panjang ikan lele yaitu rata-rata pertambahan panjang ikan setiap perlakuan selama pemeliharaan dapat

dilihat pada (Lampiran 2). Kemudian data tersebut dianalisis dengan menggunakan Analisis Variansi (ANOVA) panjang ikan lele dilakukan menggunakan Statistical Package of Social Science (SPSS). Seperti yang dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 2. Analisis Variansi (ANOVA) pada SPSS Panjang Ikan Lele Tabel 3. Rata-rata Berat (gram) Ikan Lele pada Hari Ke 7 sd Hari Ke 56

Sumber

Gambar 5. Pencapaian Berat Rata-rata Ikan Lele

Dari hasil penelitian diperoleh pertambahan berat ikan lele yaitu rata-rata pertambahan ikan lele setiap perlakuan selama pemeliharaan (Lampiran 5) kemudian data tersebut dianalisis secara statistik menggunakan analisis sidik ragam yang dapat dilihat pada tabel 4 (Lampiran 4).

Pertambahan rata-rata berat ikan lele pada masing-masing perlakuan setiap pengukuran berkisar antara 10,1 gram 30,2 gram. Rata-rata pertambahan berat tertinggi selama penelitian terdapat pada perlakuan P3 dari 11,2 gram menjadi 30,2 gram, kemudian diikuti perlakuan P2 dari 11,1 gram menjadi 28,7 gram, perlakuan P1 dari 11,3 gram menjadi 27,3 gram dan berat terendah pada Kontrol dari 10,1 gram menjadi 24,2 gram. Seperti terlihat pada Gambar 5.

Tabel 4. Berat Rata-rata (gram) Ikan Lele Selama Penelitian Perlakuan

Rata-Rata Pertumbuhan Berat per Hari (gram)

Δb

0 7 14 21 28 35 42 49 56

K 10,1 12,2 14,3 16,4 18,5 20,6 22,4 23,5 24,2 14,1 P1 11,3 13,5 15,4 17,6 19,7 21,8 23,9 26 27,3 16 P2 11,1 14,1 16,2 18,3 20,1 22,2 24,3 26,4 28,7 17,6 P3 11,2 14,1 17,2 20 23,1 26,2 28,3 29,4 30,2 19

Gambar 6. Pencapaian Berat Ikan Lele Selama Penelitian

Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel 4. menunjukkan perbedaan yang sangat nyata terhadap peningkatan berat ikan lele pada setiap pengukuran selama masa pemeliharaan. Kemudian data tersebut dianalisis dengan menggunakan Analisis Variansi (ANOVA) panjang ikan lele dilakukan menggunakan Statistical Package of Social Science (SPSS). Seperti yang dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 5. Analisis Variansi (ANOVA) pada SPSS Berat Ikan Lele Tabel 6. Rata-rata Berat (gram) Ikan Lele pada Hari Ke 7 sd Hari Ke 56

Sumber selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7 (Lampiran 6).

Tabel 6. Pencapaian Rata-rata Kelangsungan Hidup Ikan Lele

Perlakuan Hari Ke- SR (%)

1 7 14 21 28 35 42 49 56

K 100 88,89 83,33 80,55 72,22 69,44 61,11 61,11 61,11 61,11 P1 100 91,66 88,89 77,78 77,78 69,44 69,44 63,89 63,89 63,89 P2 100 91,66 88,89 80,56 72,22 69,44 69,44 61,11 58,33 63,89 P3 100 88,89 88,89 77,81 77,81 77,81 77,81 75,08 66,75 66,67

Gambar 7. Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Lele Kualitas Air

Kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan lele sangat dipengaruhi oleh kualitas air. Parameter kualitas air yang diukur selam penelitian adalah Suhu, pH, dan DO. Hasil pengamatan kualitas air ikan lele diperoleh kisaran suhu antara 27-29

°C. Nilai pH antara 7,1-7,15 dan DO antara 5,2-3,4 mg/l. Data kualitas air pemeliharaan ikan lele selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 8. Data dan analisis ragam rata – rata kualitas air dapat dilihat pada Lampiran 7.

Tabel 8. Analisis Rata-rata Kualitas Air Selama Penelitian

Parameter K P1 P2 P3

Suhu (°C) 29 27 28 27

pH 7,1 7,15 7,5 7,81

Do (mg/l) 5,2 4,5 4,1 3,4

Pembahasan

Pertambahan Panjang Ikan Lele

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh panjang pertumbuhan yang berbeda-beda. Penambahan molase dengan dosis 7,2 gram/L molase pada P3 menghasilkan pertumbuhan panjang tertinggi dengan rata – rata pertumbuhan 7,2 cm diikuti perlakuan P2 sebesar 6,6 cm kemudian P1 sebesar 5,1 cm dan yang terendah pada Kontrol sebesar 4,1 cm.

Dari hasil penelitian yang dilakukan selama penelitian terjadi pertambahan panjang ikan lele dari awal masa pemeliharaan sampai akhir masa pemeliharaan pada setiap perlakuan, dimana rata-rata panjang awal ikan lele adalah sebesar 10,7 cm – 12,9 cm dan di akhir pemeliharaan sebesar 15 cm – 19,5 cm yang dapat dilihat pada Tabel 1 (Lampiran 2).

Meningkatnya pertambahan panjang ikan lele pada perlakuan P3 diduga karena tersedianya pakan yang cukup setiap hari bagi ikan lele dan kualitas air yang baik dan mampu menunjang pertumbuhan ikan lele. Menurut (Afifi, 2014) lingkungan yang terkontrol dengan baik dapat menyebabkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap laju pertumbuhan ikan lele.

Pertumbuhan panjang ikan lele pada setiap perlakuan memiliki pertumbuhan yang cukup signifikan dan cenderung naik pada hari ke 7 hingga hari ke 42 namun setelah hari ke 49 hingga 56 pertumbuhan ikan diketahui tidak naik secara signifikan berbeda dengan awal penelitian, pertambahan panjang ikan cukup signifikan seperti dapat dilihat pada grafik gambar. 5 menurut (Pratiwi, 2014) laju pertumbuhan ikan

akan semakin menurun seiring pertambahan usia karena pengaruhnya dalam kebutuhan energi.

Hasil analisis ANOVA menunjukkan bahwa pemberian molase dengan dosis yang berbeda memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap pertambahan panjang ikan lele (p<0.05), hasil uji lanjut menunjukkan perlakuan P3 dengan dosis 7,2 gram/12L molase memberikan respon yang paling baik terhadap pertambahan panjang ikan lele dibandingkan dengan perlakuan pengamatan ikan lele lainnya.

Peningkatan Berat Ikan Lele

Pertumbuhan merupakan suatu keadaan dimana bertambahnya ukuran volume dan berat suatu organisme, yang dapat dilihat dari perubahan ukuran panjang dan berat dalam satuan waktu. Menurut (Afifi, 2014) salah satu yang mempengaruhi pertumbuhan ikan adalah nutrusi. Pertumbuhan ikan pada budidaya intensif sangat dipengaruhi oleh konsumsi nutrisi yang didapatkan dari pakan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan selama penelitian terjadi pertambahan berat ikan lele dari awal masa pemeliharaan sampai akhir masa pemeliharaan pada setiap perlakuan, dimana rata-rata panjang awal ikan lele adalah sebesar 10,1 cm – 11,3 cm dan di akhir pemeliharaan sebesar 24,2cm – 30,2 cm yang dapat dilihat pada Tabel 5 (Lampiran 4). Hal ini menunjukkan bahwa frekuensi pemberian dosis molase yang berbeda berpengaruh seiring bertambahnya dosis pemberian molase pada ikan.

Pertambahan berat rata-rata paling tinggi terjadi yaitu pada perlakuan P3 dimana rata-rata pertumbuhan berat sebesar 19 gram, diikuti dengan perlakuan P2 dengan berat 17,6 gram, 16 gram pada perlakuan P1 dan terendah menunjukkan hasil 14,1 gram. Pemberian molase dengan dosis yang tepat dapat mempengaruhi pertumbuhan berat ikan lele selama 56 hari pemeliharaan. Menurut Panjaitan (2011)

penambahan molase dapat membantu meningkatkan tingkat C/N dalam air, yang juga dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri heterotrofik. bakteri heterotrofik memiliki kemampuan untuk memanfaatkan N organik dan anorganik yang terdapat dalam air. Sumber N dalam air berasal dari pakan dan feses yang terdekomposisi oleh bakteri yang diikuti oleh pelepasan amoniak.

Hasil analisis ANOVA menunjukkan bahwa pemberian dosis molase berbeda memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap pertambahan berat ikan lele (p<0.05), hasil uji lanjut menunjukkan perlakuan P3 dengan dosis 7,2 gram/12L molase memberikan respon yang paling baik terhadap pertambahan berat ikan lele dibandingkan dengan perlakuan pengamatan ikan lele lainnya.

Pertumbuhan berat ikan lele tertinggi terjadi pada perlakuan P3. Hal ini disebabkan oleh jumlah pakan yang sesuai dan juga didukung oleh pemberian dosis molase yang tepat. Pertumbuhan ikan lele yang meningkat juga diduga karena adanya pengaruh kandungan karbon. Menurut Avnimelech (1999) dengan menambahkan unsur karbon organik ke dalam media budidaya maka bakteri akan memanfaatkan N anorganik (NH3 dan NO2

-) sehingga akan mengurangi konsentrasi amoniak dalam air.

Tingkat Kelangsungan Hidup (SR)

Tingkat kelangsungan hidup ikan lele dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat persaingan hidup ikan, pakan serta kualitas air. Hasil dari perhitungan statistik diketaui bahwa rata – rata nilai kelangsungan hidup ikan lele berkisar antara 58,33% hingga 66,75% pada akhir masa pemeliharaan. Nilai kelangungan hidup ikan lele berturut dari yang tertinggi yaitu pada P3 sebesar 66,75% kemudian P2 sebesar 63,89%, K sebesar 61,11% dan yang terendah pada P2 sebesar 58,33%.

Dari tabel 7.(Lampiran 6) dapat dilihat nilai kelangsungan hidup ikan lele berkisar antara 58,33% hingga 66,75%, nilai tersebut tergolong baik. Hal ini dikarenakan oleh kualitas air yang baik dan sesuai untuk kehidupan ikan lele, hal ini sesuai dengan pernyataan Badare (2001) bahwa kualitas air turut mempengaruhi SR dan pertumbuhan dari organisme air yang dibudidayakan. Lebih lanjut Iqbal (2011) menyatakan bahwa heterotrof dapat menetralisir kandungan amoniak yang dapat membahayakan kehidupan ikan lele, sehingga kualitas air menjadi baik.

Kualitas Air

Kualitas air merupakan faktor yang penting dalam budidaya ikan karena diperlukan sebagai media hidup ikan (Sitompul et al., 2012). Kualitas air yang baik mampu menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Penambahan bakteri heterotrof juga dapat membantu perbaikan kualitas air (Yuhana et al., 2011).

Berdasarkan tabel 8. diketahui perhitungan statistik bahwa rata – rata suhu pada masing – masing perlakuan dalam kisaran suhu antara 27 oC hingga 29 oC dan kisaran suhu tersebut merupakan kisaran suhu yang termasuk dalam kategori normal dan dalam keaadan baik. Khairuman (2007) menyatakan bahwa ikan dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 20 oC hingga 30 oC.

Nilai pH pada suatu perairan mencirikan kesimbangan antara basa dengan asam dalam air dan merupakan pengukuran konsentrasi ion hidrogen dalam air (Patang, 2012). Hasil pengukuran nilai pH ditunjukkan melalui tabel 8 (Lampiran 7) . Diketahui nilai rata – rata pH pada masing – masing perlakuan 7,1 hingga 7,81.

Nilai tersebut menunjukkan bahwa pH dalam wadah pemeliharaan termasuk dalam keadaan normal. Nilai pH yang sesuai untuk pemeliharaan ikan lele antara 6-9

(Monalisa dan Minggawati, 2010). Menurut Boyd (1982) pH dibawah 6,5 atau lebih tinggi dari 9,0 dapat menurunkan kemampuan reproduksi dan pertumbuhan ikan.

DO memegang peranan penting dalam proses budidaya intensif yang menggunakan teknologi bioremediasi. Hal ini karena aktifitas mikroorganisme pendekomposisi bahan organik memerlukan cukup oksigen. Pada tabel 8. dapat dilihat nilai Konsentrasi DO pada penelitian ini berkisar antara 3,41 mg/l hingga 5,2 mg/l. Dalam kisaran nilai konsentrasi DO tersebut termasuk dalam keadaan yang aman. Hal ini mengacu pada (Ditjen Perikanan Budidaya, 2006) yang menyatakan bahwa kisaran DO yang layak untuk pemeliharaan ikan lele adalah lebih dari 3 mg/l.

Kadar DO pada pemeliharaan ikan lele tergolong rendah. Penurunan DO yang terjadi dikarenakan selama penelitian tidak dilakukan pergantian air. Konsep budidaya dengan tanpa menggunakan pergantian air membuat media budidaya dapat terkontrol dengan baik. Menurut Ekasari (2009) dalam sistem akuakultur tertutup yang hampir tidak atau sedikit melakukan pergantian air, kualitas air, pakan dan pencegahan penyakit dapat dikontrol dengan baik, sehingga ikan dapat di pelihara dengan kepadatan yang tinggi, tumbuh dengan cepat dan seragam.

Dokumen terkait