• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBAHASAN 1. Pengelolaan laundry 1.Pengelolaan laundry

HASIL DAN PEMBAHASAN

B. PEMBAHASAN 1. Pengelolaan laundry 1.Pengelolaan laundry

commit to user

Air yang digunakan untuk mencuci mempunyai standar air bersih berdasrkan PerMenKes No. 416 tahun 1992 dan standar khusus bahan kimia dengan penekanan tidak adanya :

1) Harness – Garam (Calium, Carbonate, dan Cholride) Standar Baku Mutu : 0 – 90 ppm

Tigginya konsentrasi garam dalam air menghambat kerja bahan kimia pencuci sehingga proses pencucian tidak bekerja sebagaimana seharusnya. Garam akan mengubah warna linen putih menjadi keabu –abuan dan linen warna akan cepat pudar. Mesin cuci akan berkerak (scale forming), sehingga dapat menghambat saluran – saluran air dan mesin.

2) Iron – Fe (besi)

Standar Baku Mutu : 0 – 0,1 ppm

Kandungan zat besi pada air mempengaruhi konsentrasi bahan kimia dan proses pencucian. Linen putih akan menjadi kekuning – kuningan dan linen warna akan cepak pudar. Mesin cuci akan berkarat.

Kedua polutan tersebut (harness dan besi) dapat merusak linen, maka harus dilakukan proses penetralan pH.

Di RSUDDr. Moewardi ini setiap hari selalu dilakukan pengontrolan pH dan suhu air yang dialirkan keseluruh ruang maupun keberbagai instalasi, untuk dinetralkan. Serta setiap satu bulan sekali dilakukan pengetesan kandungan air dari berbagi zat,

commit to user

sehingga kualitas air untuk pencucian diinstalasi laundry sudah sesuai standar dan dilakukan penetralan pH.

b. Peralatan cuci

Mesin cuci dipasang permanen begitu juga dengan mesin pengering dan saluran pembuangan berada dibawah mesin cuci sehingga saluran pembuangan sudah tertutup dan langsung mengalir keIPAL. Maka dapat dikatakan peralatan yang digunakan sudah sesuai peraturan yang layak pakai.

c. Mesin cuci dan ruang cuci

Ruang pencucian masih menjadi satu, namum untuk mesin cuci sedah ada 4 buah sehingga pencucian linen infeksius dan non infeksius bisa dipisah. Mesin cuci sudah menggunakan mesin cuci otomatis dan untuk petunjuk penggunaan mesin cuci selalu berada didekat mesin cuci tersebut, sehingga petugas operator selalu bekerja sesuai prosedur.

d. Saluran pembuangan

Saluran pembuangan sudah berada dibawah mesin cuci sehingga tidak dapat terlihat dan langsung mengalir keIPAL yang berada tepat dibelakang insatalasi laundry, maka di instalasi laundry dapat dikatakan sudah sesuai dengan prosedur yang ada.

e. Penyediaan ruang – ruang

Diinstalasi laundry harus ada berbagai ruang diantaranya ruang linen kotor, ruang linen bersih, ruang perlengkapan cuci, ruang

commit to user

peniris unruk linen atau bahan yang harus ditiriskan, kamar mandi, ruang kereta linen.

Ruang yang belum ada adlah ruang khusus linen kotor, karena setelah pengambilan linen kotor langsung masuk keruang pencucian dan pemilahan dilakukan dari kereta linen dan langsung keproses pencucian sehingga tidak perlu ada ruang khusus linen kotor. Ruang khusus kereta linen juga belum ada, dikrenakan setelah pengambilan linen kotor kereta langsung diletakkan diteras luar samping ruang pencucian dan tidak mengganggu pejalan kaki, sehingga belum perlu adanya tempat khusus kereta linen.

2. Jenis Linen

Persediaan linen disini sudah sangat mencukupi dan sesuai menurut Persayaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit pada Kepmenkes nomor 1204 dan menurut Kesehatan Lingkungan RSAB. 3. Pengelolaan linen

a. Pengambilan linen

Menurut Kesehatan Lingkungan RSAB cara pengangkutan atau pengambilan linen adalah :

1) Troli yang berbeda antara linen kotor dan linen bersih (warna /kode)

2) Troli / wadah mampu menampung beben linen 3) Muatan tidak berlabih

commit to user

5) Waktu pengangkutan linen bersih dan linen kotor tidak boleh dilakukan bersamaan

Pengambilan linen sudah berjalan dengan baik. Pemilahan linen kotor dapat dilakukan oleh perawat sebelum diambil oleh petugas laundry, perawat harus dapat memisahkan antara linen infeksius dan non infeksius, karena perawatlah yang mengetahui kondisi linen tersebut dan bila mendapati linen yang infeksius harus dimasukkan kedalam plastik warna kuning yang sudah tersedia, sehingga tidak tercampur dengan linen yang non infeksius.

b. Pencatatan

Menurut Kepmenkes RI nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 mencatat dan menghitung linen diruangan.

Untuk pencatatan linen yang masuk sudah berjalan dengan baik, namun untuk perhitungan tidak dapat dilakukan, dikarenakan terlalu banyaknya linen kotor yang harus dicuci dan minimnya pekerja laundry.

c. Penimbangan

Menurut Kepmenkes RI nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 menimbang berat linen untuk menyesuaikan dengan kapasitas mesin cuci dan kebutuha deterjen dan desifektan.

Penimbangan sudah berjalan dengan baik, sudah sesuai dengan kapasitas mesin cuci dan kebutuhan deterjen dan desinfektan.

commit to user d. Pencucian

Menurut Kepmenkes RI nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 mencuci linen dikelompokkan berdasarkan tingkat kekotorannya. Menurut Kesehatan Lingkungan RSAB persyaratan proses pencucian :

1) Prewash lebih kurang 3 menit

2) Pembuangan 1 dilanjutkan pencucian utama selama lebih kurang 15 menit dengan memasukkan deterjen dan desinfektan

3) Pembuangan 2 dilanjutkan pencucian II selama lebih kurang 10 menit tanpa deterjen/bersifat membilas.

4) Pembuangan 3 dilanjutkan dengan pencucian akhir dengan memasukkan pelembut.

Pencucian sudah bejalan dengan baik dan sudah sesuai dengan prsedur atau standar yang ada, karena mesin cuci yang digunakan adalah mesin otomatis.

e. Pengeringan

Menurut Kesehatan Lingkungan RSAB pengeringan dilakukan dengan mesin pengering/drying, pada proses ini, mikroorganisme yang belum mati atau terjadi kontaminsi ulang diharapkan dapat mati.

Pengeringan sudah baik dan sesuai dengan prosedur yang ada.

commit to user f. Penyetrikaan

Menurut Kesehatan Lingkungan RSAB penyetrikaan dapat dilakukan dengan mesin setrika beras atau gulung dapat disetel sampai dengan suhu 120 C, (70-80 C).

Untuk penyetrikaan sudah baik dan menggunakan mesin setrika gulung dengan uap panas dari steam boiler. Serta untuk penyetrikaan gorden menggunakan setrika manual sehingga pelipatannya dapat diatur dengan rapi dan berbentuk seperti semula. g. Pelipatan

Menurut Kesehatan Lingkungan RSAB melipat linen mempunyai tujuan selain untuk kerapian juga mudah digunakan pada saat penggantian linen, saat pasien berada di tempat tidur.

Pelipatan sudah berjalan dengan baik, untuk penataan sudah rapi dan ditumpuk berdasarkan ruangan linen.

h. Penyimpanan

Menurut Kesehatan Lingkungan RSAB penyimpanan linen yang sudah siap pakia harus :

1) Tangan petugas harus bersih sebelum memegang linen

2) Pastikan semua permukaan almari dalam keadaan bersih dan kering dengan suhu ruangan 22 – 27 o C

3) Simpan linen sesuai dengan jenis linennya 4) Pisahkan area linen kotor dan linen bersih

commit to user

6) Persediaan linen diruang rawat minimal 3 perstok

7) Pengambilan linen/distribusi harus menggunakan form pengambilan

Penyimpanan di instalasi laundry ini sudah memenuhi syarat dan mempunyai ruang tersendiri dan jauh dari ruang linen kotor. i. Pendistribusian

Untuk pendistribusian sudah berjalan dengan baik. Pintu tempat pengambilan linen yang sudah bersih juga berbeda dengan pintu masuknya linen kotor.pengambilan linen yang sudah bersih diambil oleh petugas atau perawat dari berbagai ruangan.

4. Sumber Infeksius

Untuk mencegah atau mengurangi terjadinya infeksi nosokomial, perlu diperhatikan:

a. Petugas rumah sakit

Bekerja sesuai dengan Standar Operating Procedure (SOP) untuk pelayanan linen

Memperhatikan aseptik dan antiseptik

Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan Bila sakit segera berobat

b. Alat – alat

Perhatikan kebersihan (alat – alat laundry, troli atau kereta untuk transportasi linen)

commit to user

Penyimpanan linen yang benar dan perhatikan batas waktu penyimpanan

Linen yang rusak segera diganti c. Lingkungan

Tersedia air yang mengalir untuk cuci tangan Penerangan cukup

Ventilasi/sirkulasi udara baik

Perhatikan kebersihan dan kelembaban ruangan Pembersihan secara berkala

Lantai kering dan bersih 5. Penanganan Infeksi

Untuk dapat menangani bahaya infeksi diperlukan adanya mekanisme kerja atau sistem yang bersifat lintas sektoral/bagian dan diperlukan adanya sebuah wadah atau organisasi di luar struktur organisasi rumah sakit yang telah ada. Dengan demikian diharapkan adanya kemudahan berkomunikasi dan berkonsultasi langsung dengan petugas pelaksana di setiap bagian/ruang/bangsal yang terindikasi adanya infeksi. Pernyataan ini juga tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 755/Menkes/PER/IV/2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit.

a. Pembersihan lingkungan kerja

Pembersihan yang rutin sangat penting untuk meyakinkan bahwa lingkungan laundry sangat bersih dan benar-benar bersih dari

commit to user

debu, kotoran, dan kuman. Harus ada waktu yang teratur untuk membersihkan dinding, lantai, tempat tidur, pintu, jendela, tirai, kamar mandi, dan alat-alat medis yang telah dipakai berkali-kali.

b. Pengaturan sirkulasi udara

Pengaturan udara yang baik sukar dilakukan di banyak fasilitas kesehatan. Usahakan adanya pemakaian penyaring udara, terutama bagi penderita dengan status imun yang rendah atau bagi penderita yang dapat menyebarkan penyakit melalui udara. Selain itu, rumah sakit harus membangun suatu fasilitas penyaring air dan menjaga kebersihan pemrosesan serta filternya untuk mencegahan terjadinya pertumbuhan bakteri. Sterilisasi air pada rumah sakit dengan prasarana yang terbatas dapat menggunakan panas matahari (Schaffer, 2000).

c. Penggunaan desinfektan

Penggunaan disinfektan akan membunuh kuman dan mencegah penularan antar pekerja. Pemilihan disinfektan berdasarkan kriteria dibawah:

1) Mempunyai bakterisida yang berspektrum luas 2) Mempunyai efek sebagai detergen

3) Mempunyai efek terhadap banyak bakteri, dapat melarutkan minyak dan protein.

4) Tidak sulit digunakan 5) Tidak mudah menguap

commit to user

6) Bukan bahan yang mengandung zat yang berbahaya baik untuk petugas maupun pasien

7) Efektif

8) Tidak berbau, atau tidak berbau tak enak 9) Tidak toksik

d. Perbaiki Ketahanan Tubuh

Di dalam tubuh manusia, selain ada bakteri yang patogen oportunis, ada pula bakteri yang secara mutualistik yang ikut membantu dalam proses fisiologis tubuh, dan membantu ketahanan tubuh melawan invasi jasad renik patogen serta menjaga keseimbangan di antara populasi jasad renik komensal pada umumnya, misalnya seperti apa yang terjadi di dalam saluran cerna manusia. Pengetahuan tentang mekanisme ketahanan tubuh orang sehat yang dapat mengendalikan jasad renik oportunis perlu diidentifikasi secara tuntas, sehingga dapat dipakai dalam mempertahankan ketahanan tubuh tersebut pada penderita penyakit berat. Dengan demikian bahaya infeksi dengan bakteri oportunis pada penderita penyakit berat dapat diatasi tanpa harus menggunakan antibiotik (Riana, 2012).

e. Pemeriksaan Kesehatan

Pemeriksaan Awal Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum seseorang calon/pekerja (petugas kesehatan dan non kesehatan) mulai melaksanakan pekerjaannya. Pemeriksaan ini

commit to user

bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang status kesehatan calon pekerja dan mengetahui apakah calon pekerja tersebut ditinjau dari segi kesehatannya sesuai dengan pekerjaan yang akan ditugaskan kepadanya. Pada umumnya pemerikasaan kesehatan awal ini meliputi:

1) Anamnese pekerjaan

2) Penyakit yang pernah diderita 3) Alrergi

4) Imunisasi yang pernah didapat 5) Pemeriksaan badan

6) Pemeriksaan laboratorium rutin Pemeriksaan tertentu :

- Tuberkulin test

- Psiko test

Pemeriksaan Berkala adalah pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan secara berkala dengan jarak waktu berkala yang disesuaikan dengan besarnya resiko kesehatan yang dihadapi. Makin besar resiko kerja, makin kecil jarak waktu antar pemeriksaan berkala. Ruang lingkup pemeriksaan disini meliputi pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus seperti pada pemeriksaan awal dan bila diperlukan ditambah dengan pemeriksaan lainnya, sesuai dengan resiko kesehatan yang dihadapi dalam pekerjaan.

Pemeriksaan Khusus yaitu pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada khusus diluar waktu pemeriksaan berkala, yaitu pada

commit to user

keadaan dimana ada atau diduga ada keadaan yang dapat mengganggu kesehatan pekerja(Henry 2011).

f. Adanya Pencegahan dan Pengendalian infeksi

Pencegahan pada kasus-kasus ringan Hepatitis A biasanya tidak memerlukan pengobatan dan kebanyakan orang yang terinfeksi sembuh sepenuhnya tanpa kerusakan hati permanen.

Perilaku hidup bersih seperti mencuci tangan pakai sabun sebelum makan dan sesudah dari toilet adalah salah satu cara terbaik untuk melindungi diri terhadap virus Hepatitis A. Orang yang dekat dengan penderita mungkin memerlukan terapi imunoglobulin.

Imunisasi hepatitis A bisa dilakukan dalam bentuk sendiri (Havrix) atau bentuk kombinasi dengan vaksin hepatitis B (Twinrix). Imunisasi hepatitis A dilakukan dua kali, yaitu vaksinasi dasar dan booster yang dilakukan 6-12 bulan kemudian, sementara imunisasi hepatitis B dilakukan tiga kali, yaitu dasar, satu bulan dan 6 bulan kemudian. Imunisasi hepatitis A dianjurkan bagi orang yang potensial terinfeksi seperti penghuni asrama dan mereka yang sering jajan di luar rumah.

Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk Hepatitis A, sebab infeksinya sendiri biasanya akan sembuh dalam 1-2 bulan. Namun untuk mengurangi dampak kerusakan pada hati sekaligus mempercepat proses penyembuhan, beberapa langkah penanganan berikut ini akan diberikan saat dirawat di rumah sakit.

commit to user

1) Istirahat. Tujuannya untuk memberikan energi yang cukup bagi sistem kekebalan tubuh dalam memerangi infeksi.

2) Anti mual. Salah satu dampak dari infeksi Hepatitis A adalah rasa mual, yang mengurangi nafsu makan. Dampak ini harus diatasi karena asupan nutrisi sangat penting dalam proses penyembuhan. 3) Istirahatkan hati. Fungsi hati adalah memetabolisme obat-obat

yang sudah dipakai di dalam tubuh. Karena hati sedang mengalami sakit radang, maka obat-obatan yang tidak perlu serta alkohol dan sejenisnya harus dihindari selama sakit.

Pencegahannya untuk Hepatitis A adalah melakukan vaksinasi yang juga tersedia untuk orang-orang yang berisiko tinggi.

Menurut Uliyah (2006), Beberapa tindakan pengendalian infeksi yang dapat dilakukan adalah:

1) Tindakan aseptik yaitu tindakan bebas infeksi dalam rangka pelayanan kesehatan. Istilah ini dipakai untuk menggambarkan semua usaha yang dilakukan untuk mencegah masuknya mikroorganisme kedalam tubuh yang kemungkinan besar akan mengakibatkan infeksi. Tujuan akhirnya adalah mengurangi atau menghilangkan jumlah mikroorganisme, baik pada permukaan benda hidup maupun benda mati agar alat-alat kesehatan dapat dengan aman digunakan.

commit to user

2) Antiseptik, yaitu upaya pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh lainya.

3) Dekontaminasi, tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat ditangani oleh petugas kesehatan secara aman, terutama petugas pembersihan medis sebelum pencucian dilakukan. Contohnya adalah meja pemeriksaan, alat-alat kesehatan dan sarung tangan yang terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh disaat prosedur bedah/tindakan dilakukan.

4) Pencucian, yaitu tindakan menghilangkan semua darah, cairan tubuh atau setiap benda asing seperti dabu dan kotoran.

5) Desinfeksi, yaitu tindakan menghilangkan sebagian besar (tidak semua) mikroorganisme penyebab penyakit dan benda mati. Desinfeksi tingkat tinggi dilakukan dengan merebus atau dengan menggunakan larutan kimia. Tindakan ini dapat menghilangkan semua mikroorganisme, kecuali beberapa bakteri endospora. 6) Sterilisasi, yaitu tindakan untuk meghilangkan semua

mikroorganisme (bakteri, jamur, parasit dan virus) termasuk spora bakteri.

6. Bahaya Mikrobiologi

Untuk penanganan mikrobiologi atau mikroorganisme dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu :

commit to user

a. Meningkatkan pemerikasaan kesehatan berkala secara rutin agar terhindar dari penyakit – penyakit yang mudah menular (TBC, Hepatitis B, HIV).

b. Menjaga ventilasi dan pencahayaannya yang baik dalam ruangan instalasi pencucian

c. Menggunakkan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai SOP

d. Melakukan tindakan dekontaminasi, desinfeksi dan sterilisasi terhadap bahan dan alat yang digunakan

e. Secara teknis petugas harus melaksanakan tugas pekerjaan sesuai SOP.

7. Bahaya Kimia

Pengendalian untuk debu linen dan bahan – bahan kimia disini antara lain adalah :

a. Pencegahan terhadap sumber

b. Diusahakan agar debu tidak keluar dari sumbernya dengan mengisolasi sumber debu.

c. Memakai APD sesuai SOP d. Ventilasi yang baik

e. Dengan alat lokal akhauster

f. Kontrol teknis gunakan ventilasi setempat. Perlatan pernafasan sendiri mungkin diperlukan jika bekerja untuk waktu yang lama.

commit to user

g. Penyimpanan dan pengangkutan : simpan ditempat aslinya, wadah tertutup dibawah kondisi kering, ventilasi yang baik, jauhkan dari asam dan hindarkan dari suhu ekstrim.

h. Memperkuat daya tahan tubuh dengan gizi yang baik i. Segera mencuci tangan sesudah bekerja

8. Hasil pengukuran kebisingan belum dikatakan aman yaitu 78,9 dB, dimana NABnya adalah 78 dB. Sumber bising tersebut berasal dari mesin pencucian, hal ini bisa jadi karena banyaknya orang – orang yang berada disekitar pencucian.

9. Hasil pengukuran suhu belum bisa dikatakan aman yaitu 30,0 C, dimana NABnya adalah 22-27oC. Begitu juga dengan kelembaban yaitu 69,0 %, dimana NABnya adalah 50-60 %. Terlalu banyaknya linen yang berada di insatalasi laundry sehingga masih sulit untuk pengendalian suhu dan kelembaban, namun diruang laundry sudah terdapat ex hause dan beberapa kipas angin.

10. Hasil pengukuran pencahayaan pada pekerjaan yang tidak teliti sudah memenuhi standar yaitu 98 lux, dimana NABnya adalah 100 lux. Hal ini dikarenakan ruang laundry terbiasa dengan menggunakan pencahayaan alami.

commit to user 62 BAB V

Dokumen terkait