BULAN GUSTIANA 140302035
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SKRIPSI
BULAN GUSTIANA 140302035
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
SKRIPSI
BULAN GUSTIANA 140302035
Skripsi Sebagai Satu Diantara Beberapa Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BULAN GUSTIANA. Pengaruh Pemberian Molase pada Aplikasi Probiotik Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus). Dibimbing oleh Indra Lesmana S.Pi, M.Si.
Ikan lele Sangkuriang merupakan salah satu ikan air tawar yang memiliki harga yang ekonomis serta banyak digemari masyarakat. Permintaan masyarakat terhadap ikan lele cukup tinggi. Hal ini menyebabkan para pembudidaya banyak melakukan budidaya dengan sistem intensif. Faktor yang menjadi kendala yaitu para pembudidaya kesulitan dalam memanajemen kualitas air. Maka dari itu probitik dibutuhkan untuk memperbaiki dan mempertahankan kualitas air. Penambahan molase dapat meningkatkan populasi bakteri probiotik karena mengandung sumber karbohidrat. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh molase terhadap aplikasi probiotik terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele. Penelitian ini dilakasanakan pada bulan Mei hingga Juli 2018. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan dengan perlakuan Kontrol (tanpa perlakuan), P1 (2,4 gram/12L), P2 (4,8 gram/12L), P3 (7,2 gram/12L). Analisis statistik yang digunakan SPSS 21 dan hasilnya dihitung dengan Analisis Variansi (ANOVA) dan Uji Duncan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertambahan panjang dan berat tertinggi terdapat pada perlakuan P3 memberikan pengaruh yang signifikan dengan rata-rata pertambahan panjang 7,2cm dan dan berat sebesar 19 gram dan tingkat kelangsungan hidup teringgi pada perlakuan P3 sebesar 66,67%.
Kata Kunci ; Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus.), Molase, Probiotik, Pertumbuhan
BULAN GUSTIANA. Effect of Molasses on Probiotic Applications on Growth and Survival of Sangkuriang Catfish (Clarias gariepinus). Supervised by Indra Lesmana S.Pi, M.Sc.
Sangkuriang catfish is one of the freshwater fish that has an economical price and so popular in the public. Public demand for catfish is quite high. This caused many farmers to cultivate with intensive systems. The factor that is a constraint is that farmers have difficulty managing water quality. Therefore probitic is needed to improve and maintain water quality. Addition of molasses can increase the population of probiotic bacteria because it is contain carbohydrate sources.
Therefore, this study aims to determine the effect of molasses on the application of probiotics to the growth and survival of catfish. This research was conducted from May to July 2018. The experimental design used was a Rancangan Acak Lengkap (RAL) with 4 treatments and 3 replications with a Control (no treatment), P1 (2.4 gram / 12L), P2 (4.8 gram / 12L), P3 (7.2 grams / 12L). Statistical analysis used by SPSS 21 and the results were calculated by Variance Analysis (ANOVA) and Duncan Test. The results showed that the highest increase in length and weight in the P3 treatment had a significant effect with an average length of 7,2 cm and a weight of 19 grams and the highest survival rate in the P3 treatment of 66.67%.
Keyword ; Catfish (Clarias gariepinus), Molasses, Probiotic, Growth
Penulis lahir di Medan pada tanggal 17 Agustus 1996 dari Bapak Juniawan dan Ibu Sulastri. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.
Penulis mengawali pendidikan formal di SD 064962 Medan pada tahun 2000-2008, pendidikan
menengah pertama ditempuh dari tahun 2008-2011 di SMP Negeri 10 Medan. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negri 21 Medan dengan Jurusan IPA pada tahun 2011-2014.
Penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN) pada tahun 2014. Selain mengikuti perkuliahan, penulis menjadi anggota Ikatan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (IMASPERA) Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Balai Konservasi Penyu Pasar Sorkam Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2017.
Dalam rangka menyelesaikan studi di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, penulis melaksanakan penelitian dengan judul “Pengaruh Pemberian Molase pada Aplikasi Probiotik Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)” yang dibimbing oleh Bapak Indra Lesmana, S. Pi, M. Si. dan diuji oleh Ibu Dr. Eri Yusni, M. Sc.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala karena atas berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Molase pada Aplikasi Probiotik Terhadap
Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)” sebagai tugas akhir untuk mendapatkan gelar S-1.
Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar- besarnya kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Juniawan dan Ibunda Sulastri serta Adik tercinta Muhammad Aldi Kurniawan dan Silvia Sundari Almaghfira yang selalu senantiasa memberikan doa dan dukungan kepada penulis baik secara moril maupun materil hingga skripsi ini dapat terselesaikan.
2. Bapak Indra Lesmana, S.Pi, M.Si , Ibu Dr. Eri Yusni, M.Sc dan Bapak Ir. Syammaun Usman, MP selaku dosen pembimbing dan dosen penguji yang telah memberikan ilmu, masukan, arahan dan bimbingan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Ibu Dr. Eri Yusni, M.Sc selaku Ketua Studi Manajemen Sumberdaya Perairan dan seluruh staf pengajar serta pengawas tata usaha Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan yang telah memberikan ilmu dan dukungan kepada penulis selama proses perkuliahan.
4. Bapak Suleman Ginting dan Ibu Delpi Purba yang telah memberikan izin penelitian dan bantuan dalam pelaksanaan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
5. Terkhusus teman-teman tim penelitian yaitu Ella Xena C. K Sinaga, Afifah Rezki Suryani dan Evita Rehulina Ginting yang selalu membantu, memotivasi dan memberikan rasa kebersamaan baik selama perkuliahan, hingga mulai dari awal penelitian sampai terselesaikannya penelitian ini.
6. Ajib Shah Nasution yang telah membantu dalam penelitian saya dan memberikan semangat serta dukungan. Nasihat dan saran yang diberikan agar membuat saya tersadar dan berusaha lebih baik dan bekerja lebih keras.
7. Teman-teman seperjuangan MSP angkatan 2014, terkhusus kepada Tengku Hannifa Husny, Wini Aafini J Harahap, Astrid Indah Sari Nainggolan, Sabila Nadya Barus, dan Adenia Cahyatie.
8. Dan kepada pihak-pihak lain yang telah begitu banyak membantu namun tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga skripsi ini bermanfaat untuk masyarakat, pembaca dan bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang Manajemen Sumberdaya Perairan.
Medan, September 2018
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACK ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Rumusan Masalah ... 3
Kerangka Pemikiran ... 4
Tujuan Penelitian ... 5
Manfaat Penelitian ... 5
TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Ikan Lele ... 6
Habitat Ikan Lele ... 7
Tingkah Laku Ikan Lele ... 7
Probiotik ... 8
Molase ... 9
Kualitas Air ... 10
Suhu ... 11
Oksigen Terlarut ... 12
pH ... 12
Pertumbuhan ... 13
Kelangsungan Hidup ... 14
METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian ... 15
Alat dan Bahan ... 15
Rancangan Penelitian ... 15
Prosedur Penelitian... 16
Menyiapkan Wadah ... 16
Menyiapkan Ikan Uji ... 16
Menyiapkan Air Media ... 16
Menyiapkan Pakan ... 17
Menebarkan Ikan ... 17
Memelihara Ikan... 17
Mengukur dan Menimbang Hasil Penelitian ... 17
Menganalisis Hasil Penelitian ... 18
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 20
Pertambahan Panjang Ikan Lele ... 20
Peningkatan Berat Ikan Lele ... 22
Tingkat Kelangsungan Hidup ... 25
Kualitas Air ... 26
Pembahasan ... 27
Pertambahan Panjang Ikan Lele ... 27
Peningkatan BeratPanjang Ikan Lele ... 28
Tingkat Kelangsungan Hidup ... 29
Kualitas Air ... 30
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 32
Saran ... 32 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
1. Gambar 1. Kerangka Pemikiran ... 4
2. Gambar 2. Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)... 6
3. Gambar 3. Grafik Pencapaian Panjang Rata-rata Ikan Lele ... 20
4. Gambar 4. Kurva Pencapaian Panjang Rata-rata Ikan Lele ... 21
5. Gambar 5. Grafik Pencapaian Berat Rata-rata Ikan Lele... 23
6. Gambar 6. Kurva Pecapaian Berat Rata-rata Ikan Lele ... 24
7. Gambar 7. Grafik Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Lele ... 26
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1. Tabel 1. Panjang Rata-rata (cm) Ikan Lele Selama Penelitian ... 21
2. Tabel 2. Analisis Variansi (ANOVA) SPSS Panjang Ikan Lele ... 22
3. Tabel 3. Rata-rata Panjang (cm) Ikan Lele pada Hari ke 7 sd 59 ... 22
4. Tabel 4. Berat Rata-rata (gram) Ikan Lele Selama Penelitian ... 24
5. Tabel 5. Analisis Variansi (ANOVA) SPSS Berat Ikan Lele ... 25
6. Tabel 6. Rata-rata Berat (gram) Ikan Lele Hari ke 7 sd 59 ... 25
7. Tabel 7. Pencapaian Rata-rata Kelangsungan Hidup Ikan Lele... 26
8. Tabel 8. Analisis Rata-rata Kualitas Air Selama Penelitian ... 26
DAFTAR LAMPIRAN
No Teks Halaman 1. Denah Penempatan Akuarium yang Berisikan Ikan Lele dengan Masing-masing
Perlakuan ... 38
2. Data dan Analisis Ragam Rata-rata Panjang (cm) Ikan Lele ... 39 3. Data Hasil SPSS Panjang Ikan Lele ... 41 5. Data dan Analisis Ragam Rata-rata Berat (gram) Ikan Lele ... 51 6. Data Hasil SPSS Berat Ikan Lele ... 54 7. Data Kualitas Air Menurut Perlakuan Selama Penelitian (56 hari) ... 60
8. Jumlah Pemberian Pakan Menurut Perlakuan Selama Penelitian ... 62
9. Alat dan Bahan Penelitian ... 64
10. Dokumentasi Penelitian ... 65
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) adalah salah satu ikan air tawar yang banyak dibudidayakan dan dikonsumsi di Indonesia. Ikan ini banyak dikonsumsi karena mudah diolah, banyak disukai, dan memiliki kandungan protein yang tinggi. Selain itu ikan ini juga dibudidayakan karena memiliki waktu pertumbuhan yang relatif cepat. Tingginya permintaan konsumen membuat petani lele melakukan usaha yang intensif. Perkembangan usaha budidaya lele membutuhkan penambahan area budidaya dan biaya untuk pakan serta peningkatan kualitas air (Sitompul, 2012). Namun sering sekali petani budidaya kesulitan dalam menjaga kualitas air dan hal tersebut menjadi kendala yang cukup besar.
Untuk memperbaiki kualitas air biasanya dilakukan dengan penyiponan atau pergantian air secara berkala. Metode ini ternyata masih menimbulkan resiko stres sehingga menghambat pertumbuhan dan bisa menyebabkan kematian pada ikan budidaya, selain itu teknik tersebut memerlukan waktu yang cukup lama serta memakan tenaga dan biaya yang cukup besar (Aquarista et al., 2012). Pemberian probiotik dapat membantu petani budidaya dalam menekan biaya serta mampu menjaga kestabilan kualitas air.
Bakteri probiotik dapat memperbaiki serta mempertahankan kualitas air yaitu dengan cara mengoksidasi senyawa organik, Senyawa ini berasal dari sisa pakan, feses, plankton dan organisme yang mati, selain itu dapat menurunkan senyawa metabolit beracun, mempercepat pertumbuhan dan kestabilan plankton, menurunkan pertumbuhan bakteri yang merugikan, penyedia pakan alami dalam bentuk bakteri
Probiotik adalah mikroba hidup dalam media pembawa yang menguntungkan ternak karena menciAptakan kondisi yang optimum untuk pencernaan pakan dan efesiensi konversi pakan sehingga memudahkan dalam proses penyerapan zat nutrisi ternak, mempercepat pertumbuhan, dan memproteksi dari penyakit patogen tertentu (Ahmadi, 2012). Menurut Mahyudin (2008) pemberian organisme probiotik dalam kegiatan akuakultur dapat diberikan melalui pakan, air dan perantara pakan.
Penggunaan probiotik bermanfaat dalam meningkatkan populasi bakteri agen bioremediasi karena bakteri probiotik dapat mencegah bakteri patogen agar tidak memperbanyak diri dalam media hidup hewan budidaya dengan melawan permunculan koloni bakteri lain sehingga diharapkan bakteri yang tumbuh merupakan bakteri agen bioremediasi. Namun, probiotik komersil yang beredar dipasaran telah mengalami penurunan populasi bakteri akibat dari panjangnya jangka waktu mulai dari pengemasan hingga sampai ke tangan pengguna (Gunarto et al., 2007). Populasi bakteri tetap dapat meningkat dengan pemberian prebiotik seperti karbohidrat dan protein (Mulyana, 2011).
Salah satu sumber karbohidrat yang dapat digunakan sebagai probiotik yaitu molase yang merupakan limbah dari hasil produksi gula tebu. Molase yang merupakan sumber nutrisi bagi bakteri probiotik diharapkan dapat meningkatan populasi bakteri probiotik sehingga dapat memaksimalkan kerja dari bakteri probiotik sebagai agen bioremediasi. Bakteri dan mikroorganisme akan memanfaatkan karbohidrat sebagai pakan untuk menghasilkan energi dan sumber karbon bersama dengan nitrogen di perairan akan memproduksi protein sel baru
(Avnimelech, 1999). Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian molase pada probiotik sehingga dapat memperbaiki kualitas air dan meningkatkan pertumbuhan benih ikan lele.
Perumusan Masalah
Molase memiliki sumber karbon yang cukup tinggi sehingga dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bagi probiotik. Dengan terpenuhinya nutrisi bakteri probiotik maka dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas perairan dan dapat menambah sumber pakan alami bagi pertumbuhan benih ikan lele. Berdasarkan dari uraian diatas diperoleh beberapa pokok permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu:
1. Lambatnya pertumbuhan ikan lele sangkuriang yang disebabkan oleh belum adanya pemberian molase pada aplikasi probiotik.
2. Belum diketahui dosis pemberian molase yang optimum terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele sangkuriang.
Kerangka Pemikiran
Kegiatan budidaya ikan lele merupakan salah satu kegiatan yang memiliki potensi yang besar. Maka dari itu penelitian mengenai ikan lele terus dilakukan dengan menggunakan berbagai cara, salah satunya adalah dengan pemanfaatan molase. Molase merupakan hasil sampingan dari produksi gula. Molase juga memiliki kandungan karbon yang yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber nutrisi bagi bakteri probiotik. Dengan adanya penambahan kandungan molase maka probiotik dapat tumbuh dengan baik sehingga mampu memperbaiki kualitas air serta mampu memnunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele sangkuriang.
Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Budidaya Ikan
Lele Sangkuriang
Intensif
Pakan Kualitas air:
-DO -Suhu -pH -Amoniak
Probiotik Non Intensif
Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Lele Sangkuriang
Pemberian Molase
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mempercepat pertumbuhan ikan lele sangkuriang dengan pemberian molase pada aplikasi probiotik.
2. Untuk mengetahui dosis pemberian molase yang optimum pada aplikasi probiotik terhadap kelangsungan hidup ikan lele sangkuriang .
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pemanfaatan molase sebagai salah satu sumber nutrisi probiotik untuk memperbaiki kualitas air budidaya meningkatkan pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup ikan lele.
TINJAUAN PUSTAKA
Morfologi Ikan Lele Sangkuriang
Menurut Rahman (1989) kedudukan ikan lele dalam sistematika (taksonomi) hewan diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Animalia Phyllum : Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo : Siluriformes Famili : Clariidae Genus : Clarias
Spesies : Clarias gariepinus
Gambar 2. Ikan lele (Clarias gariepinus)
Tubuh ikan lele mempunyai bentuk tubuh memanjang, berkulit licin, berlendir, dan tidak bersisik. Bentuk kepala menggepeng (depress) dengan mulut yang relatif lebar, dan mempunyai empat pasang sungut. Ikan lele sangkuriang memiliki tiga sirip tunggal, yaitu sirip punggung, sirip ekor, dan sirip dubur. Pada sirip dada dijumpai sepasang patil atau duri keras yang dapat digunakan untuk
mempertahankan diri dan dapat dipakai untuk berjalan di permukaan tanah atau pematang. Pada bagian atas ruangan rongga insang terdapat alat pernapasan tambahan (organ arborescent) berbentuk seperti batang pohon yang penuh dengan kapiler-kapiler darah untuk membantu mengikat oksigen dari udara (Najiyati 1992).
Mulutnya terdapat di bagian ujung dan terdapat empat pasang sungut. Insangnya berukuran kecil dan terletak pada kepala bagian belakang. Ikan lele mempunyai kebiasaan makan di dasar perairan dan bersifat karnivora dan kanibal, yaitu memangsa jenisnya sendiri jika kekurangan jumlah pakan dan lambat memberikan pakan (Najiyati 1992).
Habitat Ikan Lele Sangkuriang
Habitat ikan lele sangkuriang adalah di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air (Mahyudin, 2008). Menurut Hendrawati (2011) ikan lele cocok dibudidayakan pada kolam air yang tenang tanpa pergantian air. Ikan lele menyukai air yang tenang dan tepian yang dangkal, dan terlindung sehingga bisa membuat lubang sebagai sarang untuk melakukan pemijahan.
Tingkah Laku Ikan Lele Sangkuriang
Ikan lele hidup di air tawar dan jika ikan ini mengalami stres atau kaget maka warna tubuhnya akan berubah menjadi terang. Ikan lele memiliki patil yang tidak beracun dan pertumbuhannya cepat. Salah satu sifat lele yaitu suka meloncat kedarat terutama pada malam hari. Munculnya sifat ini karena ikan lele merupakan hewan yang banyak melakukan aktivitas dimalam hari. Sifat ini akan tampak saat lele akan mencari makan. Itulah sebabnya ikan lele akan lebih suka berada ditempat gelap dibanding ditempat yang terang (Sunarma, 2004). Ikan lele tahan terhadap
kondisi lingkungan dengan kualitas air yang buruk. Ikan lele merupakan ikan karnivora, meskipun begitu ikan ini akan memakan dedaunan bila dibiasakan, sehingga ikan lele biasa disebut scavenger (Suprapto dan Samfasfir, 2013).
Probiotik
Probiotik adalah mikroorganisme hidup dalam budidaya ikan yang dapat mencegah penyakit, sehingga meningkatkan produksi dan dapat menurunkan kerugian ekonomi. Aplikasi probiotik dalam sistem akuakultur memainkan peran penting yang menentukan tingkat keberhasilan budidaya. Probiotik ketika dikonsumsi oleh ikan dalam jumlah yang cukup, memberikan manfaat kesehatan untuk ikan yang dapat mencapai saluran pencernaan dan tetap hidup dengan tujuan meningkatkan kesehatan ikan (Elumalai et al., 2013).
Probiotik memiliki efek antimikrobial dan pada bidang akuakultur bertujuan untuk menjaga keseimbangan mikroba dan pengendalian patogen dalam saluran pencernaan. Mikroorganisme pada probiotik bersaing dengan patogen di dalam saluran pencernaan untuk mencegah agar patogen tidak mengambil nutrisi yang diperlukan untuk hidup ikan (Cruz et al., 2012).
Probiotik dapat diberikan langsung ke perairan dengan beragam mikroorganisme probiotik yang digunakan, diantaranya kelompok bakteri asam laktat, Vibrio alginolyticus, Aeromonas sobria, Pseudomonas fluorescens, Bacillus toyoi, Enterococcus faecium. Aplikasi probiotik berfungsi meningkatkan pertumbuhan dengan populasi mikroba yang seimbang, dan dapat meningkatkan penyerapan pakan nutrien pakan dan enzim pencernaan (Febrianti et al., 2010).
Bakteri probiotik menghasilkan enzim yang mampu mengurai senyawa kompleks menjadi sederhana sehingga siap digunakan ikan.. Bakteri yang terdapat dalam probiotik memiliki mekanisme dalam menghasilkan beberapa enzim untuk pencernaan pakan seperti amylase, protease, lipase dan selulosa dalam meningkatkan nutrisi pada pakan. Enzim tersebut yang akan membantu menghidrolisis nutrien pakan (molekul kompleks), seperti memecah karbohidrat, protein dan lemak menjadi molekul yang lebih sederhana yang akan mempermudah pencernaan dan penyerapan dalam saluran pencernaan ikan (Arief et al., 2014).
Molase
Molases atau tetes tebu merupakan hasil samping (by product) pada proses pembuatan gula. Molases berwujud cairan kental yang diperoleh dari tahap pemisahan kristal gula (Rochani et al., 2015). Molasses tidak dapat dikristalkan karena mengandung glukosa dan fruktosa yang sulit untuk dikristalkan. Bahan ini merupakan produk sampingan yang dihasilkan selama proses pemutihan gula.
Kandungan gula dari molasses terutama sukrosa berkisar 40-55%
(Utomo dan Soejono, 1999).
Molases mengandung sebagian besar gula, asam amino dan mineral Molases merupakan bahan pakan sumber energi karena banyak mengandung pati dan gula.
Kecernaanya tinggi dan bersifat palatable. Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar airnya 78-86%, gula 77%, abu 10,5%, protein kasar 3,5%, dan TDN 72% (Utomo dan Soejono, 1999). Molase yang mengandung cukup banyak glukosa, fruktosa dan sukrosa, maka dari itu dapat digunakan mikroorganisme sebagai sumber karbohidrat.
Bakteri dan mikroorganisme lainnya memanfaatkan karbohidrat sebagai pakan untuk menghasilkam energi. Karbon dan Nitrogen merupakan satu kesatuan
pembentuk jaringan biomassa bakteri (Febrianti et al., 2010). Penambahan unsur karbon organik melalui penambahan karbon organik pada kolam mampu mengatasi permasalahan peningkatan amoniak di perairan karena sejumlah bakteri dalam air mampu memanfaatkan unsur nitrogen yang berasal dari sisa pakan, namun kinerja bakteri ini menjadi terhambat akibat terbatasnya sumber karbon dalam air (Hagreaves dan Tucker, 2004). Penambahan molase dapat meningkatlkan pertumbuhan bakteri, baik itu yang merugikan maupun yang menguntungkan. Oleh karena itu perlu dilakukan pemberian bakteri probiotik kedalam media budidaya untuk menjaga agar bakteri yang tumbuh dominan adalah bakteri yang menguntungkan tersebut (Yuniasari, 2009).
Limbah berupa sisa pakan dan sisa proses metabolisme makanan (menghasilkan energi, nutrisi dan protein untuk kelangsungan hidup dan tumbuh ikan) mudah terakumulasi dalam perairan. produk limbah metabolik utama pada budidaya ikan adlaah amoniak. Amoniak dalam kadar yang rendah dapat menyebabkan ikan rentan terhadap infeksi bakteri dan memiliki pertumbuhan yang buruk (Floyd et al., 2005). Bakteri mampu mendaur ulang nutrisi dari bahan organik maupun anorganik seperti sisa pakan yang tidak tercerna, sisa metabolisme ikan dan unsur karbon menjadi sel mikroba yang baru (Emerenciano et al., 2013).
Penambahan unsur C (karbohidrat) kedalam media budidaya, akan menstimulus pertumbuhan bakteri yang akan memanfaatkan nitrogen menjadi microbial protein (Avnimelech, 1999). Amoniak dalam perairan akan dimanfaatkan oleh bakteri sehingga akan terjadi penurunan konsentrasi amoniak yang lebih cepat dari pada melalui proses nitrifikasi (Hargreaves, 2006). Kualitas air yang baik dapat mendukung peningkatan produksi karena dpat meningkatkan padat tebar.
Kualitas Air
Parameter kualitas air merupakan salah satu hal yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele. Peningkatan kadar amoniak yang tinggi pada sistem budidaya intensif menyebabkan perlunya dilakukan pengelolaan kualitas air.
Suhu
Suhu merupakan parameter yang sangat penting bagi biota perairan.
Perubahan suhu yang drastis dapat menimbulkan kematian bagi biota perairan. Suhu yang baik untuk kehidupan ikan di daerah tropis berkisar antara 25-32oC. Suhu suatu perairan dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian dari permukaan laut (altitude), lama penyinaran matahari, sirkulasi udara, penutupan awan, dan kedalaman perairan. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses-proses fisika, kimia, dan biologi suatu perairan. Peningkatan suhu juga menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air sehingga konsumsi oksigen meningkat (Goldman dan Horne, 1983).
Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur proses kehidupan organisme. Effendi (2003) menyatakan bahwa peningkatan suhu perairan sebesar 10oC dapat menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen oleh organisme akuatik sebanyak dua sampai tiga kali lipat sehingga meningkatkan metabolisme dan respirasi organisme air. Adanya peningkatan suhu ini disertai dengan penurunan kadar oksigen terlarut sehingga keberadaan keberadaan oksigen sering tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen bagi organise akuatik melakukan proses metabolisme dan respirasi.
Kenaikan suhu dalam keadaan normal adalah 27oC sampai 28oC menjadi suhu 36oC sampai 38oC. Selama 24 jam yang dapat menyebabkan pergerakan ikan menjadi sangat lambat dan kurang memberikan respon terhadap stimulant dan penurunan kadar oksigen terlarut, bertambahnya CO2 terlarut dengan pH relatif tetap.
Selain itu ada juga suhu optimum untuk meningkatkan selera makan ikan yaitu berkisar antara 25oC dimana pada suhu tersebut ikan memiliki nafsu makan yang tinggi (Jamilah, 2006).
Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut merupakan salah satu parameter yang berpengaruh dalam kelangsungan hidup ikan. Ikan lele dapat hidup pada perairan yang nilai kandungan oksigen terlarutnya rendah, karena memiliki alat pernafasan tambahan yang disebut arborescen organ. Meskipun lele mampu bertahan hidup di lingkungan dengan kadar oksigen yang rendah, namun untuk menunjang agar ikan lele dapat tumbuh secara optimal diperlukan lingkungan perairan dengan kadar oksigen yang cukup (Isa, 2014). Semakin besar suhu dan ketinggian (altitude) serta semakin kecil tekanan atmosfer, maka kadar oksigen terlarut semakin kecil (Effendi, 2003).
Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian (diurnal) dan musiman, bergantung pada percampuran (mixing) dan pergerakan (turbulence) massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dan limbah (effluent) yang masuk ke badan air. Di perairan tawar, kadar oksigen terlarut berkisar antara 15 mg/liter pada suhu 0oC dan 8 mg/l pada suhu 25oC. Pada hakikatnya difusi oksigen dari atmosfer ke perairan berlangsung relatif lambat, meskipun terjadi pergolakan massa air. Oleh karena itu, sumber utama oksigen di perairan adalah fotosintesis (Effendi, 2003).
pH
Organisme air dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai basa lemah. Nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme air pada umumnya terdapat antara 7 sampai 8,5.
Kondisi perairan sangat bersifat sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi (Barus, 2004).
Kadar pH air sangat penting untuk menentukan nilai daya guna dari air tersebut untuk berbagai kepentingan. Menurut Wetzel (2001) bahwa nilai pH menggambarkan tingkat keasaman atau kebasaan suatu perairan dan nilai pH berhubungan dengan konsentrasi karbondioksida diperairan. Perairan yang memiliki karbondioksida tinggi akan meyebabkan pH perairan menjadi rendah karena akan membentuk asam karbonat (Wetzel, 2001). Secara umum perubahan pH harian dipengaruhi oleh suhu, oksigen terlarut, fotosintesis, respirasi organisme, dan 11 keberadaan ion dalam perairan. Organisme akuatik sangat sensitif terhadap perubahan pH. Nilai pH ideal untuk perairan adalah 6,5-8,5 (Welch, 1952).
Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu, sedangkan pertumbuhan bagi populasi. Pertumbuhan bergantung pada sejumlah faktor internal seperti keturunan, umur, kemampuan memanfaatkan makanan dan ketahanan terhadap penyakit serta faktor eksternal seperti suhu, kandungan zat-zat terlarut, asam amino (Effendie, 2002).
Pertumbuhan terjadi apabila terdapat kelebihan energi bebas setelah energi dari pakan yang dimakan ikan dipakai untuk kelangsungan hidup, seperti pemeliharaan tubuh, metabolisme dan aktivitas (pergerakan). Jadi pertumbuhan
dipengaruhi oleh sumber energi dari pakan yang tersedia. Sumber energi tersebut berupa karbohidrat, lemak dan protein (Wijayanti, 2010).
Pertumbuhan sangat erat kaitannya dengan ketersediaan protein dalam pakan.
Protein dalam pakan dengan nilai biologis tinggi akan memacu penimbunan protein tubuh lebih besar dibanding dengan protein yang bernilai biologis rendah. Protein adalah nutrien yang dibutuhkan dalam jumlah besar pada formulasi pakan ikan.
Melihat pentingnya peranan protein di dalam tubuh ikan maka protein pakan perlu diberikan secara terus menerus dengan kualitas dan kuantitas yang memadai.
Kualitas protein pakan, terutama ditentukan oleh kandungan asam amino esensialnya, semakin rendah kandungan asam amino esensialnya maka mutu protein semakin rendah pula (Khodijah et al., 2015).
Tingkat Kelangsungan Hidup
Kelangsungan hidup adalah perbandingan antara jumlah individu yang hidup pada akhir periode pemeliharaan dan jumlah individu yang hidup pada awal periode pemeliharaan dalam populasi yang sama. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya persentase kelangsungan hidup adalah faktor biotik dan abiotik seperti kompetitor, kepadatan populasi, penyakit, umur, kemampuan organisme dalam beradaptasi dan penanganan manusia (Yuniarso, 2006).
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2018, di Jalan Pales Raya gang Inpres No. 10 Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan Provinsi Sumatera Utara.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada penelitian adalah akuarium berukuran 40 x 20 x 20 cm sebanyak 12 buah, instalasi aerasi, scoope net, timbangan digital, pH meter, DO meter, termometer, selang air, dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan adalah ikan lele dengan ukuran panjang 10-12 cm/ekor sebanyak 144 ekor, probiotik, pakan pellet dan molase.
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan tiga kali ulangan dengan asumsi bahwa ukuran dan kondisi ikan lele pada tiap unit percobaan masing-masing metode uji homogen.
Menurut Gunarto (2012) dalam pemberian molase terhadap aplikasi probiotik perlakuan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Perlakuan A : tanpa molase Perlakuan B : 2,4 gram/12L Perlakuan C : 4,8 gram/12L Perlakuan D : 7,2 gram/12L
Prosedur Penelitian Menyiapkan Wadah
Wadah yang digunakan berupa akuarium berukuran 40 x 20 x 20 cm dengan jumlah 12 unit. Akuarium terlebih dahulu dibersihkan, disusun dan diberi label secara acak. Selanjutnya akuarium diisi air tawar yang telah diendapkan selama 24 jam dengan volume 12 Liter.
Menyiapkan Ikan Uji
Ikan lele yang digunakan berukuran 10-12 cm/ekor sebanyak 144 ekor.
Kondisi ikan lele dalam keadaan sehat yaitu secara morfologi ikan lele tidak terdapat luka di bagian tubuhnya dan ikan dapat berenang aktif. Sebelum dimasukkan ke akuarium, ikan terlebih dahulu diaklimatisasi dengan cara membiarkan ikan lele selama beberapa menit sehingga ikan masuk ke akuarium dengan sendirinya.
Menyiapkan Air Media
Pemberian probiotik dengan dosis 0,48ml/12L diberikan pada awal pemeliharaan, selanjutnya diberikan setiap minggu sampai akhir pemeliharaan (Gunarto et al., 2008). Pada hari ke-2 ditambahkan molase dengan dosis sesuai perlakuan beserta pakan yang diberikan setiap hari sampai akhir penelitian yaitu hari ke-56.
Molase diberikan setiap hari sampai hari ke-7 selanjutnya pemberian molase yang diberikan setiap satu minggu sekali sampai hari ke-56. Air media di diamkan
selama tujuh hari agar bakteri berkembang dan mendominasi media (Fitrani et al., 2015)
Menyiapkan Pakan
Prosedur yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan yaitu 12 buah akuarium masing-masing dimasukan benih ikan lele dengan kepadatan 1 ekor/1 liter. Ikan lele diberi pakan pelet komersil dengan FR (Feeding Rate) 6% (Shafrudin, 2003).
Menebarkan Ikan
Sebelum dimasukkan ke dalam akuarium ikan terlebih dahulu diukur panjang dan beratnya sebagai data awal penelitian. Kemudian ikan ditebarkan kedalam akuarium masing-masing berjumlah 12 ekor per akuarium.
Memelihara Ikan
Pemeliharaan ikan dilakukan selama 56 hari dengan pemberian pakan sebanyak 3 kali sehari pada pukul 09.00, 13.00 dan 16.00 pada masing-masing perlakuan. Selama penelitian tidak dilakuakn penyiponan (Sartika, 2012) dan hanya dilakukan sekali pergantian air untuk menghindari banyak probiotik yang hilang dari media teknis molase yang telah ditebar ke akuarium (Novitasari et al., 2017).
Mengukur dan Menimbang Hasil Penelitian
Ikan diukur dan ditimbang beratnya setiap seminggu sekali. Pengukuran panjang dan berat ikan dilakukan sebelum pemberian pakan. Pengamatan kualitas air pada penelitian ini meliputi suhu, oksigen terlarut (DO) dan tingkat keasaman (pH).
Pengukuran parameter kualitas air dilakukan dengan interval waktu 7 hari sekali.
Menganalisis Hasil Penelitian Pertumbuhan Panjang
Pertumbuhan Panjang Mutlak (L) dihitung dengan menggunakan rumus yang diacu oleh Effendie (1997):
L = Lt– L0
Keterangan :
L = Pertumbuhan panjang (cm)
Lt = Rata-rata panjang pada akhir penelitian (cm) L0 = Rata-rata panjang pada awal penelitian (cm)
Pertumbuhan Bobot
Pertumbuhan bobot Mutlak (W) dihitung menggunakan rumus yang diacu oleh Effendie (1997) :
W = Wt – W0
Keterangan :
W : Pertumbuhan Bobot (gram)
Wt : Bobot ikan pada akhir penelitian (gram) W0 : Bobot ikan pada awal penelitian (gram) Tingkat Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup adalah jumlah ikan lele yang hidup hingga akhir penelitian dibandingkan dengan jumlah ikan lele pada saat awal tebar sedangkan tingkat kelangsungan hidup relatif adalah jumlah ikan lele yang mati pada hari tersebut dibandingkan dengan jumlah benih ikan lele pada hari sebelumnya. Effendie
(1997) menyatakan bahwa, tingkat kelangsungan hidup dapat dinyatakan dengan rumus:
Tingkat kelangsungan hidup :
Keterangan :
Nt : Jumlah ikan pada akhir penelitian N0 : Jumlah ikan pada awal penelitian Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan selama penelitian akan menggunakan Analisis Sidik Ragam (ANOVA) menggunakan software SPSS dengan uji F pada selang kepercayaan 95%, digunakan untuk menentukan apakah perlakuan yang dilakukan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup. Apabila berpengaruh nyata, untuk melihat perbedaan antar perlakuan akan diuji lanjut dengan menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT).
Nt x 100%
No
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pengambilan sampel ikan lele dilakukan setiap 7 hari sekali selama 56 hari atau 8 minggu masa pemeliharaan yang menghasilkan panjang rata-rata, berat rata- rata, jumlah pakan, kelangsungan hidup, dan kualitas air. Dari pengolahan data diperoleh data pertambahan panjang, peningkatan berat, tingkat kelangsungan hidup, serta data parameter kualitas air sebagai data penunjang.
Pertambahan Panjang Ikan Lele
Pertambahan panjang ikan lele selama 56 hari yang terendah secara berturut yaitu Kontrol (tanpa molase) sebesar 4,1 cm kemudian P1 (2,4 gram/12L) sebesar 5,1 cm selanjutnya P2 (4,8 gram/12L) 6,6 cm dan yang tertinggi P3 (7,2 gram/12L) sebesar 7,2 cm. Pertamabahan rata – rata berat lele dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Pencapaian Panjang Rata-rata Ikan Lele
e tambahan ata- ata panjang ikan lele pada masing-masing pe lakuan setiap penguku an be kisa anta a cm ertambahan panjang tertinggi terdapat di perlakuan P3 dari 12,5 cm menjadi 19,7 cm, kemudian diikuti perlakuan P2 dari 12 cm menjadi 18,6 cm, perlakuan P1 dari 11,6 cm menjadi 16,7 cm dan pertambahan
pajang terendah pada kontrol dari 11,1 menjadi 15,2. Hasil rata-rata nilai panjang pada ikan lele selama 56 hari pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 1. Data dan analisis ragam rata – rata panjang ikan lele dapat dilihat pada Lampiran 2.
Tabel 1. Panjang Rata-rata (cm) Ikan Lele Selama Penelitian Perlakuan
Rata-Rata Pertumbuhan Panjang per Hari (cm)
0 7 14 21 28 35 42 49 56 Δp
K 11,1 11,5 12 12,5 13 13,5 14 14,5 15,2 4,1 P1 11,6 12,2 12,8 13,4 14 14,6 15,2 15,8 16,7 5,1 P2 12 12,7 13,4 14,1 14,8 15,5 16,2 17,3 18,6 6,6 P3 12,5 13,5 14,5 15,5 16,5 17,5 18,5 19 19,7 7,2
Ga mbar 4. Pencapaian Panjang Ikan Lele
Dari hasil penelitian diperoleh pertambahan panjang ikan lele yaitu rata-rata pertambahan panjang ikan setiap perlakuan selama pemeliharaan dapat
dilihat pada (Lampiran 2). Kemudian data tersebut dianalisis dengan menggunakan Analisis Variansi (ANOVA) panjang ikan lele dilakukan menggunakan Statistical Package of Social Science (SPSS). Seperti yang dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel 2. Analisis Variansi (ANOVA) pada SPSS Panjang Ikan Lele Sumber
Variasi D
f
Berat Ikan Lele
H7 H14 H21 H28 H35 H42 H49 H56
K 3 ** ** ** ** ** ** ** **
P1 3 ** ** ** ** ** ** ** **
P2 3 ** ** ** ** ** ** ** **
P3 3 ** ** ** ** ** ** ** **
Error 0.307 0.044 0.053 0.078 0.108 0.149 0.183 0.191 Tabel 3. Rata-rata Berat (gram) Ikan Lele pada Hari Ke 7 sd Hari Ke 56
Sumber
Variasi df Berat Ikan Lele
H7 H14 H21 H28 H35 H42 H49 H56
Perlakuan
K 3 10.577a 12.433a 12.834a 13.326a 13.848a 14.154a 14.527a 15.213a (0.632) (0.053) (0.023) (0.047) (0.078) (0.081) (0.079) (0.048) Perlakuan
P1 3 11.229a 12.687b 13.281b 13.955b 14.679b 15.367b 15.996b 17.006b (0.496) (0.067) (0.050) (0.053) (0.108) (0.132) (0.095) (0.114) Perlakuan
P2 3 11.280a 13.200c 13.700c 14.811c 15.911c 16.405c 17.613c 18.950c (0.731) (0.068) (0.091) (0.162) (0.162) (0.187) (0.146) (0.124) Perlakuan
P3 3 11,504a 13.353c 14.160d 15.028c 16.067c 17.892d 19.033d 19.833d (0.676) (0.054) (0.058) (0.124) (0.162) (0.053) (0.102) (0.052)
Peningkatan Berat Ikan Lele
Pertambahan berat ikan lele selama 56 hari yang terendah secara berturut yaitu Kontrol (tanpa molase) sebesar 14,1 gram kemudian P1 (2,4 gram/12L)
sebesar 16,0 gram selanjutnya P2 (4,8 gram/12L) 17,6 gram dan yang tertinggi P3 (7,2 gram/12L) sebesar 19 gram. Pertamabahan rata – rata berat lele dapat dilihat
pada gambar 5.
Gambar 5. Pencapaian Berat Rata-rata Ikan Lele
Dari hasil penelitian diperoleh pertambahan berat ikan lele yaitu rata-rata pertambahan ikan lele setiap perlakuan selama pemeliharaan (Lampiran 5) kemudian data tersebut dianalisis secara statistik menggunakan analisis sidik ragam yang dapat dilihat pada tabel 4 (Lampiran 4).
Pertambahan rata-rata berat ikan lele pada masing-masing perlakuan setiap pengukuran berkisar antara 10,1 gram 30,2 gram. Rata-rata pertambahan berat tertinggi selama penelitian terdapat pada perlakuan P3 dari 11,2 gram menjadi 30,2 gram, kemudian diikuti perlakuan P2 dari 11,1 gram menjadi 28,7 gram, perlakuan P1 dari 11,3 gram menjadi 27,3 gram dan berat terendah pada Kontrol dari 10,1 gram menjadi 24,2 gram. Seperti terlihat pada Gambar 5.
Tabel 4. Berat Rata-rata (gram) Ikan Lele Selama Penelitian Perlakuan
Rata-Rata Pertumbuhan Berat per Hari (gram)
Δb
0 7 14 21 28 35 42 49 56
K 10,1 12,2 14,3 16,4 18,5 20,6 22,4 23,5 24,2 14,1 P1 11,3 13,5 15,4 17,6 19,7 21,8 23,9 26 27,3 16 P2 11,1 14,1 16,2 18,3 20,1 22,2 24,3 26,4 28,7 17,6 P3 11,2 14,1 17,2 20 23,1 26,2 28,3 29,4 30,2 19
Gambar 6. Pencapaian Berat Ikan Lele Selama Penelitian
Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel 4. menunjukkan perbedaan yang sangat nyata terhadap peningkatan berat ikan lele pada setiap pengukuran selama masa pemeliharaan. Kemudian data tersebut dianalisis dengan menggunakan Analisis Variansi (ANOVA) panjang ikan lele dilakukan menggunakan Statistical Package of Social Science (SPSS). Seperti yang dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel 5. Analisis Variansi (ANOVA) pada SPSS Berat Ikan Lele Sumber
Variasi d f
Berat Ikan Lele
H7 H14 H21 H28 H35 H42 H49 H56
K 3 ** ** ** ** ** ** ** **
P1 3 ** ** ** ** ** ** ** **
P2 3 ** ** ** ** ** ** ** **
P3 3 ** ** ** ** ** ** ** **
Error 0.340 0.109 0.134 0.172 0.220 0.230 0.234 0.246 Tabel 6. Rata-rata Berat (gram) Ikan Lele pada Hari Ke 7 sd Hari Ke 56
Sumber
Variasi df Berat Ikan Lele
H7 H14 H21 H28 H35 H42 H49 H56
Perlakuan
K 3 10.841a 14.300a 15.396a 18.504a 20,600a 22.377a 23,466a 24,166a (0.648) (0.015) (0.015) (0.016) (0.017) (0.085) (0.090) (0.121) Perlakuan
P1 3 12.344a 15,433b 17.653b 19.703b 21.751b 23.848b 25.382b 27.234b (0.644) (0.172) (0.209) (0.210) (0.222) (0.223) (0.231) (0.229) Perlakuan
P2 3 12.530a 16,167c 18.300c 20.018b 22.142c 24.242c 25.900c 28.722c (0.657) (0.134) (0.134) (0.104) (0.105) (0.105) (0.060) (0.132) Perlakuan
P3 3 12,894a 17.203d 19.946d 23.046c 26.146d 28,246d 29.366d 20.200d (0.748) (0.109) (0.134) (0.172) (0.220) (0.230) (0.234) (0.246)
Tingkat Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup ikan lele yang dipelihara selama 56 hari pemeliharaan pada setiap perlakuan K, P1, P2, P3 masing-masing berkisar antara 58,33% - 66,75%. Nilai rata - rata tertinggi dicapai oleh perlakuan P3 sebesar 66,67%, diikuti oleh perlakuan P2 dan P1 sebesar 63,89% dan yang terendah K sebesar 61,11%. Data dan analisis ragam tingkat kelangsungan hidup ikan lele selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7 (Lampiran 6).
Tabel 6. Pencapaian Rata-rata Kelangsungan Hidup Ikan Lele
Perlakuan Hari Ke- SR (%)
1 7 14 21 28 35 42 49 56
K 100 88,89 83,33 80,55 72,22 69,44 61,11 61,11 61,11 61,11 P1 100 91,66 88,89 77,78 77,78 69,44 69,44 63,89 63,89 63,89 P2 100 91,66 88,89 80,56 72,22 69,44 69,44 61,11 58,33 63,89 P3 100 88,89 88,89 77,81 77,81 77,81 77,81 75,08 66,75 66,67
Gambar 7. Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Lele Kualitas Air
Kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan lele sangat dipengaruhi oleh kualitas air. Parameter kualitas air yang diukur selam penelitian adalah Suhu, pH, dan DO. Hasil pengamatan kualitas air ikan lele diperoleh kisaran suhu antara 27-29
°C. Nilai pH antara 7,1-7,15 dan DO antara 5,2-3,4 mg/l. Data kualitas air pemeliharaan ikan lele selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 8. Data dan analisis ragam rata – rata kualitas air dapat dilihat pada Lampiran 7.
Tabel 8. Analisis Rata-rata Kualitas Air Selama Penelitian
Parameter K P1 P2 P3
Suhu (°C) 29 27 28 27
pH 7,1 7,15 7,5 7,81
Do (mg/l) 5,2 4,5 4,1 3,4
Pembahasan
Pertambahan Panjang Ikan Lele
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh panjang pertumbuhan yang berbeda- beda. Penambahan molase dengan dosis 7,2 gram/L molase pada P3 menghasilkan pertumbuhan panjang tertinggi dengan rata – rata pertumbuhan 7,2 cm diikuti perlakuan P2 sebesar 6,6 cm kemudian P1 sebesar 5,1 cm dan yang terendah pada Kontrol sebesar 4,1 cm.
Dari hasil penelitian yang dilakukan selama penelitian terjadi pertambahan panjang ikan lele dari awal masa pemeliharaan sampai akhir masa pemeliharaan pada setiap perlakuan, dimana rata-rata panjang awal ikan lele adalah sebesar 10,7 cm – 12,9 cm dan di akhir pemeliharaan sebesar 15 cm – 19,5 cm yang dapat dilihat pada Tabel 1 (Lampiran 2).
Meningkatnya pertambahan panjang ikan lele pada perlakuan P3 diduga karena tersedianya pakan yang cukup setiap hari bagi ikan lele dan kualitas air yang baik dan mampu menunjang pertumbuhan ikan lele. Menurut (Afifi, 2014) lingkungan yang terkontrol dengan baik dapat menyebabkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap laju pertumbuhan ikan lele.
Pertumbuhan panjang ikan lele pada setiap perlakuan memiliki pertumbuhan yang cukup signifikan dan cenderung naik pada hari ke 7 hingga hari ke 42 namun setelah hari ke 49 hingga 56 pertumbuhan ikan diketahui tidak naik secara signifikan berbeda dengan awal penelitian, pertambahan panjang ikan cukup signifikan seperti dapat dilihat pada grafik gambar. 5 menurut (Pratiwi, 2014) laju pertumbuhan ikan
akan semakin menurun seiring pertambahan usia karena pengaruhnya dalam kebutuhan energi.
Hasil analisis ANOVA menunjukkan bahwa pemberian molase dengan dosis yang berbeda memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap pertambahan panjang ikan lele (p<0.05), hasil uji lanjut menunjukkan perlakuan P3 dengan dosis 7,2 gram/12L molase memberikan respon yang paling baik terhadap pertambahan panjang ikan lele dibandingkan dengan perlakuan pengamatan ikan lele lainnya.
Peningkatan Berat Ikan Lele
Pertumbuhan merupakan suatu keadaan dimana bertambahnya ukuran volume dan berat suatu organisme, yang dapat dilihat dari perubahan ukuran panjang dan berat dalam satuan waktu. Menurut (Afifi, 2014) salah satu yang mempengaruhi pertumbuhan ikan adalah nutrusi. Pertumbuhan ikan pada budidaya intensif sangat dipengaruhi oleh konsumsi nutrisi yang didapatkan dari pakan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan selama penelitian terjadi pertambahan berat ikan lele dari awal masa pemeliharaan sampai akhir masa pemeliharaan pada setiap perlakuan, dimana rata-rata panjang awal ikan lele adalah sebesar 10,1 cm – 11,3 cm dan di akhir pemeliharaan sebesar 24,2cm – 30,2 cm yang dapat dilihat pada Tabel 5 (Lampiran 4). Hal ini menunjukkan bahwa frekuensi pemberian dosis molase yang berbeda berpengaruh seiring bertambahnya dosis pemberian molase pada ikan.
Pertambahan berat rata-rata paling tinggi terjadi yaitu pada perlakuan P3 dimana rata-rata pertumbuhan berat sebesar 19 gram, diikuti dengan perlakuan P2 dengan berat 17,6 gram, 16 gram pada perlakuan P1 dan terendah menunjukkan hasil 14,1 gram. Pemberian molase dengan dosis yang tepat dapat mempengaruhi pertumbuhan berat ikan lele selama 56 hari pemeliharaan. Menurut Panjaitan (2011)
penambahan molase dapat membantu meningkatkan tingkat C/N dalam air, yang juga dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri heterotrofik. bakteri heterotrofik memiliki kemampuan untuk memanfaatkan N organik dan anorganik yang terdapat dalam air. Sumber N dalam air berasal dari pakan dan feses yang terdekomposisi oleh bakteri yang diikuti oleh pelepasan amoniak.
Hasil analisis ANOVA menunjukkan bahwa pemberian dosis molase berbeda memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap pertambahan berat ikan lele (p<0.05), hasil uji lanjut menunjukkan perlakuan P3 dengan dosis 7,2 gram/12L molase memberikan respon yang paling baik terhadap pertambahan berat ikan lele dibandingkan dengan perlakuan pengamatan ikan lele lainnya.
Pertumbuhan berat ikan lele tertinggi terjadi pada perlakuan P3. Hal ini disebabkan oleh jumlah pakan yang sesuai dan juga didukung oleh pemberian dosis molase yang tepat. Pertumbuhan ikan lele yang meningkat juga diduga karena adanya pengaruh kandungan karbon. Menurut Avnimelech (1999) dengan menambahkan unsur karbon organik ke dalam media budidaya maka bakteri akan memanfaatkan N anorganik (NH3 dan NO2-
) sehingga akan mengurangi konsentrasi amoniak dalam air.
Tingkat Kelangsungan Hidup (SR)
Tingkat kelangsungan hidup ikan lele dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat persaingan hidup ikan, pakan serta kualitas air. Hasil dari perhitungan statistik diketaui bahwa rata – rata nilai kelangsungan hidup ikan lele berkisar antara 58,33% hingga 66,75% pada akhir masa pemeliharaan. Nilai kelangungan hidup ikan lele berturut dari yang tertinggi yaitu pada P3 sebesar 66,75% kemudian P2 sebesar 63,89%, K sebesar 61,11% dan yang terendah pada P2 sebesar 58,33%.
Dari tabel 7.(Lampiran 6) dapat dilihat nilai kelangsungan hidup ikan lele berkisar antara 58,33% hingga 66,75%, nilai tersebut tergolong baik. Hal ini dikarenakan oleh kualitas air yang baik dan sesuai untuk kehidupan ikan lele, hal ini sesuai dengan pernyataan Badare (2001) bahwa kualitas air turut mempengaruhi SR dan pertumbuhan dari organisme air yang dibudidayakan. Lebih lanjut Iqbal (2011) menyatakan bahwa heterotrof dapat menetralisir kandungan amoniak yang dapat membahayakan kehidupan ikan lele, sehingga kualitas air menjadi baik.
Kualitas Air
Kualitas air merupakan faktor yang penting dalam budidaya ikan karena diperlukan sebagai media hidup ikan (Sitompul et al., 2012). Kualitas air yang baik mampu menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Penambahan bakteri heterotrof juga dapat membantu perbaikan kualitas air (Yuhana et al., 2011).
Berdasarkan tabel 8. diketahui perhitungan statistik bahwa rata – rata suhu pada masing – masing perlakuan dalam kisaran suhu antara 27 oC hingga 29 oC dan kisaran suhu tersebut merupakan kisaran suhu yang termasuk dalam kategori normal dan dalam keaadan baik. Khairuman (2007) menyatakan bahwa ikan dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 20 oC hingga 30 oC.
Nilai pH pada suatu perairan mencirikan kesimbangan antara basa dengan asam dalam air dan merupakan pengukuran konsentrasi ion hidrogen dalam air (Patang, 2012). Hasil pengukuran nilai pH ditunjukkan melalui tabel 8 (Lampiran 7) . Diketahui nilai rata – rata pH pada masing – masing perlakuan 7,1 hingga 7,81.
Nilai tersebut menunjukkan bahwa pH dalam wadah pemeliharaan termasuk dalam keadaan normal. Nilai pH yang sesuai untuk pemeliharaan ikan lele antara 6-9
(Monalisa dan Minggawati, 2010). Menurut Boyd (1982) pH dibawah 6,5 atau lebih tinggi dari 9,0 dapat menurunkan kemampuan reproduksi dan pertumbuhan ikan.
DO memegang peranan penting dalam proses budidaya intensif yang menggunakan teknologi bioremediasi. Hal ini karena aktifitas mikroorganisme pendekomposisi bahan organik memerlukan cukup oksigen. Pada tabel 8. dapat dilihat nilai Konsentrasi DO pada penelitian ini berkisar antara 3,41 mg/l hingga 5,2 mg/l. Dalam kisaran nilai konsentrasi DO tersebut termasuk dalam keadaan yang aman. Hal ini mengacu pada (Ditjen Perikanan Budidaya, 2006) yang menyatakan bahwa kisaran DO yang layak untuk pemeliharaan ikan lele adalah lebih dari 3 mg/l.
Kadar DO pada pemeliharaan ikan lele tergolong rendah. Penurunan DO yang terjadi dikarenakan selama penelitian tidak dilakukan pergantian air. Konsep budidaya dengan tanpa menggunakan pergantian air membuat media budidaya dapat terkontrol dengan baik. Menurut Ekasari (2009) dalam sistem akuakultur tertutup yang hampir tidak atau sedikit melakukan pergantian air, kualitas air, pakan dan pencegahan penyakit dapat dikontrol dengan baik, sehingga ikan dapat di pelihara dengan kepadatan yang tinggi, tumbuh dengan cepat dan seragam.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Dengan pemberian molase pada aplikasi probiotik diketahui dapat mempercepat pertumbuhan ikan lele sangkuriang yang mana pada perlakuan dengan 7,2 gram/12L (P3) pertambahan panjang 7,2 cm dan berat 19 gram, sedangkan tanpa perlakuan (Kontrol) diketahui pertumbuhan lebih rendah yaitu pertambahan panjang 4,1 cm dan berat 14,1 gram. Tingkat kelangsungan hidup ikan lele terbaik namun tidak berpengaruh nyata dengan dosis 7,2 gram/12L yaitu sebesar 66,67%.
2. Dosis pemberian molase pada aplikasi probiotik didapatkan hasil yaitu 7,2 gram/12L (P3) merupakan dosis yang tepat dan berpengaruh nyata bagi pertumbuhan panjang dan berat ikan lele dibanding dengan 4,8 gram/12L (P2), 2,4 gram/12L (P1) dan Kontrol (tanpa perlakuan). Tingkat kelangsungan hidup ikan lele terbaik namun tidak berpengaruh nyata pada molase dengan dosis 7,2 gram/12L.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis menyarankan melakukan penelitian lebih lanjut terhadap pemanfaatan dosis pemberian molase pada aplikasi probiotik ikan lele, berkaitan dengan aspek ekonomi dan peningkatan nutrisi.
Sehingga dapat diketahui pemanfaatan molase pada aplikasi probiotik secara maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Afifi, I, M. 2014. Pemanfaatan Biofloc pada Budidaya Ikan Lele Dumbo (Clarias sp) dengan Padat Tebar Berbeda Terhadap Laju Pertumbuhan dan Survival Rate (SR). Universitas Airlangga. Surabaya.
Ahmadi, H., Iskandar., dan N, Kurniawati. 2012. Pemberian Probiotik pada Pakan terhadap Pertumbuhan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) pada Pendederan II. Universitas Padjajaran. Bandung.
Arief, M., N. Fitriani dan S. Surbakti. 2014. Pengaruh Pemberian Probiotik Berbeda pada Pakan Komersial terhadap Pertumbuhan dan Efesiensi Pakan Ikan Lele Sangkuriang. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan.
Aquarista, F., Iskandar dan V. Subhan. 2012. Pemberian Probiotik dengan Carier Zeolit pada Pembesaran Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Jurnal Perikanan dan Kelautan. Universitas Padjajaran. Bandung.
Avnimelech, Y. 1999. Carbon / Nitrogen Ratio as a Control Element in Aquaculture Systems. Israel. Israel Institute of Technology.
Badare, A. 2001. Pengaruh Pemberian Beberapa Makroalga Terhadap Pertumbuhan dan Kelulus Hidupan Huvenil Abalone (Hoilotis spp) yang Dipelihara dalam Kurungan Terapung. Universitas Cendana Kupang.
Barus, T. A. 2004. Limnologi: Studi Tentang Ekosistem Air Daratan. Penerbit USU.
Press. Medan.
Boyd, C, E. 1982. Water Quality Managemen for Pond Fish Culture. Elsevier Scientific Publishing Co. New York.
Boyd, C.E. 1990. Water quality in ponds for Aqua Culture. Alabama agricultural experiment station. Auburn University.
Cruz, P. M., A.L. Ibanez, O.A.M Hermosillo and H.C.R. Saad. 2012. Use of Probiotic in Aquaculture. ISRN Microbiology.
Ditjen Perikanan Budidaya (DPB). 2010. Data Produksi Ikan Air Tawar. Departemen Perikanan dan Kelautan. Jakarta.
Effendi, I. 2002. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air: bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Gramedia. Jakarta
Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
Ekasari, J. 2009. Teknologi Bioflok : Teori dan Aplikasi dalam Perikanan Budidaya Sistem Intensif. Jurnal Akuakultur Indonesia.
Elumalai, M. Antunes C., Guihernio L. 2013. Effects of single metals and selected enzymes of carcinus maens Water, Air. And Soil Pollution.
Emerenciano, M., Gaxiola and Cuzon, G. 2013. Biofloc Technology (BFT): A Review for Aquaqulture Application and Animal Food Industry. InTech.
Febrianti, D., Widiani, I., Ashory dan Anggraeni, S. 2010. Pendekatan Teknologi Bioflok (BFT) Berbasis Probiotik Bacillus subtilis pada Tambak Udang Vaname Litopanaeus vanamei. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Floyd, R, F, C., Watson, , D., Petty, and Pouder, D, B. 2005. Amonia in Aquatic System. Universtity Of Florida. Florida.
Ghurfan. 2009. Budidaya Perairan. Buku Kedua. PT Citra Aditya Bakti.Bandung Goldman CR, Horne AJ. 1983. Limnology. McGraw-Hill Book Company. United
States of America.
Gunarto dan Hendrajat, E.A. 2008. Budidaya Udang Vanamei (Litopenaeus vannamei) Pola Semi-Intensif dengan Aplikasi Beberapa Jenis Probiotik Komersial. Maros. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau.
Hargreaves, J.A. dan Tucker, C.S. 2004. Managing Amonia in Fish Ponds.
Southerm Regional Aquaculture Center, SRAC publication.
Hargreaves, J, A. 2006. Photosyntetic suspended-growth system in aquaqulture.
Aquac. Eng.
Hendrawati, R. 2011. Pemanfaatan Limbah Produksi Pangan dan Keong Mas sebagai Pakan Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Ikan Lele Dumbo.
[Skripsi]. Univesitas Sebelas Maret. Surakarta.
Hidayat, R., Fuadi, M. dan Setia, D.B. 2009. Akuakultur Berbasis Trophic Level:
Pemanfaatan Limbah Budidaya Ikan Lele Clarias sp. oleh Ikan Nila Oreocromis niloticus Melalui Penambahan Molase. Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Iqbal, M. 2011. Kelangsungan Hidup Ikan Lele Clarias sp pada Budidaya Intensif Sistem Heterotrofik. [Skripsi]. Universitas Negeri Syarif Hidayatullah.
Jakarta.
Isa, M. 2014. Analisa Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp) di Kabupaten Aceh Barat Daya. [Skripsi]. Universitas Teuku Umar. Aceh.
Jamilah, N. 2006. Kombinasi Pakan Buatan untuk Meningkatkan Pertumbuhan Ikan.
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Jawa Tengah.
Kartini, N. 2012. Kajian Aspek Reproduksi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) Jantan yang Dipelihara pada Kondisi Lingkungan yang Berbeda.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Khairuman. 2007. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi. Penerbit Agromedia Pustaka. Jakarta.
Khodijah, D., D. Rachmawati dan Pinandoyo. 2015. Performa Pertumbuhan Benih Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) Melalui Penambahan Enzim Papain dalam Pakan Buatan. Journal of Aquaculture Management And Technology.
Lukito, AM. 2002. Lele Ikan Berkumis Paling Populer. Agromedia. Jakarta.
Mahyudin. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Penebar Swadaya. Jakarta.
Mulyana, D.Y. 2011. Kaya Raya dari Budidaya Ikan dengan Probiotik.
Yogyakarta. Berlian Media.
Monalisa, S, S dan I, Minggawati. 2010. Kualitas Air yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis sp) di Kolam Beton dan Terpal.
Journal of Tropical Fisheries.
Najiyati. 1992. Morfologi Ikan Lele Lokal. Teknologi Budidaya. Bogor.
Novitasari, A., Ricky, N, I., Hefi, A, E., Esti, H., Tarsim, Wardiyanto. 2017.
Efektivitas Pemberian Bacillus sp. D2.2 pada Media Teknik Molase terhadap Kualitas Air dan Peforma Pertumbuhan Udang Vaname (Litopenaeus vannamei). Universitas Lampung. Lampung.
Patang. 2012. Pengaruh Penggunaan Berbagai Antibiotik dan Probiotik dengan Dosis Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kualitas Air pada Larva Udang Windu (Panaeus monodon). Jurnal Agrisistem.
Panjaitan, P. 2011. Effect of C:N Ratio Levels Quality and Shrimp Production Parameters in Penaeus monodon Shrimp Culture with Limited Water Exchange Using Molases as a Carbon Source. Ilmu Kelautan Journal.
Pratiwi, D, R. 2014. Aplikasi Effective Microorganism 10 (EM10) untuk Pertumbuhan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias graiepinus) di Kolam Budidaya Lele Jombang, Tanggerang. Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Rahman, A, K, A. 1989. Fresh Water Fishes of Bangladesh. University of Dhaka.
Bangladesh. http://www.fishbase.org [16 September 2018].