• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DESKRIPSI TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR DAN

A. Deskripsi Teoritik

2. Pembelajaran Kooperatif

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dikemukakan identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Kemampuan matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Jakarta rendah. 2. Siswa kurang antusias ketika belajar matematika.

3. Siswa tidak aktif bertanya dan menjawab dalam kelas.

4. Kurangnya usaha siswa untuk dapat menguasai materi yang belum dimengerti.

5. Kurangnya usaha siswa untuk mengerjakan latihan soal.

6. Pada proses pembelajaran matematika, guru belum pernah menerapkan model pembelajaran kooperatif sehingga siswa kurang bekerja sama dalam kelas.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dari uraian identifikasi masalah di atas, maka perlu adanya pembatasan ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas antara lain:

1. Masalah yang diteliti dibatasi pada pengaruh penerapan model pembelajaran koperatif dalam pembelajaran matematika. Pengaruhya dilihat dari perbedaan minat siswa terhadap pelajaran matematika yang diajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif dengan siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional.

2. Pembelajaran kooperatif yang digunakan dalam penelitian adalah tipe

Rotating Trio Exchange (RTE).

3. Siswa yang dimaksud adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Jakarta. 4. Minat belajar yang dimaksud adalah perhatian, perasaan senang,

partisipasi, keinginan yang kuat dan ketekunan.

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas maka penulis menetapkan perumusan masalah sebagai berikut: ”Apakah model

pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange (RTE) berpengaruh terhadap minat belajar matematika siswa?”

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange (RTE) terhadap minat belajar matematika siswa.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, bagi siswa maupun guru, antara lain:

1. Manfaat bagi siswa

a). Menumbuhkan motivasi dan minat siswa dalam belajar matematika. b). Diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa terhadap pelajaran

matematika. 2. Manfaat bagi guru

a). Metode ini dapat dijadikan alternatif dalam memilih metode pembelajaran guna meningkatkan minat belajar matematika siswa. b). Meningkatkan kreatifitas guru matematika dalam menyampaikan

materi melalui berbagai model pembelajaran terbaru. 3. Manfaat bagi peneliti

a). Dapat dijadikan tambahan wawasan pengetahuan yang bermafaat. b). Bukti pengabdian sebagai calon pendidik dalam memberikan alternatif

BAB II

DESKRIPSI TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR DAN

PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritik

1. Minat Belajar Matematika

a. Pengertian Minat

Setiap orang pasti mempunyai kecenderungan terhadap sesuatu yang menarik perhatiannya. Kecenderungan tersebut menandakan adanya minat terhadap suatu objek yang dituju. Hal ini sesuai dengan pengertian minat secara bahasa “kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu.”1

Minat merupakan kecenderungan seseorang untuk selalu memperhatikan suatu objek secara terus menerus, seperti yang dikemukakan oleh Hilgard yang dikutip oleh Slameto “interest is persisting tendency to pay attention to and enjoy some activity or content. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.” 2 Minat juga berhubungan dengan keinginan seseorang terhadap objek tersebut “minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.”3

Sedangkan Slameto menekankan bahwa minat sangat berkaitan erat dengan perasaan seseorang (terutama perasaan senang) terhadap sesuatu atau suatu kegiatan, sehingga ia melakukan kegiatan tersebut tanpa paksaan. Ia menerangkan bahwa ”minat adalah suatu rasa lebih suka atau rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang

1

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Ed. 3. Cet-2, h. 744.

2

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 57.

3

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan; dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), cet. XIV, h. 136.

menyuruh.”4 Sependapat dengan hal tersebut, As’ad mengemukakan ”minat adalah sikap yang membuat seseorang senang akan objek situasi atau ide-ide tertentu. Hal ini diikuti oleh perasaan senang dan kecenderungan untuk mencari objek yang disenanginya itu”5

Minat adalah kesadaran seseorang akan adanya suatu hubungan antara dirinya dengan suatu objek, seseorang ataupun suatu situasi. Hal tersebut dijelaskan oleh Whitheringthon bahwa “minat adalah kesadaran seseorang, bahwa suatu objek, seseorang, suatu soal atau suatu situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya”.6 Sehingga minat harus dipandang sebagai suatu sambutan yang sadar, sebab jika tidak minat tidak punya arti sama sekali. Lebih lanjut Whitheringthon menggolongkan minat menjadi dua macam, yaitu:

1) Minat primitif yaitu minat yang timbul dari pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang terasa secara langsung, seperti pemenuhan kebutuhan pokok meliputi makanan, pakaian, tempat tinggal dan sebagainya.

2) Minat kultural atau sosial yaitu minat yang timbul dari proses belajar yang dipengaruhi oleh pengalaman seseorang.7

Minat kultural atau sosial menandakan bahwa minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan dapat dipelajari dan dapat mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi minat-minat baru.

Apakah siswa berminat terhadap suatu pelajaran atau tidak, maka dapat dilihat dari tanda-tanda yang diperlihatkannya ketika belajar. Menurut Crow minat memiliki beberapa karakteristik antara lain:

1) Minat timbul dari perasaan senang terhadap suatu objek atau situasi yang menarik perhatian seseorang.

4

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor ..., h. 180. 5

Abdul Rahmat, Super Teacher, (Bandung: MQS. Publishing,2009), h. 178 6

Witherington, Psikologi Pendidikan, Terjemahan: M. Bukhori, (Jakarta: Aksara Baru, 1978), h. 124

7

2) Minat dapat menyebabkan seseorang menaruh perhatian secara sadar, spontan, mudah, wajar, tanpa dipaksakan dan selektif. 3) Minat dapat meragsang seseorang untuk mencari objek atau

situasi yang diminatinya.

4) Minat bersifat personal karena setiap individu memiliki perbedaan dalam menentukan minatnya dan hal ini berkaitan dengan kepentingan pribadi seseorang.

5) Dapat bersifat konsisten sepanjang objek yang diminati efektif bagi individu.

6) Minat bersifat diskriminatif sepanjang objek yang diminati efektif bagi individu.

7) Minat bersifat diskriminatif karena dapat membantu seseorang membedakan hal-hal yang harus dan tidak harus dilakukan sehubungan dengan minatnya.

8) Minat tidak bersifat native atau bawaan melainkan tumbuh dan berkembang bersamaan dengan pengalaman-pengalaman selama perkembangan individu, dan minat dapat juga menjadi “sebab” atau “akibat” dari pengalaman.8

Secara lebih ringkas Windradini menyebutkan karakteristik minat, yaitu:

1) Adanya rasa ingin tahu dan keinginan yang kuat untuk mencapai tujuan.

2) Mencari informasi ke berbagai pihak berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai atau diraih.

3) mengikuti program belajar tambahan agar dapat mempermudah pencapaian tujuan.9

Sedangkan menurut Super & Sumarto untuk mengetahui minat dapat menggunakan empat cara, yaitu:

1) Dengan melihat kenyataan seseorang apakah ia senang atau tidak senang pada suatu objek atau barang, aktivitas atau pekerjaan.

2) Dengan melihat dan mengobservasi partisipasi seseorang ke dalam suatu aktivitas atau pekerjaan.

3) Dengan menggunakan tes objektif.

4) Dengan mengukur atau melihat jawaban-jawaban seseorang dari sejumlah pertanyaan tentang aktivitas atau pekerjaan yang

8

Abdul Rahmat, Super Teacher…, h. 181. 9

disenangi atau tidak disenangi, di sini responden menjawab setiap item atau pertanyaan yang sesuai dengan minatnya.10

Lebih lanjut menurut Slameto ”Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu kegiatan”11 Sependapat dengan hal tesebut, Crow & Crow menyebutkan bahwa minat dapat menjadi penyebab kegiatan dan penyebab partisipasi dalam kegiatan.

Dari beberapa karakterisistik minat yang telah diungkapkan oleh para ahli di atas, maka penulis menetapkan indikator minat dalam penelitian ini adalah: perasaan senang, perhatian, keinginan yang kuat, ketekunan dan partisipasi.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan suatu objek secara sadar dan terus menerus dengan disertai perasaan senang tanpa paksaan. Minat akan menimbulkan adanya pemusatan perhatian lalu timbul usaha (untuk: mendekati/mengetahui/memiliki/menguasai/ berhubungan) yang dilakukan dengan perasaan senang karena adanya daya tarik dari objek yang dituju.

b. Pengertian Belajar Matematika

”Belajar adalah kunci yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan.”12 Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam belajar. Disebabkan oleh kemampuan berubah karena belajarlah, maka manusia dapat berkembang lebih jauh daripada makhluk-makhluk lainnya, sehingga

10

Abdul Rahmat, Super Teacher…, h. 186. 11

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor ..., h. 180. 12

ia terbebas dari kemandegan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi.

Menurut Slameto ”belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.13 Sehingga dapat dikatakan bahwa belajar adalah proses perubahan diri untuk memperoleh pengetahuan.

Belajar akan menunjukkan adanya suatu perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman, hal tersebut diungkapkan oleh Cronbach ”Learning is show by a change in behavior as a result of experience”14 Sedangkan Harold Spears memberikan batasan belajar pada memperhatikan, membaca, meniru, mencoba sesuatu sendiri, mendengar, dan mengikuti tujuan ”Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction”15

Dari beberapa pengertian belajar di atas, diketahui bahwa kata kunci dari pengertian belajar adalah perubahan tingkah laku. Dan ciri-ciri yang menunjukkan bahwa seseorang telah melakukan kegiatan belajar adalah:

1) Perubahan tingkah laku yang aktual atau potensial. Aktual berarti perubahan tingkah laku itu dapat dilihat seperti: menulis dan membaca (psikomotorik), sedangkan perubahan yang potensial berarti perubahan yang tidak dapat dilihat dan hanya dapat dirasakan oleh orang yang belajar saja seperti minat, keyakinan (afektif) atau peningkatan pengetahuan dan kemampuan analisis (konitif) .

13

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor ..., h. 2. 14

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), cet ke-11, h. 20.

15

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007), h. 54.

2) Perubahan tingkah laku yang diperoleh merupakan kemampuan baru dalam bidang kognitif, afektif atau psikomotorik.

3) Adanya usaha atau aktifitas yang sengaja dilakukan oleh orang yang belajar dengan pengalaman (memperhatikan, mengamati, memikirkan, merasakan, menghayati dan sebagainya) atau dengan latihan (melatih, menirukan).16

Perubahan yang terjadi setelah proses belajar tidak hanya pada aspek kognitif berupa penambahan ilmu pengetahuan saja, tetapi juga mencakup aspek afektif dan aspek psikomotorik berupa meningkatnya minat, menciptakan sikap positif, meningkatkan keterampilan dan lain-lain. Seperti yang dijelaskan oleh Sardiman bahwa ”perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak dan penyesuaian diri.”17

Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa belajar akan membawa perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik (dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang cuek menjadi perhatian, dari yang tidak berminat menjadi berminat, dan lain-lain) sebagai akibat dari pengalaman masing-masing individu yang belajar. Belajar bukanlah suatu tujuan tetapi belajar merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan.

Matematika disebut sebagai ratunya ilmu pengetahuan karena matematika merupakan ilmu yang mandiri, tanpa bantuan ilmu lain matematika dapat tumbuh dan berkembang untuk ilmunya sendiri. Namun dapat juga disebut sebagai pelayan ilmu pengetahuan karena perkembangan dan penemuan ilmu pengetahuan bergantung kepada matematika. Istilah matematika sendiri berasal dari bahasa Yunani,

Mathematike, yang berarti “relating to learning“. Perkataan itu mempunyai akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu.

16

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan ..., h. 56-57. 17

Perkataan mathematike berhubungan sangat erat dengan sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu mathanein yang mengandung arti belajar (berpikir).18

James and James mengungkapkan bahwa matematika adalah ”ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu sama lain dengan jumlah yang banyak dan terbagi dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri.”19 Menurut Russeffendi matematika adalah ”ilmu tentang struktur yang terorganisasi mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat akhirnya ke dalil atau teorema.”20 Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran matematika antara konsep matematika yang satu dengan konsep matematika yang lain saling berkaitan. Konsep-konsep matematika tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis dan sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai konsep yang paling kompleks.

Sedangkan menurut Paling “matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia.”21 Manusia akan menggunakan informasi, menggunakan pengetahuannya tentang bilangan, bentuk, dan ukuran serta menggunakan kemampuan berhitung dan mengingat untuk menemukan jawaban atas masalah yang dihadapinya sehari-hari.

Matematika merupakan suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Karena itu, matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapai perkembangan

18

Erman Suherman,dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung : JICA-UPI.2001), h. 18

19

Erman Suherman,dkk, Strategi Pembelajaran ...., h. 18 20

Sri Anitah W, dkk., Materi Pokok Strategi Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 7.4.

21

Mulyono Abdurahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 252.

IPTEK sehingga matematika perlu dibekalkan kepada setiap siswa sejak SD, bahkan sejak TK. “matematika yang diberikan di sekolah baik pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SMP) maupun pada jenjang pendidikan menengah (SMU dan SMK), disebut dengan matematika sekolah”.22

Dari berbagai pengertian yang dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan suatu ilmu yang tersusun secara hierarkis, sistematis, memiliki konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lain, dapat diterapkan di sekolah untuk mengembangkan cara berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama baik pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SMP) maupun pada jenjang pendidikan menengah (SMU dan SMK) dan dapat digunakan sebagai pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Matematika yang diajarkan di sekolah jelas berhubungan dengan siswa, sehingga dalam penyampaiannya perlu memperhatikan aspek psikologi terutama teori psikologi perkembangan. Karena ketika proses belajar, siswa memerlukan tahapan belajar sesuai dengan perkembangan jiwa dan kognitifnya.

Ada dua obyek yang dapat diperoleh siswa ketika belajar matematika yaitu obyek tidak langsung dan objek langsung.23 Obyek tidak langsung antara lain ialah kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah, mandiri (belajar, bekerja, dan lain-lain), bersikap positif terhadap matematika, dan mengetahui bagaimana semestinya belajar.

22

Erman Suherman,dkk,Strategi Pembelajaran ....,h. 54 23

Ruseffendi, Pengantar Kepada Membantu Guru Dalam Mengembangkan

Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA, (Bandung: Tarsito, 2006), h. 165.

Objek langsung ialah fakta, keterampilan, konsep dan aturan (principle).

1) Fakta. Contoh fakta ialah angka/ lambang bilangan, sudut, ruas garis, symbol, notasi.

2) Keterampilan. Keterampilan adalah kemampuan memberikan jawaban yang benar dan cepat. Misalnya membagi sebuah ruas garis menjadi 2 buah ruas garis yang sama panjang, melakukan pembagian cara singkat, membagi bilangan dengan pecahan, menjumlahkan pecahan, membagi pecahan decimal.

3) Konsep. Adalah ide abstrak yang memungkinkan kita

mengelompokkan benda-benda (obyek) ke dalam contoh dan non contoh. Contoh suatu konsep ialah garis lurus. Dengan adanya konsep itu memungkinkan kita untuk memisahkan obyek-obyek; apakah obyek itu garis lurus atau bukan.

4) Aturan (principle). Aturan ialah obyek yang paling abstrak. Aturan ini dapat berupa sifat, dalil atau teori. Contoh aturan ialah, “dua buah segitiga sama dan sebangun bila dua sisi yang seletak dan sudut apitnya kongruen”.

Jerome Bruner mengemukakan bahwa belajar matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur serta keterkaitan antara konsep-konsep dan struktur-struktur tersebut. Belajar matematika merupakan pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu hubungan di antara pengertian-pengertian itu.24

Ada banyak alasan mengapa siswa perlu belajar matematika. Diantaranya menurut Cockroft ada enam alasan matematika perlu diajarkan kepada siswa, yaitu:

1) Selalu digunakan dalam segala kehidupan.

2) Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai.

3) Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas.

24

4) Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara.

5) Meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian, kesadaran ruang.

6) Memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang. 25

Enam alasan tersebut mengukuhkan betapa pentingnya matematika dipelajari oleh siswa di sekolah.

Dari pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa belajar matematika adalah belajar yang cenderung melatih dan membimbing siswa yang mengarah pada kemampuan di bidang kognitif, yaitu berkenaan dengan berpikir, mengetahui, memahami, bernalar dan memecahkan masalah. Belajar matematika harus memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman tentang matematika.

c. Minat Belajar Matematika

Minat belajar matematika adalah kecenderungan siswa terhadap pelajaran matematika yang menyebabkan timbulnya perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik dan semuanya dilakukan dengan perasaan senang tanpa paksaan. Minat merupakan kekuatan yang mendorong siswa dalam memberi perhatian ketika belajar matematika dan minat menjadi penyebab siswa ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran.

Siswa yang berminat terhadap pelajaran matematika berarti ia sudah belajar matematika atau setidaknya mempunyai pengetahuan tentang matematika. Karena pengetahuan tentang matematika itulah yang akan menimbulkan anggapan-anggapan dalam diri siswa, seperti: apakah matematika bermanfaat bagi dirinya?, apakah matematika berguna untuk mencapai cita-citanya?, atau apakah matematika dapat menjadikannya orang kaya? dan lain-lain. Jika setelah belajar siswa beranggapan bahwa matematika ada sangkut paut dengan dirinya dan

25

bermanfaat untuk hidupnya, maka ia dapat berkata bahwa ia berminat terhadap matematika. Tetapi jika seseorang tidak mempunyai pengetahuan atau informasi apapun tentang matematika kemudian ia berkata bahwa ia tidak berminat pada matematika maka itu tidak mungkin terjadi.

Minat belajar matematika merupakan suatu aspek psikologis siswa yang terungkap melalui beberapa gejala seperti: gairah, keinginan, perasaan suka untuk melakukan proses perubahan tingkah laku melalui berbagai kegiatan yang meliputi kegiatan memperhatikan, mencari pengetahuan dan pengalaman terhadap matematika, yang ditunjukkan melalui keantusiasan, keaktifan, ketekunan dan partisipasi siswa dalam belajar matematika. Siswa yang berminat terhadap pelajaran matematika akan selalu terdorong untuk rajin belajar, dengan membaca buku matematika, memperhatikan penjelasan guru, mengerjakan soal-soal latihan atau selalu bertanya untuk lebih memahami materi yang diberikan.

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar

Minat belajar tiap-tiap siswa tidaklah sama. Ketidaksamaan itu disebabkan oleh banyak hal yang mempengaruhi minat belajar sehingga ia dapat belajar dengan baik atau tidak. Demikian juga halnya dengan minat siswa terhadap pelajaran matematika, ada siswa yang minatnya tinggi dan ada juga yang rendah. Hal tersebut akan sangat mempengaruhi aktivitas dan hasil belajarnya dalam pelajaran matematika.

Secara garis besar, timbulnya minat belajar pada diri siswa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal (dari dalam individu) dan faktor eksternal (dari luar individu).

1) Faktor Internal a) Kebutuhan

Seseorang akan melakukan sesuatu jika ada kebutuhan di dalam dirinya atau ada sesuatu yang hendak dicapainya. Kebutuhan sebagai faktor yang mempengaruhi minat dan menjadi tolak ukur tinggi rendahnya minat terhadap suatu objek. Misalnya, siswa yang ingin menang dalam olimpiade matematika, maka rasa ingin menang tersebut akan menimbulkan minat untuk belajar lebih giat dari sebelumnya.

b) Bakat

Menurut Chaplin “bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang”26 Kemampuan itu baru terealisasi menjadi keberhasilan setelah belajar dan berlatih. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya pun akan baik karena ia belajar dengan perasaan senang. Misalnya, siswa yang mempunyai bakat berhitung akan lebih senang dan mudah mengerti pelajaran metematika, dibandingkan siswa yang kurang berbakat dalam berhitung.

c) Sikap

Seseorang tentu memiliki kecenderungan untuk menerima atau menolak sesuatu berdasarkan penilaian, apakah sesuatu itu bermanfaat bagi dirinya atau tidak. Misalnya, apakah belajar matematika dirasakan bermanfaat bagi kehidupan siswa atau tidak? Apabila dirasakan bermanfaat bagi siswa, maka akan melahirkan sikap positif terhadap matematika. Namun sebaliknya, jika dirasakan matematika kurang atau tidak bermanfaat bagi siswa, maka akan melahirkan sikap negatif dalam diri siswa terhadap matematika. Sikap negatif yang terjadi terus menerus akan menjadi

26

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan; dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), cet. XIV, h. 135.

suatu kebiasaan yang akhirnya akan mempengaruhi minat siswa terhadap matematika.

2) Faktor Eksternal a) Bahan Pelajaran

Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, akan sering dipelajari oleh siswa yang bersangkutan. Dan sebaliknya bahan pelajaran yang tidak menarik minat siswa tentu akan dikesampingkan oleh siswa. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Slameto bahwa “Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.”27

b). Guru

Guru adalah penanggung jawab dalam proses pembelajaran. Menurut Kurt Singer bahwa “guru yang berhasil membina kesediaan belajar murid-muridnya, berarti telah melakukan hal-hal yang terpenting yang dapat dilakukan demi kepentingan murid-muridnya.”28 Guru yang pandai, baik, ramah , disiplin, serta disenangi siswa sangat besar pengaruhnya dalam membangkitkan minat siswa. Sebaliknya guru yang memiliki sikap buruk dan tidak

Dokumen terkait