• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1. Pengaruh Pengetahuan terhadap Kejadian Iritasi Kulit

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang diketahui oleh pekerja pengemasan ikan tentang iritasi kulit, dan upaya pencegahannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 53,1% pengetahuan pekerja pengemasan ikan mayoritas berada pada kategori tidak baik selebihnya 46,9% pekerja pengemasan ikan berada pada kategori baik. Hal ini menunjukkan pengetahuan pekerja pengemasan ikan sangat penting diperhatikan dalam keadaan yang memungkinkan dan berpotensi terhadap terjadinya iritasi kulit, karena iritasi kulit merupakan jenis gangguan kesehatan yang berasal dari proses kerja pengemasan ikan sebagai akibat perilaku pekerja pengemasan ikan yang berisiko seperti tidak menggunakan sarung tangan yang kedap air saat melakukan proses kerja pengemasan ikan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan pekerja pengemasan ikan yang tidak baik dapat dilihat dari 56,2% pekerja pengemasan ikan tidak mengetahui bahwa iritasi kulit adalah iritasi yang disebabkan oleh proses pekerjaan pengemasan ikan, 59,4% pekerja pengemasan ikan tidak mengetahui iritasi kulit merupakan jenis

penyakit yang diperoleh dari tempat kerja, 65,6% tidak mengetahui iritasi kulit diperoleh karena faktor kontak langsung dengan air, ikan dan es yang berulang-ulang saat melakukan proses kerja pengemasan ikan.

Sebanyak 78,1% pekerja pengemasan ikan tidak tahu bahwa kulit kemerahan, gatal-gatal, kasar, mengkerut dan pecah-pecah adalah gejala iritasi kulit, dan sebanyak 50% pekerja pengemasan ikan tidak tahu bahwa penggunaan sarung tangan untuk satu pekerja. Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Hasil penelitian menunjukkan secara statistik dengan menggunakan uji regresi logistik bahwa nilai p= 0,018 < α= 0,05 artinya secara signifikan terdapat pengaruh anatara pengetahuan terhadap kejadian iritasi kulit pada pekerja pengemasan ikan di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Handayani (2007), hasil uji statistik menunjukkan pengetahuan pedagang ikan segar tidak berpengaruh terhadap kejadian dermatitis kontak pada pedagang ikan segar di Pasar Raya Kota Padang Sumatera Barat.

Menurut Natoatdmodjo (2010) salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan individu adalah melalui pendidikan dan pelatihan baik secara formal maupun informal, termasuk pengetahuan tentang segala sesuatu yang berisiko

terhadap terjadinya iritasi kulit. Hal ini karena pekerja pengemasan ikan merupakan pekerja yang setiap hari kontak langsung dengan air, ikan dan es di tempat kerja.

Menurut Siregar (1997) upaya pencegahan penyakit kulit akibat kerja dapat dilakukan dengan pendidikan dan pengetahuan tentang kerja dan pengetahuan tentang bahan yang mungkin dapat menyebabkan penyakit akibat kerja.

5.2. Pengaruh Sikap terhadap Kejadian Iritasi Kulit pada Pekerja Pengemasan Ikan

Sikap adalah reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus/objek (Notoatmodjo, 2010). Sikap Seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorabel) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorabel) (Azwar, 2003).

Sikap dalam penelitian ini adalah respon atau tanggapan pekerja pengemasan ikan tentang iritasi kulit, dan upaya pencegahannya. Sikap dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan sepuluh item dalam kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 50% sikap pekerja pengemasan ikan berada pada kategori baik dan 50% pekerja pengemasan ikan memiliki sikap tidak baik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap pekerja pengemasan ikan yang tidak baik dapat dilihat dari 56,2% pekerja pengemasan ikan yang tidak setuju menggunakan handuk/tisu jika tangan sedang dalam keadaan basah, 62,5% pekerja pengemasan ikan tidak setuju saat membersihkan perlengkapan kerja menggunakan sarung tangan, 53,1% tidak setuju bahwa sarung tangan yang digunakan dibersihkan

minimal satu kali sehari. Kondisi ini merupakan suatu kondisi yang berisiko terjadinya iritasi kulit pada pekerja pengemasan ikan.

Hasi uji regresi logistik menunjukkan nilai p= 0,037 < α= 0,05 artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara sikap pekerja pengemasan ikan terhadap kejadian iritasi kulit di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara.

Sikap pekerja pengemasan ikan merupakan bagian integral dari individu yang menilai dan berpendapat tentang kondisi pekerjaannya dan lingkungannya. Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan nilai probabilitas hasil uji statistik regresi logistik bahwa nilai probabilitas yang semakin besar (p= 0,037) jika dibandingkan dengan nilai probabilitas pada pengetahuan p= (0,018) pekerja pengemasan ikan, ini mengindikasikan bahwa semakin baik sikap pekerja pengemasan ikan tentang iritasi kulit maka akan semakin kecil risiko terhadap terjadinya iritasi kulit pada pekerja pengemasan ikan.

Menurut Notoatmodjo (2004), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan adanya reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.

5.3. Pengaruh Upaya Pencegahan terhadap Kejadian Iritasi Kulit pada Pekerja Pengemasan Ikan

Upaya pencegahan dalam penelitian ini adalah suatu upaya yang dilakukan atau bentuk tindakan pekerja pengemasan ikan dalam hal pencegahan iritasi kulit serta ketersediaan fasilitas pekerjaan yang disediakan oleh pihak pemborong ikan sepeti sarung tangan, sepatu boots, wastafel dan sabun mandi. Upaya pencegahan dalam penelitian ini didasarkan atas 22 item dalam kuesioner. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji regresi logistik menunjukkan nilai p= 0,019 < α= 0,05 artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara upaya pencegahan pekerja pengemasan ikan terhadap kejadian iritasi kulit di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 62,5% pekerja pengemasan ikan tidak mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum dan sesudah melakukan proses kerja pengemasan ikan, 56,2% pekerja pengemasan ikan tidak memakai sarung tangan yang kedap air dalam melakukan proses kerja pengemasan ikan, 59,4% tidak tersedia wastafel untuk membersihkan tangan di tempat kerja pengemasan ikan, 75% tidak tersedia sabun di tempat kerja pengemasan ikan, dan 65,6% tidak tersedia sepatu kerja di tempat kerja pengemasan ikan, 59,4% pekerja tidak memakai sarung tangan yang kedap air dalam melakukan proses kerja pengemasan ikan, 62,5% tidak membersihkan sarung tangan setelah digunakan pada proses kerja pengemasan ikan, 62,5% tempat kerja tidak dibersihkan agar tidak ada genangan air di lantai, dan 50% tidak memakai sarung tangan digunakan dua buah untuk tangan kanan dan kiri, hal

ini akan membuat pekerja pengemasan ikan semakin berisiko untuk mengalami iritasi kulit.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak adanya pengaturan jam kerja yang baik dari pihak pemilik tempat pengemasan ikan, 71,9% menunjukkan bahwa tidak adanya pengaturan untuk mengurangi kontak pekerja pengemasan ikan dengan ikan, es dan air yaitu dengan keteraturan jam kerja oleh pemilik tempat pengemasan ikan, 71,9% menunjukkan bahwa tidak ada waktu hari libur untuk pekerja pengemasan ikan dalam satu minggu hari kerja, 50% tidak diberikan penyesuaian kerja untuk pekerja pengemasan ikan yang baru oleh pemilik tempat pengemasan ikan, dan 65,6% menunjukkan tidak diberikan pelatihan bagi pekerja pengemasan ikan agar dapat bekerja lebih baik dan tidak semberono, hal ini juga akan membuat pekerja pengemasan ikan semakin berisiko untuk mengalami iritasi kulit.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Handayani (2007), bahwa penggunaan fasilitas kerja dalam hal ini adalah APD berupa sarung tangan pada pedagang ikan segar berpengaruh terhadap kejadian dermatitis kontak di Pasar Raya Kota Padang Sumatera Barat.

Menurut Green yang dikutip Kusmayati (2004) fasilitas merupakan salah satu dari sumber daya yang memungkinkan seseorang untuk berperilaku tertentu. Tanpa adanya dukungan fasilitas yang memadai, menyulitkan seseorang untuk dapat melakukan sesuatu dengan baik. Dalam upaya pencegahan terjadinya iritasi kulit dibutuhkan tersedianya sarana dan prasarana antara lain air mengalir untuk cuci tangan dan sabun, sarung tangan, sepatu kerja dan wastafel.

Menurut Siregar (1996), salah satu upaya pencegahan yang dilakukan terhadap dermatitis kontak adalah dengan penggunaan fasilitas pekerjaan dalam hal ini adalah alat pelindung diri (APD).

Menurut Suma’mur (2009) yang perlu diperhatikan untuk pencegahan dermatitis yaitu masalah kebersihan perseorangan dan lingkungan serta pemeliharaannya. Kebersihan perseorangan misalnya cuci tangan, mandi sebelum pulang kerja, pakaian bersih dan diganti tiap hari, alat-alat pelindung yang bersih dan lain-lain. Kebersihan lingkungan dan pemeliharaan rumah tangga meliputi pembuangan air bekas dan sampah, pembersihan debu, proses industri yang tidak menimbulkan pengotoran udara dan lantai, cara penimbunan dan penyimpanan barang-barang dan lain-lain.

Menurut Suma’mur (2009) bekerja dengan waktu yang berkepanjangan menimbulkan kecendrungan untuk terjadinya kelelahan, gangguan kesehatan, penyakit dan kecelakaan kerja serta ketidakpuasan kerja. Makin panjang waktu kerja dalam seminggu maka makin besar kecendrungan terjadi hal-hal yang tidak diingini serta besar kemungkinan untuk timbul hal-hal negatif bagi tenaga kerja tersebut.

Menurut Ridley (2008) pelatihan adalah intervensi masa depan, apakah itu untuk peningkatan kemampuan, pemanfaatan teknologi terkini, pemberian kepuasan kerja bagi para pekerja dan menjamin keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja. Penanganan dan perhatian khusus diperlukan dalam melakukan pelatihan bagi pekerja yang mulai memasuki dunia kerja guna memperbaiki beberapa kebiasaan

buruk dalam bekerja. Memberika pendidikan dan pelatihan kepada pekerja juga akan meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja bagi tenaga kerja.

5.4. Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Upaya Pencegahan terhadap Kejadian Iritasi Kulit pada Pekerja Pengemasan Ikan

Pengaruh pengetahuan, sikap dan upaya pencegahan terhadap kejadian iritasi kulit pada pekerja pengemasan ikan di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara menunjukkan ada pengaruh secara bermakna berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji regresi logistik dengan tingkat kemaknaan (α= 5%).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai probabilitas yang diperoleh untuk pengetahuan (0,018), sikap (0,037) dan upaya pencegahan (0,019) yang masih di bawah nilai dari tingkat kemaknaan (α= 5%). Berdasarkan nilai β untuk masing- masing variabel adalah pengetahuan (2,617), sikap (2,732) dan upaya pencegahan (3,051) menunjukkan bahwa nilai β yang terbesar adalah nilai β dari variabel upaya pencegahan yaitu sebesar (3,057) sehingga dari ketiga varibel bebas yang diteliti, yang menjadi variabel yang paling dominan adalah upaya pencegahan.

Dokumen terkait