BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
2. Pembahasan
Perbedaan rata-rata minat belajar matematika siswa antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe RTE lebih baik dari pada pembelajaran konvensional. Hal tersebut didukung oleh hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung serta hasil wawancara dengan beberapa orang siswa yang diambil secara acak.
Pengamatan selama proses pembelajaran diperoleh beberapa informasi yaitu perilaku siswa kelompok eksperimen yang teramati adalah sebagai berikut: Perhatian, Ketika guru memberikan penjelasan atau arahan mengenai apa yang akan mereka bahas dalam LKS, mereka tampak memperhatikan dan mendengarkan dengan serius. Dan setelah selesai presentasi para siswa terlihat mencatat semua rangkuman materi yang telah dipelajari, walaupun pada awalnya hanya sebagian siswa saja yang mencatat dibuku catatan. Hal tersebut karena mereka menganggap sudah mengerjakan LKS jadi tidak perlu mencatat dan ditambah lagi pada awal-awal pertemuan waktu yang dibutuhkan untuk presentasi, mencatat dan mengerjakan latihan soal sangat kurang, namun setelah diberi arahan dan motivasi oleh guru akhirnya mereka mencatat rangkuman materi yang diberikan.
Perasaan senang, Ketika LKS dibagikan pada masing-masing kelompok trio, mereka terlihat bersemangat dalam mengerjakannya. Terlebih lagi jika ada soal yang harus dipraktekkan seperti mencari konsep
luas permukaan kubus dengan menggunakan potongan-potongan persegi yang diletakkan pada jaring-jaring kubus, menentukan rumus volume kubus dengan memasukkan kubus-kubus kecil ke dalam kubus yang lebih besar, atau membedakan jaring-jaring balok diantara 3 buah jaring-jaring dengan cara mengguntingnya. Mereka saling membantu dan bekerjasama untuk menyelesaikannya. Namun terkadang jika LKS yang diberikan berisi soal untuk mencari rumus-rumus, sebagian siswa terlihat pusing karena mereka harus mengingat kembali rumus-rumus yang sudah dipelajari dan jika mereka benar-benar tidak paham, mereka akan bertanya kepada guru.
Partisipasi, Pada saat diskusi kelompok, para siswa terlihat serius berdiskusi untuk menyelesaikan LKSnya dan mereka terlihat berani mengemukakan pendapat kepada teman lainnya dalam kelompok trio. Dalam mengerjakan LKS, kelompok-kelompok trio saling berbagi tugas yaitu setelah selesai berdiskusi dengan kelompok trionya mereka bergantian menulis. Dan ketika guru menunjuk salah satu anggota kelompok trio untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, mereka yang ditunjuk akan langsung maju ke depan kelas.
Keinginan yang kuat, Ketika siswa mengerjakan LKS pada pertemuan pertama, mereka tampak bingung dalam mengerjakannya karena mereka belum terbiasa menemukan dan memahami konsep matematika sendiri. Selain itu kekurangpahaman siswa menafsirkan petunjuk atau perintah yang diberikan dalam LKS mengakibatkan waktu yang dihabiskan untuk mengerjakan setiap LKS tidak sesuai dengan waktu yang ditetapkan guru. Namun, pada pertemuan selanjutnya sedikit demi sedikit diskusi kelompok mulai kondusif. Siswa mulai terbiasa menyelesaikan LKS tepat waktu karena mereka saling berdiskusi dengan teman kelompoknya untuk menjawab pertanyaan yang ada di LKS sehingga LKS pun cepat selesai dan ditambah lagi guru memberikan reward bonus 5 poin untuk setiap kelompok yang menyelesaikan LKS kurang dari waktu yang ditentukan.
Ketekunan, Pada awal pertemuan, banyak siswa yang tidak mengerjakan PR karena mereka tidak mencatat apa yang diberikan guru.
Namun setelah beberapa pertemuan, siswa rajin mengerjakan latihan soal ataupun PR yang diberikan oleh guru. Dan ketika guru menyuruh siswa membawa atau membuat alat untuk dipakai ketika mengerjakan LKS mereka membawanya pada pertemuan berikutnya.
Gambar 5. Kegiatan Siswa dalam Rotating Trio Exchange
Sedangkan perilaku siswa kelompok kontrol yang teramati adalah sebagai berikut: Perhatian, Ketika guru menerangkan materi, ada sebagian siswa yang mendengarkan dengan serius, tetapi ada juga yang tidak memperhatikan seperti bercanda, ataupun mengobrol dengan teman sebangkunya. Ketika ditegur oleh guru, baru mereka mau memperhatikan. Dan hanya siswa yang memperhatikan saja yang rajin mencatat semua materi yang diberikan guru.
Perasaan senang, Ketika pelajaran matematika berlangsung, sebagian siswa tampak semangat untuk belajar. Namun ada juga yang tampak gelisah ingin agar pelajaran cepat-cepat selesai, mereka terlihat pusing dengan pelajaran matematika. Partisipasi, Saat guru menyuruh siswa untuk mengerjakan latihan soal di depan kelas, tidak semua siswa langsung maju ke depan kelas. Mereka tampak kurang percaya diri untuk mengerjakannya karena takut apa yang dikerjakannya salah.
Keinginan yang kuat, Setelah guru menjelaskan materi dan memberikan kesempatan siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum
dipahami, siswa hanya diam saja. Ketika diberi latihan soal, ada sebagian siswa yang belum bisa mengerjakannya, tetapi tidak ada usaha dari siswa tersebut untuk bertanya kepada teman atau bertanya kepada guru.
Ketekunan, Ketika diberi tugas ataupun PR, hanya sebagian siswa saja yang selesai dan rajin mengerjakan tugasnya, sedangkan yang lainnya terlihat masih sibuk menyelesaikan tugasnya, ketika pelajaran matematika dimulai.
Setelah dilakukan pengujian prasyarat analisis, diperoleh kesimpulan bahwa sampel kelompok kontrol yang diajar dengan pembelajaran konvensional berasal dari populasi berdistribusi tidak normal. Hal tersebut dikarenakan pada pembelajaran konvensional kondisi belajar siswa secara individual baik menyangkut kecepatan belajar, kesulitan belajar dan minat belajar sulit terkontrol oleh guru. Dalam proses pembelajaran siswa tidak diberi kesempatan yang luas untuk berdiskusi dengan siswa lainnya sehingga tidak ada tanggung jawab dalam diri siswa untuk membantu siswa lain dalam memahami materi pelajaran. Jam pelajaran matematika pada kelompok kontrol pun kurang strategis yaitu 2 jam pelajaran matematika harus dijeda istirahat, jadi setelah istirahat siswa harus memulai berkonsentrasi lagi dari awal. Dan ada jam pelajaran matematika yang berada pada jam terakhir pelajaran sehingga kondisi siswa sudah mulai lelah dan ingin cepat-cepat pulang yang mengakibatkan siswa susah berkonsentrasi. Kondisi-kondisi seperti itulah yang menurut peneliti mengakibatkan sampel kelompok kontrol berdistribusi tidak normal.
Dari hasil wawancara dengan beberapa siswa kelompok eksperimen diperoleh informasi bahwa mereka senang belajar matematika dengan pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange karena materi yang dipelajari lebih dapat dipahami, selain itu mereka lebih bersemangat dalam belajar. Rasa senang inilah yang mempengaruhi minat siswa dalam belajar. Kenyataan ini didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Crow tentang beberapa karakteristik minat yaitu ”Minat timbul dari perasaan senang
terhadap suatu objek atau situasi yang menarik perhatian seseorang”1 Dari informasi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa siswa kelompok eksperimen memberikan respon positif terhadap diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange (RTE). Berdasarkan semua informasi di atas, dapat dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange (RTE) berpengaruh terhadap minat belajar matematika siswa.
D. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna. Berbagai upaya telah dilakukan agar memperoleh hasil yang maksimal. Namun demikian, masih terdapat hal-hal yang tidak dapat terkontrol dan tidak dapat dikendalikan sehingga hasil dari penelitian ini pun belum optimal. Hal-hal tersebut antara lain:
1. Kondisi siswa yang belum terbiasa belajar menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan dibatasi waktu ketika mengerjakannya membuat situasi kelas pada awal pertemuan sulit terkontrol.
2. Kekurangpahaman siswa menafsirkan petunjuk atau perintah yang terdapat dalam LKS sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama bagi siswa menyelesaikan LKSnya, yang mengakibatkan proses pembelajaran kurang efektif pada awal pertemuan.
3. Karena jumlah siswa yang banyak sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama untuk menunggu siswa berkumpul dengan kelompok trio-nya dalam setiap awal pertemuan.
1
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh skor rata-rata minat kelompok eksperimen yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange (RTE) adalah sebesar 67,71. Sedangkan, skor rata-rata minat kelompok kontrol yang diajar dengan pembelajaran konvensional adalah sebesar 64. Setelah dilakukan pengujian hipotesis dengan tes U Mann-Whitney maka diperoleh harga Z ≤ -1,98 mempunyai kemungkinan di bawah H0 sebesar p < 0,0239. Karena harga observasi U mempunyai kemungkinan
yang sama besar dengan, atau lebih kecil dari α = 0,05 (0,0239 < 0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa
”Rata-rata minat belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange (RTE) lebih tinggi dari pada rata-rata minat belajar matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional”. Dengan kata lain, pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange
(RTE) mempunyai pengaruh terhadap minat belajar matematika siswa.
B. Saran
Terdapat beberapa saran peneliti terkait hasil penelitian pada skripsi ini, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Guru yang hendak menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
Rotating Trio Exchange (RTE) dalam pembelajaran matematika di kelas diharapkan dapat membuat LKS yang lebih simpel dengan pertanyaan yang sedikit, karena berdasarkan pengamatan penulis selama proses pembelajaran berlangsung, siswa dapat lebih mengerti dan paham jika pertanyaan dalam LKS tidak terlalu banyak.
2. Guru harus dapat melakukan persiapan dan pengaturan kelas yang baik, agar tahapan-tahapan dalam pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange (RTE) dapat terlaksana dengan baik.
3. Agar proses perputaran/rotasi berjalan dengan baik, guru harus menjelaskan prosedurnya dengan jelas dan rinci pada awal pertemuan (jika perlu gambarkan proses rotasinya pada kertas karton).
4. Karena beberapa keterbatasan dalam melaksanakan penelitian ini, maka disarankan ada penelitian lanjut yang meneliti tentang pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange (RTE) pada pokok bahasan lain atau mengukur aspek yang lain, seperti meneliti secara lebih mendalam tentang “Bagaimana pengaruh pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange (RTE) terhadap kemampuan berpikir siswa?” atau “Bagaimana pengaruh pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange (RTE) terhadap hasil belajar matematika siswa?”
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003.
Anitah, Sri, Materi Pokok Strategi Pembelajaran Matematika, Jakarta: Universitas Terbuka, 2007.
Bahresi, Hussein, Hadits Shahih Bukhari-Muslim, Surabaya: Karya Utama.
Barry, Kevin dan Len King, Beginning Teaching And Beyond, third edition, Autralia; Thomson, 2006.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006.
Faiq, Muhammad Dzaki, Aktivitas Belajar Pada Model Pembelajaran Kooperatif,
diakses dari
http://Penelitiantindakankelas.Blogspot.Com/2009/03/Aktivitas-Belajar-Pada-Model.Html,
Isjoni, Cooperative Learning, Bandung: Alfabeta, 2009.
Ismail, dkk., , Kapita Selekta Pembelajaran Matematika, Jakarta: Universitas Terbuka, 2002.
Lie, Anita, Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas, Jakarta: Gramedia Widiasarana, 2002.
Muijs, Daniel dan David Reynolds, Effective Teaching, Evidence and Practice,
California: SAGE Publications Ltd, 2005.
Nurhayati, ”Penerapan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Untuk Meningkatkan Minat Belajar Matematika Siswa”, Skripsi Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, t.d., Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Jakarta, 2009.
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009. Rahmat, Abdul, Super Teacher, Bandung: MQS. Publishing, 2009.
Rohman, Arif, Memahami Pendiidikan dan Ilmu Pendidikan, Yogyakarta: LaksBang Mediatama, 2009.
Sabri, Alisuf, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007.
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Cet. VI, Jakarta: Kencana, 2009.
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Cet ke-11. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004.
Siegel, Sidney, Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-Ilmu Sosial, Terjemahan: Zanzawi Suyuti dan Landung, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997. Silberman, Mel, Active Training: A Handbook of Techniques, Design, Case
Example, and Tips, New York: Lexington Books, 1990.
Silberman, Melvin L., Active Learning:101 Strategi Pembelajaran Aktif,
Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2007.
Singer, kurt, Membina Hasrat Belajar di Sekolah, Bandung: Remadja Karya, 1987.
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Cet ke-4. Jakarta: Rineka Cipta, 2003.
Subana, M dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, Cet.II, Jakarta: Pustaka Setia, 2005.
Sudjana, Metoda Statistika, Cet. III, Bandung: Tarsito, 2005
Sugiyono, Statistik Nonparametrik untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2007. Suherman, Erman, dkk., Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer,
Bandung: JICA-UPI, 2001.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Cet. XI, Bandung: PT Remaja Rosydakarya, 2005.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002.
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik,
Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007.
65
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Departemen Agama Republik Indonesia, 2003.
66
Wiranaputra, Udin S., dkk., Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Universitas Terbuka, 2007.
Witherington, Psikologi Pendidikan, Terjemahan: M. Bukhori, Jakarta: Aksara Baru, 1978.
Yudha M.S., Strategi Pembelajaran Kooperatif, Bandung: Bintang Wali Artika, 2008.